Anda di halaman 1dari 10

PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN IDENTITAS

GENDER ANAK
Triyani Pujisatuti*

Abstract
This paper attempts to look at the role of parents in children’s gender identity
formation . The role of parents of early gender development is important in a
community because it is the smallest and closest sphere in an interpersonal
relationship . This role will be a pattern that forms the character of an individual to
the development of gender . The behavior of parents towards their children will be
the construction of identity is recorded in the child .

Kata Kunci: Peran, Orang Tua, dan Identitas Gender

Pendahuluan
Ayah dan ibu sebagai orang tua pada saat mendengar kata gender.
dalam keluarga memiliki peran penting dalam Keengganan masyarakat untuk menerima
perkembangan anak. Peran tersebut antara konsep gender disebabkan oleh hal-hal
lain adalah untuk merawat anak, menjadi sebagai berikut:1
teman/companion bagi anak, mengajarkan 1. Konsep gender berasal dari negara-
anak mengenai nilai-nilai ataupun norma- negara Barat, sehingga sebagian
norma terutama yang berkaitan dengan masyarakat menganggap bahwa gender
gender, menjadi tokoh model bagi anak, dan merupakan propaganda nilai-nilai Barat
juga sebagai pencari nafkah untuk yang sengaja disebarkan untuk merubah
pemenuhan tuntutan ekonomi keluarga. Selain tatanan masyarakat khususnya di Timur.
itu, hubungan ayah dan ibu sebagai pasangan 2. Konsep gender merupakan gerakan
suami istri dan orang tua juga mempengaruhi yang membahayakan karena dapat
perkembangan kepribadian anak. Terpenuhi memutarbalikkan ajaran agama dan
atau tidaknya peran tersebut dapat budaya, karena konsep gender
mempengaruhi perkembangan kepribadian berlawanan dengan kodrati manusia.
anak, terutama identitas gender. 3. Konsep gender berasal dari adanya
kemarahan dan kefrustrasian kaum
Pengertian Gender perempuan untuk menuntut haknya
Pada umumnya sebagian sehingga menyamai kedudukan laki-laki.
masyarakat merasa terancam dan terusik Hal ini dikarenakan kaum perempuan
* Penulis adalah Dosen Jurusan Dakwah IAIN Bengkulu 53
Syi’ar Vol. 14 No. 1 Februari 2014

merasa dirampas haknya oleh kaum Gender sama sekali berbeda


laki-laki. Di Indonesia tidak ada masalah dengan pengertian jenis kelamin. Gender
gender karena negara sudah menjamin bukan jenis kelamin. Gender bukanlah
seluruh warga negara untuk mempunyai perempuan ataupun laki-laki. Gender hanya
hak yang sama sesuai dengan yang memuat perbedaan fungsi dan peran sosial
tercantum pada UUD 1945. laki-laki dan perempuan, yang terbentuk oleh
4. Adanya mind-set yang sangat kaku dan lingkungan tempat kita berada. Gender
konservatif di sebagian masyarakat, yaitu tercipta melalui proses sosial budaya yang
mind set tentang pembagian peran panjang dalam suatu lingkup masyarakat
antara laki-laki dan perempuan adalah tertentu, sehingga dapat berbeda dari satu
sudah ditakdirkan dan tidak perlu untuk tempat ke tempat lainnya. Misalnya, laki-laki
dirubah (misalnya kodrati perempuan yang memakai tato di badan dianggap hebat
adalah mengasuh anak, kodrati laki-laki oleh masyarakat dayak, tetapi di lingkungan
mencari nafkah). Namun mind-set ini komunitas lain seperti Yahudi misalnya, hal
sepertinya masih terus berlaku meskipun tersebut merupakan hal yang tidak dapat
mengabaikan fakta bahwa semakin
diterima. Gender juga berubah dari waktu ke
banyak perempuan Indonesia menjadi
waktu sehingga bisa berlainan dari satu
Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke luar
generasi ke generasi berikutnya.3
negeri dan mengambil alih tugas suami
Untuk memperjelas konsep jenis
sebagai pencari nafkah utama.
kelamin (seks) dan gender, Unger
Istilah gender mengacu pada
mengemukakan beberapa perbedaan:4
perbedaan sosial antara perempuan dan laki-
1. Sumber pembeda
laki sepanjang siklus hidup yang dipelajari,
Seks bersumber dari Tuhan (kodrati),
dan telah berakar dalam pada setiap budaya,
sedangkan sumber pembeda gender
dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu dan
adalah manusia (masyarakat).
memiliki banyak perbedaan baik di dalam
2. Visi dan misi
budaya itu sendiri maupun antar budaya.
Visi dan misi seks adalah kesetaraan,
“Gender” menentukan peran, kekuasaan dan
sedangkan visi dan misi gender adalah
sumber daya bagi perempuan dan laki-laki
kebiasaan.
di berbagai budaya. Secara historis, perhatian
3. Unsur pembeda
terhadap relasi gender telah didorong oleh
Unsur pembeda seks adalah alat
keinginan untuk memenuhi kebutuhan dan
kondisi serta situasi perempuan karena reproduksi (biologis), sedangkan unsur

perempuan biasanya lebih tidak diuntungkan pembeda gender adalah kebudayaan

daripada laki-laki.2 (tingkah laku).

54
Triyani Pujiastuti
Peran Orang Tua dalam Pembentukan

4. Sifat dirasakan oleh orang tersebut. Sekalipun ia


Seks bersifat kodrat, tertentu dan tidak berjenis kelamin vagina, tetapi jika ia merasa
dapat dipertukarkan. Sedangkan gender dirinya seorang laki-laki, itulah identitas
bersifat harkat, martabat dan dapat gendernya.5
dipertukarkan. Identitas jender adalah proses dimana
5. Dampak seseorang melakukan klasifikasi terhadap
Seks membawa dampak berupa dirinya, apakah ia seorang wanita ataukah
terciptanya nilai-nilai kesempurnaan, pria. 6 Identitas gender adalah adanya
kenikmatan, kedamaian dan sebagainya, keyakinan diri (secara fisik, sosial dan
sehingga menguntungkan kedua belah budaya) sebagai laki-laki atau perempuan.
pihak. Sedangkan gender membawa Identitas gender yang sehat adalah identitas
dampak terciptanya ketentuan tentang gender yang konsisten dengan identitas
“pantas” atau “tidak pantas”, misalnya biologisnya. Identitas gender yang sehat
laki-laki pantas menjadi pemimpin dan membuat seseorang dapat menyakini dirinya
perempuan pantas dipimpin. Sehingga sebagai laki-laki atau perempuan sesuai
sering merugikan salah satu pihak, yaitu pembawaan fisiknya dan dapat berperan atau
perempuan. bertingkah laku sebagaimana seharusnya
6. Keberlakuan sebagai laki-laki atau perempuan. Agar
Seks berlaku sepanjang masa dan seorang anak dapat memiliki identitas gender
dimana saja, serta tidak mengenal yang sehat, maka ia perlu diajari atau
pembedaan kelas. Sedangkan gender ditanamkan mengenai nilai-nilai, norma-
dapat berubah, musiman dan berbeda norma, tuntutan, batasan, dan lain-lain
antar kelas. mengenai jenis kelaminnya serta dilatih untuk
dapat berperan atau bertingkah laku sesuai
Pengertian Identitas Gender dengan jenis kelaminnya tersebut.
Identitas gender adalah salah satu istilah
dalam lingkup seksualitas. Identitas gender Teori Pembentukan Identitas Gender
dapat diartikan sebagai cara seseorang Anak
merasa atau melihat dirinya, apakah sebagai Teori perkembangan gender dibagi
perempuan, laki-laki, atau transgender. menjadi 3 tipe:7
Identitas gender berbeda dengan identitas 1. Teori psikoanalitik
seksual. Identitas gender tidak berdasarkan Freud menyatakan bahwa peran jenis
jenis kelamin seseorang tersebut. Identitas kelamin anak ditentukan pada fase falik.
gender lebih mengarah pada apa yang
Rasa takut terhadap kastrasi memotivasi
55
Syi’ar Vol. 14 No. 1 Februari 2014

anak untuk mengidentifikasi orang tua berdasarkan reaksi orang sekitar mereka
yang memiliki jenis kelamin sama. Sigmund terhadap perilaku si anak.
Freud mengemukakan bahwa anak akan 3. Teori kognitif
mengikuti atau mengidentifikasi orang tua Mengklaim bahwa
yang sesuai dengan jenis kelaminnya. perkembangan jenis kelamin dibentuk
Mereka mengadopsi peran gender dan oleh kemampuan kognitif anak,
bertindak sama seperti ibu atau ayah ketertarikan, dan karakteristik personal
karena dua alasan. Pertama, Freud lainnya. Liben membagi teori kognitif
percaya bahwa anak-anak takut dengan menjadi dua, kognitif-lingkungan dan
orang tua mereka. Salah satu cara untuk dev el opm ent a l -con s t r uc t i vi s t .
menghindari masalah dengan orang tua Pendekatan secara kognitif-lingkungan
sesama jenis adalah untuk mengadopsi dilakukan dengan cara meningkatkan
perilaku orang tua tersebut. Alasan interaksi antara lingkungan dan
kedua,.mereka mengadopsi identitas karakteristik personal. Pada teori
gender dari orang tua sesama jenis untuk dev el opm ent a l -con s t r uc t i vi s t ,
menarik perhatian orangtua dengan jenis seseorang aktif mencari, mengatur, dan
kelamin yang lain. menggunakan informasi yang dimiliki
2. Teori “environmental” dalam kehidupan sosial mereka. Teori
Menjelaskan bahwa perkembangan kognitif diambil dari studi
perkembangan jenis kelamin bergantung Piaget tentang perkembangan kognitif
pada teori pembelajaran. Tiga elemen yang menunjukkan bahwa kognitif
yang dibutuhkan dalam proses adalah hasil proses dorongan
pembelajaran adalah stimulus, respons pengembangan diri dan tidak semata-
terhadap stimulus, dan perilaku terhadap mata hanya berasal dari lingkungan.
stimulus tersebut. Dukungan akan
memperkuat sebuah perilaku sedangkan Stereotip Gender
hukuman akan memperlemah perilaku. Stereotip gender adalah katagori-
Teori pembelajaran menganggap suatu katagori yang bersifat umum yang
organisme adalah pasif dan memperluas menggambarkanpandangan dan keyakinan
pengetahuan perilakunya berdasarkan tentang laki-laki dan perempuan.8 Stereotip
pengalaman. Peran lingkungan adalah merupakan asumsi-asumsi budaya yang
sebagai pemberi bentuk perilaku bekerja sebagai harapan, agar laki-laki dan
tersebut. Menurut teori ini, anak belajar perempuan menampilkan karakteristik
mengidentifikasi jenis kelamin mereka tertentu yang sesuai dengan jenis kelaminnya.

56
Triyani Pujiastuti
Peran Orang Tua dalam Pembentukan

Stereotip gender meliputi informasi penghargaan dan ingin mempertahankan


tentang penampilan fisik, sikap, minat, trait hubungan daripada mengendalikannya,
kepribadian, relasi sosial dan pekerjaan. memperjuangkan kerjasama dan kemurahan
Hurlock (1999: 157) mengemukakan bahwa hati daripada kompetisi dan keegoisan,
stereotip berfungsi sebagai pedoman perempuan secara tradisional didorong untuk
pelatihan anak. Sejak awal anak dilatih dalam rendah hati terhadap prestasi sendiri.
kehidupannya untuk bertindak sesuai dengan Perbedaan persepsi diri laki-laki dan
standar yang ditentukan oleh stereotip untuk perempuan, bahwa faktor utama
kelompok jenis kelaminnya. Stereotip ini ketidakbahagian perempuan adalah
merupakan bagian dari kebudayaan yang kekhawatiran yang berlebihan terhadap
merupakan nilai, simbol, keyakinan yang penampilan fisik.
terbentuk melalui sistem tertentu.9
Stereotip merupakan standar yang Aspek Perkembangan Identitas Gender
berlaku bagi individu untuk mampu Aspek perkembangan identitas gender
mengembangkan identitas gendernya yang diawali dengan determinan genetik jenis
sesuai dengan jenis kelaminnya atau standar kelamin pada saat konsepsi, setiap orang
individu untuk menilai dirinya. Hal ini meliputi mengalami perkembangan melalui
bagaimana cara individu berpenampilan, serangkaian tahap perkembangan untuk
termasuk bentuk dan ciri anggota tubuh, belajar dari diri sendiri dan lingkungan sebagai
perilaku, cara berbicara, serta cara laki-laki atau perempuan. Serta
mengungkapkan perasaan. Perilaku-perilaku menginternalisasikan identitas gender sebagai
yang disetujui secara umum yang bagian konsep diri, dan memperoleh hal-hal
mencerminkan suatu stereotip dapat yang disetujui oleh stereotip gender budaya
berubah-ubah dan berbeda-beda pada dan akhirnya mengadopsi sebuah peran
kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. gender yang sesuai dan tidak sesuai stereotip
Namun hampir setiap kebudayaan gender dari lingkungannya.
keberanian, agresif, kemandirian dipandang Berikut tahapan aspek perkembangan
sebagai simbol laki-laki, sedangkan ketaatan, identitas gender pada diri setiap individu.
tanggung jawab sosial sebagai simbol 1. Remaja dan Dewasa
perempuan. Identitas gender telah tercipta dengan
Perbedaan jenis kelamin dalam mantap dan stereotip sudah dipahami
tingkah laku interpersonal diyakini dengan baik. Individu dapat
perempuan lebih cenderung menyadari mengidentifikasi diri dengan stereotip
emosinya daripada laki-laki, lebih gender yang berhubungan dengan jenis

57
Syi’ar Vol. 14 No. 1 Februari 2014

kelaminnya atau tidak sehingga, 2. Gender stability, sekitar 4-5 tahun.


seseorang dapat mengadopsi stereotip Fase ini adalah fase individu mampu
yang berhubungan dengan jenis mengerti sifat alami dari suatu jenis
kelaminnya, stereotip lawan jenis, kedua kelamin.
jenis kelamin, atau tidak sama sekali. 3. Gender consistency, sekitar 6-7 tahun.
2. Masa kanak-kanak akhir Fase ketika individu mengerti bahwa
Identitas jenis kelamin menjadi sangat jenis kelamin merupakan suatu hal yang
jelas, dan identitas gender (saya seorang tidak dapat diubah.
laki-laki atau saya seorang perempuan)
berkembang sebagai bagian dari konsep Peran Orang Tua dalam Pembentukan
diri. Anak juga belajar apa yang secara Identitas Gender Anak
budaya disebut karakteristik gender yang Salah satu nilai yang ditanamkan dalam
“pantas” dan “tidak pantas”. Pada usia keluarga kepada anak adalah gender.
lima tahun, stereotip gender mulai Keluarga merupakan agen sosialisasi yang
muncul. pertama mengajarkan seorang anak laki-laki
3. Usia 2 sampai 4 tahun untuk menganut sifat maskulin, dan seorang
Anak belajar kategori sosial pada laki- anak perempuan menganut sifat feminim.
laki dan perempuan dan memberi label Terdapat tiga hal yang mempengaruhi
diri dan orang lain sebagai anak laki-laki perkembangan gender, yaitu pengaruh
atau anak perempuan, walaupun dengan biologis, sosial, dan kognitif. Pertama,
pemahaman yang terbatas dari makna pengaruh biologis dipahami melalui faktor-
yang sebenarnya. faktor biologis dari keturunan. Kedua,
4. Konsepsi pengaruh sosial dipahami melalui faktor-
Gen-gen kromosom jenis kelamin, faktor yang muncul dari interaksi antara
yang menentukan apakah seorang bayi seorang anak terhadap lingkungnnya, baik
laki-laki atau perempuan telah dimiliki. dalam keluarga, budaya, masyarakat, media
Kohlberg menjelaskan 3 fase maupun sekolah. Ketiga, pengaruh kognitif
perkembangan gender: 10 yang dipahami bahwa pembagian gender
1. Gender identity, sekitar usia 2-3 tahun. anak terjadi setelah anak berfikir bahwa
Fase ini adalah fase individu mulai dirinya laki-laki atau perempuan, setelah
melabelkan dirinya sebagai laki-laki atau mereka secara konsisten menyadari bahwa
perempuan dan ini akan menjadi dasar dirinya laki-laki atau perempuan dengan
dari gender dan perilaku individu di memilih aktivitas, objek, dan sikap yang
masa yang akan datang. konsisten dengan label ini.

58
Triyani Pujiastuti
Peran Orang Tua dalam Pembentukan

Setelah mengatahui klasifikasi tersebut Ketika anak dalam masa pengenalan


maka kita dapat menyimpulkan bahwa jenis kelamin serta perannya, tugas utama dari
pengaruh orang tua diklasifikasikan sebagai orang tua adalah memperkenalkan hal-hal
pengaruh sosial terhadap gender. Peran orang yang menunjang pembentukan identitas
tua terhadap perkembangan gender adalah gender sesuai dengan jenis kelamin anak,
awal yang penting dalam suatu komunitas seperti misalnya nama, mainan, pakaian, gaya
karena merupakan lingkup terkecil dan rambut, warna, dan lain sebagainya. Orang
terdekat dalam suatu hubungan interpersonal. tua ingin menunjukkan identitas anaknya
Peran ini akan menjadi pola yang membentuk sesuai dengan jenis kelaminnya, misalnya anak
karakter sebuah individu terhadap perempuan diberikan pakaian dan

perkembangan gendernya. Perilaku orang tua perlengkapan berwarna merah jambu,

terhadap anak mereka akan menjadi sedang anak laki-laki biasanya diberi
permainan seperti robot, pistol, dan
konstruksi identitas yang terekam dalam diri
sebagainya. Melalui usaha ini semuanya
seorang anak.
membentuk peran-peran mengenai wanita
Setelah dinyatakan laki-laki atau
yang berbeda dengan pria bukan secara
perempuan saat persalinan semua orang,
biologis saja namun secara sosiologis dan
mulai dari orang tua, saudara, bahkan orang
psikologis. Sehingga selain pengenalan
lain, akan memperlakukan bayi tersebut
terhadap obyek, hal yang juga sangat penting
dengan cara berbeda. Baik ayah maupun ibu
adalah pengenalan terhadap peran dan
punya peran psikologis penting dalam
perilaku yang sesuai dengan jenis
perkembangan gender anak. Ibu biasanya
kelaminnya.11
memiliki tanggung jawab untuk mengasuh dan
Orang tua dalam membedakan
merawat secara fisik, sedangkan ayah
perlakuannya terhadap anak laki-laki dan
bertanggung jawab dalam interaksi ketika
anak perempuan dapat dijelaskan melalui tiga
bermain dan meyakinkan bahwa anak-anak
teori menurut Maccoby dan Jacklin:12
mematuhi norma budaya yang berlaku. Pria
1. Teori Imitasi
diharapkan melakukan peran yang bersifat
Mengenai identifikasi awal
instrumental yaitu beroientasi pada pekerjaan
seorang anak terhadap anggota keluarga
untuk memperoleh nafkah (task oriented),
sedang wanita harus melakukan peran yang yang jenis kelaminnya sama, maka akan

bersifat ekspresif, yaitu beroientasi pada menirukan tingkah laku yang jenis
emosi manusia serta hubungannya dengan kelaminnya sama dengannya, dengan
orang lain (people oriented). menirukan tingkal laku orang dewasa.

59
Syi’ar Vol. 14 No. 1 Februari 2014

Anak akan mengidentifikasi dirinya Perkembangan gender


dengan orang tuanya yang berjenis dipengaruhi juga oleh bagaimana anak
kelamin sama dengannya. Teori ini memperoleh perilaku dan sikap maskulin atau
didukung juga oleh teori gender feminim dari orang tua. Hal tersebut dapat
psikoanalisis yang dikemukakan oleh berupa pemberian pujian atau hukuman pada
Freud bahwa anak usia pra sekolah si anak sesuai dengan gender. Sejalan dengan
mengembangkan ketertarikan seksual itu Bandura dalam teori kognisi sosial bahwa
terhadap orang tua yang berjenis kelamin pada satu bagian, kita baru bisa mengimitasi
berbeda. Pada usia 5-6 tahun, anak orang lain jika merasa memperoleh
menghentikan ketertarikan ini karena penghargaan dari tindakan ini, dan sebagian
timbul kecemasan dalam dirinya, lagi. Respon dipengaruhi juga oleh penguatan
kemudian anak akan mengidentifikasi yang dialami sendiri, yaitu konsekwensi yang
dirinya dan secara tidak sadar berkaitan dengan tindakan si model.
mengadobsi karakteristik orang tua Maksudnya, perkembangan gender anak-
tersebut. anak terjadi melalui observasi dan imitasi dan
2. Self Socialization prilaku gender dan melalui proses pujian
Dalam teori ini anak akan (reward) atau hukuman (punishment) yang
berusaha mengembangkan konsep di alami oleh anak untuk prilaku yang sesuai
tentang dirinya (laki-laki atau atau tidak sesuai dengan gender tertentu.
perempuan), dan juga mengembangkan Pernyataan ini diperkuat lagi oleh
suatu pengertian tentang apa yang harus
Bronfenbrenner dan Melvin Kohn bahwa ada
dilakukan bagi jenis kelamin yang
2 bentuk sosialisasi, antara lain sosialisasi yang
bersangkutan.
berorientasi pada ketaatan yang disebut
3. Teori Reinfocement
dengan sosialisasi dengan cara represif, dan
Menekankan penggunaan
yang berorientasi pada dilakukannya
sanksi berupa hukuman atau
partisipasi.
penghargaan. Hal ini akan mendorong
Sosialisasi yang berbentuk represif
anak bertingkah laku sesuai dengan jenis
menitikberatkan hukuman terhadap perilaku
kelaminnya. Sanksi yang diberikan oleh
yang salah, dan sosialisasi berbentuk
keluarga ataupun orang dewasa lainnya.
partisipatori memberikan imbalan untuk
Dengan sanksi anak didorong untuk
prilaku yang baik. Hukuman dan imbalan
bertingkah laku sesuai dengan jenis
pada bentuk yang pertama sering bersifat
kelaminnya.
60
Triyani Pujiastuti
Peran Orang Tua dalam Pembentukan

material, sedang pada bentuk yang kedua parent terhadap anak akan sangat
lebih simbolis. Komunikasi orang tua dengan mempengaruhi psikologis anak. Namun teori
anak pada bentuk sosialisasi yang represif sosialization dari Scanzoni di atas dapat
lebih sering berbentuk perintah dan melalui menjadi bentuk pembinaan yang dirasakan
gerak-gerik saja (non verbal), berbeda cukup tepat. Anak dituntun untuk
dengan ciri komunikasi pada sosialisasi yang mengembangkan konsep dirinya dan apa
partisipatori lebih merupakan interaksi dua yang harus dilakukan bagi jenis kelaminnya.
arah bersifat verbal. Sosialisasi dengan cara Pembentukan konsep diri dapat melalui
represif berpusat pada orang tua, sedang pengefektifan peran lingkungan dan aspek lain
pada sosialisasi yang partisipatori berpusat seperti media dan pendidikan yang diberikan
pada anak, karena orang tua memperhatikan bagi anak sesuai dengan jenis kelaminnya.
keperluan anak.
Endnote
1
Penutup Herien Puspitawati, Gender dan
Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia
Paparan di atas merupakan peran (Bogor: PT IPB Press, 2012), h. 4.
2
orang tua yang secara normatif berlangsung. Inter Agency Standing Comitte
(IASC), Pere mpuan, Anak Perempuan, Anak
Perang ibu dan ayah secara bergantian dapat
Laki-laki dan Laki-laki; Kebutuhan Berbeda
menekankan identitas gender dari si anak. Kesempatan Sama. Gender Handbook in
Humanitarian Action , 2006. Diakses di http://
Namun, masalah yang biasa muncul adalah
www.humanitarianinfo.org/iasc/gender tanggal
bila anak mengikuti peran orang tua yang jenis akses 21 Juli 2014.
3
kelaminnya berbeda dari dia dalam keluarga Dede William De Vries, Gender Bukan
Tabu; Catatan Perjalanan Fasilitasi Kelompok
orang tua yang berperan tunggal (single Perempuan di Jambi, (Bogor: CIFOR, 2006),
parent). Misalnya, anak laki-laki yang h. 3.
4
Handayani, Trisakti dan Sugiarti,
mengambil peran ibunya sering bersikap
Konsep dan Teknik Penelitian Gender, (Malang:
seperti perempuan, dan sering tidak disukai UMM Press, 2006), h. 6.
5
http://id.wikipedia.org/wiki/
oleh teman-temannya. Sedang anak
Identitas_gender tanggal akses 22 Juli 2014.
perempuan yang bersikap seperti anak laki- 6
Naongsi Pricilla Francis, Peranan
Orang Tua terhadap Proses Pembentukan
laki sering dicemooh seperti “tomboy’ oleh
Identitas Gender pada Waria, Abstrak Tesis,
kawan-kawannya. Hal tersebut menuntut dia kses di http//lib.ui.ac/opac/themes/librari2/
detailjps?id=96256&lokasi=local tanggal akses
kejelian dari orang tua tersebut dalam 22 Juli 2014.
7
mengembangkan potensi gender dari si anak. Steffi Kurniawan dan Meliana Imelda,
Gangguan Identifikasi Jenis Kelamin, DK-210/
Ketidakseimbangan perlakukan single vol.40.11 Th.2013 hal. 828.

61
Syi’ar Vol. 14 No. 1 Februari 2014
8 11
John W. Santrock, Psychology, (USA: Naongsi Pricilla Francis, Peranan
Mc Graw-Hill, 2003), h. 374. Orang Tua terhadap Proses Pembentukan
9
Elizabeth B. Hurlock,Psikologi Identitas Gender pada Waria, Abstrak Tesis,
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang diakses di http//lib.ui.ac/opac/themes/librari2/
Rentang Kehidupan, Terj. Judul Asli Live span detailjps?id=96256&lokasi=local tanggal akses 22
Development, (Jakarta: Erlangga, 1999), h. 157. Juli 2014.
12
10
Steffi Kurniawan dan Meliana Imelda, Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi
Gangguan Identifikasi Jenis Kelamin, hal. 828. Keluarga, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1999), h. 46.

62

Anda mungkin juga menyukai