Anda di halaman 1dari 8

BUDA YA

IA R
PATR ok 8 KI
Oleh: Kelomp
Kelompok Kami
DIA MELITA 10040322097

Naily Saniyah 10030322084

Masitha Rizki Rahayu 10040322109


Patriarki adalah tata kekeluargaan yang sangat mementingkan garis
turunan bapak. Istilah patriarki dipakai untuk menggambarkan sistem sosial
dimana laki-laki sebagai kelompok dominan mengendalikan kekuasaan
terhadap kelompok perempuan. Sejalan dengan hal ini, ada kepercayaan di
masyarakat bahwa laki-laki lebih tinggi kedudukannya dibanding
perempuan, dan perempuan harus dikuasai oleh kaum laki-laki.
Istilah patriarki, berasal dari kata patriarkat yang artinya adalah struktur
yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral dan
bahkan segala-galanya. Sistem patriarki membuat laki-laki memiliki hak
istimewa terhadap perempuan. Dominasi para laki-laki tidak hanya mencakup
ranah personal saja, akan tetapi juga dalam ranah yang lebih luas lagi,
seperti pendidikan, ekonomi, partisipasi politik, sosial, hukum dan lain-lain.
Dalam ranah personal, budaya patriarki merupakan penyebab,
bahkan akar dari munculnya berbagai macam kekerasan yang
terjadi, tidak hanya pada perempuan saja akan tetapi juga pada
laki-laki. Karena label hak istimewa yang dimiliki oleh laki-laki,
banyak dari mereka yang merasa memiliki hak untuk
mengeksploitasi tubuh perempuan. Secara historis, budaya
patriarki telah terwujud dalam organisasi sosial, agama, politik
dan bahkan ekonomi dari berbagai budaya yang berbeda. Bahkan
meskipun tidak secara jelas tertuang dalam konstitusi maupun
hukum negara, akan tetapi sebagian besar masyarakat
kontemporer pada praktiknya bersifat patriarkal.
Menurut siswanto Hadirnya budaya patriarki di masyarakat
dapat menyebabkan ketimpangan gender, hal tersebut dapat
melahirkan subordinasi, marginalisasi, kekerasan, stereotip dan
beban ganda
1. Marginalisasi
Marginalisasi merupakan suatu proses peminggiran yang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin yang dapat
mengakibatkan kemiskinan. Ada beragam cara yang dapat digunakan untuk memarjinalkan seseorang maupun kelompok,
salah satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender.
2. Subordinasi
Subordinasi merupakan suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis gender lebih rendah
dari gender yang lain. Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memilah sekaligus memisahkan peran gender perempuan
dan laki-laki. Perempuan dianggap memiliki tanggung jawab serta memiliki peran dalam urusan domestik serta reproduksi,
sedangkan laki-laki memiliki peran dalam urusan produksi serta urusan publik.
3. Stereotip
Penandaan, pelabelan atau stereotip sering kali memiliki sifat negatif secara umum dan akhirnya melahirkan ketidakadilan
dalam masyarakat. Stereotip sering kali digunakan sebagai salah satu alasan untuk membenarkan suatu tindakan yang
dilakukan oleh satu kelompok atas kelompok lainnya.
4. Kekerasan (violence)
Kekerasan artinya adalah tindak kekerasan, baik itu tindakan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu
gender atau sebuah institusi keluarga, masyarakat maupun negara terhadap gender lainnya.
5. Beban ganda
Beban ganda artinya, beban pekerjaan yang diterima oleh salah satu gender lebih banyak, apabila dibandingkan dengan
gender yang lainnya.

Karena dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh budaya patriarki, maka banyak masyarakat khususnya penganut
feminis yang menuntut kesetaraan gender. Kesetaraan gender dapat diartikan sebagai suatu keadaan antara laki-laki
dan perempuan dalam hak atau hukum dan kondisi atau kualitas hidup.
Keadilan gender dapat tercerminkan dalam keadaan saat perempuan serta laki-laki memiliki hak, status dan wewenang
yang sama di muka hukum, memiliki peluang serta kesempatan yang sama serta adil dalam menikmati hasil
pembangunan.
Studi Kasus

Salah satu kasus budaya patriarki di Indonesia adalah kasus Yuyun pelajar SMP di
Bengkulu yang diperkosa dan dibunuh lalu dibuang ke jurang sedalam lima meter.
Pelaku adalah 14 remaja di bawah umur seusai minum minuman keras dan pengaruh
video pornografi (Hana, 2016). Sekretaris Nasional Perempuan Mahardhika, Mutiara
Ika Pratiwi menyebutkan bahwa akar permasalahan dari kasus pelecehan terhadap
perempuan terjadi akibat budaya patiarki yang mendarah daging di Indonesia. Pola
pikir yang terbangun atas budaya patriarki mengobjektifikasi perempuan sebagai
makhluk yang tidak punya kontrol dan kuasa atas tubuhnya. Dalam hal ini, Mutiara Ika
Pratiwi juga mengevaluasi bahwa pemerintah terlambat untuk menyadari kasus
pelecehan seksual terhadap perempuan yang catatannya terus bertambah dari tahun
ke tahun.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai