USAHA TRALIS
ANGGOTA KELOMPOK
1. Dwi Aji Herdian 030.13.061 (Ketua)
2. Christine Kurniawan 030.13.045 (Sekretaris)
UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini dilaksanakan
dalam rangka menjalani modul komprehensif di Fakultas Kedokteran (FK)
Universitas Trisakti. Penulisan makalah ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan
bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. dr. Gita Handayani Tarigan, MPH, selaku ketua modul yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk melaksanakan kegiatan belajar pada modul
ini.
2. dr. Rudy Pou, MARS, selaku pembimbing yang telah mengarahkan penulis
dalam penyusunan makalah ini.
3. Ibu Suryati, selaku kader yang telah memfasilitasi dan membantu kami selama
program pembelajaran lapangan berlangsung.
4. Bapak Rosyid, Bapak teguh, dan Bapak Umar, yang telah membantu dan
memberikan waktu dalam wawancara kesehatan kerja.
5. Serta teman-teman satu angkatan di FK Universitas Trisakti dan Semua pihak
yang tidak mungkin disebutkan satu per satu atas motivasi, inspirasi, dan
kebersamaannya selama menjalani proses pembelajaran di Rusunawa,
Cengkareng Timur.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan demi melengkapi makalah ini. Akhir
kata, Semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak dan makalah ini hendaknya
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, profesi, dan
masyarakat luas.
Jakarta, April 2017
Penulis
DAFTAR ISI
1
HALAMAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................4
1.4 Manfaat ..........................................................................................4
1.4.1 Bagi Pekerja dan Pemilik.....................................................4
1.4.2 Bagi Mahasiswa....................................................................4
1.4.3 Bagi Institusi Pemerintah......................................................4
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan......................................................4
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengetahuan Tentang K3................................................................35
2
4.2 Sanitasi Tempat Kerja.....................................................................35
4.3 Kondisi Lingkungan Kerja.............................................................35
4.4 Temuan-temuan Hasil Pemeriksaan Kesehatan Karyawan............36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................40
LAMPIRAN.....................................................................................................42
DAFTAR TABEL
3
Tabel 1 Perbedaan sektor usaha Formal dan Informal..........................................20
Tabel 2 Pukesmas di Kecamatan Cengkareng.......................................................22
Tabel 3 Perbatasan Jakarta Barat.......................................................................... 22
Tabel4 Perbatasan Kecamatan Cengkareng...........................................................23
Tabel 5 Faktor Fisik.............. ................................................................................27
Tabel 6 Identifikasi Faktor Resiko di Tempat Kerja..............................................31
Tabel 7 Penilaian Tingkat Risiko dan Minimalisir Kerja......................................33
Tabel 8 Hasil Pemeriksaan.....................................................................................34
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 1 Wilayah Jakarta Barat... .......................................................................23
Gambar 2 Wilayah Jakarta Barat ..........................................................................24
Gambar 3 Denah Ruangan.....................................................................................25
Gambar 4 Alur Kerja.............................................................................................29
DAFTAR LAMPIRAN
5
Lampiran 1. Kondisi Pabrik...................................................................................42
Lampiran 2. Tabel POA.........................................................................................45
Lampiran 3. Kuesioner ..........................................................................................47
6
BAB I
PENDAHULUAN
1
merugikan karyawan tetapi juga perusahaan. Oleh karena itu di perlukan
suatu ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi di dalam mengoperasikan.2
Pada umumnya kecelakaan kerja dapat di sebabkan oleh dua faktor
yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu kekurang hati- hatian
serta tindakan dari manusia yang tidak di sengaja melanggar peraturan
keselamatan kerja. Sedangkan faktor lingkungan adalah tindakan yang tidak
aman dari lingkungan kerja antara lain meliputi mesin-mesin dan peralatan
kerja. Akan tetapi terjadinya kecelakaan kerja lebih besar terjadi pada diri
manusia, karena manusia paling banyak berperan di dalam menggunakan
peralatan yang terdapat di perusahaan.2
Pada dasarnya program K3 adalah suatu perlindungan kesejahteraan
untuk karyawan. Mangkunegara mengemukakan “setiap pegawai agar
memperoleh jaminan K3 baik secara fisik, sosial, psikologis”. Karena itu
timbulnya K3, dikarenakan oleh kondisi perusahaan tentang sejauh mana
program K3 kerja itu di terapkan sehingga dapat memberikan kepuasan
kerja bagi karyawan secara maksimal.3
Pelaksanaan keamanan dan kesehatan kerja harus memenuhi sasaran
yaitu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, mencegah timbulnya
penyakit akibat kerja, mencegah/mengurangi kematian dan cacat tetap,
pemeliharaan terhadap peralatan kerja, dapat meningkatkan produktifitas
kerja sehingga tenaga kerja tidak harus memeras tenaganya, dapat
menjamin keadaan kempat kerja yang aman dan sehat, dapat memperlancar
kegiatan dan pekerjaan pada industri konveksi tersebut.4
Sama halnya dengan usaha tralis yang dimiliki oleh pak Rosyid,
berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dapat terjadi. Hal ini
dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan pekerja terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri.
Selain kemungkinan besar terjadinya kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja juga tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada pekerja
apalagi pada usaha yang informal. Hal ini disebabkan karena pada biasanya
mereka bekerja dengan peralatan apa adanya tanpa memenuhi syarat
ergonomik alat tersebut serta jam kerja yang tidak menentu.
2
Tidak hanya usaha formal, usaha informal juga memerlukan
pelayanan kesehatan okupasi. Pelayanan kesehatan primer kedokteran
okupasi adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja, baik
sebagai individu maupun komunitas pekerja pada tingkat primer.1
Menurut survai jumlah perusahaan di Indonesia skala kecil sejumlah
141,894 (83.70%),industri skala sedang 14,970 (8.83%) dan jumlah
industri skala besar sejumlah 12,660 (7.47%), sehingga jumlah total
industri di Indonesia adalah sejumlah 169,524 perusahaan.13
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun
2013, 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja
dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012)
ILO mencatatat angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. hasil laporan
pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Provinsi di Indonesia tahun 2013, jumlah
kasus penyakit umum pada pekerja ada sekitar 2.998.766 kasus, dan jumlah
kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844
kasus.13
Pemerintah Indonesia juga menjamin kesehatan dan ketenaga kerjaan
yang tertuang pada Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Berdasarkan adanya permasalahan di atas, maka timbul pemikiran
dan keinginan pada penulis untuk melakukan survei tentang kesehatan dan
keselamatan kerja pada sektor usaha informal tralis milik bapak Rosyid.
3
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui keselamatan dan kesehatan kerja pada industri informal.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil perusahaan atau industri informal tersebut.
b. Mengetahui proses produksi atau alur prosesnya.
c. Mengetahui pemantauan K3.
d. Mengidentifikasi risiko, menganalisa risiko dan mengendalikan
risiko.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
1) Proses kerja yang rutin dan membosankan
2) Hubungan kerja yang selalu menekan atau sangat menuntut
3) Suasana kerja yang kurang aman.2
Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem
yang direncanakan untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua
personel di tempat kerja agar pekerja tidak menderita luka maupun
menyebabkan penyakit di tempat kerja dengan mematuhi/taat kepada
hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang tercermin pada
perubahan yang menuju keselamatan di tempat kerja. Program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem program yang dibuat bagi
pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventive)
timbulnya kecelakaan serta penyakit kerja akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit kerja akibat hubungan kerja, kemudian tindakan
antisipatif bila terjadi hal demikian.1,4
Keselamatan kerja merupakan sebuah keniscayaan dalam dunia kerja
hari ini. Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh aturan atau regulasi
pemerintah dalam bidang ketenagakerjaan yang semakin ketat tapi juga
demi keberlanjutan bisnis dari perusahaan itu sendiri. Secara umum,
kesehatan dapat diartikan sebagai perlindungan terhadap tubuh dan pikiran
dari penyakit yang berasal dari material, proses dan prosedur yang
digunakan di tempat kerja. Sedangkan keselamatan dapat definisikan
sebagai perlindungan dari luka fisik. Batasan antara kesehatan dan
keselamatan sebuah kondisi yang dikenal dengan sakit. Kedua kata ini
sering digunakan secara bersama-sama untuk mengindikasikan
penampakan fisik dan kesehatan mental dari individu di tempat kerja.1
Program keselamatan dan kesehatan kerja diselenggarakan karena
tiga alasan pokok, yaitu 5,6:
1. Moral. Para pengusaha menyelenggarakan upaya pencegahan
kecelakaan dan penyakit kerja pertama sekali semata-mata atas dasar
kemanusiaan. Mereka melakukan hal itu untuk memperingan
penderitaan karyawan dan keluarganya yang mengalami kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
6
2. Hukum. Dewasa ini, terdapat berbagai peraturan perundang-
undangan yang mengatur ikhwal keselamatan dan kesehatan kerja,
dan hukuman terhadap pihak-pihak yang melanggar ditetapkan cukup
berat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan itu, perusahaan
dapat dikenakan denda, dan para supervisor dapat ditahan apabila
ternyata bertanggungjawab atas kecelakaan dan penyakit fatal.
3. Ekonomi. Adanya alasan ekonomi karena biaya yang dipikul
perusahaan dapat jadi cukup tinggi sekalipun kecelakaan dan penyakit
yang terjadi kecil saja. Asuransi kompensasi karyawan ditujukan
untuk member ganti rugi kepada pegawai yang mengalami
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Apabila perusahaan dapat melaksanakan program keselamatan dan
kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh
manfaat sebagai berikut 5:
1. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja
yang hilang.
2. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih
rendah karena menurunnya pengajuan klaim.
5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari
partisipasi dan ras kepemilikan.
6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra
perusahaan.
7. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial.
7
akses atas sumber daya di bidang kesehatan, dan setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau.
b. Undang-Undang No 13 Tahun 2003
Undang-undang ini menjelaskan mengenai Ketenagakerjaan
menetapkan pada hakikatnya hukum ketenagakerjaan tidak hanya
mengatur kepentingan saja tetapi termasuk kepentingan masyarakat
pemberi kerja.dalam pasal 86 sampai dengan 87 undang-undang ini
di tetapkan bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan
atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja, moral dan kesusilaan, serta
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama,untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
dan setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan dan pelaksanaanya di atur sanksi
administratif atas pelanggaran ketentuan ini, Undang-undang ini
meliputi:
1) Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
sesudah masa kerja.
2) Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
3) Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
4) Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha,
badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan
tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
c. Undang-Undang No 1 Tahun 1970
UU Keselamatan kerja yang di gunakan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, menjamin suatu proses produksi berjalan
teratur dan sesuai rencana, dan mengatur agar proses produksi tidak
merugikan semua pihak, setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas
8
nasional, Undang-undang ini meletakan dasar-dasar pelaksanaan
Kesehatan Kerja, seperti yang tercantum dalam pasal 3 dan pasal 8
dalam pasal 3 di atur tentang:
a. pemberian pertolongan pada kecelakaan mencegah dan
mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja.
b. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban serta
memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerja, sedangkan pasal 8 diatur
tentang kewajiban pemberi kerja untuk memeriksakan
kesehatan pekerja yang akan di terima maupun akan di
pindahkan, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. UU
Keselamatan Kerja yang berlaku di Indonesia sekarang adalah
UU Keselamatan Kerja (UUKK) No.1 tahun 1970. Undang-
undang ini merupakan Undang-undang pokok yang memuat
aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada
di wilayah kekuasan hukum NKRI.2
9
Dengan menggunakan kacamata, para pekerja dapat terlindung dari
serpihan yang dihasilkan dari potongan besi.
b. Kacamata Hitam
Dengan menggunakan kacamata hitam, para pekerja dapat terlindung
dari cahaya yang berlebihan saat proses pengelasan.
c. Sarung tangan.
Dengan menggunakan sarung tangan, para pekerja dapat melindungi
bagian tangan dari benda tajam, resiko terbakar atau tersengat listrik,
bahan kimia, ataupun infeksi kulit.
d. Masker
Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari
debu, serpihan, dan bahan kimia berbentuk uap dan asap.
e. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakain lengan panjang saat bekerja sangat penting
pada perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari penetrasi benda
tajam (besi, alat potong).
f. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian
sepatu yang nyaman agar terhindar dari lantai licin, lantai basah,
benda tajam, dan benda jatuh.
g. Kursi yang dilengkapi dengan sandaran
Agar sewaktu-waktu jika punggung terasa lelah, dapat direfleksikan
pada bantalan kursi, dan mengurangi frekuensi berjongkok pada
pekerja.
2.4 PENGENDALIAN BAHAYA KERJA PADA USAHA TRALIS
Aturan Control of Substances Hazardous to Health Regulations
(COSHH) 1988 bertujuan untuk mencegah gangguan kesehatan akibat
paparan zat berbahaya. Dalam konteks ini, pengusaha diharapkan untuk
mengembangkan langkah-langkah kontrol yang sesuai dan memadai
dengan cara.1
Mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko;
Mengambil tindakan untuk mengurangi dan mengendalikan
risiko;
Menjaga tindakan pengendalian dalam peninjauan berkala.
Dalam rangka membantu pengusaha dengan tugas tersebut, Health
and Safety Executive atau HSE telah menghasilkan 8 prinsip berikut:1
10
1. Merancang dan mengoperasikan proses dan kegiatan untuk
meminimalkan emisi, rilis dan penyebaran zat berbahaya bagi
kesehatan.
2. Memperhitungkan semua jalur masuk terkait paparan - inhalasi,
penyerapan kulit dan pencernaan - ketika melakukan tindakan
pengendalian.
3. Kontrol eksposur melalui langkah-langkah yang proporsional
dengan risiko kesehatan.
4. Pemilihan opsi pengendalian yang paling efektif dan dapat
diandalkan dengan meminimalkan penyebaran zat berbahaya.
5. Ketika kontrol yang memadai dari paparan tidak dapat dicapai
dengan cara lain, maka harus disediakan, dalam kombinasi
dengan tindakan pengendalian lainnya, alat pelindung diri yang
sesuai.
6. Periksa dan tinjau secara teratur semua elemen tindakan
pengendalian untuk efektivitas.
7. Menginformasikan dan melatih semua karyawan tentang bahaya
dan risiko dari zat yang ada di tempat kerja dan menggunakan
tindakan pengendalian untuk meminimalkan risiko.
8. Memastikan bahwa pengenalan tindakan pengendalian tidak
meningkatkan risiko secara keseluruhan terhadap kesehatan dan
keselamatan.
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai faktor dalam
pekerjaan dan lingkungan kerja bisa dihindarkan, asal saja perusahaan,
pimpinan atau manajemen perusahaan dan pekerja serta serikat pekerja ada
kemauan untuk mencegahnya.6
Pencegahan utama terhadap timbulnya gangguan pada kesehatan dan
daya kerja dengan akibat yang kurang baik bagi efisiensi dan produktivitas
kerja adalah dua hal berikut11:
1. Manajerial, meliputi unsur-unsur:
a. Manajemen perusahaan memiliki kebijakan yang tegas dan jelas
dalam upaya mencegah terjadinya gangguan kepada kesehatan
dan daya kerja; atas dasar tersebut disusun program yang rinci
tentang identifikasi, evaluasi, dan pengendalian faktor-faktor
yang menjadi penyebab gangguan tersebut lengkap dengan
11
rencana kerja, sumber daya manusia, pembiayaan, dan
sebagainya.
b. Pekerja dan serikat pekerja tidak sekadar mendukung melainkan
berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut.
c. Banyak ketentuan perundang-undangan yang mengatur standar
minimal mengenai hygiene perusahaan sebagai pintu masuk bagi
program selanjutnya untuk mewujudkan tingkat kesehatan tenaga
kerja dan produktivitas kerja yang optimal.
2. Teknis operasional yang mencakup unsur-unsur:
a. Identifikasi faktor yang potensial dapat menimbulkan gangguan
kepada kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja serata
mengevaluasi kuantitatif besarnya faktor tersebut.
b. Pengendalian faktor penyebab gangguan kesehatan tenaga kerja
dan produtivitas kerja tergantung kepada faktor yang menjadi
penyebab; fisis, kimiawi, biologis, ergonomis, dan mental
psikologis.
c. Dilakukan penyuluhan, pendidikan, pelatihan tentang tujuan dan
cara mengendalikan faktor tersebut guna menangani faktor
penyebab gangguan kesehatan tenaga kerja.
d. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, pengukuran, dan evaluasi
tingkat paparan serta monitoring biologis untuk pengendalian
faktor fisik, kimiawi, dan biologis. Konseling dan psikotest untuk
mengendalikan faktor mental-psikologis. Evaluasi dan koreksi
peralatan kerja, proses produksi, dan kondisi ergonomis pekerjaan
dan lingkungan kerja.
e. Pengendalian faktor kimiawi dapat dilakukan dengan beberapa
teknik;
i. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang berbahaya dengan
bahan yang kurang bahayanya atau tidak berbahaya sama
sekali
ii. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut
perhitungan ke dalam ruang tempat kerja agar kadar zat kimia
berbahaya menjadi lebih rendah.
iii. Ventilasi keluar setempat (local exhausters), yaitu instalasi
yang menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu melalui
kanopi, agar zat kimia berbahaya dihisap dan dialirkan keluar
ruang tempat kerja.
12
iv. Isolasi, ialah mengisolasi proses dalam perusahaan yang
membahayakan.
v. Pakaian pelindung sesuai dengan keperluan, misalnya masker,
kacamata, sarung tangan, sepatu, topi, pakaian kerja, dan lain-
lain. 6,11
13
2.5 UKURAN PARTIKEL
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara
murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan.
Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah
pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam
bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit
atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran
udaraBesarnya ukuran partikel debu yang dapat masuk ke dalam saluran
pernafasan manusia adalah yang berukuran 0,1 µm sampai 10µm dan
berada di udara sebagai suspended particulate matter. Partikel debu dengan
ukuran lebih > 10 µm akan lebih cepat mengendap ke permukaan sehingga
kesempatan terjadinya pemajanan pada manusia menjadi lebih kecil dan
kalaupun terjadi akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas. Debu
yang dapat dihirup disebut debu inhalable dengan diameter ≤ 10 µm dan
berbahaya bagi saluran pernafasan karena mempunyai kemampuan merusak
paru-paru. Sebagian debu yang masuk ke saluran pernafasan berukuran 5
µm akan sampai ke alveoli.
14
Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,
atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada
di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah
Indonesia.
Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum,
baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan
pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor bahaya di tempat
kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (time
weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu.
Kadar Tertinggi Diperkenankan (KTD) adalah kadar bahan kimia di
udara tempat kerja yang tidak boleh dilampaui meskipun dalam
waktu sekejap selama tenaga kerja melakukan pekerjaan.
Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika
yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan,
getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.
15
Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia
yang dalam keputusan ini meliputi bentuk padatan (partikel), cair,
gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan kimia.
Faktor kimia mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu,
awan, kabut, uap logam, dan asap; serta wujud yang tidak bersifat
partikel adalah gas dan uap.
Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,
kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya, yang dimaksudkan dalam peraturan ini adalah iklim
kerja panas.
Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan
oleh termometer suhu kering.
Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Thermometer) adalah suhu
yang ditunjukkan oleh oleh termometer bola basah alami (Natural
Wet Bulb Thermometer).
Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh
termometer bola (Globe Thermometer).
Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index)
yang selanjutnya disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai
tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu
udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.
Berat molekul adalah ukuran jumlah dari berat atom dari atom-atom
dalam molekul atau seluruh unsur penyusunnya.
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya.
Radiasi frekuensi radio dan gelombang mikro (Microwave) adalah
radiasi elektromagnetik dengan frekuensi 30 Kilo Hertz sampai 300
Giga Herzt.
16
Radiasi ultra ungu (ultraviolet) adalah radiasi elektromagnetik
dengan panjang gelombang 180 nano meter sampai 400 nano meter
(nm).
Medan magnet statis adalah suatu medan atau area yang ditimbulkan
oleh pergerakan arus listrik.
Terpapar adalah peristiwa seseorang terkena atau kontak dengan
faktor bahaya di tempat kerja.
Paparan Singkat Diperkenankan yang selanjutnya disingkat PSD
adalah kadar zat kimia di udara di tempat kerja yang tidak boleh
dilampaui agar tenaga kerja yang terpapar pada periode singkat yaitu
tidak lebih dari 15 menit masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh maupun terbius
yang tidak boleh dilakukan lebih dari 4 kali dalam satu hari kerja.
Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung
sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
Pengawasan ketenagakerjaan adalah kegiatan mengawasi dan
menegakkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan.
Menteri adalah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
17
Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, meliputi iklim kerja, kebisingan, getaran, gelombang mikro, sinar
ultra ungu, dan medan magnet. NAB faktor kimia meliputi bentuk padatan
(partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari bahan-bahan
kimia.
18
magnit untuk masing-masing anggota badan tercantum dalam
Lampiran I nomor 6 Peraturan Menteri ini.
19
Sektor Usaha Formal adalah lapangan atau bidang usaha yang mendapat
izin dari pejabat berwenang dan terdaftar di kantor pemerintahan. Badan usaha
tersebut apabila dilihat di kantor pajak maupun kantor perdagangan dan
perindustrian terdaftar nama dan bidang usahanya.
Sektor Usaha Formal di Indonesia dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. BUMN
2. BUMS
3. Koperasi
20
Kecamatan : Cengkareng
No Nama Puskesmas Alamat Telpon
1 CENGKARENG Jl. Kamal Raya 6191756
2 Cengkareng Barat I Jl. Flamboyan No. 75 5196074
3 Cengkareng Barat II Jl. Cendrawasih VII 54371828
4 Cengkareng Timur Jl. Nurul Amal Rt 013/04 70601473
5 Duri Kosambi I Jl. Raya Duri Kosambi I 5459413
6 Duri Kosambi II Jl. Raya Rawa Buaya 04/07 70969564
7 Kapuk I Jl. Raya Kapuk Rt003/11 70601471
8 Kapuk II Jl. Raya Kapuk Rt004/05 70601472
9 Kedaung Kali Angke Jl. Komp. Depag Kaliangke 54366208
10 Rawa Buaya Jl. Bojong Raya Rt 002/04 58300444
21
Gambar 1 Wilayah Jakarta Barat
Kecamatan ini dibagi menjadi enam kelurahan, yaitu: Kelurahan Kedaung Kali
Angke; kelurahan Kapuk; kelurahan Cengkareng Barat; Kelurahan Cengkareng
Timur; Kelurahan Rawa Buaya; dan Kelurahan Duri Kosambi.
22
Pada daerah ini terdapat 67 industri yang tercatat pada data industri Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2014 dimana 25% merupakan industri informal dari total industri
yang berada di wilayah Jakarta Barat terdapat pada kecamatan ini. 12
BAB III
HASIL KUNJUNGAN
23
3.1 PROFIL PERUSAHAAN
Nama pemilik : Rosyid
Badan usaha : Tralis Bapak Rosyid
Jenis usaha : Industri Informal
Bidang : Pembuatan Tralis
Tahun berdiri : 2016
Alamat : Rusunawa Komplek Seruni 4, Lantai dasar 12. Cengkareng Timur.
Kec. Cengkareng, Jakarta Barat 11730
Jumlah pekerja : 2 orang
Tata ruang : (dilampirkan)
Jam kerja : 08.00 – 16.00 WIB
Jam istirahat : Jam 12.00 - 13.00 WIB
24
Para pekerja memiliki jam kerja aktif maksimal sampai dengan 7 jam setiap
harinya, dan istirahat selama 1 jam. Para pekerja juga mendapatkan konsumsi
langsung dari bapak Rosyid jika ada untuk sarapan dan makan siang.
25
3.3 LINGKUNGAN KERJA
Tabel 5. Faktor Fisik
27
3.3.2 Faktor biologi
Karena sanitasi atau lingkungan ditempat kerja yang kurang bersih, para
pekerja berisiko terjadinya infeksi. Ditambah dengan adanya kandang ayam dan
pemeliharaan tempat yang kurang, kotoran ayam di lantai, mengundang datangnya
lalat dan dapat menambah resiko infeksi pada pekerja.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa para pekerja dapat mengalami
gangguan kesehatan kerja seperti kelelahan, cedera, dan gangguan muskuloskeletal.
Tidak adanya kejelasan pembagian bagian kerja dan waktu lama kerja.
Jam istirahat yang kurang jelas.
Penghasilan yang tidak menentu sesuai jika adanya pesanan.
Pekerjaan yang monoton
28
Pembuatan
Pola
Pemotongan
LAS
Pendinginan
Besi
Pemindahan
Pemasangan
Mur Baut
b. Alat :
Gunting
Palu
Blender
LAS
Tang
29
Gurinda
30
3.5 IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO DI TEMPAT KERJA
Tabel 6 Identifikasi faktor risiko di tempat kerja
Pembuatan Pola - Suhu 32,2ºC - Debu - Bakteri - tidak ada meja - - Gangguan pernapasan - Trauma tajam
- Kelembaban - Serpihan besi - Jamur - Strain
kursi
71 rh% - Kotoran ayam - kelelahan
- Kebisingan - infeksi
58 dB -low back pain
- Pencahayaan
cukup baik
Pemotongan - Suhu 32,2ºC - Debu - Bakteri - Selalu jongkok - - Gangguan pernapasan - Trauma tajam
- Kelembaban - Serpihan - Jamur - Gerakan - Trauma bakar
- MSD
77 Rh% - Karat berulang - Trauma tumpul
Besi - kelelahan
- Kebisingan - Kotoran ayam - Alat-alat tajam
-Asap blender -Infeksi
98 dB - Waktu kerja
- Pencahayaan
yang lama
cukup baik
-Bising kerja
-
LAS - Suhu 32,2ºC - Debu - Bakteri - Selalu Jongkok - - Gangguan pernapasan - Trauma tajam
- Kelembaban - Asap las - Jamur - Gerakan - Trauma Bakar
- MSD
77 rh% - Serpihan besi - Kotoran ayam Berulang - Trauma tumpul
- Infeksi
- Kebisingan - Karat - Cahaya LAS
- Kelelahan
98 dB -Bising
- Pencahayaan
cukup baik
Pendinginan Besi - Suhu 32,2ºC - Debu - Bakteri - Gerakan - - Gangguan pernapasan -Trauma bakar
- Kelembaban -Air rendaman - Jamur berulang -Trauma tajam
- MSD
71 rh% -Uap gas - Kotoran ayam - Waktu kerja -Trauma tumpul
- Infeksi
- Kebisingan -Karat
beracun yang lama - kelelahan
58 dB
- Pencahayaan
cukup baik
Pemindahan - Suhu 32,2ºC - Debu - Bakteri - Beban berat - Gangguan pernapasan - Trauma tajam
- Kelembaban -serpihan besi - Jamur - Karat -Trauma tumpul
- MSD
31
77 rh% - Kotoran ayam - Infeksi
- Kebisingan -Karat - kelelahan
85 dB
- Pencahayaan
cukup baik
Pemasangan mur - Suhu 32,7ºC - Debu - Bakteri - Selalu Jongkok - Gangguan pernapasan -Trauma tajam
- Kelembaban - Serpihan besi - Jamur - Gerakan -Trauma tumpul
baut - MSD
71 rh% - Kotoran ayam Berulang
- Infeksi
- Kebisingan -Karat - Karat
- kelelahan
68 dB
- Pencahayaan
cukup baik
32
Tabel 7 Penilaian tingkat risiko dan minimalisir risiko
33
3.6 APLIKASI PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA DI TEMPAT KERJA
Tidak adanya kebijakan K3
Tidak adanya penyuluhan tentang kesehatan
Tidak adanya pelatihan contoh kebakaran ditempat kerja
34
BAB IV
PEMBAHASAN
35
maksimal 58 dB dan pencahayaan yang cukup baik.
4) Pada proses pemindahan didapatkan suhu lebih dari normal yaitu 32,20C
dengan kelembababan yaitu 77 rh% dan kebisingan 85 dB dan pencahayaan
yang cukup baik.
5) Pada proses pemasangan mur baut suhu lebih dari normal yaitu 32,70C
dengan kelembababan yaitu 71 rh% dan kebisingan <85 dB dengan nilai
maksimal 68 dB dan pencahayaan yang cukup baik.
Dari data yang didapatkan terdapat dua orang pekerja yang bekerja sama tanpa ada
pembagian tugas. Didapatkan hasil pemeriksaan kesehatan tidak ada pekerja yang
memiliki keluhan kesehatan. Pada pemilik usaha yaitu bapak Rosyid ditemukan
adanya hipotensi, yaitu 110/60 mmHg dan pernapasan takipneu 40x/menit.
Didapatkan hipertensi pada bapak teguh (140/110 mmHg) dan takipneu 60xmenit,
dan hipotensi pada bapak Umar (90/60 mmHg).
BAB V
36
5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan peninjauan pada industri informal milik Bapak
Rosyid yang memiliki 2 orang pekerja, diketahui bahwa kesehatan kerja pada
industri informal buruk, hal ini dipengaruhi oleh pemantauan k3, resiko
kecelakaan dan pengendalian resiko kecelakaan kerja.
Proses produksi pada perusahaan tralis milik Bapak Rosyid ini terdiri
dari proses pembuatan pola, pemotongan, LAS, pendinginan besi,
pemindahan, dan pemasangan baut. Proses yang dilakukan pada perusahaan
Bapak Rosyid ini dilakukan secara bergantian antar pekerja dan biasanya
secara acak sesuai kebutuhan dari pesanan.
Pemantauan K3 tidak dilakukan rutin oleh Bapak Rosyid dan
pekerjanya karena dirasa beberapa alat pelindung diri yang dibutuhkan dapat
mengganggu pekerjaan yang dilakukan. Pada awal kepemilikan perusahaan
tralis ini Bapak Rosyid sempat memberikan alat pelindung diri berupa
masker, Google, dan sarung tangan, tetapi lama-kelamaan APD tersebut tidak
lagi dipakai oleh pekerja dengan alasan hilang dan mengganggu pekerjaan,
dan tidak ada peringatan yang diberikan oleh Bapak Rosyid. Bapak Rosyid
juga kurang memperhatikan kesehatan lingkungan kerjanya, hal ini dapat
dilihat dari penempatan kandang ayam di dalam lingkungan kerjanya, bahkan
setiap hari ayam itu dilepas dan berkeliaran di tempat kerja. Didapati juga
banyak sisa-sisa kotoran ayam di sekitar lingkungan kerjanya, dan jarang
dibersihkan.
Terdapat resiko kecelakaan kerja dari setiap proses pekerjaan pada
perusahaan tralis milik Bapak Rosyid ditambah dengan kelalaian perusahaan
yang tidak menegaskan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Terdapat
juga resiko dari lingkungan kerja, yaitu adanya pusat gas yang berada di
tengah-tengah lingkungan kerja, tanpa adanya ketersediaan alat pemadam
kebakaran. Dari hal di atas, maka perusahaan tralis milik Bapak Rosyid
membutuhkan penyediaan, pencanangan, dan penegasan penggunaan APD.
5.2 SARAN
5.2.1. Bagi pekerja
37
Disarankan para pekerja menggunakan alat pelindung diri seperti
masker, kacamata hitam, sarung tangan, sepatu kusus.
Disarankan mempunyi SOP (Standar Operasional Prosedur)
dalam seluruh tahap produksi.
Diharapkan pekerja lebih waspada terhadap bahaya dan risiko
kecelakaan kerja.
Menjaga kebersihan lingkungan tempat kerja.
5.2.2. Bagi pemilik perusahaan
Pemilik diharapkan lebih memperhatikan kesehatan, keselamatan,
dan kebersihan pada seluruh tahap proses produksi.
Pemilik diharapkan menerapkan SOP yang telah ditetapkan dalam
seluruh tahap produksi.
Mewajibkan kepada pegawainya untuk mengenakan alat
pelindung diri.
DAFTAR PUSTAKA
38
5. Sakinah, Rifah. Penilaian Resiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di
Industri Informal (Konveksi). http://k3kesmasauinalauddin.com/2012/04/k3-
rifah-sakinah.html, diakses pada 2 November 2016
6. Ibrahim Jati Kusuma.Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Karyawan Pt. Bitratex Industries Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/26498/2/Jurnal.pdf, diakses pada 2 November 2013.
7. Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia.. Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Republik Indonesia (PERMENAKER), 2016
8. Husni, L. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. 2006; 138
9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri
10. Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. GrahaIlmu.
Yogyakarta. 2009
11. Sabdoadi. Pencegahan Kecelakaan Kerja di Industri. Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya, 1999
12. Badan Pusat Statistik. diakses pada 26 April 2017. http://www.bps.go.id/
13. Kementrian kesehatan republik indonesia. Diakses 27 April 2017.
http://www.depkes.go.id/article/print/201411030005/1-orang-pekerja-di-
dunia-meninggal-setiap-15-detik-karena-kecelakaan-kerja.html
39
Lampiran 1. Kondisi Pabrik
Pemotongan besi
40
Proses pengelasan
Foto Pemotongan
Foto Pengelasan
41
42
Lampiran 2 Tabel POA
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Waktu Lokasi Dana Metode Tolak ukur
Proses Hasil
1 Penyuluhan Meningkatkan Seluruh Tenaga Mei 2017 Sekitar PEMDA Penyuluhan Memberikan Pretest dan
tentang pengetahuan pekerja kesehatan tempat secara lisan penyuluhan Postest
keselamatan pekerja tentang dan produksi dan leaflet secara lisan
kesehatan keselamatan mahasiswa dan
kerja kerja kesehatan membagian
leaflet
kepada
pekerja
2 Pengadaan Menigkatkan Seluruh Pemilik Mei 2017 Lokasi Pemilik Simulasi Informasi Pekerja
alat pemadam pengetahuan pekerja kerja dan praktik mengetahui cara
kebakaran dalam penggunaan menggunakan
penggunaan alat APAR APAR
pemadam
kebakaran
3 Pengadaaan Memberikan Seluruh Pemilik Mei 2017 Lokasi Pemilik Informasi Pengadaan Pekerja
P3K pertolongan pekerja kerja P3K P3K di mendapatkan
pertama pada tempat kerja penanganan
kecelakaan kerja yang cepat saat
terjadi
kecelakaan
kerja
43