Anda di halaman 1dari 3

Pro Kontra Kenaikan PPN dalam Memulihkan Ekonomi Indonesia

Saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang dalam masa pemulihan. Hal ini terjadi
karena pandemi covid-19 membawa risiko yang sangat buruk dalam tatanan perekonomian
Indonesia. Pandemi menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang lambat.
Karena ruang gerak dibatasi pada masa pandemi, kegiatan ekonomi pun menurun. Banyak
juga perusahaan-perusahaan yang bangkrut, dan tentu saja hal ini mendorong tingkat
pengangguran bertambah.

Karena itu pemerintah melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi yang tengah
Indonesia hadapi saat ini. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, pasca pandemi,
adalah menaikkan tarif Pajak Pertambahan Nilai menjadi 11% sejak 1 April 2022.
Tetapi apakah kenaikan PPN 11% ini adalah keputusan yang tepat untuk pemulihan ekonomi
di masa sekarang?

PPN atau pajak pertambahan nilai merupakan salah satu jenis pajak tidak langsung. Artinya
pembayaran pajak pertambahan nilai dibebankan kepada konsumen atau pembeli.
Sedangkan pihak pemilik usaha atau penjual, bertanggung jawab untuk melakukan
pemungutan dan penyetoran PPN ke kas negara. Dengan kata lain, pajak dibebankan kepada
pihak yang menggunakan barang atau jasa yang menjadi objek pajak. Jadi harus ada transaksi
jual dan beli agar pajak PPN ini bisa dijalankan.

PPN dikenakan pada transaksi produksi maupun distribusi. Namun tidak semua barang
atau jasa dikenakan biaya PPN. Hal-hal seperti kebutuhan pokok, hasil tambang, jasa
kesehatan, jasa pelayanan sosial dan beberapa hal lain tidak dikenakan tarif.

Dasar hukum terkait hal ini tertulis dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 dan Undang-
Undang nomor 11 tahun 1994. Selain itu, tarif tentang PPN ini ditulis secara jelas didalam
Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Barang Mewah. Ditetapkan bahwa tarif PPN berkisar 5% sampai dengan 15%. Di
Indonesia sendiri ditetapkan ketentuan tarif sebesar 10% untuk setiap transaksi.
Namun, baru-baru ini tarif PPN tersebut dinaikkan menjadi 11%.

Tujuan dari kenaikan tarif PPN ini, adalah upaya untuk membantu meningkatkan penerimaan
negara, memperbaiki penerimaan pajak, dan menyeimbangkan defisit APBN pada tahun 2023
mendatang. Hal ini adalah salah satu cara untuk memperbaiki Pemulihan Ekonomi Nasional
pasca pandemi. Diharapkan dengan kenaikan tarif PPN sebesar 11%, perekonomian
Indonesia di masa depan bisa kokoh.

Selain itu, menurut menteri keuangan Sri Mulyani, kenaikan tarif PPN yang diberlakukan
ini akan diterima kembali oleh masyarakat. Yaitu dengan cara menambah jumlah bantuan
sosial yang diberikan.
Sebenarnya, dapat dikatakan bahwa kenaikan tarif PPN ini merupakan hal yang wajar, karena
tarif di Indonesia sendiri masih rendah, jika dibandingkan dengan negara-negara
global yang sudah mencapai 15%.

Namun mengingat situasi Indonesia sedang berada di masa pasca pandemi, hal ini juga
dikhawatirkan berdampak negatif pada perekonomian masyarakat Indonesia. Karena
kenaikan tersebut harga barang dan jasa naik di seluruh Indonesia. Hal ini menjadi penyebab
turunnya daya beli masyarakat. Jadi, bukannya mempercepat pemulihan, yang terjadi malah
menghambat proses pemulihan perekonomian tersebut.

Memang berbicara tentang kenaikan PPN ini mengundang pro dan kontra. Di satu sisi,
dengan naiknya tarif PPN menjadi 11%, hal ini dapat menjadi salah satu solusi untuk
mengurangi defisit keuangan yang tengah terjadi di Indonesia saat ini.

Namun di samping itu, melihat bahwa kondisi perekonomian masyarakat Indonesia saat
ini berada di kelas menengah ke bawah, kenaikan ini kurang efektif. Hal tersebut dapat
menambah tingkat inflasi di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Kautsar Riza Salman, SE. MSA. Ak. BKP. SAS. CA. (1,2007) Perpajakan PPH dan PPN.
eISBN 978-979-062-632-4

Lukman Hakim Nasution, Tony Marsyahrul (2008) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

https://heylawedu.id/blog/kenaikan-pajak-pertambahan-nilai-ppn-menjadi-11-persen-
langkah-yang-tepat-untuk-pemulihan-ekonomi-pasca-pandemi

https://www.kompasiana.com/pro-kontra-mengenai-kenaikan-tarif-ppn-2022

Anda mungkin juga menyukai