TEMA : PPN
Nama Kelompok :
UNIVERSITAS UDAYANA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Manfat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk memahami pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN), perlu diketahui definisi dari
Pajak Pertambahan Nilai.
1. Tarif Umum Tarif yang dikenakan terhadap transaksi Barang Kena Pajak maupun
Jasa Kena Pajak secara umum adalah sebesar 10%
2. Tarif Ekspor Tarif ekspor yang dikenakan terhadap transaksi Barang Kena Pajak
Maupun Jasa Kena Pajak pada ekspor adalah sebesar 0%. Tarif PPN sebesar 0%
bukan sama dengan dibebaskan PPN, sehingga Pajak Masukannya dapat
dikreditkan.
3. Tarif Minimal dan Maksimal Tarif PPN dapat diubah minimal 5% dan maksimal
sebesar 15%, tergantung kebutuhan dana dari Pemerintah. Perubahan tarif ini
diajukan pemerintah pada DPR bersamaan penyusunan RAPBN.
4. Tarif Efektif Tarif efektif dari PPN dikenakan pada berbagai BKP tertentu, seperti
berikut: Pada industri rokok, atas penyerahan hasil tembakau yang dibuat didalam
negeri oleh Pengusaha Pabrik hasil tembakau atau hasil tembakau yang dibuat diuar
negeri oleh importir hasil tembakau dikenakan PPN. PPN yang dikenakan atas
penyerahan hasil tembakau dihitung dengan menerapkan taarif efektif sebesar
8,4%.
Tak semua barang dan jasa dikenakan PPN. Berdasarkan UU HPP, jenis barang yang tidak
dikenai PPN:
➢ Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya. Meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering, yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan
ketentuan peraturanperundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.
➢ Uang dan emas batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara dan surat
berharga.
➢ Jasa keagamaan
➢ Jasa kesenian dan hiburan
➢ Jasa perhotelan (sewa kamar/ruangan)
Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum
Sebagian barang dan jasa yang ditetapkan tak dikenai PPN ini, tetap menjadi objek pajak
daerah, dan retribusi daerah.
Pajak Pertambahan Nilai merupakan pungutan yang dikenakan ada setiap transaksi
jual beli barang dan jasa di wilayah Indonesia. Pemungutannya dikenakan pada wajib pajak
orang pribadi, badan usaha dan pemerintah. Jenis pajak ini bersifat tidak langsung, objektif
dan non-kumulatif. Artinya, pajak tidak dibayarkan oleh pelaku usaha yang memproduksi
barang/jasa, melainkan oleh konsumen yang menggunakan atau mengkonsumsi
barang/jasa. Dasar hukum yang digunakan untuk memungut pajak ini adalah Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Dari waktu ke waktu PPN mengalami perkembangan
dan perubahan. Dalam perjalanannya, UU PPN telah mengalami empat kali perubahan.
Perubahan terakhir atas UU PPN masuk dalam UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan,
khususnya soal kenaikan tarifnya. Dalam Pasal 7 ayat (1) UU PPN s.t.d.t.d UU HPP, tarif
PPN ditetapkan sebesar 11%, dan mulai berlaku pada 1 April 2022. Tarif kemudian akan
naik menjadi 12%, yang mulai diberlakukan paling lambat 1 Januari 2025.
Adanya kenaikan PPN dari 10 persen menjadi 11 persen akan berdampak pada
meningkatnya harga barang dan jasa. Hal ini karena pihak yang dikenakan PPN adalah
konsumen di tingkat akhir atau pembeli. Namun tidak semua harga barang dan jasa, sebab
ada juga jenis barang dan jasa yang tidak kena PPN.
Namun tidak semua harga barang dan jasa, sebab ada juga jenis barang dan jasa yang
tidak kena PPN. Barang dan jasa yang dipungut PPN Berdasarkan Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2009 tentang PPN, berikut barang-barang yang kena PPN:
● Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
● Impor Barang Kena Pajak;
● Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
● Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
● Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
● Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;
● dan Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Reaksi masyarakat terhadap kenaikan PPN ini, walaupun banyak kalangan yang
menolak kenaikan tarif PPN 11 persen, namun kenaikan tersebut merupakan ketentuan
mutlak UU HPP yang tidak dapat ditunda maupun diubah. Perlu diketahui juga bahwa adanya
kenaikan tarif PPN diikuti oleh perubahan aturan pajak lainnya yang menguntungkan
masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Salah satu perubahan yang menjadi
sorotan penting yaitu perluasan bracket tarif 5 persen Pajak Penghasilan (PPh) yang juga
diatur dalam UU HPP. Sehingga di sini terjadi keseimbangan yakni walaupun masyarakat
harus membayar PPN lebih tinggi ketika mengonsumsi barang atau jasa kena pajak, tetapi
kini masyarakat juga akan membayar pajak penghasilan yang lebih rendah.
KESIMPULAN
Pajak Pertambahan Nilai adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi jual-beli
barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak badan yang telah
menjadi Pengusaha Kena Pajak. Dalam memenuhi target penerimaan PPN di masa yang
akan datang, Pemerintah akan menghadapi tantangan-tantangan. Tantangan-tantangan
tersebut perlu dijawab dengan perubahan Undang-Undang yang berlaku saat ini yaitu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (selanjutnya disebut UU PPN). Undang Undang
No. 7 tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), ketentuan besaran
tarif PPN naik dari 10% menjadi 11%. Adanya kenaikan PPN dari 10 persen menjadi 11
persen akan berdampak pada meningkatnya harga barang dan jasa. Hal ini karena pihak
yang dikenakan PPN adalah konsumen di tingkat akhir atau pembeli. Namun tidak semua
harga barang dan jasa, sebab ada juga jenis barang dan jasa yang tidak kena PPN. Reaksi
masyarakat terhadap kenaikan PPN ini, walaupun banyak kalangan yang menolak kenaikan
tarif PPN 11 persen, namun kenaikan tersebut merupakan ketentuan mutlak UU HPP yang
tidak dapat ditunda maupun diubah. Perlu diketahui juga bahwa adanya kenaikan tarif PPN
diikuti oleh perubahan aturan pajak lainnya yang menguntungkan masyarakat, khususnya
masyarakat menengah ke bawah.
DAFTAR PUSTAKA
BBC NEWS (2022) PPN naik jadi 11%: Kenaikan hanya 1%, tapi 'berisiko tinggi' dan
'masyarakat sudah dalam situasi teriak' tersedia pada :
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60933571. Diakses pada 22 Juni 2022
Barratut Taqiyyah Rafie (2022) PPN Naik jadi 11% per 1 April 2022, Sri Mulyani: Nanti
PPN jadi 12% di 2025. Tersedia Pada:
https://newssetup.kontan.co.id/news/tarif-ppn-naik-jadi-11-per-1-april-
2022-sri-mulyani-nanti-ppn-jadi-12-di-2025
Abdul Azis Said (2022) PPN Naik Jadi 11%, Bagaimana Dampaknya pada Daya Beli
Masyarakat? Tersedia Pada:
https://katadata.co.id/yuliawati/finansial/623c17503efcd/ppn-naik-jadi-11-
bagaimana-dampaknya-pada-daya-beli-masyarakat
Hilda Nurhidayah (2022) Alasan Kenaikan Tarif PPN 11 persen. Tersedia pada:
https://www.pajak.com/komunitas/opini/alasan-kenaikan-tarif-ppn-11-
persen/
Melda Sihombing Pajak Pertambahan Nilai Edisi Revisi 2015. Tersedia Pada:
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/4176/Melda
%20Sihombing.pdf?sequence=1&isAllowed=y