PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial terdiri dari laki-laki dan perempuan yang
kepentingan yang sama. Oleh karena itu, pergaulan antara laki-laki dan
merupakan sebuah realitas dan tidak dapat pula di pungkiri bahwa ketika terjadi
interaksi, sering kali muncul rasa suka atau senang satu sama lain. Namun naluri
kerja sama antara sesama manusia berubah menjadi hubungan “jinsiyah” atau
hubungan atas dasar kecintaan yang sebenarnya untuk memuaskan hawa nafsu
yang dapat membangkitkan naluri seksual, melalui media masa (media cetak
Bisa dilihat bagaimana tayangan iklan, mode busana, film dan sinetron yang
dan segala bentuk aktivitas (seperti duduk berduaan berbicara sambil berpegangan
tangan, jalan berdua, berciuman dan seterusnya) di anggap merupakan hal yang
kuno, tidak normal dan seterusnya. Akibatnya, terjadi kerusakan akhlak dan
penurunan moral yang cukup parah dan sangat memprihatinkan terjadi di dalam
masyarakat. Fenomena kumpul kebo dan pelacuran juga sampai pada dunia
pendidikan (munculnya istilah ayam kampus, ayam abu-abu dan ABG pelajar
SLTP) hingga pada perilaku seks menyimpang (lesbian dan homo) yang
diluar nikah, pelecehan seksual, aborsi, penyakit kelamin dan yang paling parah
pekerjaan yang tercela bagi seorang wanita. Satu bentuk pekerjaan tersebut yaitu
pekerjaan yang terjun dalam dunia pelacuran. Tidak bisa ditolerir tindakan yang
pekerjaan tercela ini atau terjerumus ke dunia pelacuran ini karena adanya faktor
dan lainlain. Faktor budaya dan pemahaman agama yang sempit yang
menempatkan wanita dalam posisi inferior dan pria pada posisi superior
merupakan juga salah satu penyebabnya. Sayangnya persoalan ini jarang sekali
diangkat sebagai suatu prioritas utama. Hal yang sama, juga terjadi dalam hal
Pelacuran atau yang juga sering disebut prostitusi (berasal dari bahasa
pelacuran pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, hal tersebut dapat dilihat dari
pengertian pelacuran yang dikemukakan oleh Tjahjo Purnomo dan Ashadi Siregar
(1984:10-11) bahwa:
memperoleh bayaran dari laki-laki yang datang dan wanita tersebut tidak ada
Exploitation de’l homme par l’homme adalah satu kata yang dibenci oleh
setiap orang yang cinta akan kemerdekaan, namun, tanpa disadari eksploitasi
sendiri.
yang berbeda. Di antara mereka ada yang beroperasi di jalan-jalan ramai (itulah:
panggilan di rumah tertentu (karena dipanggil itulah, maka ada istilah “call girl” --
wanita panggilan, atau bisa juga disebut “taxi girl”, karena datangnya dengan
berkendaraan taksi). Dan mereka melakukan itu tentu memiliki sebab atau alasan
kuat yang mendorong mereka untuk tetap berkerja pada pekerjaan yang menurut
sebagian orang adalah pekerjaan yang tidak baik atau benar baik secara moralitas
perempuan maupun lelaki, untuk memilih pekerjaan ini sebagai jalan keluar dari
sekarang ini tidaklah mudah karena lapangan kerja yang sangat terbatas
yang rendah dan tidak adanya keterampilan yang mereka miliki menyebabkan
mereka mencari jenis pekerjaan yang dengan cepat menghasilkan uang. Salah satu
hidup yang berat dirasakan, perempuan tersebut terjun dalam dunia pelacuran.
bisnis yang disepakati oleh pihak yang terlibat sebagai sesuatu yang bersifat
kontrak jangka pendek yang memungkinkan satu orang atau lebih mendapatkan
kepuasan seks dengan metode yang beraneka ragam. Selain itu, dengan perspektif
suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan diri kepada umum untuk melakukan
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah salah satu jenis profesi yang
sebagai sampah masyarakat (Destrianti & Harnani, 2018). Banyak istilah yang
kepentingan seks. Mulai dari Pelacur, Pekerja Seks Komersial (PSK), Sundal,
Wanita Tuna Susila (WTS) dan Lonte (Kenedi, 2017; Koentjoro & Sugihastuti,
1999). Namun tetap saja, dalam istilah Syam, identitas PSK adalah identitas yang
tidak transparan atau hidden identity (Syuhudi, 2019). Tindakan melacur dianggap
hina karena yang dilakukan menyimpang dari norma agama, moral dan adat, tapi
di balik itu semua PSK masih meyakini agama sebagai tuntunan hidup
kalangan kyai. Agama hadir dalam diri PSK hanya ketika waktu tertentu, yaitu di
saat-saat sedang merenung atau dalam kesendirian. Jika Tuhan terasa hadir dalam
diri PSK maka seluruh bayangan hidupnya terasa berada dalam kesalahan,
sebaliknya jika Tuhan telah pergi maka PSK akan kembali dalam kehidupan
semula (Syam, 2011). Pengertian agama dalam konteks ini lebih dekat kepada
Tuhan itu ada ataupun mengakui adanya dzat yang mempunyai kekuatan
2014). Ketika perintah agama dilaksanakan oleh manusia maka agama mengalami
dan lain-lain. Begitu juga yang terjadi pada PSK yang meyakini agama dan
mengetahui bahwa perbuatan melacur yang dilakukan adalah dosa yang dapat
mengantar ke neraka, tapi PSK masih melacur, maka dalam konteks ini terjadi
norma ajaran agama yang dipeluknya. Selain itu dapat juga dilihat dari
dilepaskan dari berbagai istilah yang saling terkait, misalnya prostitusi, pelacuran
dan industry seks komersial. Pelacuran merupakan praktek penjualan jasa seksual
oleh seseorang terhadap pengguna jasa seks. Penyedia pelayanan seksual tersebut
umumnya disebut pelacur, Wanita Tuna Susila (WTS) atau Pekerja Seks
sebagai perempuan yang memberikan jasa pelayanan seksual atas permintaan dan
banyak orang memandang istilah-istilah WTS atau PSK yang Selain PSK, pihak–
makan dan perlindungan, atau membuat keputusan atas mobilisasi kerja pekerja
seks. Sementara itu, perantara bisa berperan sebagai calo atau perekrut yang
jaman. Ada pelacuran yang prakteknya dapat didentifikasi dengan mudah, seperti
untuk menjajakan dirinya. Ada pula praktek pelacuran yang terselubung yang
Indonesia ke dalam 2 kelompok yaitu: tipe tradisional (umum) dan tipe non-
tradisional. Yang termasuk dalam pelacuran tipe umum adalah pelacuran yang
Dengan kata lain dalam kelompok ini, hanya uang yang menjadi alat
pembayaran. Para penjual jasa seks di kelompok ini umumnya berasal dari
keluarga miskin, memiliki tingkat pendidikan rendah dan menjadi pekerja seks
dilakukan oleh mereka yang berlatar belakang social ekonomi menengah ke atas
perek, wanita panggilan) dan para profesional atau mereka yang sudah memiliki
pekerjaan tetap (seperti pada kasus Sekretaris Plus). Menurut Surtees (2004),
berbeda dengan selain motif ekonomi, pekerja seks non-tradisional ini menjadi
pembayaran dalam bentuk uang, tidak jarang mereka juga menerima balas jasa
memendam persoalan dilematis yang gawat. Tidak ada orang yang benar-benar
bercita-cita dan memilih menjadi pelacur, meski juga tidak jarang yang gampang
menjalani pekerjaan sebagai PSK secara sadar dan profesional karena desakan
hidup yang tidak terhindarkan. Tetapi tidak gampang menemukan jawaban yang
lokalisasi atau operasi penertiban tampaknya tidak mungkin. Justru ini akan
paling mungkin adalah tindakan agar dampak negatif yang ditimbulkannya tidak
termasuk HIV-AIDS. Untuk itu perlu dipahami latar belakang dan motivasi
mereka menjadi PSK; apakah oleh faktor ekonomis, faktor psikologis, biologis,
pandang ilmu sosial dengan lebih memfokuskan pada masalah kehidupan seorang
wanita yang menggeluti pekerjaan menjadi pekerja seks komersial dan mencoba
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis.
Secara teoritis manfaat dari penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan bagi
2. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini dapat menjadi bahan refrensi peneliti lain
a. Bagi peneliti:
pengetahuan.
terjadi pada pekerja seks komersial sehingga mereka dapat kembali di tengah-
A. Tinjauan Pustaka
menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki
jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat. Penyimpangan bisa
terjadi dalam skala kecil maupun skala besar. Menurut Bruce J Cohen (dalam
perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau
oleh normanorma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Suatu tindakan
yang mungkin pantas dan dapat diterima di satu tempat mungkin tidak pantas
anggap tidak sesuai dengan kebiasaan , tata aturan atau norma sosial yang berlaku.
berlaku.
lain:
Definisi perilaku menyimpang yang di kemukakan oleh Clinard & meier dalam J.
berdasarka empat sudut pandang. Pertama Definisi secara statistikal adalah segala
perilaku yang bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang
jarang dan tidak sering dilakukan. Pendekatan ini berasumsi, bahwa sebagian
berasal dari kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap
sebagai sesuatu yang “mutlak” atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu,serta
berasumsi, bahwa aturan-aturan dasar dari suatu masyarakat adalah jelas dan
anggota-anggotanya harus menyetujui tentang apa yang disebut sebagai
berkenaan dengan reaksi masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan
yang dilakukan seseorang. Artinya, apabila ada reaksi dari masyarakat atau agen
kontrol sosial dan kemudian mereka memberi capatau tanda (lebeling) terhadap si
pelaku, maka perilaku itu telah di cap menyimpang, demikian pula si pelaku juga
Suyanto (2011:104), penyimpanga adalah suatu akibat yang kepada siapa cap itu
manusia yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Masa remaja merupakan masa transmisi dari
masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran yang umum
merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan
perilaku masa remaja. Para remaja tersebut sangat peka terhadap gagasan bahwa
mereka harus seperti orang dewasa atau kanak-kanak, sehingga mereka segera
telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka
kalangan SMP. Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang
dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah.
Hal hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negative yang serng kita sebut
perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak
merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti
1) Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak serasi.
pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak
anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan
menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan
perilaku menyimpang.
4) Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
membolos kerja, banyak minum alkohol pada waktu pesta, siswa yang
1) Penyimpangan Individu
dilakukan sendiri.
2) Penyimpangan Kelompok
matang dengan lawan jenis dan belajar memerankan seks yang diakuinya. Pada
masa remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romantis yang
didikuti oleh keinginnan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian
dari lawan jenis, sebagai akibatnya remaja mempunyai minat tinggi pada seks.
Remaja lebih banyak mencari informasi tentang seks dari sumber-sumber yang
yang semakin canggih, dan media cetak yang kadang-kadang lebih mengarah pada
pornografi.
Sebagai akibat dari informasi yang salah dapat menimbulkan perilaku seks
remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk
Pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup
khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan
SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri
yang hamil karena kecelakan. Kita tahu tidak mungkin mengajarkan agama hanya
dalam tempo satu hari saja dan lantas berharap anak akan mampu menjalankan
cara “Mengajari anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah
buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri
dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung
1) Perilaku seks di luar nikah selain ditentang oleh norma-norma sosial, juga
dilakukan oleh seorang laki-laki dan perempuan yang belum atau bahkan
tidak memiliki ikatan resmi. Dampak negatif dari perilaku seks di luar
nikah, antara lain, lahirnya anak di luar nikah, terjangkit PMS (penyakit
umumnya.
c) Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
juga membawa dampak bagi orang lain atau kehidupan masyarakat pada
masyarakat.
b) Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di
masyarakat.
1). Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
2). Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita
boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya,
dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang
akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah
2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia
bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang
gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup
4). Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv,
6). Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah
7). Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif
untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia
dirinya.
8). sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk
menghadapi masalah.
dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktivitas sehari-harinya dan minat apa
hidup bersama diluar nikah (cohabitation), Yang kedua, keluarga orang tua
homoseks (gay parent families) dan yang ketiga, hidup membujang. Gaya hidup
perilaku tersebut sudah ada sejak dulu kala. Yang menjadi hal yang patut
hidup menyimpang sebagai dasarnya masih saja terus ada, walaupun dalam
kehidupan masyarakat terdapat tatanan nilai dan norma yang mengatur kehidupan
terjadinya perilaku menyimpang adalah cara manusia dalam mencapai tujuan dan
Sebab semua orang pastilah mempunyai tujuan dan ingin memuaskan diri
sendiri, dan dalam prosesnya sering kali tidak didasari dengan tatanan nilai serta
masyarakat menganggap bahwa tatanan nilai dan norma yang ada dalam
masyarakat merupakan pengekangan dan membatasi mereka dalam mencapai
kebebasan dalam mencapai tujuan hidup. Hal ini yang kemudian menjadi faktor
sendiri. Nilai-nilai budaya, zaman atau kurun waktu yang tertentu yang ada dalam
masyarakat juga dapat menjadi tolak ukur dalam memakna penyimpangan yang
3. Prostitusi
1. Pengertian Prostitusi
kurang lebih dilakukan dengan siapa saja, untuk imbalan berupa uang. Tiga unsur
utama dalam praktik pelacuran, menurut Truong dalam bukunya Dr. Bagong
Suyanto (1992: 159), adalah: pembayaran, promiskuitas, dan ketidak hancuhan
emosional.
komersial (PSK) di jalanan sekali pun, bayaran mereka relatif lebih tinggi
daripada pekerjaan lain yang berkeahlian di wilayah yang sama. Para perempuan
lebih tinggi. Di kalangan pelaku di industri seks komersial, memang banyak jalan
yang bisa dipilih untuk tetap mengembangkan bisnis yang secara ekonomi sangat
(1986: 160 ) membedakan tiga macam tipe pelacur menurut hubungannya dengan
a. pelacur yang bekerja sendiri tanpa calo atau majikan. Mereka sering
beroperasi di pinggir jalan atau masuk satu bar ke bar yang lain.
b. pelacur yang memiliki calo atau beberapa calo yang saling terkait secara
jalanan, pelacur di rumah bordil, bar atau klub malam, atau gadis panggilan.
Pelacur yang termasuk kelas tinggi memiliki penampilan yang lebih baik, lebih
muda, dan lebih sehat menghasilkan tarif yang lebih tinggi pada setiap
terjebak antara perbudakan ekonomi dan emosi serta bekerja di bawah kondisi
yang sama dengan seorang budak. Tetapi, karena keuntungan dan penghasilan
yang ditawarkan bisnis seksual itu sangat menguntungkan, bisa dipahami jika
praktik pelacuran seolah tidak pernah bisa diberantas hingga tuntas. Pelacur
biasanya bisa memperoleh penghasilan tertinggi ketika mereka masih muda dan
menjadi anak kesayangan mucikari karena mampu menarik pelanggan yang lebih
banyak.
tubuhnya, yang dilakukan untuk memperoleh bayaran dari laki-laki yang datang
kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu seks,
pembayaran.
seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah
afeksi sifatnya.
mendapat upah.
menjadi objek, baik wanita dewasa maupun anak-anak yang menjual tubuhnya ke
2. Kategori Prostitusi
Menurut Kartini Kartono (1992:209) ada beberapa orang yang termasuk
perempuan piaraan. Mereka hidup sebagai suami istri, namun tanpa ikatan
perkawinan.
b. Tante girang yaitu wanita yang sudah menikah, namun tetap melakukan
hubungan seks dengan laki-laki lain, untuk mengisi waktu kosong dan
pengunjung.
kepuasan seksual.
malam dalam night club. Yang pada intinya profesi hostess merupakan
terjadi di kalangan putih abu-abu ini termasuk kategori gadis-gadis bebas. Alasan
prostitusi ini termasuk prostitusi gadis-gadis bebas adalah dimana para wanita
atau gadis-gadis ini masih berstatus duduk di bangku sekolah menengah atas,
dimana mereka akan melakukan seks dengan para pria manapun yang mereka
kehendaki untuk memuaskan nafsu para lelaki hidung belang yang bisanya sudah
beristri.
3. Faktor Pendorong
terjadi dan terus berkembang dari waktu ke waktu, 5 faktor penyebab terjadinya
pelacuran, yakni:
mengenai perintah dan larangan Tuhan Y.M.E. Tidak ada satu pun agama
selalu berada pada jalur yang benar yakni jalur yang sudah diatur dalam
kitab suci agama. Dengan dilandasi keimanan yang baik, diharapkan orang
Mahasiswa banyak pula yang terjun dalam dunia ini. Motifnya, selain
bagi perempuan untuk bisa memperoleh pekerjaan yang layak, hal itu akan
sektor prostitusi.
jasa layanan seksual yang beraneka ragam gaya yang mungkin memalukan
prostitusi. Ada ikatan utang kepada mucikari atau calo atau faktor yang
prostitusi.
dan bukan sekadar mengejar penghasilan yang lebih besar. Lebih dari itu, masalah
kultural, gaya hidup, dan sebagainya. Ibarat mengurai benang ruwet, dalam upaya
penanganan praktik pelacuran, banyak tali-temali persoalan yang mesti diurai satu
per satu secara sabar dan empatif. Sepanjang upaya penanganan pelacuran belum
dari pengaruh ideologi patriarki dan tekanan struktural kemiskinan, sepanjang itu
pula praktik pelacuran akan tetap muncul dalam berbagai bentuk, baik yang
4. Dampak prostitusi
yang paling banyak terdapat ialah syplis dan gonorrhoe (kencing nanah).
b. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga. Suami yang tergoda oleh
adolesensi.
4. Netralisasi
1. Pengertian Netralisasi
Netralisasi berasal dari kata “netral” yang artinya tidak membantu atau
tidak mengikuti salah satu pihak. Sedangkan Netrasasi adalah keadaan dan sikap
netral (tidak memihak, bebas). Sehingga seseorang dapat dinyatakan netral apabila
ia tidak memihak kepada dua atau lebih orang atau memihak kepada organisasi
atau lembaga dalam penentuan sesuatu misalnya organisasi partai politik. Netral
a. Sikap tidak memihak dan tidak berpihak terhadap salah satu kelompok/
golongan.
b. Tidak diskriminatif.
berarti murni. Murni dalam hal ini disamakan dengan tidak memihak.Sedangkan
asas netralitas adalah bahwa setiap pegawai aparatur sipil negara tidak berpihak
dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada kepentingan
siapapun.
B. Study Terdahulu
learn ways of neutralizing moral restrain and periodically drift in and out of
criminal behavior pattern. Explains way may delinquents do not adult criminals.
penyimpangan, dan cara untul terlibat dalam tingkah laku menyimpang. David
rationalizations that enable them to overcome societal values and norms and
neutralization theory assumsed that peoples action are guided by their thought.
Thus, the question asked by this theory is, what is it about the thought of
otherwise good people that sometimes turn them bad? It can be noted that
question posed assumsed that most people most of the time, are guided by “good”
agreement in our society about “the good think life” and the approriate ways of
yang ada di balik pemikiran orang-orang yang baik sehingga kadang- kadang
membuat mereka berubah menjadi orang yang berperilaku jahat atau buruk atau
menganggap bahwa kebanyakan orang, dalam sebagian besar waktunya, pada saat
tetapi mengapa orang yang pada umumnya memiliki pemikiran yang baik tersebut
kejahatan adalah seorang yang apologetic failure, yaitu orang-orang yang gagal
meminta maaf atas perbuatannya, kemudian terbawa ke dalam suatu gaya hidup
Proses tersebut berlangsung secara halus, dan hal tersebut digunakan oleh
dan sebagainya.
didorong oleh beberapa kondisi di luar individu, sehingga pelaku selalu mencari
D. Kerangka Pemikiran
pekerjaan karena faktor lemahnya tingkat keimanan dan faktor lainnya adalah
Keinginan cepat kaya (materialistic), keinginan untuk memiliki materi dan standar
hidup yang lebih tinggi.Reputasi dan stigma yang mesti ditanggung perempuan
yang bekerja sebagai pelacur, Adanya paksaan yang membuat perempuan masuk
selalu terjadi, sering menjadi faktor yang mendorong perempuan masuk ke dalam
dibicarakan.
Bahkan perilaku tersebut sudah ada sejak dulu kala. Yang menjadi hal
dengan gaya hidup menyimpang sebagai dasarnya masih saja terus ada, walaupun
dalam kehidupan masyarakat terdapat tatanan nilai dan norma yang mengatur
orang pastilah mempunyai tujuan dan ingin memuaskan diri sendiri, dan dalam
prosesnya sering kali tidak didasari dengan tatanan nilai serta norma dalam
dan norma yang ada dalam masyarakat merupakan pengekangan dan membatasi
mereka dalam mencapai kebebasan dalam mencapai tujuan hidup. Hal ini yang
dalam proses pemusan kebutuhan hidup dan pencapaian tujuan dalam kehidupan
narkotika (ganja, morpin, heroin dan lain-lain), Merusak sendi-sendi moral, susila,
mekanisme gaya hidup pekerja seks komersial dan dampak yang ditimbulkan
prostitusi terhadap pekerja seks komersial tersebut akan menjadi fokus dalam
penelitian ini. Kerangka pikir yang telah dijelaskan jika diuraikan dalam bentuk
Gaya hidup
perempuan Dampak
Faktor
pekerja seks Yang
Pendorong
komersial Ditimbulkan
Munculnya
Prostitusi
Prostitusi
Terhadap
Perempuan
Prilaku Menyimpang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe penelitian
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah disebutkan, yang
kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan yang lainnya.
B. Metode Penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tata cara penelitian yang menggunakan data
deskriptif. Dalam penelitian ini menghasilkan data yang dikatakan oleh responden
secara tertulis, lisan, maupun dengan kebiasaan atau perilaku nyata. Dalam
setting), bukan dalam kondisi yang tekendali atau laboratis (Kasiram, 2008).
penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan terjun langsung untuk memperoleh
data-data yang dibutuhkan. Sehingga data yang disajikan tersebut bersifat natural
sebagaimana yang tengah terjadi. Adapun dalam penelitian ini, secara langsung
peneliti akan bertanya terhadap para konselor yang berkaitan dengan pembahasan
penelitian.
membantu peneliti dalam memahami konteks dan berbagai perspektif dari orang
yang sedang diteliti, namun agar mereka yang diteliti menjadi lebih terbiasa
C. Lokasi Penelitian
yang menjadi sasaran dalam penelitian. Untuk memperoleh data dan keterangan
sesuai dengan penelitian ini, maka lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah di
(PSK).
pertimbangan tertentu, teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses pengambilan
sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang hendak diambil
asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang ditetapkan (Sugiyono, 2009).
penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian dan tidak dibatasi
2. Informan Tambahan
Yaitu siapa saja yang ditemukan di wilayah penelitian yang diduga dapat
Informan
(2018) masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem
tertentu, tradisi tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah
pada kehidupan kolektif. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena
dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan hukum yang terdapat dalam
umum bahasa Indonesia, tokoh diartikan sebagai rupa, wujud dan keadaan, bentuk
dalam arti jenis badan, perawakan, orang yang terkemuka atau kenamaan didalam
sehingga tokoh masyarakat, tidak bisa dilepaskan dari sifat kepemimpinan yang
Dalam penelitian ini yang menjadi informan dan key informan penelitian
adalah orang pilihan penulis yang dianggap terbaik dalam memberikan informasi
yang dibutuhkan. Penulis mengambil informan dan key informan ini dikarenakan
dalam lingkungan orang ini terdapat orang-orang yang baru saja keluar dari
lembaga pemasyarakatan.
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama. Data yang dikumpulkan bersifat orisinil. Sumber data ini dapat diperoleh
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian orang
penelitian ini adalah berupa jurnal-jurnal, skripsi, maupun artikel yang dimiliki
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dapat digunakan dalam
telah ditentukan. Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang
1. Observasi
Menurut Widoyoko (2014) observasi merupakan “pengamatan dan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
3. Wawancara
4. Dokumentasi
proses biologis dan psikologis secara langsung maupun tidak langsung yang
Pada jenis penelitian kualitatif ini, pengolahan data tidak harus dilakukan
setelah data terkumpul atau pengolahan data selesai. Dalam hal ini, data sementara
yang terkumpul, dan data yang sudah ada data diolah dan dilakukan analisis data
kualitatif. Prosesnya adalah seluruh data yang diperoleh peneliti, baik dari
2 Seminar
UP
3 Penelitia
n
Lapanga
n
Pengelolaa
4 n dan
Analisis
Data
Konsulta
5 si dan
Bimbing
an
Skripsi
6 Ujian
Skripsi
Revisi dan
7 Pengesah
an
Skripsi
Pengganda
an serta
8
penyeraha
n Skripsi
Sumber : Modifikasi Penulis (2023)
Untuk mengetahui secara garis besar tentang penyusunan skripsi ini, maka
BAB 1 PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan jabaran dari studi kepustakaan dan kerangka
operasional.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai tipe penelitian, lokasi penelitian, jenis
dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
pembahasan penelitian.
Bab ini merupakan bagian inti dari penulisan karya ilmiah ini yang
BAB VI PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan setiap bab didalam