0|P age
GENDER DALAM HUKUM
I. PENDAHULUAN
Mata kuliah Gender dalam Hukum dirancang untuk perkuliahan strata S1
pada fakultas Hukum Universitas Udayana. Mata kuliah ini merupakan
mata kuliah wajib fakultas, dengan bobot 2 sks. Substansi mata kuliah dibagi
ke dalam 4 pokok bahasan, yaitu: 1) Pengertian-pengertian dasar dalam studi
gender, 2) Isu-isu gender dalam berbagai bidang hukum, 3) Teori-Teori
Feminis, dan 4 Penelitian Hukum Berperspektif Gender. Capaian
Pembelajaran dari Pembelajaran Mata kuliah Gender dalam Hukum
diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
mahasiwa tentang berbagai istilah yang digunakan dalam studi gender dan
persoalan-persoalan gender/isu-isu gender secara akademis, teori-teori
Feminis, serta memperkenalkan kepada mereka tentang metode penelitian
berwawasan gender, sehingga mahasiswa diharapkan mempunyai kepekaan
terhadap persoalan-persoalan gender yang ada di masyarakat, dan juga dapat
melaksanakan penelitian berperspektif gender sebagai salah satu alternatif
pilihan dalam pembuatan skripsi guna mengakhiri studi mereka di perguruan
tinggi.
Adapun manfaat dalam mempelajari Gemder dalam Hukum yaitu Mata kuliah
Gender dalam Hukum mempunyai manfaat praktis maupun teoritis bagi
mahasiswa. Manfaat teoritis, bahwa materi kuliah banyak mengandung isu-
isu menarik untuk diangkat menjadi penelitian untuk penulisan skripsi
ataupun artikel jurnal, Selain itu, berbagai isu gender yang ada juga dapat
diangkat untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat. Manfaat praktis
yang dapat diperoleh oleh mahasiswa adalah pengetahuan dan keterampilan
menganalisis kasus-kasus yang terkait dengan persoalan gender yang dapat
dimanfaatkan kelak oleh mahasiswa setelah bekerja baik sebagai hakim,
jaksa, pengusaha, pendidik, bahkan juga sebagai pembantu rumahtangga
1
Sebelum berbicara gender terlebih dahulu perlu dipahami seks, kodrat dan
gender.
Seks atau jenis kelamin : manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan
dengan perbedaan biologis yang juga disebut seks atau jenis kelamin yang
diciptakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai berikut:
Perempuan Laki-laki
(alat reproduksi yaitu rahim, (alat reproduksi yaitu Penis)
payudara)
- Tumbuh jenggot, rubah suara
Peran biologis (5M) - Bisa mengeluarkan air manih
- Menstruasi - Bisa menghamili perempuan
- Mengandung
- Melahirkan
- Menyusui
- Menopose
Perbedaan ini bersifat kekal, terdapat di mana-mana dan sepanjang masa.
Kodrat diartikan sebagai suatu sifat bawaan biologis sebagai anugrah Tuhan
Yang Maha Esa yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat
dipindahtangankan dari laki-laki kepada perempuan dans ebaliknya dari
perempuan kepada laki-laki.
Implikasi dari anugrah laki-laki dan perempuan adalah diberi peran kodrati
yang berbeda sehingga peran kodrati bersifat statis.
Sehingga seks dan kodrat itu merupakan pemberian Tuhan yang dibawa bayi
dalam kandungan dan tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki dan
perempuan dan juga tidak dapat digantikan fungsinya satu dengan yang
lainnya.
Gender dapat diartikan sebagai peran yang dibentuk oleh masyarakat serta
prilaku yang tertanam lewat proses sosialisasi yang berhubungan dengan jenis
kelamin perempuan dan laki-laki.
2
Gender juga dapat diartikan sebagai suatu konsep hubungan social yang
mebedakan antara peran laki-lai dan peran perempuan dimana peran itu
dibentuk oleh norma social dan nilai social budaya masyarakat.
Gender juga dapat diartikan sebagai hasil konstruksi social yaitu bahwa peran
itu diciptakan oleh masyarakat dimana bisa berubah dari waktu ke waktu
dan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.
Gender bersifat universal dan bukan sifat bawaan manusia sejak lahir.
Gender dipengaruhi oleh berbagai factor baik factor budaya, adat istiadat,
politik agama dan lain sebagainya, sehingga gender mempunyai sifat yang
dinamis.
Perempuan Laki-laki
- l emah - kuat
- lembut, halus - kasar
- emosional - rasional
- pintar mengatur uang dan - boros
hemat
Walaupun kita tahu bahwa ada juga perempuan kasar, kuat, rasional dan
boros dan sebaliknya laki-laki ada yang lembah lembut dan sebagainya.
3
Seks/Kodrat Gender
5
PEngarusutamaan Gender yang dikeluarkan pada tanggal 19 Desember 2000.
Dalam lampiran Inpres tersebut angka 1 disebutkan :
PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender
menjadi satu demensi integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan , pemantauan dana evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional
Tujuan PUG untuk terselenggaranya perencanaan, penyususnan,
pelaksanaan pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan nasional yang berspektif gender dalam rangka
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender yang berspektif gender
dalam kehidupan keluarga, masyarakat berbangsa dan bernegara.
Jadi melihat rumusan itu dapat dikatakan PUG adalah suatu strategi untuk
mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program
yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan
perempuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi daris eluruh program diberbagai bidang kehidupan
pembangunan.
Tujuannya adalah memastikan apakah perempuan dan laki-laki memperileh
akses terhadap berpartisipasi dalam control atas dan memperoleh manfaat
yang sama dari pembangunan.
Tujuan akhir PUG adalah untuk mempersempit dan bahkan meniadakan
kesenjangan atau ketidakadilan gender.
6
IV. Idiologi Patriarkhi :
Patriarki merupakan sebuah sistem otoritas yang berdasarkan kekuasaan
laki-laki tersosialisasi melalui lembaga-lembaga sosial, politik, dan ekonomi.
Lembaga keluarga dipandang sebagai institusi otoritas sang ―Bapak‖, dimana
pembagian kerja berdasarakan gender dan opresi terhadap perempuan
disosialisasikan dan diproduksi. Keluarga sarat dengan muatan-muatan
ideologis dan kepentingan kelas yang berkuasa, yaitu laki-laki.
Dari beberapa studi yang dilakukan selama ini, menunjukkan ideologi
patriarki tumbuh subur dalam lembaga keluarga yang menganut sistem
patrilineal, dimana laki-laki pada sistem ini menjadi tokoh penting dan
dominan dalam keluarga pada berbagai bidang, baik kekuasaan maupun
dalam aksesnya terhadap aset-aset ekonomi, seperti sistem pewarisan
patrilineal.
Akibatnya kehidupan perempuan menjadi sangat dependen pada laki-laki.
Dalam keluarga patrilineal-patriarkis, laki-laki juga mengontrol daya kerja
perempuan secara formal dan informal. Adanya perlawanan dari perempuan
akan memberikan konsekuensi ekonomi dan sosial pada mereka.
V. Emansipasi :
Emansipasi ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sejumlah usaha
untuk mendapatkan hak politik maupun persamaan derajat, sering bagi
kelompok yang tak diberi hak secara spesifik, atau secara lebih umum dalam
pembahasan masalah seperti itu. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
emansipasi ialah pembebasan dari perbudakan, persamaan hak
dalamberbagai aspek kehidupan masyarakat. Emansipasi wanita ialah proses
pelesapan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau
dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang
dan untuk maju.
7
VI. HAM dan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Wanita
Kepedulian terhadap HAM bagi bangsa Indonesia dapat dilihat dalam
komitmen Bangsa Indnesia yang bersumber pada Pancasila khususnya sila 2
(kemanusiaan yang adil dan beradab).
Perhatian internasional terhadap pemajuan dan perlindungan HAM dan
kebebasan fundamental berakar langsung pada kesadaran komunitas
internasional bahwa pengakuan terhadap martabat yang melekat dan hak-
hak yang sederajat dari semua anggota umat manusia adalah dasar dri
kebebasan, keadilan dan kedamain di dunia.
Untuk mendorong penghormatan terhadap HAM dan kebebasan secara
universal tanpa membedakan ras, jenis kelamin bahasa atau agama, maka
Negara peserta PBB telah memplokamirkan dalam DUHAM tahun 1948.
Lahirnya DUHAM merupakan cerminan dari keberhasilan semua orang dan
semua bangsa untuk memajukan penghormatan terhadap HAM. DUHAM
merupakan juga keberhasilan yang luar biasa dan merupakan satu langkah
yang maju dalam proses evolusi besar, karena merupakan kesempatan
pertama dimana komunitas bangsa-bangsa membuat deklarasi tentang hak
dan kebebasan fundamental manusia. Pada waktu DUHAM ditetapkan oleh
PBB tidak ada Negara peserta PBB yang menentangnya.
Indonesia merupakan salah satu anggota PBB yang ikut menandatangani
DUHAM. Penandatanganan DUHAM mempunyai maksud sebagai Negara
peserta PBB Indonesia menyetujui isi dari DUHAM dan mempunyai komitmen
untuk ikut memajukan dan melindungi HAM. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Indonesia secara normative terikat pada substansi dari DUHAM.
Esensi dari DUHAM :
1. Menghormati nilai-nilai kemanusiaan dan martabat manusia.
2. Menghormati prinsip non-diskriminasi (tanpa membedakan ras, suku,
agama, bahasa dan jenis kelamin).
8
Terkait dengan Hak asasi wanita, bahwa dengan lahirnya DUHAM
merupakan titik tolak dalam lahirnya Instrumen Internasional tentang Hak
Asasi Wanita. Perlindungan terhadap hak –hak perempuan terrealisasi dalam “
Convention on The Elemination of All Types of Discrimination against Women”
diseingkat dengan women’s convention atau konvensi wanita atau konvensi
perempuan pada tahun 1979. Diadopsinya konvensi wanita oleh PBB
seringkali disebut sebagai suatu terobosan penting yang telah dicapai.
Konvensi wanita ini sering disebut sebagai CEDAW.
CEDAW ini dibentuk dengan sasaran untuk dapat meningkatkan
penegakan dan perlindungan hak-hak wanita sebagai hak-hak manusia.
Indonesia sebagai Negara peserta PBB telah meratifikasi Konvensi wanita
tahun 1984 melalui UU No. 7 tahun 1984.
Prinsip-prinsip yang dianut Konvensi Wanita :
Konvensi wanita menekankan pada kesetaraan dan keadilan antara wanita
dan pria (equality and equity) yaitu persamaan hak dan kesempatan serta
perlakuan di segala bidang dan segala kegiatan.
Pada intinya Konvensi wanita mengakui adanya :
1. Perbedaan biologis atau kodrati antara wanita dan pria.
2. Perbedaan perlakuan terhadap wanita yang berbasis gender yang
mengakibatkatkan kerugian pada wanita. KErugian itu berupa
subordinasi kedudukan dalam keluarga dan masyarakat, maupun
pembatasan kemampuan dan kesempatan dalam memanfaatkan
peluang yang ada. Peluang itu dapat berupa peluang untuk tumbuh
kembang secara optimal , menyeluruh dan terpadu, peluang untuk
berperan dalam pembangunan di semua bidang dan tingkat kegiatan,
peluang untuk menikmati manfaat yang sama dengan pria dari hasil-
hasil pembangunan dan peluang untuk mengembangkan potensinya
secara optimal.
3. Perbedaan kondisi dan posisi antara wanita dan pria, dimana wanita ada
dalam kondisi dan posisi yang lebih lemah karena mengalami
9
diskriminasi atau menanggung akibat karena perlakuan diskriminatif
atau karena lingkungan, keluarga dan masyarakat tidak mendukung
kemandirian wanita.
Konvensi wanita didasarkan atas prinsip-prinsip ;
1. Prinsip persamaan menuju persamaan substansi
2. Prinsip non diskriminasi antara wanita dan pria
3. Prinsip kewajiban Negara.
Ad 1. Prinsip persamaan menuju persamaan substansi adalah
Langkah-langkah untuk merealisasi hak-hak wanita yang ditujukan
untuk mengatasi adanya perbedaan atau kesenjangan atau keadaan
yang merugikan wanita.
Persamaan substantive dengan pendekatan koreksi merupakan
langkah-langkah khusus agar wanita mempunyai akses pada dan
menikmati manfaat yang sama seperti pria dari kesempatan dan
peluang yang ada.
Konvensi wanita mewajibkan pemerintah untuk mendasarkan
kebijaksanaan pada prinsip-prinsip :
1. Persamaan kesempatan antara pria dan wanita
2. Persamaan pria dan wanita untuk menikmati hasil-hasil dari
pembangunan dalam artian wanita dan pria menikmati manfaat
yang sama/adil.
3. Hak hokum yang sama antara pria dan wanita dalam :
a. Dalam kewarganegaraan
b. Dalam perkawinan dan hubungan keluarga
c. Atas perwalian anak
d. Persamaan kedudukan dalam hokum dan perlakuan sama di
depan hokum.
10
Prinsip diskriminasi terhadap wanita dimuat dalam pasal 1 Konvensi
Wanita yang menegaskan :
Bahwa diskriminasi terhadap wanita adalah setiap pembedaan,
pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin yang
mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan
pengakuan, penikmatan atau pengunaan hak-hak asasi manusia dan
kebebasan-kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, social budaya, sipil
atau apapun lainnnya oleh wanita terlepas dari status perkawinan mereka,
atas dasar persamaan antara pria dan wanita.
Segala bentuk diskriminasi terhadap wanita harus dihapuskan. Untuk
itu diperlukan langkah-langkah proaktif untuk mencapai persamaan antara
wanita dan pria.
11
Melakukan identifikasi adanya diskriminasi terhadap wanita dan
melakukan langkah-langkah untuk memperbaikinya.
Melaksankan sanksi atas tindakan diskriminasi terhadap wanita
Memberikan dukungan pada penegakan hak-hak wanita dan mendorong
persamaan dan kesetaraan maupun keadilan melalui langkah-langkah
proaktif.
Meningkatkan persamaan de-facto wanita dan pria.
Kewajiban yang lain :
Ratifikasi konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Wanita berarti bahwa Negara peserta mengikatkan dirinya untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam konvensi wanita.
Negara peserta berkewajiban memberikan laporan mengenai
pelaksanaan Konvensi Wanita kepada CEDAW setiap 4 tahun sekali.
Laporan itu meliputi peraturan legislative, yudikatif, administrative dan
langkah-langkah yang telah diambil untuk melaksanakan ketentuan-
ketentuan Konvensi dan kemajuan yang telah dicapai.
1988), sehingga tidak ada suatu standar tunggal yang rigit dengan aplikasinya.
konteks ruang dan waktu serta secara sosio-kultural yang indigenous, dengan
catatan bahwa sepanjang suatu aksi atau gerakan ini berangkat dari
12
memotivasi adanya suatu aksi dari perempuan atau laki-laki untuk dengan
Ben Agger (1998) menyatakan bahwa prestasi besar dari teori feminis
berikutnya, feminisme juga mendapat respon yang lain dari isme-isme Barat,
substansial tercela dan tidak perlu diberi ruang (Dzuhayatin, 2000: 235).
persoalan penelitian yang berfokus pada peran dan posisi perempuan dalam
semua aspek kehidupan. Teori ini juga digunakan sebagai pisau bedah
terdidik. Lalu hal ini menimbulkan bentuk feminisme yang multi kulturalis.
seksualitas.
benda (noun) atau kata sifat (adjective) yang diakitkan dengan kata
merupakan kata sifat (adjective) dari feminism yang berarti; (a) teori tentang
Kata feminist sebagai kata benda (noun) berarti pula supporter atau
of women’s subordination for the purpose of figuring out how to change it‖
―critique of male supremacy, formed and offered in the light of a will to change
it‖ (kritik atas supremasi laki-laki yang dirupakan dan ditawarkan dalam
15
2. Teori feminisme mendorong gerakan untuk mencari keseimbangan
gender
Teori feminisme diakui merupakan teori yang lahir karena kondisi yang
g e r a k a n konstruksi sosial
biologis.
hak bersuara (memilih dan dipilih), upah yang sama (dalam pekerjaan),
16
pembebasan laki-laki dari seksisme dan penindasan peran juga menjadi
a. Feminisme liberal
berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik.
berpikir dan bertindak secara rasional, begitu pula pada perempuan. Akar
17
mempersiapkan diri agar mereka bisa bersaing di dunia dalam kerangka
Feminisme liberal menentang hukum yang tidak adil dan setara dalam
berbagai hal. Karenanya, sistem legislasi yang adil harus dibuat, sehingga
standar upah dan fasilitas yang sama. Dalam dunia politik, feminisme
18
Kelemahan feminisme liberal ialah memandang manusia makhluk
dari kepentingan atau hak orang lain. Batas-batas antara hak dan
b. Feminisme radikal
Trend ini muncul sejak pertengahan tahun 1970-an di mana aliran ini
sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau
dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah
Ide Posmo - menurut anggapan mereka - ialah ide yang anti absolut dan
19
gender kurang signifikan untuk model-model kewarganegaraan (Gaus &
Kukathas, 2013:650).
d. Feminisme anarkis
e. Feminisme Marxis
20
IX. TEORI FEMINISME MENGKONTRUKSI HUBUNGAN GENDER DAN
NEGARA
Pada awal berdirinya tahun 1970 an, gerakan perempuan baru sangat
mencurigai politik arus utama dan negara, yang terutama bersifat patriarkhis
positif, bukan sebagai penghalang bagi mobilitas politik. Namun, teori feminis
Lebih dari hal tersebut, teori politik feminis telah mentransformasi cara
pikir tentang isu-isu utama dalam teori politik, termasuk negara, relasi-relasi
21
antara ranah publik dan ranah pribadi, kewarganegaraan serta aspek inti
Gerak yang kedua di dalam teori politik feminisme dewasa ini berupa
perbaruan minat pada peran negara dalam mengatur relasi gender. Teorisasi
patriarkhi yang dapat digolongkan menjadi dua pola pokok umum. Pertama,
perbedaan alami laki-laki dan perempuan sehingga timbul apa yang disebut
dkk. 200:210).
beberapa bentuk aksi. Partisipasi perempuan dalam aksi nyata (empiris) dalam
Abendanon, Stella, Ny. Ovink-Soer, dll) bertajuk Door Duisternis Tot Licht
(1911). Buku ini, kemudian populer ketika Armin Pane, pujangga angkatan
23
Balai Pustaka, menerjemahkannya dan memberinya judul Habis Gelap
Terbitlah Terang. Buku inilah yang memberi inspirasi bagi kaum perempuan di
kapada sahabatnya di Belanda Ny. N. Van Kol, memberi semangat yang luar
Atas pengalaman yang dialaminya itu, Kartini sampai pada kesimpulan bahwa
wanita harus bergerak dan bangkit melawan penindasan ini. Untuk bangkit
perempuan, terutama budi pekerti, agar mereka menjadi ibu yang berbudi
luhur, yang dapat berdiri sendiri mencari nafkah sehingga mereka tidak perlu
takdir tradisi sebagai wanita Jawa. Ia memilih untuk menikah, punya anak,
24
sebelumnya. Bahkan pernikahan poligami yang sebelumnya sangat dimusuhi
familiar di negeri ini. Secara garis besar, dimasa lalu perjuangan feminisme di
bentuk bagi perjuangan perempuan saat itu. Posisi perempuan dalam keluarga
dan masyarakat sangat subordinat. Praktik poligami yang terjadi saat itu,
pendidikan yang hanya bisa diakses oleh laki-laki dan tekanan pemerintah
gerakan Dewi Sartika dan Kartini lebih ke pendidikan dan itu pun baru upaya
melek huruf dan mempersiapkan perempuan sebagai calon ibu yang terampil,
karena baru sebatas itulah yang memungkinkan untuk dilakukan di masa itu.
Sementara Cut Nya’ Dien yang hidup di lingkungan yang tidak sepatriarkhi
25
Pasca kemerdekaan, perempuan juga mengambil bagian
berlanjut pada 1965, dan situasinya pada masa awal Orde Baru
(http://wri.or.id/homepage-id/)
menguat. Terbukanya kran demokrasi pada awal tahun 1999 menjadi pijakan
yang menggembirakan bagi perempuan. Hal ini dapat ditelusuri dari peran
gender karena nuansa kepekaan gender menjadi salah satu landasan dalam
organisasi atau institusi, serta menjadi bagian dari nafas budaya di dalamnya.
digambarkan dalam beberapa novel Indonesia masa lampau seperti Azab dan
Sengsara (Merari Siregar, 1920), Sitti Nurbaya (Marah Rusli, 1922), Kehilangan
dengan suasana patriarkhi. Setting cerita dan berontak Sitti Nurbaya dalam
novel memberi gambaran yang jelas tentang kesenjangan dan pembaca diajak
Seperti yang telah diuraikan di atas, tahun 1960 an, tujuan-tujuan politik
(Ollenburger, 2002:20).
mereka yang mengawal gerakan ini pada tataran bargaining dan lobbying baik
tulisan lainnya, gagasan/ ide ini masuk dan mudah diakses masyarakat
ruang dan waktu bagi pembacanya. Para penulis artikel, novel, bahkan status
sosialisasi. Disatu sisi dibutuhkan adanya porsi yang cukup diberikan kepada
artikel, karya ilmiah dan hasil penelitian kini semakin banyak ditulis dan
arus internet.
isu yang menarik dalam ―goresan pena‖ kaum feminis dimasa sekarang,
sebagai berikut;
tuangan gagasan dan fokus kajian para feminis yang menarik, termasuk
Daftar Pustaka:
Agnes Widanti, 2005, Hukum Berkeadilan Gender: Aksi Interaksi Kelompok
Buruh Perempuan dalam Perubahan Sosial, Penerbit Buku Kompas
Jakarta.
Agger, Ben. 1998. Teori Sosial Kritis, kritik, penerapan dan implikasinya.
Jakarta: Kreasi Wacana.
Astuti, Tri Marhaeni P. 2011. Konstruksi Gender dalam Realitas
Sosial.Semarang: Unnes Press.
Dzuhayatin, Fakih, Mansour, (et.al.). 2000. Membincang Feminisme: Diskursus
Gender Prespektif Islam. Surabaya: Risalah Gusti.
Gaus, Gerald F. & Kukathas, Chandran. 2012. Handbook Teori Politik.
Bandung: Penerbit Nusa Media.
Gross, E and C. Pateman. 1986. Feminis Challenge: Social and Political Theory.
Oston: Northeastern University Press.
Lovenduski, Joni. 2008. Politik Berparas Perempuan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Ollenburger, Jane C dan Hellen A.Moore. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Mansour Faqih, 1997, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka
Pelajar Yogyakarta.
32
………, 2007,Hak Azasi PerempuuanInstrumen Hukum Untuk Mewujudkan
Keadilan Gender, Convention Word, Pusat Kajian Wanita dan Gender
Universitas Indonesia, dan Yayasan Obor Indonesia.
Mely G. Tan, 1997, Perempuan dan Pemberdayaan, dalam Kumpulan
Karangan untuk menghormati Ulang Tahun Ke 70 Ibu Saparinah Sadli,
Program Studi Wanita Program Pascasarjana Universitas Indonesia
bekerjasama dengan harian Kompas dan Yayasan Obor, Jakarta.
Trisakti Handayani dan Sugiarti, 2002, Konsep dan Teknik Penelitian Gender,
Universitas Muhammadiyah, Malang.
Saskia Wieringa, ―Ibu Or The Beast: Gender Interest in TwoIndonesian
Women’s Organizations‖, Feminis Review, no.41, 1992, hal. 110
Warsito. 2012. Sejarah Muncul dan Berkembangnya Feminisme dan Gender.
Makalah http://thesmartestteacher.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-
muncul-dab-berkembangnya.html.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
https://en.wikipedia.org/wiki/Encyclopedia (diunduh tanggal 1 Oktober 2015,
Pk. 01.13)
http://wri.or.id/homepage-id/170-current-project-id/gerakan-
perempuan/kepemimpinan-perempuan/470-gerakan-perempuan-bagian-
gerakan-demokrasi-diindonesia#.VoQHY09-4Xo
Bakti P D. 2012. Gender and Feminism. Universitas Airlangga. http://bakti-p-
d-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-48058-
UmumGender%20and%20feminism.html.
Wiyatmi.2002.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Wiyatmi,%20
M.Hum./buku%20MENJADI%20PEREMPUAN%20TERDIDIK.pdf
(diunduh 2 Januari 2016 Pk. 08.00)
33
34