Anda di halaman 1dari 4

Apakah Diskriminasi Terhadap Perempuan Sudah Benar-Benar Dihapus?

Setiap manusia mempunyai hak-hak yang sudah ada semenjak lahir. Tanpa dibedakan oleh
ras, kebangsaan, jenis kelamin, etnis, agama, suku, atau status lainnya, setiap orang layak
mendapatkan haknya. Ini didukung oleh hukum internasional, maupun nasional. Hak - hak
ini disebut sebagai Hak Asasi Manusia. Di Indonesia hukum ini tertulis dalan UUD 1945, UU
Nomor 39 Tahun 1999, dan bahkan menjadi landasan negara yang ditulis pada Pancasila,
dari mulai sila pertama, hingga sila kelima. Terutama disila kedua, yang berbunyi,
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”.

Secara internasional, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB merupakan dasar
dari segala sistem internasional untuk melindungi hak asasi manusia. Deklarasi ini
mencatat berbagai hak yang didapat seorang manusia, termasuk salah satunya kebebasan
dan kesetaraan. Jelaslah, berbagai hukum yang dibuat ini menunjukkan betapa penting
untuk melindungi setiap individu dan hak asasinya.

Namun sayangnya permasalahan terkait pelanggaran HAM masih marak terjadi saat ini.
Ada banyak orang yang semena-mena melakukan diskriminasi berdasarkan ciri-ciri ras,
agama, etnik, jenis kelamin dan banyak hal lainnya. Diskriminasi yang paling menonjol saat
ini adalah, diskriminasi gender terhadap kaum perempuan.

Meskipun saat ini istilah emansipasi perempuan, atau proses meningkatkan persamaan
hak antara sesama manusia semakin popular, hal itu tidak serta merta menghapus tuntas
pandangan tentang diskriminasi perempuan. Di beberapa daerah Indonesia yang menganut
kebudayaan tertentu, ada orang-orang yang lebih menginginkan anak laki-laki ketimbang
anak perempuan. Hal ini karena anak laki-laki diharapkan sebagai penerus keturunan.

Pandangan bahwa perempuan hanya berperan dalam urusan rumah tangga, berkewajiban
mengasuh anak, dan berperan sebagai properti seksual laki-laki, sangat menghambat,
menghalangi kaum perempuan untuk berkembang dan membuat kemajuan berkarir. Kaum
perempuan harus mengalami penilaian yang tidak adil, karena jenis kelamin. Hal ini juga
merendahkan hak dan martabat kaum perempuan sebagai seorang manusia yang pada
dasarnya harus diperlakukan dengan sama, selayaknya kaum laki - laki . Saya berpikir
bahwa, stereotip gender yang salah ini menjadi penyebab utama diskrimminasi terhadap
kaum perempuan.

Perempuan didiskriminasi dalam banyak bidang. Dibidang pekerjaan, laki - laki dianggap
lebih pantas untuk hal-hal yang berhubungan dengan teknik dan matematika, sedangkan
perempuan tidak kompeten untuk tugas-tugas berat, atau berperan sebagai pemimpin.
perempuan dinilai lebih cocok untuk pekerjaan yang lebih mudah dan feminim. Bahkan
beberapa orang berpandangan bahwa perempuan tidak perlu bekerja karena
kebutuhannya akan dipenuhi laki - laki . Pemikiran yang negatif ini membuat kaum
perempuan kehilangan kepercayaan dirinya terhadap tugas yang sebenarnya mampu dia
kerjakan. Beberapa bahkan kehilangan ambisi, bakat, dan potensi yang awalnya ada.

Pemikiran bahwa perempuan lebih lemah ketimbang lelaki juga mendorong banyaknya
kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. Pemerkosaan dan pelecehan seksual
menjadi mimpi buruk yang selalu menjadi permasalahan kaum perempuan. Setiap hari
perempuan tidak bisa mengekspresikan dirinya karena takut dianggap tidak “sopan”, baik
karena perilaku atau cara berpakaian. Perempuan harus berperilaku hangat,
menyenangkan, lembut, dan rendah hati, agar dianggap “sopan” meskipun sedang berada
disituasi yang tidak menyenangkan. Survei di Indonesia pada tahun 2020, menunjukkan
menunjukkan 8 dari 10 perempuan di Indonesia pernah mengalami pelecehan seksual.
Analisis tahun 2018, oleh WHO, tentang kekerasan terhadap perempuan, menemukan
bahwa di seluruh dunia, hampir 1 dari 3, atau 30%, perempuan telah menjadi sasaran
kekerasan fisik atau seksual oleh pasangan intim atau kekerasan seksual non-pasangan
atau keduanya.

Sampai saat ini diskriminasi terhadap perempuan belum benar-benar dihapus. Menurut
saya, hal tersebut semakin sulit dilakukan, karena media elektronik dan dunia hiburan
mendukung diskriminasi ini baik, secara langsung maupun tidak langsung. Bidang
elektronik dan hiburan sangat cepat dan berpengaruh dalam menyebarkan suatu hal, serta
menggiring opini publik. Media elektronik menyediakan banyak tontonan pornografi yang
sangat mempengaruhi cara berpikir orang yang melihatnya. Pornografi menonjolkan
pandangan bahwa perempuan adalah alat pemuas nafsu yang berguna untuk kesenangan
laki - laki .

Belum lagi film, sinetron, atau drama yang menggambarkan bahwa perempuan harus
mengabdikan diri untuk mengurus keluarga dan anak-anaknya, perempuan sangat fokus
memperhatikan penampilan, perempuan lemah dan tidak berbakat, bahkan ada film yang
mengangkat tema tentang pelecehan seksual, pemerkosaan, pelacuran dan banyak hal
negatif lainnya.

Tentu saja, hal-hal tersebut semakin membentuk pemikiran bahwa perempuan adalah
sosok yang dihargai karena penampilan, dan perempuan adalah objek seksual belaka.
Hiburan yang awalnya hanya ditonton, perlahan-lahan diterapkan didunia nyata. Betapa
mirisnya saat saya melihat, manusia berada dilingkaran diskriminasi yang semakin
berlarut-larut. Akibatnya banyak orang, terlebih laki - laki , memperlakukan perempuan
“hanya” sebagai pemuas nafsu. Sebutan seperti, “bitch” umum digunakan untuk menyebut
perempuan, yang padahal bukan “bitch”. Sedangkan perempuan termakan pandangan yang
secara tidak langsung ditanamkan oleh media hiburan sekarang. Tanpa disadari banyak
perempuan yang kehilangan kepercayaan diri dan mewajarkan perlakuan tidak adil yang
diterimanya. Perempuan bisa merasa “insecure” hanya karena bentuk tubuh, atau
penampilan yang tidak sesuai dengan standar orang - orang sekarang ini. Perempuan
terpengaruh untuk lebih berfokus pada penampilan luar, dan mengesampingkan potensi
berharga yang ada dalam dirinya. Maka, dapat dikatakan bahwa perempuan juga ikut
mendiskriminasi kaumnya.

Oleh karena itu, segala permasalahan ini perlu diperhatikan dengan lebih serius oleh
berbagai pihak. Baik masyarakat, laki-laki, perempuan, dan pihak yang berkecimpung
didunia hiburan. Karena diskriminasi terhadap perempuan sangat merugikan, dapat
menghambat pertumbuhan dan kemajuan individu itu sendiri. Hal ini juga menunjukkan
bahwa Pancasila belum benar-benar berhasil dalam penerapannya. Saya percaya bahwa
sebagai manusia, perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai