Anda di halaman 1dari 24

KESETARAAN GENDER

Membangun Relasi yang Adil Antara


Laki-laki dan Perempuan
ISTILAH GENDER
• Pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller
(1968) untuk memisahkan pencirian manusia
yang didasarkan pada pendefinisian yang
bersifat sosial budaya dengan ciri-ciri fisik
biologis.
• Ann Oakley (1972) yang mengartikan gender
sebagai konstruksi sosial atau atribut yang
dikenakan pada manusia yang dibangun oleh
kebudayaan.
PERBEDAAN JENIS KELAMIN - GENDER

JENIS KELAMIN (SEKS) GENDER


Perbedaan organ biologis Perbedaan peran, fungsi,
laki-laki dan perempuan dan tanggungjawab
khususnya pada laki-laki dan perempuan
bagian reproduksi. hasil konstruksi sosial

 Ciptaan Tuhan  Buatan manusia


 Bersifat kodrat  Tidak bersifat kodrat
 Tidak dapat berubah  Dapat berubah
 Tidak dapat ditukar  Dapat ditukar
 Berlaku sepanjang zaman  Tergantung waktu dan
& di mana saja budaya setempat
PERBEDAAN SEKS
Laki-laki Perempuan

• payudara
• penis
• vagina
• testis • ovarium
• sperma • menstruasi
(kodrat) • sel telur

(kodrat)
Peran kodrat :
Perempuan : Bisa Hamil, Melahirkan & Menyusui (Peran isteri / Ibu).
Laki-laki : Bisa Membuahi sel telur (Peran suami / ayah).
Apa konsekuensinya?
 Alat-alat yang dimiliki laki-laki dan
perempuan tersebut merupakan atribut
yang selamanya melekat pada setiap
manusia dan fungsinya tidak dapat
dipertukarkan.
 Alat-alat tersebut bersifat permanen tidak
berubah dan merupakan ketentuan
biologis atau ketentuan Tuhan (kodrat).
Karena itu jenis kelamin (seks) merupakan
sifat bawaan dengan kelahirannya sebagai
manusia.
GENDER
• adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pembedaan antara laki-laki
dan perempuan secara sosial.
• Gender adalah kelompok atribut dan perilaku
yang dibentuk secara kultural yang ada pada
laki-laki dan perempuan.
PERBEDAAN PERAN GENDER
Laki-laki Perempuan

Maskulin : kuat, gagah, Feminin : lembut , perhatian,


perkasa, pemberani, tegas, perasa , emosional, mengalah,
rasional, terus terang, suka beraninya di belakang,
menantang, agresif, dst bergantung, submisif, dst

Harus berkerja di luar rumah Diberi tempat di dalam rumah


untuk kerja produksi / untuk kerja domestik dan
menghasilkan uang reproduksi

Karena harus menanggung Tidak perlu bekerja mencari


beban keluarga maka harus nafkah, kalaupun bekerja
diupah secara utuh dianggap sbg pelengkap

Melahirkan KETIDAKADILAN GENDER karena oleh


masyarakat sering disalahartikan sebagai “kodrat”
Perbedaan antara seks (jenis kelamin) dan gender
SEKS GENDER

Biologis Kultur, Adat Istiadat

Pemberian Tuhan Bentukan setelah lahir


(Kodrat) Diajarkan melalui sosialisasi
Internalisasi

Kodrati (alami) Konstruksi sosial

Tidak Dapat Diubah Dapat Diubah (Dinamis)

Peran Seks Peran Gender

Laki-laki Perempuan Memasak, mencuci, merawat anak dan ortu,


mendidik anak, bekerja di luar rumah,
menjadi tenaga professional dsb.
Produksi Reproduksi
(Haid, hamil,
melahirkan,
menyusui,dsb)
PEMBEDAAN SIFAT, FUNGSI, RUANG
DAN PERAN GENDER DALAM MASYARAKAT

LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIFAT Maskulin Feminin

FUNGSI Produksi Reproduksi

RUANG
Publik Domestik
LINGKUP
TANGGUNG
Nafkah utama Nafkah tambahan
JAWAB
BENTUK-BENTUK
KETIDAKADILAN GENDER

• Marginalisasi
• Subordinasi
• Pelabelan/Citra Baku/Stereotype
• Beban Ganda/Double Burden
• Tindak Kekerasan/Violence
BENTUK-BENTUK
KETIDAKADILAN GENDER
• Marginalisasi
• Subordinasi
• Pelabelan/Citra Baku/Stereotype
• Beban Ganda/Double Burden
• Tindak Kekerasan/Violence
MARGINALISASI
Marginalisasi adalah suatu proses
peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin
yang mengakibatkan kemiskinan.
 Kerja domestik tidak dihargai setara dengan pekerjaan publik
 Perempuan sering tidak mempunyai akses terhadap sumber daya
ekonomi, waktu luang dan pengambilan keputusan .
 Perempuan kurang didorong / atau memiliki kebebasan kultural
untuk memilih karir daripada rumah tangga atau akan mendapat
sanksi sosial.
 Perempuan sering mendapat upah yang lebih kecil dibanding lelaki
untuk jenis pekerjaan yang setara
SUBORDINASI
Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa
perempuan itu emosional, irrasional dalam berpikir,
perempuan tidak bisa tampil sebagai pemimpin
(sebagai pengambil keputusan), maka akibatnya
perempuan ditempatkan pada posisi yang tidak
penting dan tidak strategis (second person)
• Perempuan yang tidak menikah atau tidak punya anak
dianggap lebih rendah secara sosial sehingga ada alasan
untuk poligami.
• Perempuan dibayar sebagai pekerja lajang atau bahkan
dikeluarkan karena alasan menikah atau hamil
STEREOTYPE
Stereotipe adalah pelabelan terhadap pihak tertentu
yang selalu berakibat merugikan pihak lain dan
menimbulkan ketidakadilan.
• Perempuan : sumur - dapur – kasur - macak - masak – manak : “sekedar
ibu rumah tangga” dan dianggap sebagai pengangguran, kalaupun
bekerja dianggap sebagai perpanjangan peran domestik : guru TK,
sekretaris, bagian penjualan, dst.
• Perempuan emosional, tidak rasional dan tidak mandiri sehingga tidak
berhak pada fungsi perwakilan dan pemimpin.
• Pria: tulang punggung keluarga dan pencari nafkah tidak peduli seperti
apapun kondisinya, jika gagal dicap sbg “tidak bertanggungjawab”.
• Pria : Kehebatannya dilekatkan pada kemampuan seksual dan karirnya,
menganggap “wajar” jika laki-laki menggoda perempuan, selingkuh,
poligami, dst.
BEBAN GANDA

• Adanya anggapan dalam masyarakat bahwa kaum


perempuan bersifat memelihara, rajin, dan tidak cocok
menjadi kepala keluarga, maka akibatnya semua
pekerjaan domestik menjadi tanggung jawab kaum
perempuan.
• Beban pekerjaan di rumah tidak berkurang dengan
adanya peran publik dan peran pengelolaan komunitas
(walaupun perempuan telah masuk dalam peran
publik/meniti karier peran dalam rumah tangga masih
besar)
• Pekerjaan dalam rumah tangga, sebagian besar
dikerjakan ibu dan anak perempuan sedangkan ayah
dan anak lelaki terbebas dari pekerjaan domestik
VIOLENCE/KEKERASAN
FISIK MAUPUN NON FISIK
Kekerasan (violence) adalah suatu serangan (assault)
baik terhadap fisik maupun integritas mental
psikologis seseorang. Kekerasan terhadap manusia
bisa terjadi karena berbagai macam sumber, salah
satunya adalah kekerasan yang bersumber pada
anggapan gender. Kekerasan semacam itu disebut
“gender-related violence” yang pada dasarnya terjadi
karena adanya ketidaksetaraan kekuatan atau
kekuasaan dalam masyarakat.
• Larangan untuk belajar atau mengembangkan karir
• Penggunaan istilah yang menyebut ciri fisik atau status
sosial : janda kembang, perawan tua, nenek lincah, dst,
• Pemukulan atau penyiksaan fisik lain
• Pemaksaan perkawinan
KESETARAAN GENDER

 Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan


perempuan untuk memperoleh kesempatan
serta hak-haknya sebagai manusia, agar
mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial
budaya, pendidikan dan pertahanan &
keamanan nasional (hankamnas) serta
kesamaan dalam menikmati hasil
pembangunan
KEADILAN GENDER

Suatu perlakuan adil terhadap perempuan


dan laki-laki. Perbedaan biologis tidak bisa
dijadikan dasar untuk terjadinya
diskriminasi mengenai hak sosial, budaya,
hukum dan politik terhadap satu jenis
kelamin tertentu.
Dengan keadilan gender berarti tidak ada
pembakuan peran, beban ganda,
subordinasi, marginalisasi dan kekerasan
terhadap perempuan maupun laki-laki.
TERWUJUDNYA KESETARAAN DAN
KEADILAN GENDER
Ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara
perempuan dan laki-laki dan dengan demikian mereka
memiliki akses, kesempatan berpartisipasi dan
kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat
yang setara dan adil dari pembangunan
KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER

 Keadilan dan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan


utama peradaban manusia untuk mencapai
kesejahteraan
 Membangun keharmonisan kehidupan bermasyarakat,
bernegara dan membangun keluarga berkualitas,
 Jumlah penduduk perempuan hampir setengah (49,9%)
dari seluruh penduduk Indonesia dan merupakan
potensi yang sangat besar dalam mencapai kemajuan
dan kehidupan yang lebih berkualitas
MAKA

 Kesetaraan Gender menjadi persoalan


pokok pembangunan

 Kesetaraan Gender memperkuat negara


untuk berkembang, mengurangi
kemiskinan, dan memerintah secara
efektif

 Mempromosikan kesetaraan gender


adalah bagian utama pembangunan
 Keberhasilan pembangunan nasional di
Indonesia, baik oleh pemerintah, swasta
maupun masyarakat sangat tergantung dari
peran serta laki-laki dan perempuan sebagai
pelaku dan pemanfaat pembangunan

 Hingga saat ini peran perempuan belum


dioptimalkan, oleh karena itu program
pemberdayaan perempuan menjadi agenda
bangsa dan memerlukan dukungan semua pihak
ISU-ISU PEREMPUAN
..\..\EAPI\LEADERSHIP\Amelia Vasquez, RSCJ\violence against women facts and figures.doc

1. Masalah kemiskinan
2. Trafiking perempuan dan anak
3. KDRT
4. TKW Luar Negeri
5. HIV/Aids
6. Narkoba dan pornografi
STRATEGI
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

1. Pengarusutamaan Gender (PUG/GMS)


2. Penyadaran gender di masyarakat
3. Pembaharuan dan Pengembangan Hukum dan
Peraturan Perundang-undangan yang memberikan
perlindungan terhadap perempuan
4. Advokasi, Fasilitasi dan Mediasi
5. Pengembangan Kemitrasejajaran Harmonis
6. Sistem Informasi Gender
7. Pengembangan Sistem Penghargaan

Anda mungkin juga menyukai