“KIE KB ALAMIAH”
Disusun oleh :
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Sasaran : Akseptor KB Warga posyandu Dsn. Kuwoso, Kec. Sawahan, Kab. Nganjuk
Waktu : 20 menit
A. TUJUAN PENYULUHAN
1. Tujuan Umum
Dengan adanya KIE KB Alamiah selama 20 menit, peserta diharapkan dapat
mengetahui mengenai KB Alamiah.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta dapat mengetahui tentang :
a. Metode kalender
b. Metode pantang berkala
c. Metode suhu basal
d. Metode lendir serviks
e. Metode simtomtermal
f. Metode koitus interuptus
B. MATERI PENYULUHAN
Materi terlampir
C. MEDIA PENYULUHAN
Media penyuluhan berupa leaflet
D. KEGIATAN PENYULUHAN
E. EVALUASI PENYULUHAN
Evaluasi dilakukan selama proses berlangsung dan selesainya kegiatan penyuluhan.
Bentuk evaluasi berupa memberikan pertanyaan lisan kepada peserta :
1. Jelaskan apa itu Keluarga Berencana Alami (KBA) ?
2. Sebutkan macam Keluarga Berencana Alami (KBA) ?
LAMPIRAN MATERI
KELUARGA BERENCANA ALAMI (KBA)
A. PENGERTIAN KB ALAMI
KB alami adalah salah satu cara untuk mengendalikan kemungkinan kehamilan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi apapun, baik kondom maupun kontrasepsi hormonal.
Misalnya, pil KB, susuk, KB suntik, dan spiral (IUD).
C. METODE KALENDER
1. Pengertian Metode Kalender (Jutowiyono & Masniah 2019:61)
Cara ini memang terlihat mudah dilakukan tetapi tidak cocok untuk perempuan
dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, terutama pada perempuan setelah
persalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopause. Selain itu, menentukan
siklusovulasi juga tidak mudah. Walaupun begitu, bagi sebagian perempuan cara
ini masih sering dilakukan. Metode kalender menggunakan prinsip pantang
berkala yaitu tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur sang istri.
2. Tiga panduan untuk menentukan masa subur menurut Jutowiyono & Masniah
2019:62 yaitu,
a) Ovulasi terjadi 14t2 hari sebelum haid yang akan datang,
b) Sperma dapat hidup membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi, dan
c) Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
Dari panduan tersebut dapat diketahui cara mencegah konsepsi, yaitu dengan
menghindari koitus minimal tiga hari (72 jam) atau 48 jam sebelum ovulasi dan
24 jam sesudah ovulasi.
Jika ingin menerapkan metode kalender, seorang perempuan perlu untuk
mengetahui cara menentukan masa aman.
a. Catat lama siklus haid selama tiga bulan terakhir, tentunya lama siklus
haid terpendek dan terpanjang.
b. Lalu siklus haid terpendek dikurangi 18 hari dan siklus terpanjang
dikurangi 11 hari, dua angka yang diperoleh adalah rentang masa subur.
c. Pada rentang masa subur, pasangan suami istri pantang melakukan
hubungan seksual, dan di luar masa subur adalah waktu aman melakukan
hubungan seksual.
3. Indikasi bagi pasangan yang menginginkan kontrasepsi kalender menurut
Jutowiyono & Masniah 2019:63, sebagai berikut :
1. Perempuan dengan siklus menstruasi teratur.
2. Perempuan yang tidak haid karena sedang menyusui atau memproduksi ASI.
3. Perempuan yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi lain.
4. Perempuan yang tidak memiliki infeksi menular seksual.
5. Perempuan yang bertubuh kurus atau gemuk, karena KB dengan metode
kalender tidak akan berpengaruh pada tubuh.
6. Perempuan yang merokok.
7. Perempuan yang memiliki masalah kesehatan atau riwayat gangguan kesehatan
contohnya penyakit jantung, darah rendah, kanker payudara, migrain,
hipertensi, dan diabetes melitus. Metode kalender dinilai paling sesuai karena
metode ini tidak menggunakan hormon.
4. Keuntungan kontrasepsi kalender menurut Jutowiyono & Masniah 2019:63-64,
yaitu ditinjau dari beberapa aspek :
a) Ditinjau dari Segi Kesehatan
Mencegah kehamilan dengan metode KB kalender lebih sehat dibanding dengan
metode yang lain karena KB kalender tidak menggunakan obat atau bahan kimia
seperti yang terkandung dalam metode kontrasepsi yang lain (misalnya
kandungan hormon).
b) Ditinjau dari Segi Ekonomi
Mencegah kehamilan dengan metode kalender hanya dilakukan secara alami dan
tanpa biaya sehingga jika dilihat dari segi ekonomi, metode ini yang paling
ekonomis dibanding dengan metode lainnya.
c) Ditinjau dari Segi Psikologis
Mencegah kehamilan dengan metode kalender tidak akan mengurangi
kenikmatan saat melakukan hubungan seksual sehingga sisi psikologis pasangan
tidak akan terganggu.
5. Kelemahan metode ini kurang efektif bagi beberapa perempuan. Kelemahan dan
kekurangefektifan ini terjadi karena beberapa kondisi tertentu dari tubuh
perempuan tersebut, Jutowiyono & Masniah 2019:64 menyebutkan yaitu:
1) Kurang efektif karena :
a. Banyak perempuan yang menganggap hari pertama menstruasi dimulai saat
haid sudah berakhir atau setelah darah menstruasi tidak keluar lagi.
Perhitungan seperti ini yang menjadikan perhitungan kalender menjadi salah.
b. Beberapa perempuan tidak memberi perhatian khusus terhadap tanda-tanda
lain yang mungkin bukan pertanda masa subur.
c. Beberapa pasangan sering melupakan atau tidak tahu bahwa kemampuan
hidup sel sperma dalam saluran reproduksi adalah tiga hari (3 x 24 jam). Hal
ini berarti jika melakukan hubungan seksual menjelang masa subur bisa saja
berpengaruh terhadap efektivitas metode kalender.
d. Beberapa perempuan tidak sadar bahwa dirinya sedang hamil sehingga darah
yang keluar saat hami (flek) dianggap menstruasi.
2) Kelemahan kb kalender menurut Jutowiyono & Masniah 2019:64-65, yaitu :
a. Perempuan yang menggunakan metode kalender harus teliti dalam
menghitung siklus menstruasinya.
b. Harus siap dengan risiko kegagalan yang cukup tinggi yaitu di atas 20%
(angka kegagalan penggunaar metode kalender adalah 14 kehamilan dari 100
wanita setiap tahun).
c. Perempuan yang menggunakan metode kalender harus menguasai informasi
yang ia butuhkan agar penggunaan KB kalender berhasil.
d. Jika menggunakan KB kalender, seorang perempuan harus sabar dan teliti
karena ia harus mengetahui siklus menstruasinya sendiri.
e. Apabila saat masa subur berlangsung, biasanya pasangan sulit menahan
keinginan untuk melakukan hubungan seksual sehingga dibutuhkan kerja
sama antara suami dan istri.
f. Lebih efektif pada perempuanyang siklus menstruasinya teratur.
D. METODE PANTANG BERKALA
1. Menurut Jutowiyono & Masniah 2019:65 metode KB pantang berkala dapat
dirincikan sebagai berikut :
a. Tidak melakukan hubungan seksual pada saat masa subur.
b. Panduan menentukan masa subur adalah:
1) Ovulasi terjadi 14t2 hari sebelum haid yang akan datang.
2) Sperma dapat hidup dan membuahi selama 48 jam setelah ejakulasi.
3) Ovum dapat hidup selama 24 jam setelah ovulasi.
4) Menghindari koitus selama 72 jam (48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam
sesudah ovulasi).
2. Enam langkah menentukan masa aman dalam metode pantang berkala menurut
Jutowiyono & Masniah 2019:65-66, antara lain :
a. Tentukan siklus haid terpendek.
b. Tentukan siklus haid terpanjang.
c. Siklus haid terpendek dikurangi 18.
d. Siklus haid terpanjang dikurangi 11.
e. Tentukan masa ovulasi = hasil langkah (c) sampai dengan hasil langkah (d)
Tentukan masa aman, mulai dari hasil langkah (c) dikurangi 1 sampai dengan
hasil langkah (d) ditambahi 1.
Contoh perhitungan masa aman berdasarkan metode pantang berkala.
Jika haid terakhir adalah tanggal 9 Januari 2018, maka perhitungan masa aman
adalah sebagai berikut.
a. Siklus terpendek= 29
b. Siklus terpanjang = 36
c. 29-18=11
d. 36-11=25
e. Masa ovulasi mulai hari ke-11 sampai dengan hari ke-25 siklus haid, yaitu 19
Januari sampai dengan 2 Februari 2018.
f. Masa aman mulai hari ke-1 sampai hari ke-9 siklus haid dan hari ke-26 sampai
9 hari setelahnya, yaitu mulai dari 9-17 Januari 2018 dan 3-16 Februari 2018.
E. METODE SUHU BASAL (Jutowiyono & Masniah 2019:66-67)
Suhu basal tubuh bisa dijadikan patokan masa aman. Menjelang ovulasi, suhu
basal tubuh akan turun dan kurang lebih 24 jam setelah ovulasi suhu basal akan naik
lagi sampai lebih tinggi daripada sebelum ovulasi. Keadaan ini bisa dijadikan acuan
menentukan masa ovulasi. Untuk menentukan masa aman, suhu basal harus dicatat
setiap hari dengan teliti setiap pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum
melakukan aktivitas. Walaupun begitu, suhu basal bisa meningkat pada beberapa
kondisi seperti infeksi, ketegangan, dan waktu tidur yang tidak teratur. Karena itu,
tidak dianjurkan melakukan hubungan seksual hingga terlihat suhu tetap tinggi tiga
hari (pada waktu pagi) berturut-turut.
Daya guna teoretis dari metode ini adalah 15 kehamilan per 100 wanita setiap
tahun, daya guna pemakaian adalah 20-30 kehamilan per 100 setiap tahun. Daya guna
dapat ditingkatkan angkanya dengan penggunaan kondom atau obat spermatisida di
samping metode pantang berkala. Tetapi walaupun begitu, metode ini memilki
beberapa efek, contohnya pantangan melakukan hubungan seksual yang membuat
frustasi. Hal ini dapat ditangani dengan pemakaian kondom atau tablet vagina saat
berhubungan seksual.
G. METODE SIMTOTERMAL
Menentukan masa subur dengan metode ini bisa dilakukan dengan mengamati suhu
tubuh dan lendir serviks.
1. Setelah darah haid berhenti, seorang wanita dapat melakukan hubungan seksual
pada malam hari pada hari kering dengan berselang sehari selama masa tak subur.
Ini adalah aturan selang hari kering (aturan awal) atau aturan yang sama dengan
metode lendir serviks.
2. Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir, ini adalah
aturan awal. Aturan yang sama dengan metode lendir serviks. Tidak diperbolehkan
melakukan hubungan seksual sampai masa subur berakhir.
I. DAFTAR PUSTAKA
Jitowiyono, Sugeng dan Masniah Abdul Rouf. 2019. Keluarga Berencana (KB) dalam
Perspektif Bidan.
Yogyakarta : Pustaka Baru.
MEDIA KIE
DOKUMENTASI KEGIATAN