1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1. Gerakan Anti Korupsi (GAK)
11
Tiga faktor utama terjadinya korupsi, yaitu Niat,
Kesempatan, dan Kewenangan.
Niat adalah “Unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait
dengan individu manusianya, seperti perilaku dan nilai-nilai
yang dianut oleh seseorang.”
Kesempatan adalah “Segala hal yang memudahkan orang
melakukan korupsi karena sistem yang ada.”
Kewenangan adalah “Apa yang dimiliki seseorang yang secara
langsung memperkuat kesempatan untuk melakukan korupsi.”
12
GAK sasarannya adalah memperbaiki perilaku individu
manusia dengan mengembangkan akhlaq atau tata nilai
yang harus diadopsi oleh setiap individu manusia. Untuk
mencegah terjadinya perilaku koruptif, nilai-nilai itu
antara lain Kejujuran, Kepedulian, Kemandirian,
Kedislipinan, Tanggung Jawab, Kerja Keras,
Kesederhanaan, Keberanian dan Keadilan.
13
2. Peran Mahasiswa
Karakteristik intelektualitas yang tinggi, jiwa muda yang
bersemangat dan idealisme yang murni, mahasiswa telah
terbukti menjadi agen perubahan ( agent of change).
Sejarah bangsa mencatat peran penting dari mahasiswa,
seperti Kebangkitan Nasional (1908), Sumpah Pemuda
(1928), Proklamasi Kemerdekaan (1945), Lahirnya Orde
Baru (1966), Reformasi (1998).
Mahasiswa diharapkan menjadi kekuatan besar untuk
mendorong GAK, menjadi agen perubahan dengan
menyuarakan kepentingan rakyat, mengkritisi kebijakan
pemerintah yang berbau korupsi, dan menjadi watch dog
bagi lembaga negara dan penegak hukum.
14
3. Keterlibatan Mahasiswa
Mahasiswa terlibat gerakan anti korupsi dalam empat
(4) wilayah :
a. Lingkungan Keluarga untuk menguji proses
internalisasi anti korupsi dalam diri mereka sendiri.
b. Lingkungan Kampus sebagai peserta didik yang
harus peka dan konsisten terhadap dinamika internal
kampus dalam menjalankan Visi dan Misi kampus
termasuk Tri Dharma Perguruan Tinggi.
c. Lingkungan Masyarakat ditingkat Lokal/Nasional
sebagai warga negara yang mempunyai hak dan
kewajiban sama dengan masyarakat lainnya.
15
Di lingkungan keluarga, coba amati dan kritisi kemungkinan adanya
perilaku korupsi di dalam praktek dan realitas yang mudah ditangkap
dengan indera dan perasaan kita, seperti perilaku anggota keluarga
dalam berkendaraan di jalan raya, penghasilan/ kondisi ekonomi yang
mencurigakan, dsb.
Di lingkungan kampus, mencegah perilaku korupsi untuk mahasiswa
sendiri dan komunitas mahasiswa, sehingga mahasiswa harus
berperilaku anti korupsi dan tidak korupsi. Mahasiswa di tuntut paham
tentang korupsi, nilai-nilai anti korupsi, dan gerakan anti korupsi.
Kegiatannya bisa dilakukan antara lain kampanye, sosialisasi, seminar,
pelatihan, kaderisasi budaya anti korupsi. Kantin Kejujuran adalah
contoh bagaimana menerapkan budaya anti korupsi.
16
Di masyarakat sekitar, mahasiswa dapat mengamati apakah
kantor pemerintah menjalankan fungsi pelayanan dengan
baik (KTP, SIM, KK, Laporan Kehilangan, dsb), infrastruktur
fisik terlayani dengan baik atau tidak, pelayanan publik bagi
rakyat miskin, akses informasi publik, dsb.
Di tingkat lokal/ nasional, kembangkan kegiatan kritis
di kampus yang terorganisasi menyebarkan perilaku anti
korupsi kemudian di sebarkan kepada masyarakat, bangun
komunitas anti korupsi dalam kampus dan lintas perguruan
tinggi untuk menciptakan masyarakat sadar anti korupsi.
17