Anda di halaman 1dari 14

PATRIARKHISME DAN KETIDAKADILAN GENDER

Siti Rokhimah
Aktivis di Mojokerto Jawa Timur
Sitirokhimah@gmail.com

Abstract: This study discusses about what and how the patriarchal system perpetuates
gender inequality in the reality of social life, with women as victims. Patriarchy is the
magic system because of its ability to power that is no longer in the realm of the family but
in all areas of the world that demonstrate extraordinary cognitive. This system is a system
of male dominance and superiority -laki for control and domination of women. Gender
roles are deliberately constructed by this ideology, understood by women as something
natural or nature, so that in many areas of life this system perpetuates gender inequality.

Keywords: Women, Patriarchy and Gender Injustice

Abstrak: Penelitian ini membahas tentang apa dan bagaimana sistem patriarki
melanggengkan ketidaksetaraan gender dalam realitas kehidupan sosial, dengan
perempuan sebagai korban. Patriarki adalah sistem ajaib karena kemampuannya untuk
kekuasaan yang tidak lagi di ranah keluarga tetapi dalam semua wilayah di dunia yang
menunjukkan kognitif yang luar biasa. Sistem ini adalah sistem laki-laki dominasi dan
superioritas -laki untuk kontrol dan dominasi perempuan. Peran gender sengaja dibangun
oleh ideologi ini, dipahami oleh perempuan sebagai sesuatu yang alami atau alam,
sehingga dalam banyak bidang kehidupan sistem ini melanggengkan ketidaksetaraan
gender.

Kata Kunci: Perempuan, Patriarkhi dan Ketidakadilan Gender

Pendahuluan ideologi patriarkhi. Di negara-negara


Sebagaimana kita ketahui bersama Dunia Ketiga, termasuk Indonesia, budaya
di dunia Barat ataupun di Timur, dan ideologi tersebut masih sangat kental
perkembangan peradaban manusia dan mewarnai berbagai aspek kehidupan
tumbuh dalam lingkup budaya dan dan struktur masyarakat serta menciptakan

132 | MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014


ketimpangan-ketimpangan gender. sedangkan perempuan yang berkodrat
Budaya dan ideologi di bentuk oleh melahirkan ada di dalam rumah, domestik.
manusia dan disosialisasikan dari satu Perempuan bertugas pokok membesarkan
generasi ke generasi berikutnya. Dalam anak, laki-laki bertugas mencari nafkah.
budaya Indonesia, seperti juga di banyak Perbedaan tersebut di pandang sebagai hal
negara dunia ketiga lain, budaya patriarkhi yang alamiah. Itu sebabnya ketimpangan
masih sangat kental. Dalam kehidupan yang melahirkan subordinasi perempuan
sosial, politik, ekonomi, dan terlebih lagi juga dipandang sebagai hal yang alamiah
dalam budaya, keadaan ketimpangan, pula. Oleh karena itu, dalam konteks
asimetris dan subordinatif terhadap masyarakat dimana kontrol atau dominasi
perempuan tampak sangat jelas. Dalam laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi yang seperti itu proses kaum perempuan, maka ketidakadilan
marjinalisasi terhadap perempuan terjadi gender akan terus berlangsung. Artinya,
pada gilirannya perempuan kehilangan patriarkhisme dalam bentuknya yang
otonomi atas dirinya. Eksploitasi serta demikian akan melanggangkan
kekerasan terjadi terhadap perempuan, ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender
baik domestik maupun publik. dalam berbagai lini kehidupan.
Bagi masyarakat tradisional Berangkat dari pemikiran tersebut
patriarkhi dipandang sebagai hal yang maka, kajian ini akan membahas tentang
tidak perlu dipermasalahkan, karena hal apa dan bagaimana sistem patriarkhi serta
tersebut selalu dikaitkan dengan kodrat implikasinya dalam melanggengkan
yang tidak terbantahkan. Kepercayaan ketidakadilan gender dalam realitas
bahwa Tuhan telah menetapkan adanya kehidupan sosial masyarakat.
perbedaan laki-laki dan perempuan,
sehingga perbedaan dalam kehidupan Pembahasan
manusiapun diatur berdasarkan perbedaan A. Patriarkhi
tersebut. Determinis biologis juga telah Patriarkhi adalah sebuah sistem
memperkuat pandangan tersebut. Artinya, sosial yang menempatkan laki-laki
secara biologis perempuan dan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral
berbeda maka fungsi-fungsi sosial ataupun dalam organisasi sosial. Dalam sistem ini,
kerja dengan masyarakatpun juga berbeda. Ayah memiliki otoritas terhadap
Laki-laki selalu dikaitkan dengan fungsi perempuan, anak-anak dan harta benda.
dan tugas di luar rumah, publik, Secara tersirat sistem ini melembagakan

Patriarkhisme dan Ketidakadilan Gender (Siti Rokhimah) | 133


pemerintahan dan hak istimewa laki-laki tertua. Artinya, hukum keturunan dalam
dan menuntut subordinasi perempuan. patirarkat menurut garis bapak. Nama,
(Bressler, Charles E. 2007) Patriarkhi harta milik, dan kekuasaan kepala
adalah konsep yang digunakan dalam keluarga (bapak) diwariskan kepada anak
ilmu-ilmu sosial, terutama dalam laki-laki. (Ensiklopedia Indonesia 1984)
antropologi dan studi referensi feminis. Saat ini, istilah tersebut secara
Distribusi kekuasaan antara laki-laki dan umum digunakan untuk menyebut
perempuan di mana laki-laki memiliki “kekuasaan lakilaki”, khususnya
keunggulan dalam satu atau lebih aspek, hubungan kekuasaan antara laki-laki
seperti penentuan garis keturunan terhadap perempuan yang di dalamnya
(keturunan patrilineal eksklusif dan berlangsung dominasi laki-laki atas
membawa nama belakang), hak-hak anak perempuan yang direalisasikan melalui
sulung, otonomi pribadi dalam hubungan bermacam-macam cara. (Kamla Bashin,
sosial, partisipasi dalam status publik, 1996: 1)
politik dan atribusi dari berbagai Sistem kebapakan ini menjadi cara
pekerjaan antara laki-laki dan perempuan pandang yang berlaku secara umum,
yang ditentukan oleh pembagian kerja sehingga otomatis kaum perempuan tidak
secara seksual. Sistem Patriarkal dalam terepresentasikan dalam cara pandang ini.
institusi keluarga biasanya berhubungan Jika kita lihat, sistem budaya patriarkhi
dengan keturunan nenek moyang laki-laki. seakan-akan sudah menjadi alamiah dari
Keluarga patriarkal, merupakan unit asal muasalnya. Karena itu pula, cara
politik kecil yang dikepalai oleh -laki terhadap perempuan yang beranggapan
tertua. bahwa kaum perempuan secara kodrati
Kata patriarkhi sendiri mengacu memang lebih lemah darikaum laki-laki
pada sistem budaya di mana sistem juga seakan-akan merupakan cara
kehidupan diatur oleh sistem pandang yang “given”. Sejak lahirnya
“kebapakan”. Patriarkhi atau “Patriarkat” filsafat di dunia Barat, pandangan natural
merujuk pada susunan masyarakat di atas sudah menjadi pandangan umum.
menurut garis Bapak. Ini adalah istilah Aristoteles misalnya beranggapan bahwa
yang menunjukkan ciri-ciri tertentu pada perempuan adalah laki-laki yang tidak
keluarga atau kumpulan keluarga lengkap. Wanita kurang bisa “mengerami”
manusia, yang diatur, dipimpin, dan atau “memasak” darah yang dikeluarkan
diperintah oleh kaum bapak atau laki-laki pada masa haidnya ke taraf yang lebih

134 | MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014


sempurna menjadi air mani. Karena itu, Patriarkhi yang biasa dikenal
wanita tidak bisa menyumbangkan air sebagai the magic system karena
mani dalam proses pembentukan janin kemampuan dalam berkuasa yang tidak
manusia – wanita hanya menyumbangkan lagi dalam ranah keluarga tetapi dalam
selongsongnya saja, dan kemudian semua bidang yang mempertontonkan
memberi janin itu makanan untuk tumbuh. dunia kognitif yang luar biasa dan
Tapi benih dari janin itu harus datang dari cenderung memiliki ideologi. Menurut
laki-laki. (Arief Budiman, 1981: 8). Kamla Bhasin, bahwa yang dihadapi oleh
Ide tentang wanita lebih lemah dari masyarakat sekarang adalah sebuah
laki-laki terus berkembang dan sistem, yaitu sistem dominasi dan
dipertahankan oleh hampir semua ahli superioritas laki -laki, sistem kontrol
filsafat yang terkenal sepanjang sejarah. terhadap perempuan, dimana perempuan
Untuk lebih mempertegas, Arif Budiman dikuasai. Melekat dalam sistem ini adalah
mengambil kutipan dari Carol Gould ideologi yang menyatakan bahwa laki-laki
dalam esainya berjudul “The Women lebih tinggi dari pada perempuan, bahwa
Question : Philosophy of Liberation and perempuan harus dikontrol oleh laki-laki
the Liberation of Philosophy” yang dan bahwa perempuan adalah bagian dari
membeberkan bagaimana pandangan para milik laki-laki. (Kamla Bashin, 1996: 4).
filsuf terhadap perempuan. Kant misalnya Ideologi ini dianggap sebagai salah
berkata, “Saya sulit berkata bahwa wanita satu dari basis penindasan perempuan
punya kesanggupan untuk mengerti karena menciptakan watak feminim dan
prinsip-prinsip”, Schopenhauer, wanita maskulin yang melestarikan patriarkhi,
“dalam segala hal terbelakang, tidak menciptakan dan memperkuat pembatas
memiliki kesanggupan untuk berpikir dan antara privat dan publik dan membatasi
berefleksi... posisinya ada di antara laki- gerak dan perkembangan perempuan serta
laki dewasa yang merupakan manusia memproduksi dominasi kaum laki-laki.
sesungguhnya dan anak-anak... pada (Nunuk P & Murniati A, 2004: 80).
akhirnya, wanita diciptakan hanya untuk
mengembangkan keturunan”. Fichte, B. Konsep Gender
wanita “dikuasai karena itu merupakan Dibandingkan istilah sex, maka
keinginannya yang lahir dari moral wanita istilah gender bisa dikatakan muncul
itu sendiri untuk dikuasai”. belakangan. Kata sex berasal dari bahasa
Inggris yang berarti jenis kelamin. Dalam

Patriarkhisme dan Ketidakadilan Gender (Siti Rokhimah) | 135


kamus dikatakan bahwa sex memiliki arti seorang perempuan. Melalui penentuan
ciri-ciri yang membedakan antar jenis jenis kelamin secara biologis ini maka
kelamin laki-laki dan perempuan yang dikatakan bahwa seseorang akan disebut
bersifat biologis. Sementara itu istilah berjenis kelamin laki-laki jika ia memiliki
genderberasal dari bahasa latin “genus” penis, jakun, kumis, janggut, dan
yang berarti “jenis” atau “tipe”. (Jhon M memproduksi sperma. Sementara sese-
Echols dan Hasan Shadily, 1997: 143) orang disebut berjenis kelamin perempuan
Dalam perjalanannya istilah ini jika ia mempunyai vagina dan rahim
dalam Bahasa Inggris berkembang men- sebagai alat reproduksi, memiliki alat
jadi gender. Menurut bahasa kata gender untuk menyusui (payudara) dan meng-
diartikan sebagai kelompok kata yang alami kehamilan dan proses melahirkan.
mempunyai sifat maskulin, feminism atau Ciri-ciri biologis ini sama di semua
tanpa keduanya, netral. Sesungguhnya tempat, di semua budaya dari waktu ke
Istilah gender pada awalnya dikembang- waktu dan tidak dapat dipertukarkan satu
kan sebagai suatu analisis ilmu sosial oleh sama lain.
Ann Oakley dan sejak saat itu menurutnya Sementara itu, gender adalah sifat
gender lantas dianggap sebagai alat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-
analisis yang baik untuk memahami laki dan perempuan yang dibentuk secara
persoalan diskriminasi terhadap kaum sosial maupun budaya. Menurut Ilmu
perempuan secara umum. (Mosse, 2002: Sosiologi dan Antropologi, Gender itu
23) sendiri adalah perilaku atau pembagian
Dengan demikian untuk mengurangi peran antara laki-laki dan perempuan yang
kesalahpahaman maka konsep gender sudah dikonstruksikan atau dibentuk di
pertama kali harus dibedakan dari konsep masyarakat tertentu dan pada masa waktu
seks atau jenis kelamin secara biologis. tertentu pula. Dengan kata lain basis
Pengertian seks atau jenis kelamin secara gender adalah konstruksi social atau
biologis merupakan pensifatan atau bentukan masyarakat itu sendiri.
pembagian dua jenis kelamin manusia Mosse mengatakan bahwa gender
yang ditentukan secara biologis, bersifat adalah sebuah istilah yang menunjukkan
permanen (tidak dapat dipertukarkan pembagian peran social antara laki-laki
antara laki-laki dan perempuan), dibawa dan perempuan dan ini mengacu kepada
sejak lahir dan merupakan pemberian pemberian cirri emosional dan psikologis
Tuhan; sebagai seorang laki-laki atau yang diharapkan oleh budaya tertentu

136 | MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014


disesuaikan dengan fisik laki-laki dan WHO maka gender diartikan sebagai per-
perempuan. Adapun istilah sex mengacu bedaan status dan peran antara perempuan
kepada perbedaan secara bilogis dan dan laki-laki yang dibentuk oleh
anatomis antara laki-laki dan perempuan. masyarakat sesuai dengan nilai budaya
(Mosse, 2002: 25). Joan Scoot, memberi- yang berlaku dalam periode waktu
kan arti gender sebagai a constitutive tertentu.
element of social relationships based on Paparan di atas secara gamblang
perceived differences between the sexes, menunjukkan bahwa gender merupakan
and…a primary way of signifying suatu istilah yang dikonstruksi secara
relationships of power.” (Anastasia Reni, sosial dan kultural untuk jangka waktu
2009: 221) Di dalam Women’s Studies yang lama, yang disosialisasikan secara
Encylopedia dijelaskan bahwa gender turun temurun maka pengertian yang
adalah suatu konsep cultural yang baku tentang konsep gender ini pun belum
berupaya membuat perbedaan ada sampai saat ini, sebab pembedaan
(distinction) dalam hal peran, perilaku, laki-laki dan perempuan berlandaskan
mentalitas dan karakter emosional antara hubungan gender dimaknai secara berbeda
laki-laki atau perempuan yang dari satu tempat ke tempat lain, dari satu
berkembang di dalam masyarakat. budaya ke budaya lain dan dari waktu ke
(Zakiyudin Baidawi, 1997: viii) Dengan waktu.
demikian gender bukanlah kodrat karena Perbedaan fungsi dan peran antara
itu dibentuk oleh manusia. Dari peran laki-laki dan perempuan itu tidak
ataupun tingkah laku yang diproses ditentukan karena antar keduanya terdapat
pembentukannya di masyarakat itu terjadi perbedaan biologi atau kodrat, tetapi
pembentukan yang “mengharuskan” dibedakan atau dipilih-pilah menurut
misalnya perempuan itu harus lemah kedudukan, fungsi dan peranannya
lembut, emosional, cantik, sabar, masing-masing dalam berbagai bidang
penyayang, sebagai pengasuh anak, kehidupan. Di antara perbedaan seks dan
pengurus rumah dll. Sedangkan laki-laki gender dapat diragakan sebagai berikut:
harus kuat, rasional, wibawa, perkasa
(macho), pencari nafkah dll. Maka
terjadilah ketidakadilan dalam kesetaraan
peran ini. Sementara itu dalam tafsir resmi
Bagan 1

Patriarkhisme dan Ketidakadilan Gender (Siti Rokhimah) | 137


Perbedaan Seks dan Gender
Sumber Seks Gender
Sumber Tuhan Manusia (Masyarakat)
Pembeda
Visi dan kesetaraan kebiasaan
misi
Unsur Biologis (alat Kebudayaan (tingkah laku)
pembeda reproduksi)
Sifat Kodrat, tertentu, tidak Harkat, martabat dapat
dapat dipertukarkan dipertukarkan
Dampak Terciptanya nilai- Terciptanya norma-norma
nilai, kesempurnaan, ketentuan tentang pantas atau
kenikmatan, tidak pantas. Laki-laki pantas
kedamaian dll jadi pemimpin, perempuan
sehingga pantas dipimpin dll sering
menguntungkan kedua merugikan salah satu pihak
belah pihak kebetulan adalah perempuan
Keberlakua Sepanjang masa, Dapat berubah, musiman dan
n dimana saja tidak berbeda antara kelas
mengenal pembedaan
kelas

Dari bagan di atas, maka dapat dimungkinkan pula bagi dia untuk
diketahui bahwa gender bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan
dipertukarkan satu sama lain, gender bisa pekerjaan-pekerjaan lain yang selama ini
berubah dan berbeda dari waktu ke dianggap sebagai pekerjaan kaum
waktu, di suatu daerah dan daerah yang perempuan. Demikian juga sebaliknya
lainnya. Oleh karena itulah, identifikasi seseorang dengan jenis kelamin
seseorang dengan menggunakan perempuan bisa saja bertubuh kuat, besar
perspektif gender tidaklah bersifat pintar dan bisa mengerjakan perkerjaan-
universal. Seseorang dengan jenis pekerjaan yang selama ini dianggap
kelamin laki-laki mungkin saja bersifat maskulin dan dianggap sebagai wilayah
keibuan dan lemah lembut sehingga kekuasaan kaum laki-laki.

138 | MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014


generasi ke generasi bukanlah bukanlah
C. Ketidakadilan Gender Dalam kodrat. Marshall Sahlin berpendapat
Masyarakat Patriarkhi bahwa ketidakadilan gender merupakan
Kesalahan pemahaman akan subordinasi hal simbolik di bawah hal
konsep gender seringkali muncul, ketika alamiah. (Marshall Sahlin dalam Ashadi
konsep gender disamakan dengan konsep Siregar, 2006: 65).
sex. Hal ini ditegaskan oleh Asma Dalam setiap masyarakat, kaum
Barlah, mengatakan inti dari laki-laki dan perempuan memiliki peran
ketidaksetaraan gender adalah gender yang berbeda. Terdapat perbedaan
pencampur-adukan antara biologis (jenis pekerjaan yang mereka lakukan dalam
kelamin) dan makna sosialnya (gender). komunitasnya dan status maupun
(Asma Barlah, Cara Quran kekuasaan mereka di dalam masyarakat
Membebaskan Perempuan, Yogyakarta, boleh jadi berbeda pula dan status
2007, hal. 54) Orang sering memahami maupun kekuasaan mereka di dalam
konsep gender yang merupakan rekayasa masyarakat boleh jadi berbeda pula.
sosial budaya sebagai “kodrat”, sebagai Perbedaan jalan perkembangan peran
sesuatu hal yang sudah melekat pada diri gender dalam masyarakat disebabkan
seseorang, tidak bisa diubah dan ditawar oleh berbagai macam factor, mulai dari
lagi. Kondisi ini mengakibatkan lingkungan alam, hingga cerita dan mitos
perjuangan gender menghadapi banyak yang digunakan untuk memecahkan teka
perlawanan yang tidak saja datang dari teki perbedaan jenis kelamin, mengapa
kaum laki-laki yang merasa terancam perbedaan itu terjadi dan bagaimana dua
“hegemoni kekuasaannya” tapi juga orang yang berlainan jenis kelamin dapat
datang dari kaum perempuan sendiri yang berhubungan baik satu dengan yang
tidak paham akan apa yang sesungguhnya lainnya dan dengan sumber daya alam
dipermasalahkan oleh perjuangan gender sekitarnya. (Mosse, 2002: 5)
itu. Padahal kodrat itu sendiri menurut Terbentuknya perbedaan gender
Kamus Besar Bahasa Indonesia, antara dikarenakan oleh banyak hal, di
lain berarti “sifat asli; sifat bawaan”. antaranya dibentuk, disosialisasikan,
Dengan demikian gender yang dibentuk diperkuat bahkan dikonstruksi secara
dan terbentuk sepanjang hidup seseorang social maupun cultural melalui ajaran
oleh pranata-pranata sosial budaya yang keagamaan maupun negara. Melalui
diwariskan secara turun temurun dari proses yang panjang, sosialisasi gender

Patriarkhisme dan Ketidakadilan Gender (Siti Rokhimah) | 139


tersebut akhirnya dianggap sebagai partiarkhi. Ideology partiarkhi ini
ketentuan Tuhan-seolah-olah bersifat merupakan alat yang sangat legitimet
biologis yang tidak dapat diubah kembali, untuk mempertahankan relasi asimetris
sehingga perbedaan-perbedaan gender (tidak sepandan) antara laki-laki dan
dianggap sebagai kodrat laki-laki dan perempuan.
kodrat perempuan. Hal ini terkadang Kultur patriarkhi membentuk
menjadikan perempuan dianggap lebih perbedaan perilaku, status dan otoritas
rendah dibanding laki-laki. Bahkan laki-laki dan pere patriarkhimpuan di
budaya yang telah terbentuk lama hampir masyarakat kemudian menjadi hirarki
sebagian besar peran yang ditempelkan gender. Perbedaan biologis antara laki-
pada perempuan adalah peran yang laki dan perempuan dianggap sebagai
sifatnya lemah, kurang menantang dan awal pembentukan budaya patriarkhi.
bersifat kedalam atau domestic. Dengan Masyarakat memandang perbedaan
“landasan” bahwa setiap sifat biasanya biologis antara keduanya merupakan
melekat pada jenis kelamin tertentu status yang tidak setara, perempuan yang
sepanjang sifat-sifat tersebut bisa tidak memiliki otot dipercayai sebagai
dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah alasan masyarakat meletakkan
hasil konstruksi masyarakat dan sama perempuan pada posisi lemah. Laki-laki
sekali bukan kodrat. (Mansour Faqih, dianggap memiliki fisik kuat. Tetapi
2006: 9) kekuatan fisik itu bukanlah sebuah factor
Proses pembentukan yang diajarkan penting dalam hubungan antara laki-laki
secara turun-temurun oleh orangtua dan perempuan. Walby mengatakan
(keluarga), masyarakat, bahkan lembaga bahwa partiarkhi merupakan sistem
pendidikan yang ada dengan sengaja atau terstruktur dan praktek social yang
tanpa sengaja memberikan peran menempatkan kaum laki-laki sebagai
(perilaku) yang sehingga membuat pihak yang mendominasi, melakukan
sebagai sebuah ideology. Sesungguhnya operasi dan mengeksploitasi kaum
ideology merupakan alat yang sangat perempuan. Sistem ini ada dalam dua
ampuh bagi suatu golongan yang kuat bentuk yakni: 1) Private patriarkhi
untuk melakukan hegemoni atas (partiarkhi domestic) yakni yang
golongan yang lain yakni yang lemah. menekankan kerja dalam rumah tangga
Demikian pula dengan ideology gender sebagai steorotipe perempuan, dan; 2)
yang berlaku dalam masyarakat bersistem Public patriarkhi (patriarkhi public) yakni

140 | MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014


yang mensteorotipkan laki-laki sebagai perempuan antara lain adalah sebagai
pekerja disektor public yang sarat dengan berikut :
karakter keras penuh tantangan. (Silvia
Walby, 1998: 20) 1. Steorotipe Atau Pelabelan Negatif
Kuatnya cengkeraman patriarkhi ini Semua bentuk ketidakadilan gender
menyebabkan perempuan lebih banyak diatas sebenarnya berpangkal pada satu
berada pada posisi marginal dan sub sumber kekeliruan yang sama, yaitu
ordinat dalam budaya kerja maskulin, stereotype gender laki-laki dan
karena posisi ini dibentuk oleh ideology perempuan. Stereotype itu sendiri berarti
patriarkhi yang meneguhkan perempuan pemberian citra baku atau label/cap
menjadi dominan di bidang yang kepada seseorang atau kelompok yang
memandang perempuan sebagai mahluk didasarkan pada suatu anggapan yang
lemah telah menjadi ideology umum salah atau sesat. Pelabelan umumnya
yang tidak hanya mempengaruhi dilakukan dalam dua hubungan atau lebih
masyarakat awam tetapi juga menjadi dan seringkali digunakan sebagai alasan
cara pandang negara dalam melihat serta untuk membenarkan suatu tindakan dari
menempatkan perempuan. Patriarkhi satu kelompok atas kelompok lainnya.
mengungkung prestasi perempuan di Pelabelan juga menunjukkan adanya
semua lingkup kehidupan, kurangnya relasi kekuasaan yang timpang atau tidak
kesempatan terhadap kepemilikan seimbang yang bertujuan untuk
kekayaan serta asset-asset lainnya, menaklukkan atau menguasai pihak lain.
terhadap kekuasaan politik, pendidikan, Pelabelan negatif juga dapat dilakukan
kesehatan yang baik dan penghidupan atas dasar anggapan gender. Namun
yang layak. Patriarkhi mengkonstruksi seringkali pelabelan negatif ditimpakan
peran gender dari tumpukan batu bata kepada perempuan. Contohnya :
bangunan biologis dasar di mana kita Perempuan dianggap cengeng, suka
semua dilahirkan, sehingga muncul digoda, Perempuan tidak rasional,
ketimpangan dalam pembagian peran emosional, Perempuan tidak bisa
yang pada tahap selanjutnya lahirlah mengambil keputusan penting,
ketidakadilan gender dalam berbagai lini Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan
dan level kehidupan. pencari nafkah tambahan dan Laki-laki
Bentuk-bentuk ketidakadilan sebagai pencari nafkah utama.
gender yang sering dialami oleh

Patriarkhisme dan Ketidakadilan Gender (Siti Rokhimah) | 141


2. Kekerasan kelamin yang mengakibatkan
Kekerasan (violence) artinya tindak kemiskinan. Banyak cara yang dapat
kekerasan, baik fisik maupun non fisik digunakan untuk memarjinalkan
yang dilakukan oleh salah satu jenis seseorang atau kelompok. Salah satunya
kelamin atau sebuah institusi keluarga, adalah dengan menggunakan asumsi
masyarakat atau negara terhadap jenis gender. Misalnya dengan anggapan
kelamin lainnya. Peran gender telah bahwa perempuan berfungsi sebagai
membedakan karakter perempuan dan pencari nafkah tambahan, maka ketika
laki-laki. Perempuan dianggap feminism mereka bekerja diluar rumah (sector
dan laki-laki maskulin. Karakter ini public), seringkali dinilai dengan
kemudian mewujud dalam ciri-ciri anggapan tersebut. Jika hal tersebut
psikologis, seperti laki-laki dianggap terjadi, maka sebenarnya telah
gagah, kuat, berani dan sebagainya. berlangsung proses pemiskinan dengan
Sebaliknya perempuan dianggap lembut, alasan gender. Contohnya: Guru TK,
lemah, penurut dan sebagainya. perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik,
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pembantu rumah tangga dinilai sebagai
pembedaan itu. Namun ternyata pekerja rendah, sehingga berpengaruh
pembedaan karakter tersebut melahirkan pada tingkat gaji/upah yang diterima,
tindakan kekerasan. Dengan anggapan Masih banyaknya pekerja perempuan
bahwa perempuan itu lemah, itu diartikan dipabrik yang rentan terhadap PHK
sebagai alasan untuk diperlakukan dikarenakan tidak mempunyai ikatan
semena-mena, berupa tindakan formal dari perusahaan tempat bekerja
kekerasan. Contohnya: Kekerasan fisik karena alasan-alasan gender, seperti
maupun non fisik yang dilakukan oleh sebagai pencari nafkah tambahan, pekerja
suami terhadap isterinya di dalam rumah sambilan dan juga alasan factor
tangga, Pemukulan, penyiksaan dan reproduksinya, seperti menstruasi, hamil,
perkosaan yang mengakibatkan perasaan melahirkan dan menyusui, dan Perubahan
tersiksa dan tertekan, Pelecehan seksual dari sistem pertanian tradisional kepada
dan Eksploitasi seks terhadap perempuan sistem pertanian modern dengan
dan pornografi. menggunakan mesin-mesin traktor telah
3. Marginalisasi memarjinalkan pekerja perempuan.
Marjinalisasi artinya suatu proses
peminggiran akibat perbedaan jenis 4. Sub ordinasi

142 | MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014


Subordinasi artinya: suatu penilaian
atau anggapan bahwa suatu peran yang 5. Beban Ganda
dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih Beban ganda (double burden)
rendah dari yang lain. Telah diketahui, artinya beban pekerjaan yang diterima
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, salah satu jenis kelamin lebih banyak
telah memisahkan dan memilah-milah dibandingkan jenis kelamin lainnya.
peran-peran gender, laki-laki dan Peran reproduksi perempuan seringkali
perempuan. Perempuan dianggap dianggap peran yang statis dan permanen.
bertanggung jawab dan memiliki peran Tugas dan tanggung jawab perempuan
dalam urusan domestik atau reproduksi, yang berat dan terus menerus. Misalnya,
sementara laki-laki dalam urusan public seorang perempuan selain melayani
atau produksi. Pertanyaannya adalah, suami (seks), hamil, melahirkan,
apakah peran dan fungsi dalam urusan menyusui, juga harus menjaga rumah.
domestic dan reproduksi mendapat Disamping itu, kadang ia juga ikut
penghargaan yang sama dengan peran mencari nafkah (di rumah), dimana hal
publik dan produksi? Jika jawabannya tersebut tidak berarti menghilangkan
“tidak sama”, maka itu berarti peran dan tugas dan tanggung jawab diatas.
fungsi public laki-laki. Sepanjang Walaupun sudah ada peningkatan jumlah
penghargaan social terhadap peran perempuan yang bekerja diwilayah
domestic dan reproduksi berbeda dengan public, namun tidak diiringi dengan
peran publik dan reproduksi, sepanjang berkurangnya beban mereka di wilayah
itu pula ketidakadilan masih berlangsung. domestik. Upaya maksimal yang dilaku-
Contohnya: Masih sedikitnya jumlah kan mereka adalah mensubstitusikan
perempuan yang bekerja pada posisi atau pekerjaan tersebut kepada perempuan
peran pengambil keputusan atau penentu lain, seperti pembantu rumah tangga atau
kebijakan disbanding laki-laki, Dalam anggota keluarga perempuan lainnya.
pengupahan, perempuan yang menikah Namun demikian, tanggung jawabnya
dianggap sebagai lajang, karena masih tetap berada di pundak perempuan.
mendapat nafkah dari suami dan Akibatnya mereka mengalami beban
terkadang terkena potongan pajak, dan yang berlipat ganda.
Masih sedikitnya jumlah keterwakilan Demikianlah pendikotomian laki-
perempuan dalam dunia politik (anggota laki dan perempuan berdasarkan
legislatif dan eksekutif). hubungan gender yang dikonstruksi oleh

Patriarkhisme dan Ketidakadilan Gender (Siti Rokhimah) | 143


sistem patriarkhi, nyata sekali telah Sistem patriarkhi menyebabkan
mendatangkan ketidakadilan gender bagi perempuan lebih berada pada posisi
perempuan yang termanifestasi dalam marginal dan sub ordinat. Artinya,
berbagai wujud dan bentuknya. Karena patriarkhi meneguhkan dan memandang
diskriminasi gender perempuan perempuan sebagai mahluk lemah,
diharuskan untuk patuh pada “kodrat”nya sebagai hal yang bersifat alamiah
yang telah ditentukan oleh masyarakat “kodrat” yang tidak hanya mempengaruhi
untuknya. Karena diskriminasi pula masyarakat awam tetapi juga menjadi
perempuan harus menerima stereotype cara pandang negara dalam melihat serta
yang dilekatkan pada dirinya yaitu bahwa menempatkan perempuan. Patriarkhi
perempuan itu irrasional, lemah, mengungkung prestasi perempuan di
emosional dan sebagainya sehingga semua lingkup kehidupan, kurangnya
kedudukannya pun selalu subordinat kesempatan terhadap kepemilikan
terhadap laki-laki, tidak dianggap penting kekayaan serta asset-asset lainnya,
bahkan tidak dianggap sejajar dengan terhadap kekuasaan politik, pendidikan,
laki-laki, sehingga perempuan kesehatan yang baik dan penghidupan
diasumsikan harus selalu yang layak. Patriarkhi mengkonstruksi
menggantungkan diri dan hidupnya peran gender dari tumpukan batu bata
kepada laki-laki. Oleh karena itu, kondisi bangunan biologis dasar di mana kita
perempuan dalam atmosfer budaya semua dilahirkan, sehingga muncul
Patriarkhi diletakkan pada posisi inferior. ketimpangan dalam pembagian peran
Perempuan tidak memiliki peran penting yang pada tahap selanjutnya lahirlah
dalam masyarakat dan menjadi kelompok ketidakadilan gender dalam berbagai lini
marginal. Secara singkatnya perempuan dan level kehidupan.
tidak diciptakan sebagai mahluk inferior
tetapi dia menjadi inferior karena struktur DAFTAR PUSTAKA
kekuasaan dalam masyarakat berada di
tangan laki-laki. Masyarakat melihat Budiman, Arief, 1981, Pembagian Kerja
segala hal termasuk perempuan dengan Secara Seksual: Sebuah
kaca mata laki-laki. Pembahasan Sosiologis tentang
Peran Perempuan di Dalam
Penutup Masyarakat,Jakarta: Gramedia.

144 | MUWÂZÂH, Volume 6, Nomor 1, Juli 2014


Reni, Anastasia, 2009, Rekonstruksi Nunuk P & Murniati A, 2004, Getar
Kelembagaan Penanganan Korban Gender :Buku Kedua Perempuan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Indonesia dalam Perspektif Agama,
Yang Berkeadilan Rektoaktif, Jurnal Budaya dan Keluarga , Magelang:
Masalah-Masalah Hukum Vol. 1, Indonesiatera.
UNDIP, Semarang. Walby, Silvia, 1998, Theorizing
Barlah, Asma, 2007, Cara Quran Patriarchy Oxford Blackwell,
Membebaskan Perempuan, USA.
Yogyakarta. Baidawi , Zakiyudin, 1997, Wacana
Charles E., Bressler, 2007, Literary Teologi Feminis, Pustaka Pelajar,
Criticism: An Introduction to Yogyakarta.
Theory and Practice 4th-ed.
Pearson Education, Inc. ISBN-13:
978-0-13-153448-3
Ensiklopedia Indonesia 1984
Echols, Jhon M dan Hasan Shadily, 1997,
Kamus Bahasa Inggris, Gramedia,
Jakarta.
Bashin, Kamla, 1996, Menggugat
Patriarkhi Pengantar tentang Soal
Dominasi terhadap Kaum
Perempuan, Yogyakarta: Bentang
Budaya.
Mosse, 2002, Gender dan Pembangunan,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sahlin, Marshall, 2006, Analsis Dengan
Prespektif Gender Atas Majalah
Wanita Di Indonesia, Fisipol UGM,
Yogyakarta.
Faqih, Mansour, 2006, Analisis Gender
dan Transformasi Sosial, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Patriarkhisme dan Ketidakadilan Gender (Siti Rokhimah) | 145

Anda mungkin juga menyukai