ROTASI INDUSTRI
yang dilaksanakan di
PT. JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk UNIT 2
Pasuruan, Jawa Timur
Oleh :
Alda Putri Apriska, S.KH
150130100011032
1
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Alda Putri Apriska, S.KH
150130100011032
Menyetujui,
Komisi Penguji
Penguji 1 Penguji 2
Penguji 3 Penguji 4
Mengetahui,
Koordinator Rotasi Industri Dekan Program Studi Pendidikan
Dokter Hewan
Universitas Brawijaya
Prof. Dr. Pratiwi Trisunuwati, drh., MS Prof. Dr. Aulanniam, drh., DES
NIP. 19480615 197702 2 001 NIP. 19600903 198802 2 001
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
kegiatan PPDH rotasi industri di PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 2
Purwosari. Pada penulisan laporan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Pratiwi Trisunuwati, drh., MS. selaku koordinator koasistensi rotasi
industri yang telah memberikan bimbingan, kesabaran, fasilitas dan waktu.
2. Bapak Ir. Henry Gunawan selaku manajer farm PT. Japfa Comfeed Indonesia
Unit 2 Purwosari yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk kami.
3. Arga Pramusti, S.H. selaku supervisor PGA dari farm PT. Japfa Comfeed
Indonesia Unit 2 Purwosari yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk
kami.
4. Bapak Windu S., Spt., Bapak Dimas F., Spt., dan Bapak Marhasan selaku
supervisor farm PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 2 Purwosari yang telah
memberikan bimbingan kami selama di lapangan.
5. Bapak Teddy S., Bapak Prasetyo S., dan Bapak Kasmudi selaku asisten
supervisor farm PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 2 Purwosari yang telah
memberikan bimbingan kami selama di lapangan.
6. Seluruh staff dan karyawan farm PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 2 Purwosari
yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk kami.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan laporan ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah
diberikan dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
3
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Pengesahan.......................................................................................... ii
Kata Pengantar.................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... v
Daftar Tabel..................................................................................................... vii
Daftar Gambar..................................................................................................viii
Daftar Lampiran................................................................................................ ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2
1.3 Manfaat.............................................................................................. 3
BAB 2 ANALISIS SITUASI
2.1 Profil Perusahaan .............................................................................. 4
2.1.1 Sejarah Perusahaan ................................................................. 4
2.1.2 Struktur Organisai .................................................................. 5
BAB 3 METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan .............................................................. 6
3.2 Bentuk Kegiatan ............................................................................... 6
3.3 Analisis Hasil Kegiatan .................................................................... 6
3.4 Peserta .............................................................................................. 7
3.5 Metode Pelaksanaan Kegiatan ......................................................... 7
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Peran Dokter Hewan dalam Operasional Perusahaan....................... 8
4.2 Manajemen Pemeliharaan................................................................. 9
4.2.1 Perkandangan.......................................................................... 9
4.2.2 Tata Laksana Pemeliharaan..................................................... 9
4.2.3 Periode Afkir........................................................................... 27
4.3Manajemen Kesehatan....................................................................... 28
4.3.1 Biosecurity dan Sanitasi Farm................................................ 28
4.3.2 Pembasmian Hama.................................................................. 35
4.3.3 Vaksinasi dan Pengobatan....................................................... 37
4.3.4 Early Warning System (EWS)................................................. 40
4.3.5 Ante mortem dan Post mortem................................................ 42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARA N
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 46
5.2 Manajemen Pemeliharaan................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 47
LAMPIRAN.................................................................................................... 48
4
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui aplikasi dengan benar fungsi, peranan dan tanggung jawab dokter
hewan di industri perunggasan.
2. Mengetahui sistem operasional perusahaan mengenai manajemen pemeliharaan,
manajemen kesehatan dan distribusi produk di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk
Unit 2 Pasuruan
1.4 Manfaat
3
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Poultry Breeding Division Unit 02 yang
terletak di desa Sukodermo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pembibitan ayam pedaging (broiler). Berdiri diatas lahan seluas 136.100 m2. Lahan
tersebut dimanfaatkan untuk bangunan kandang dan fasilitas lainnya seluas 12.000 m2
atau hanya 9%. Sisa dari lahan tersebut digunakan sebagai lahan terbuka untuk
memenuhi persyaratan teknis pembibitan anak ayam yang telah diatur dalam SK
Dirjen Peternakan No.77/TN.120/Kpts/DJP/Deptan/1993 tentang Pedoman Teknis
Perusahaan Peternakan yang menyatakan bahwa jarak antar kandang minimal 20 m
pada umur ayam yang sama dan minimal 60 m pada umur yang berbeda. Peraturan
Menteri Pertanian No. 333/Kpts/PD.420/8/2005 tentang Pedoman Pembibitan Ayam
Ras yang Baik, dinyatakan bahwa jarak antar kandang yaitu selebar kandang pada
umur ayam yang sama dan minimal 50 m pada umur yang tidak sama. Fasilitas yang
dimiliki antara lain mess karyawan, kantin, lapangan olahraga, tempat parkir, pos
satpam, kantor utama, gudang, bengkel mesin, mushola, ruang genset, gudang litter,
ruang cooling room, dan kandang. Jarak lokasi peternakan dengan pemukiman
penduduk sekitar 500 m. PT. Japfa Unit 02 Purwosari ini mempunyai kandang tipe
close house sebanyak 25 kandang dengan total populasi 130.000 ekor dari jenis
Lohman Indian River.
7
Manajer Farm
Supervisor Supervisor
PGA
Asisten Asisten Sup. Adm Recording Post Depo FA Unit Adm GA Unit Sigap
Supervisor Teknik Oracle Unit Mortem Unit PGA
Keterangan
Manajer farm : bertanggung jawab penuh terhadap seluruh kegiatan
dalam satu Unit farm
Supervisor kandang : bertugas memimpin operator kandang dalam
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ayam
Supervisor PGA : bertugas di bidang administrasi, ketenagakerjaan,
pengolahan sumber daya manusia, perijinan dan sanitasi.
Asisten teknik : bertugas dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan
prasarana yang ada di farm dan melakukan perbaikan
pada sarana dan prasarana yang rusak
Administrasi logistik : bertugas dalam pengadaan suku cadang peralatan Unit,
pengadaan barang umum, listrik, kebutuhan solar
peralatan support produksi, pengadaan obat
Rekording : bertugas untuk melakukan input data keseharian dan
mengupdate data produksi seperti hasil telur, populasi
pakan, air minum dan berat badan ayam
Depo Unit : bertugas untuk mengurusi penjualan ayam dan telur di
Unit, pengiriman telur ke depo sentral, mengurus surat
pengiriman telur serta membantu sebagai koordinator
dan OVK pada saat ayam fase starter dan grower
Post mortem : bertugas untuk melakukan pemeriksan post mortem
pada ayam mati
Sigap/keamanan : bertugas menjaga keamanan di lingkungan farm
BAB III METODE KEGIATAN
9
10
3.4 Peserta
Peserta kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk yaitu :
Nama : Alda Putri Apriska
NIM : 150130100011032
Jurusan : Pendidikan Profesi Dokter Hewan
Universitas : Brawijaya
11
mengganggu proses produksi. Peran dokter hewan juga harus diterapkan dalam
hal pengawasan terhadap operator kandang yang kurang memperhatikan sanitasi
pada setiap prosedur operasional. Salah satu contohnya adalah operator jarang
sanitasi tangan dengan antiseptik. Sopir kendaraan pengantar makanan sering
tidak masuk shower untuk biosecurity dan sanitasi. Hal ini bisa menjadi penyebab
faktor utama masuknya agen infeksius di lingkungan kandang yang dapat
menyebabkan mewabahnya penyakit dan menurunkannya jumlah produksi telur.
Peran dokter hewan sangat penting untuk memastikan semua program harus
berjalan sesuai prosedur dan semua pihak yang terlibat harus mematuhi peraturan
program biosecurity yang ada.
Dokter hewan juga ikut berperan serta pada produksi peternakan ayam untuk
mendapatkan kualitas hasil yang baik dan meminimalisir adanya penyakit. Untuk
menjamin kualitas yang baik pada alur produksi juga ditunjang dengan adanya
laboratorium untuk meneliti secara berkala kondisi breeding farm maupun
hatchery. Perlunya breeding atau pembibitan ayam yang sehat berkualitas supaya
dapat memenuhi kebutuhan pangan yang sehat untuk masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu perlu adanya profesional medik veteriner yang bertanggung jawab
terhadap kualitas produk.
pakan dan minum, serta tata laksana pemeliharaan sangat dibutuhkan agar
produksi peternakan berkualitas baik.
4.2.1 Perkandangan
Lokasi peternakan pembibitan ayam ras di PT. Japfa Comfeed Tbk. dipilih
yang memenuhi syarat-syarat berikut antara lain yaitu terisolasi dari pemukiman
penduduk dan peternakan unggas lainya, kemudahan akses transportasi juga harus
diperhatikan, jarak terhadap usaha peternakan unggas lainya minimal 1 km, harga
tanah dan ketersediaan sumber air yang menyangkut jumlah dan kualitas air yang
mendukung dan sesuai untuk usaha peternakan. Ketinggian pagar rapat minimal 2
m. Pertimbangan lain untuk memilih lokasi kandang adalah kandang harus berada
di tempat yang lebih tinggi agar sirkulasi udara lancar. Kandang dibangun
membujur dari timur ke barat agar ayam mendapat sinar matahari yang cukup.
Sistem kandang yang digunakan di PT Japfa Comfeed Unit 2 Purwosari adalah
sistem kandang tertutup/closed housed system (Gambar 4.1). Sistem kandang ini
digunakan untuk memudahkan pengelolaan, memudahkan pengaturan suhu dan
sirkulasi udara di dalam kandang, melindungi ayam dari predator dan melindungi
ayam dari pengaruh buruk cuaca.
Gambar 4.1 Kandang closed house tampak depan PT. Japfa Unit 2
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
f. Ventilasi Kandang
Sistem ventilasi menjadi salah satu indikator keberhasilan dari
peternakan. Sistem ventilasi yang baik dapat mengurangi kasus penyakit
pernapasan yang muncul akibat kesalahan manajemen karena buruknya
sistem ventilasi (Legarreta, 2010). Bangunan kandang harus mempunyai
ventilasi yang cukup dan suhu pada siang hari berkisar 26-30C dengan
kelembaban relatif 70-90%. Ventilasi pada kandang terdiri atas cooling
pad dan blower. Cooling pad merupakan luasan dinding yang terdiri atas
kumpulan cell pad yang terletak di bagian depan, kanan, dan kiri kandang.
Cell pad memiliki ketebalan 10 15 cm yang mudah dialiri air dan terbuat
dari kertas selulosa berserat dan bercelah. Cooling pad terdiri dari 60 cell
pad yang mempunyai ukuran tinggi 150 cm, lebar 30 cm dan tebal 15 cm.
Cooling pad berfungsi untuk melewatkan udara bersih dari luar
dengan bantuan blower dan mengatur kelembaban di dalam kandang
(Legarreta, 2010). Blower merupakan kipas yang berfungsi untuk menarik
udara segar dan bersih yang masuk melalui cooling pad, meratakan udara
bersih ke seluruh kandang, dan mengeluarkan udara kotor dan gas beracun
dari dalam kandang. Blower terletak di bagian belakang kandang. Setiap
kandang memiliki 8 blower, yaitu blower 1 - 5 menyala selama 24 jam,
blower 6 dan 7 akan menyala jika keadaan suhu di kandang diatas 27 o C,
dan blower 8 tidak dinyalakan karena aliran udara yang terlalu kencang
dan hanya digunakan ketika suhu ekstrim.
g. Pencahayaan Kandang
18
Gambar 4.3 Nest box untuk ayam bertelur (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kandungan nutrisi pakan PAR Jantan LB (Sumber : PT. Japfa Comfeed Tbk.)
Pemberian pakan diberikan setiap pukul 06.00 WIB dengan estimasi suhu
lingkugan berada pada suhu 250C agar puncak metabolisme ayam (3 jam setelah
makan) tidak bersamaan dengan puncak suhu lingkungan untuk menghidari
terjadinya heat stress. Pada periode laying besar kebutuhan energi yang
dibutuhkan oleh ayam betina adalah sebanyak 430440 kcal/hari atau setara
dengan 156 gr-160 gr/ hari dan besar kebutuhan energi yang dibutukan oleh ayam
jantan adalah sebanyak 350-430kcal atau setara dengan 129-156 gr/hari. Jumlah
kandungan energi yang terdapat pada pakan jenis PAR L1 LB yaitu 2750 kcal/kg
sedangkan pada PAR Jantan LB yaitu 2800kcal/kg.
Pada Tabel 4.3 dijelaskan dampak kelebihan dan kekurangan asupan pakan
akan berakibat pada kelebihan dan kekurangan bobot badan yang berdampak
pada:
Tabel 4.3 Akibat Kelebihan dan Kekurangan Asupan Pakan
Kurus (under body weight) Kegemukan (over body weight)
- Produksi terhambat - Produksi terjadi lebih awal
- Ukran telur kecil - Kejadian double yolk meningkat
- Resiko deplesi meningkat (kematian - Total HE rendah
ayam dalam satu kandang) - Resiko deplesimeninngkat
- Fertilitas rendah - Fertilitas rendah
- Bobot badan, keseragaman, dan - Kebutuhan pakan tinggi
kematangan seksual rendah - Gagal mencapai puncak produksi
- Gagal mencapai puncak produksi
- Kejadian penyakit meningkat
Tempat pakan jantan pada breeding farm PT. Japfa Comfeed Unit 2 Purwosari
dijalankan secara manual. Tempat pakan menggunakan pipa panjang yang
berbentuk persegi panjang dengan kapasitas 10 ekor per meter. tempat pakan
21
Pan feeder dioperasikan secara otomatis pada pukul 06.00 WIB dengan
tujuan ketika puncak metabolisme ayam yaitu tiga jam setelah makan suhu tubuh
ayam meningkat diharapkan suhu lingkungan mampu mengkompensasi suhu
kandang sehingga ayam tidak panting karena suhu lingkungan pada pagi hari
berkisar antara 25-26oC. Bagian lain dari pan feeder yaitu bins (tempat
penampungan pakan pertama) dan pipa spiral untuk mendistribusikan pakan
keseluruh bagian kandang. Pada sore setiap bins diisi dengan pakan, kemudian
keeseokan harinya setiap pukul 06.00 secara otomatis pakan didistribusikan
dengan pipa spiral yang ditarik motor keseluruh feeder pan dalam kandang. Pan
feeder dilengkapi dengan 2 sensor yang terletak di bins dan pipa paling jauh dari
bins. Sensor akan menyala ketika pakan di dalam pipa berkurang, dan sensor pada
bins akan mati ketika pakan dalam shilo telah habis.
b. Chain Feeder
Chain feeder merupakan alat pakan otomatis yang dijalankan dengan bantuan
rantai berputar untuk mendistribusikan pakan. Tempat pakan ayam betina
menggunakan chain feeder djalankan secara otomatis. Chain feeder dalam satu
kandang memiliki 30 macam box penampungan pakan (hopper) yang tersebar
merata. Chain feeder memiliki beberapa bagian meliputi through loop yaitu
tempat atau wadah pendistribusian pakan, chain loop (rantai loop) yaitu rantai di
dalam through loop yang digunakan untuk menjalankan pakan dari box pakan
(hopper) ke seluruh through loop secara merata, dan grill yaitu penutup through
23
loop. Lebar griil disesuaikan dengan ukaran kepala ayam betina sehingga ayam
jantan tidak ikut mengambil pakan betina. Pada 48 detik pertama pakan sudah
terdistribusikan secara merata ke seluruh bagian kandang, kemudian setiap 10
menit chain loop akan berputar kembali (Gambar 4.6)
2. Manajemen Air
Air merupakan salah satu unsur terpenting bagi makhluk hidup. Pemberian
minum pada periode produksi, ayam memerlukan air dalam jumlah yang cukup,
untuk memenuhi keperluan seluruh aktivitas tubuh, efisiensi penggunaan pakan
dan produksi (Muharlien, 2011). Air minum yang diberikan pada ayam harus
memiiki kualitas yang baik, untuk meminimalisir adanya kontaminasi bakteri
pada air minum yang digunakan PT. Japfa Comfeed menggunakan chlorin
sebanyak 3-5 ppm (650-750 ORP) atau setara 50 gram untuk 2000 liter air.
Penambahan chlorin dilakukan setiap 3 hari sekali ketika kadar chlorin dalam air
<500 ORP.
Penempatan air minum di kandang harus mudah di jangkau oleh ayam
sehingga dapat mengurangi stress pada ayam. Air minum harus tersedia sepanjang
waktu karena kandungan air dalam tubuh ayam lebih dari 70% (Priatno, 2004).
Jumah kebutuhan air minum ayam betina pada periode produksi yaitu sebesar 2,5
x FC = 2,5 x 156-160= 390-400 ml/ekor/hari sedangkan untuk ayam jantan yaitu
sebesar 322-390 m/ekor/hari. Asupan air minum yang cukup diharapkan dapat
menghindarkan ayam dari stress dan dehidrasi.
Breeding Farm PT. Japfa Comfeed Unit 2 memiliki tiga sumber air dengan
kedalaman masing-masing 150 m dari permukaan tanah. Air dialirkan ke tandon
masing masing tandon didalam kandang dan di zona sanitasi. Penggunaan air
yang ditujukan untuk minum ayam selalu dicampur dengan zat Chlorine. Dosis
Chlorine untuk air minum adalah 50 gram/kandang. Standar kadar Chlorine yang
dibutuhkan yaitu sebesar 600-700 mV, ketika kadar klorin sudah turun maka perlu
dilakukan klorinasi ulang. Pengujian kadar klorinasi dilakukan dengan
25
b. Nipple drinker
Nipple merupakan tempat minum otomatis yang memudahkan unggas
untuk minum dan tidak saling berebut dan air yang dikeluarkan lebih bersih.
Cara kerja nipple yaitu air dari tandon dialirkan ke pipa nipple dengan
menggunakan pompa air kemudian ayam minum melalui puting nipple (Priatno,
2004). Besar kecilnya tekanan air minum yang keluar melalui nipple dapat diatur
oleh regulator yang terpasang pada bagian tengah dari pipa nipple yang terdapat
di dalam kandang. Satu putting nipple untuk 8-9 ekor ayam, jarak antara nipple
satu ke nipple yang lain adalah 33 cm, sehingga di dalam satu kandang terdapat
1.240 nipple. Tinggi nipple harus disesuaikan dengan tinggi ayam, tidak boleh
terlalu tinnggi ataupun terlalu rendah karena hal tersebut akan mengakibatkan
ayam kesulitan minum dan menyebabkan ayam dehidrasi. Tinggi nipple yang
baik yaitu tinggi puting nipple sejajar dengan mata ayam, sehingga ayam dapat
dengan mudah meminum air dari nipple.
26
digital. Raytek (Gambar 4.10) biasanya digunakan untuk memastikan suhu dalam
kandang sesuai dengan yang terlihat pada monitor termostat.
Gambar 4.10 Raytek (alat pengukur suhu manual)
27
Kondisi suhu dan kelembaban berbanding terbalik, apabila suhu tinggi maka
kelembabannya akan rendah, begitu juga sebaliknya. Apabila suhu terlalu tinggi,
maka ayam akan mengalami panting agar panas dalam tubuh ayam keluar secara
konveksi. Dalam kondisi tersebut nafsu makan ayam akan menurun dan ayam
cenderung mengkonsumsi air minum dalam jumlah yang cukup banyak sehingga
akan menghambat pertumbuhan pertumbuhan. Penurunan pertumbuhan ini terkait
dengan penurunan konsumsi pakan dan peningkatan konsumsi air minum selama
ayam mengalami cekaman panas sedangkan kelembaban yang tinggi didalam
ruangan merupakan media yang subur bagi bibit penyakit, sehingga resiko
kejadian penyakit pada ayam meningkat. Semakin tinggi suhu di dalam kandang,
umur dan bobot ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang
dibutuhkan. Oleh karena itu, pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk
mengatur sirkulasi udara di dalam kandang (Tierzucht and Lohmann, 2012).
Suhu dan kelembaban yang ideal (nyaman) pada pada pemeliharaan ayam pada
masa layer adalah 28-290C dan 80-90%. Tidak hanya suhu yang terlalu tinggi
yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit pada ayam, suhu yang terlalu
rendah dapat mengakibatkan penurunan berat badan, deplesi tinggi, uniformity
rendah, fecal dropping, amonia tinggi dan terjadinya penyakit yang berhubungan
dengan pernafasan seperti ngorok, coryza dll.
4. Lighting / Pencahayaan
Program pencahayaan menjadi program yang sangat penting terutama pada
saat ayam mulai bertelur 5% (umur 25 minggu) pencahayaan selama 14-21 hari
berturu-turut dengan lama pencahayaan selama 13-14 jam/hari dengan intensitas
60-100 lux mampu meningkatkan produksi telur 5%. Dalam menyusun program
pencahayaan harus disesuaikan dengan keseragaman berat badan dan umur ayam.
Progam pencahayaan yang buruk akan meyebabkan ukuran telur tidak merata,
telur infertil, menurunnya angka puncak produksi.
Intensitas cahaya mampu merangsang pelepasan dan peningkatan suplai
follicle stimulating hormone (FSH) yang akan meningkatkan aktivitas ovary yang
mengakibatkan terjadinya ovulasi atau pengeluaran sel telur serta oviposisi telur
sebelum keluar. Namun lama pencahayaan yang terlalu berlebih, akan berkibat
28
ayam bertelur lebih awal yang berdampak pada bobot telur yang berukuran kecil
dan lama produksi telur akan berjalan singkat.
5. Kepadatan
Salah satu kunci keberhasil pada periode laying adalah kepadatan populasi
dalam kandang. Semakin tinggi populasi dalam kandang akan mengakibatkan
tingginya resiko kejadian heat stress dan deplesi. Hal ini tentunya akan
menurunkan kuantitas dan kualitas dari telur tetas (HE) yang diproduksi.
Kepadatan yang ideal untuk pemeliharaan ayam periode laying adalah 5-6 m/ekor.
Kepadatan yang sesuai akan membuat ayam beraktifitas dengan nyaman sehingga
dapat berproduksi dengan maksimal.
6. Litter
Lantai kandang menggunakan litter dengan tebal rata-rata setinggi 7,5-10 cm,
bahan litter yang digunakan PT. Japfa Comfeed adalah serutan kayu. Keuntungan
lantai jenis litter adalah dapat menahan uap air dari dalam tanah, mudah
dibersihkan, dan mudah disucihamakan. Achmanu dan Muharlien (2011)
menyatakan bahwa bahan litter yang baik adalah berbahan bersih, daya serap
tinggi, ringan, tidak menghisap air dari udara, tidak berdebu, mudah dibersihkan
dan mudah didapat. Sedangkan kekurangan penggunaan Litter yaitu mudah terjadi
penularan penyakit melalului kotoran apabila litter basah.
7. Ventilasi
PT. Japfa Comfeed Indonesia Poultry Breeding Division unit II memiliki 25
kandang dengan model cloused house dan memiliki ukuran rata-rata lebar 12 m
dan panjang 112 m. Kandang cloused house merupakan kandang yang
memperhatikan sistem ventilasi yang dibantu dengan cooling pad dan blower,
serta pencahayaan, temperatur, dan kelembaban. Sistem kandang cloused house
memiliki cooling pad yang berfungsi sebagai inlet yaitu tempat masuknya udara
dari luar kandang. Blower atau exhause fan berfungsi sebagai outlet, yaitu
mengeluarkan udara kotor di dalam kandang yang mengandung amonia dan
29
dihasilkan dari induk diatas umur 30 minggu. Tabel berikut merupakan grading
telur tetas berdasarkan usia induk :
b. HE (Hatching Egg)
Hatching egg merupakan telur-telur yang akan ditetaskan di Hatchery, dari
jumlah EP yang dikirimkan PT Japfa Comfeed Tbk, Poultry Breeding Unit II ke
Hatchery 98-99% telur berhasil ditetaskan. Tujuan utama dari periode layer
adalah menghasilkan telur tetas (Hatching Egg) dengan kuantitas dan kualitas
yang maksimal. Pada periode layer produksi telur harus memiliki salable chick
(betina saja) minimal 153 ekor ayam per induk. Produksi telur biasanya terjadi
ketika ayam memasuki usia 25 minggu dimana telah terjadi kematangan seksual.
Kematangan seksual akan mempengaruhi laju perkembangan folikel telur yang
berpengaruh terhadap tingkat jumlah produksi dan kualitas telur tetas yang
dihasilkan. Folikel yang terlalu sedikit ditandai dengan presistensi dan puncak
produksi rendah. Hal tersebut diakibatkan karena asupan pakan kurang (FCR
rendah), stimulasi cahaya kurang mencukupi dan banyaknya kejadian folikel
athresia. Perkembangan folikel yang terlalu banyak ditandai dengan banyaknya
31
kejadian double yolk dan produksi tinggi. Hal tersebut disebabkan karena over
body weight, FCR tinggi dan stimulasi pencahayaan yang berlebihan.
Upaya yang dilakukan oleh PT. Japfa Comfeed Tbk. Poultry Breeding
Division Unit II ketika memasuki masa produksi untuk memaksimalkan produksi
telur yang dihasilkan dan menghindari adanya over body weight ataupun
sebaliknya adalah dengan melakukan:
- monitoring BW (Body weight), berikut merupakan standar body weight pada
ayam jantan dan betina pada awal produksi-afkir. Standart body weight ayam
jantan di PT. Japfa Comfeed Tbk. pada awal produksi yaitu memasuki usia 24
minggu normal rata-ratanya sebesar 2,8 gram sedangkan berat rata-rata betina
seberat 3,7 gram. Sedangkan pada usia afkir (usia 65 minggu) berat rata-rata
jantan yaitu 4,2 gram sedangkan betina 5,2 gram.
- Fleshing (pengukuran ketebalan dada dengan jari)
yang kedua dipakai untuk mobil pembeli. Dengan demikian mobil dari
farm dan mobil pembeli tidak pernah akan ketemu.
- Ayam afkir dikirim ketempat penampungan dengan menggunakan
mobil luar.
- Mobil pembeli sebelum sampai ditempat penampungan supaya dispray
dengan larutan desinfectan.
2. Pengeluaran kotoran ayam :
- Setelah kotoran dimasukkan kedalam sak, maka akan ditransfer ke
mobil transit di pintu gerbang utama.
- Mobil transit akan membawa kotoran ke tempat transit, kemudian
ditransfer ke mobil pembeli.
- Tempat transit tidak perlu permanen, bisa dilakukan transfer dipinggir
jalan, yang terpenting bahwa mobil pembeli tidak mendekati area
depan farm.
Zona II (zona bersih II), yaitu zona yang meliputi kantor, gudang,
Mushola, ruang genset, bengkel mesin. Contohnya:
Karyawan yang masuk zona 2 harus melewati ruang ruang spray
untuk mandi terlebih dahulu menggunakan air biasa, melewati
ruangan semprotan otomatis BKC 2 cc/liter. Karyawan yang keluar
dari ruang sanitasi I mengenakan seragam berupa kaos dan celana
warna biru tua.
Kendaraan yang masuk zona 2 harus melewati pintu masuk yang
terdapat semprotan otomatis BKC 4 cc/liter air, diganti setiap minggu
sekali.
Kotak fumigasi barang di pintu gerbang utama, menggunakan
paraformaldehide 10gr/m3 dengan menggunakan kompor listrik.
35
Zona III (zona bersih III), wilayahnya meliputi ruang sanitasi II hingga
zona menuju kandang, gudang litter, dan depo telur. Contohnya:
Karyawan yang masuk zona 3 harus melewati bak dipping orang,
yang mengandung Chlorine 5ppm atau 1 tablet chlorine untuk 1.500
liter air, larutan diganti tiga kali dalam seminggu.
AAAA B B
C C DD
39
Frengky
Frengky atau darkling beetle merupakan golongan insekta yang
menempati celah-celah kandang. Cara pemberantasan menggunakan
fogging dari senyawa kalium permanganat.
i. Periksa kantung udara di daerah abdominalis dan thoraks. Periksa juga letak
berbagai organ di dalam cavum thoraks dan abdominal sesuai posisinya tanpa
menyentuh organ tersebut
j. Semua organ dikeluarkan dari rongga abdomen dan thoraks, periksa terhadap
adanya abnormalitas pada organ tersebut. Amati terhadap ada tidaknya parasit
atau radang
Contoh kasus yang sering muncul di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk unit
02 adalah masalah leg problem/bumble foot. Leg problem disebabkan oleh
beberapa faktor, Faktor yang dapat menyebabkan leg problem diantaranya yaitu
faktor manajemen dan agen infeksius yang disebabkan oleh bakteri. Peran dokter
hewan pada kasus seperti leg problem ini adalah mengontrol melalui manajemen
dan cara medikasi untuk meminimalkan kerugian yang disebabkan oleh leg
problem.
Kontrol manajemen yang dilakukan oleh dokter hewan antara lain adalah
pemberian vaksin beserta peralatan vaksin yang dipergunakan harus steril, tidak
diperbolehkan ada benda tajam di dalam kandang yang dapat menyebabkan luka
pada ayam, kondisi litter tidak boleh terlalu tipis dan basah.
Kontrol melalui medikasi yang dapat dilakukan oleh dokter hewan yaitu
dengan pemberian antibiotik dimana leg problem sebagian besar disebabkan oleh
Staphylococcus sp. dan problem tersebut dapat diminimalkan dengan medikasi
melalui pemberian antibiotik pada air minum selama 5-7 hari. Apabila masih
belum tuntas maka bisa segera dilakukan pengulangan treatment dengan pola
pengobatan sebagai berikut: 5-7 hari on, 5-7 hari off, 5-7 hari on. Antibiotik yang
bisa digunakan antara lain adalah vetrimoxin, amoxycilline, suramox, bio amoxy
dan dapat diminimalkan juga dengan pemberian pakan med day untuk kasus
pincang pada ayam. Dokter hewan berhak menentukan antibiotik yang tepat untuk
diberikan pada kasus leg problem tersebut.
Berikut ini hasil pemeriksaan post mortem pada ayam penderita leg problem.
Untuk penegakan diagnosa yang tepat perlu bantuan dari dokter hewan
laboratorium. Pengiriman sampel organ ke laboratorium berupa organ kaki yang
terinfeksi.
48
Gambar 4.20 Antemortem dan post mortem kaki ayam penderita leg problem
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Peran profesi dokter hewan dalam usaha pembibitan ternak yaitu pada
manajemen kesehatan dan biosecurity. Pada PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk Unit 2, peranan dan tanggung jawab dokter hewan sudah terlaksana
dengan baik.
2. Peran dokter hewan dalam operasional perusahaan ini
antara lain adalah kontrol dalam manajemen pemeliharaan
seperti pakan, minum dan kandang. Kontrol pada
manajemen kesehatan seperti penerapan biosecurity,
sanitasi farm dan pembasmian hama. Dokter hewan juga
berperan pada early warning system, vaksinasi dan
penegakan diagnosa dari hasil pemeriksaan ante mortem
dan post mortem. Untuk penanganan penyakit, pengendalian dan
sekaligus pencegahan penyakit PT. Japfa Comfeed Indonesia Unit 2
melakukan kegiatan vaksinasi yang telah terjadwal dengan baik yang
dilakukan oleh dokter hewan maupun pengawasan dari dokter hewan
perusahaan.
5.2 Saran
Saran untuk adanya peningkatan pengendalian hama darkling beetle/frengky
dalam kandang agar tidak mengganggu kenyamanan ayam dan produktivitas
ayam.
52
DAFTAR PUSTAKA
Bello, A., M.A, Umaru., Y.S, Baraya., Adamu., M, Jibir. 2012. Post Mortem
Procedure and Diagnostic Avian Pathology. Scientific Journal of Zoology.
1(3) : 37-38.
Etches, RJ. 2000. Reproduction in Poultry. CAB International, Singapore.
Jull, M.A. 2000. Poultry Husbandry. Tatu McGraw Hill Publishing. New York.
Leeson, S. and Summers J.D. 2005. Commercial Poultry Nutrition. Nottingham
University Press. Nottingham.
Legarreta, I.G. 2010. Handbook of Poultry Science and Technology. Wiley
Publishing. New Jersey.
Muharlien, dkk. 2011. Meningkatkan Produksi Ayam Pedaging Melalui
Pengaturan Proporsi Sekam, Pasor, dan Kapur sebagai Litter. J. Ternak
Tropika Vol.12, No.1: 38-45.
Muir, W.M. and Aggrey, S.E. 2003. Poultry Genetics, Breeding, and
Biotechnology. CABI Publishing. Indiana.
Priatno, M.A. 2004. Membuat Kandang Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta
Roman. 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial.
Agromedia pustaka: Jakarta
Rukmana, R. 2005. Budi Daya Rumput Unggul. Hijauan Makanan Ternak.
Yogyakarta: Kanisius.
Salam, dkk. 2013. Berat Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Broiler yang diberi
Tepung Jintan Hitam (Nigella sativa) dalam Ransum selama Musim
Panas. Sains Peternakan. 11(2) : 2.
Sudarisman. 2004. Biosekuritas dan Program Vaksinasi. ASA Poultry Refresher
Course
Sudaryani, T. dan H, Santoso. 2004. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sugandi. 1998. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p
Periode Starter - Finisher. PT. Janu Putro Sentosa: Bogor.
Suprijatna, E., Atmomarsono., Kartasudjana, R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Tierzucht, L. 2012. Management Guide Parent Stock-Lohman LSL. Lohmann
Tierzucht GmbH
53
LAMPIRAN
54
Lampira 1. Standar BW jantan dan Betina pada awal produksi-afkir
Usia Jantan Betina
(minggu) (gram) (ggram)
24 2.830 3.700
25 2.970 3.830
26 3.105 3.920
27 3.230 3.990
28 3.320 4.055
29 3.395 4.080
30 3.435 4.110
31 3.470 4.140
32 3.495 4.170
33 3.520 4.200
34 3.540 4.230
35 3.560 4.260
36 3.580 4.290
37 3.600 4.320
38 3.620 4.350
39 3.640 4.380
40 3.660 4.410
41 3.680 4.440
42 3.700 4.470
43 3.720 4.500
44 3.740 4.530
45 3.760 4.560
46 3.780 4.590
47 3.800 4.620
48 3.820 4.650
49 3.840 4.680
50 3.860 4.710
51 3.880 4.740
52 3.900 4.770
53 3.920 4.800
54 3.940 4.830
55 3.960 4.860
56 3.980 4.890
57 4.000 4.920
58 4.020 4.950
59 4.040 4.980
60 4.060 5.010
61 4.080 5.040
62 4.100 5.070
63 4.120 5.100
64 4.140 5.130
65 4.160 5.160
55
Lampiran 2. Program Vaksinasi PS Broiler
56
AI Killed IM (left breast)
42 REO Killed Killed IM (right breast)
minggu
48 ND Killed IM (right breast)
minggu
AI Killed IM (left breast)
58 ND Killed IM (right breast)
minggu
AI Killed IM (left breast)
57
Lampiran 3. Presentase produksi dari awal produksi-afkir
Usia (%)
24 <5
25 5,6
26 22,1
27 52,7
28 74,4
29 83,6
30 87,4
31 88,3
32 87,7
33 86,5
34 85,4
35 84,3
36 83,3
37 82,2
38 81,0
39 80,0
40 79,0
41 77,9
42 76,8
43 75,7
44 74,7
45 73,6
46 72,6
47 71,4
48 70,4
49 69,2
50 68,2
51 67,0
52 66,0
53 64,9
54 63,9
55 62,7
56 61,6
57 60,6
58 59,5
59 58,4
60 57,3
61 56,2
62 55,2
63 54,0
64 53,0
65 52,0
58