Anda di halaman 1dari 3

KENAIKAN PPN TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT DAN

PERAN PEMERINTAH

Dosen Pengampu : Desak Putu Nitya Dewi, S.E.,M.Si


Ditulis oleh : Yogi dan Edo
Anggota Kelompok : I Putu Yogi Balakrisna
Edward Peter Kurniawan

Nama Kampus : STMIK Primakara


Website Kampus : www.primakara.ac.id

PENDAHULUAN
Pendapatan negara di Indonesia dirancang dan dikelola dalam rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN), APBN sendiri berfungsi sebagai dasar pengalokasian penerimaan negara
yang merupakan pendapatan negara dan digunakan untuk menjalankan program dan kegiatan yang
berhubungan dengan negara. Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pasal 1 Ayat (9) dijelaskan bahwa penerimaan negara adalah uang yang masuk ke kas negara.
Sedangkan Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih yang salah satunya terdiri atas penerimaan pajak.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ada beberapa jenis
pajak salah satunya adalah Pajak Pertambahan Nilai. PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang
Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN.
Terhitung sejak 1 April lalu, tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mengalami kenaikan menjadi
11% dari tarif sebelumnya sebesar 10%. Dasar kenaikan tarif PPN ini diatur dalam UU No.7 Tahun
2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP). Kenaikan Tarif PPN ini pastinya akan
menimbulkan pro dan kontra serta berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.

PEMBAHASAN
Sebelumnya Pemerintah melalui Kementerian Keuangan resmi menaikkan tarif PPN dari 10
persen menjadi 11 persen mulai 1 April 2022 yang merupakan amanat pasal 7 Undang-Undang Nomor
7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Kenaikan tarif PPN disinyalir akan
memperburuk daya beli masyarakat menengah ke bawah akibat pandemi Covid-19 yang belum mereda,
yang akan dikhawatirkan semakin memberatkan pemulihan perdagangan dalam negeri dalam upaya
pemulihan perekonomian Indonesia. Menurut Tauhid Ahmad, Direktur Eksekutif INDEF menyatakan
bahwa konsumsi masyarakat belum sepenuhnya menguat. Dikhawatirkan, tarif baru PPN justru malah
akan mendorong inflasi tinggi yang mengindikasikan harga-harga barang/jasa semakin mahal. Nantinya
ini juga akan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi di tahun depan dan mendorong
shortfall penerimaan pajak di tahun depan.
Namun penilaian berbeda datang dari pengamat pajak, Fajry Akbar. Menurutnya pemerintah
sudah mengambil langkah tepat untuk menaikkan tarif PPN. Jika merujuk data kenaikan tarif PPN sudah
memiliki pijakan ekonomi yang kuat dimana indeks PDB riil sudah berada di atas 100. Dampaknya
terhadap masyarakat akan terbatas, hal ini dikarenakan pemerintah turut memberikan banyak fasilitas
PPN bagi barang atau jasa tertentu. Terutama untuk kalangan masyarakat kelas bawah yang sebagian
besar konsumsinya digunakan untuk membeli barang kebutuhan pokok dan barang-barang tersebut
mendapatkan fasilitas PPN.
Kemenkeu merinci beberapa barang dan jasa tertentu yang diberikan fasilitas bebas PPN
meliputi kebutuhan pokok seperti beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah-
buahan, sayur-sayuran dan gula konsumsi. Kemudian juga jasa kesehatan, jasa pendidikan, jasa sosial,
jasa asuransi, jasa keuangan, jasa angkutan umum dan jasa tenaga kerja. Selanjutnya, vaksin, buku
pelajaran, kitab suci, air bersih yang termasuk biaya sambung atau pasang dan biaya beban tetap serta
listrik kecuali untuk rumah tangga dengan daya lebih dari 6600 VA. Tak hanya itu, rusun sederhana,
rusunami, RS, RSS, jasa konstruksi untuk rumah ibadah dan jasa konstruksi untuk bencana nasional
juga mendapat fasilitas bebas PPN. Serta fasilitas bebas PPN turut diberikan untuk mesin, hasil kelautan
perikanan, ternak, bibit atau benih, pakan ternak, pakan ikan, bahan pakan, jangat dan kulit mentah dan
bahan baku kerajinan perak, Minyak bumi, gas bumi atau gas melalui pipa, LNG dan CNG serta panas
bumi, emas batangan dan emas granula maupun senjata atau alutsista dan alat foto udara pun diberikan
fasilitas bebas PPN.
Penyesuaian tarif PPN ini juga dibarengi dengan penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh)
Orang Pribadi atas penghasilan sampai dengan Rp 60 juta dari 15% menjadi 5%. Pemerintah turut
membebaskan pajak untuk pelaku UMKM dengan omzet sampai Rp 500 juta, memberikan fasilitas
PPN final dengan besaran tertentu yang lebih kecil yaitu 1%, 2% atau 3%. Pemerintah pun berkomitmen
terus merumuskan kebijakan yang seimbang untuk mendukung pemulihan ekonomi, membantu
kelompok rentan dan tidak mampu serta upaya ini juga untuk mendukung dunia usaha terutama
kelompok kecil dan menengah dengan tetap memperhatikan kesehatan keuangan negara.

KESIMPULAN
Kenaikan tarif PPN dari 10% menjadi 11% yang berlaku pada 1 April 2022 memang mengalami
banyak polemik di dalam masyarakat, terutama mengenai daya beli masyarakat. Kenaikan PPN sebesar
1% dalam situasi pemulihan ekonomi akibat dampak Covid-19 tentu dikhawatirkan akan terjadi
ketidakmampuan masyarakat untuk membeli produk atau jasa sehingga menyebabkan terjadinya inflasi.
Tetapi pemerintah melalui kemenkeu juga telah memberikan fasilitas bebas PPN, selain itu penyesuaian
tarif PPN ini juga dibarengi dengan penurunan tarif pajak penghasilan (PPh) serta membebaskan pajak
untuk pelaku UMKM dengan omzet sampai dengan Rp 500 juta. Tentu saja kebijakan ini sangat
membantu masyarakat.

SARAN
Kedepannya pemerintah agar terus berkomitmen merumuskan kebijakan yang seimbang untuk
mendukung pemulihan ekonomi, membantu kelompok rentan dan tidak mampu serta mendukung dunia
usaha terutama kelompok kecil dan menengah dengan tetap memperhatikan kesehatan keuangan
negara.

REFERENSI
Pengetahuan Dasar Perpajakan | Direktorat Jenderal Pajak https://pajak.go.id/index-belajar-pajak
Diakses Pada Tanggal 04 Januari 2023

Kenaikan PPN 11%, Penerimaan Negara VS Daya Beli Masyarakat | Pajakku.com


https://www.pajakku.com/read/61965d634c0e791c3760c06d/Kenaikan-PPN-11-Persen-Penerimaan-
Negara-VS-Daya-Beli-Masyarakat Diakses pada Tanggal 04 Januari 2023

Pengamat Pajak: Dampak Kenaikan PPN Ke Masyarakat Terbatas | Hukumonline.com


https://www.hukumonline.com/berita/a/dampak-kenaikan-ppn-ke-masyarakat-dinilai-terbatas-
lt624ab7e6750a7/ Diakses Pada Tanggal 04 Januari 2023

Anda mungkin juga menyukai