Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Rizky Ramadhannur

NIM : 203020601116

Kelas : B Angkatan 2020

Mata Kuliah : Hukum Pajak

Dosen Pengampu : Yacob F. Martono, S.H., M.H.

UAS Hukum Pajak

1. Sebut dan jelaskan apa dasar pemerintah menaikkan pajak Ppn saat ini?

Jawaban : Dasar pemerintah menaikkan pajak Ppn saat ini, yaitu merupakan salah satu
bentuk implementasi ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPPP), yang mana didalamnya mengatur
kenaikan Ppn saat ini. Merupakan salah satu bentuk reformasi perpajakan dan konsolidasi
fiskal sebagai fondasi sistem perpajakan yang lebih adil, optimal, dan berkelanjutan.
Merupakan cerminan dari prinsip gotong-royong, dimana masyarakat berpenghasilan
rendah dan pelaku UMKM mendapat bantuan dari kenaikan Ppn tersebut. Kenaikan PPN
juga di dasari oleh kebutuhan pemerintah dalam membiayai dan menjaga kesehatan
APBN terutama selama proses pemulihan ekonomi naional (PEN) saat ini sehingga
dibituhkan penerimaan negara yang kuat. Selain itu, didasari oleh usaha untuk
meningkatkan rasio pajak sebagai tolak ukur kinerja pengumpulan penerimaan pajak di
Indonesia, yang juga diperparah dengan adanya kondisi defisit anggaran serta rasio utang
negara terhadap PBB yang mencapai lebih dari 41% pada tahun 2021.

2. Uraikan pertimbangan pemerintah dalam peningkatan pajak tersebut?

Jawaban : Pertimbangan pemerintah dalam peningkatan pajak tersebut adalah dengan


dinaikkannya tarif pajak tersebut maka akan menjadi tulang punggung pendapatan negara
yang kuat kedepannya. Fondasi untuk perpajakan yang kuat harus mulai dibangun, hal ini
dimulai dari diberlakukannya UU HPP sebagai bentuk reformasi perpajakan Indonesia
yang termasuk didalamnya kenaikan pajak Ppn tersebut. Kemudian pertimbangan bahwa
dengan dinaikkannya tarif Ppn akan menambah APBN sehingga kemudian dapat
dikembalikan lagi kepada masyarakat dan juga untuk mendukung pemulihan ekonomi
nasional (PEN) pasca pandemi.

Selain itu, kenaikan PPN merupakan usaha untuk merespon terjadinya defisit anggaran
dan rasion hutang dengan harapan paling tidak mengembalikan rasio tersebut ke angka
30%. PPN yang menjadi penyumbang penerimaan terbesar dalam sektor pajak memiliki
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dan juga perlu di pahami bahwa selama
pandemi Covid-19 pemerintah telah mengeluarkan banyak bantuan dan dukungan untuk
rakyat berupa subsidi dan bantuan sosial, serta pemerintah menanggung insentif pajak
untuk tenaga kerja kesehatan, pembebasan pajak untuk vaksin dan alat-alat kesehatan,
PPN sektor perumahan, dan diskon pajak pembelian mobil.

Oleh karena itu, biarpun mengingat bahwa perlunya pemulihan ekonomi pasca pandemi
perlu juga kenaikan PPN sebagai bentuk reformasi perpajakan dan penopang
pertumbuhan ekonomi kedepannya.

3. Mengapa prioritas dilakukan terhadap pajak PPN?


Jawaban : Prioritas dilakukan terhadap pajak PPN, dikarenakan PPN merupakan salah
satu sumber utama pendapatan negara dari sektor pajak selain PPh dan Pajak Karbon.
Kenaikan PPN ini ditujukan untuk meringankan beban penjual/pedagang dimana yang
berkewajiban untuk membayar PPN adalah konsumen akhir. Kemudian, Prioritas
kenaikan PPN ini ditujukan salah satunya kepada penguaha berpenghasilan miliyaran,
hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa keadilan dalam masyarakat terutama bagi
masyarakat berpenghasilan kurang atau pengusaha UMKM. Kenaikan PPN ini juga
dilakukan meinmbang bahwa maraknya terjadi transaksi jual beli selama hingga pasca
pandemi sehingga memberi kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih
besar untuk pmembantu mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi. Dan adanya
ruang untuk meningkatkan tarif PPN, melihat rata-rata tarif PPN global berada di
angka 15% sedangkan di Indonesia tarif PPN sebelumnya hanya berkisar 10% saja.
Hal tersebutlah yang mendorong prioritas kenaikan PPN di Indonesia.
Yang dikenakan PPN atau disebut dengan Objek PPN, yakni:
 Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha;
 Impor Barang Kena Pajak;
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean;
 Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
 Ekspor BKP berwujud atau tidak berwujud dan Ekspor JKP oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP).

4. Apakah peraturan peningkatan/menaikkan PPN termasuk dalam bagian Omnibus


Law? Jelaskan
Jawaban : Peningkatan PPN diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021
tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang merupakan sebuah
Omnibus Law, dimana di dalamnya mencakup enam ruang lingkup peraturan, yakni
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Program Pengungkapan Sukarela (PPS), Pajak Karbon,
serta Cukai.

5. Jelaskan apakah sudah ada Omnibus Law Perpajakan?


Jawaban : Sudah ada Omnibus Law Perpajakan di Indonesia, yakni Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), yang di
dalamnya mencakup enam ruang lingkup peraturan, yakni Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP), Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
Program Pengungkapan Sukarela (PPS), Pajak Karbon, serta Cukai, dengan tujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan dan mendukung
percepatan pemulihan ekonomi, mengoptimalkan penerimaan negara guna membiayai
pembangunan nasional secara mandiri menuju masyarakat Indonesia yang adil,
makmur, dan sejahtera, mewujudkan sistem perpajakan yang lebih berkeadilan dan
berkepastian hukum, melaksanakan reformasi administrasi, kebijakan perpajakan
yang konsolidatif, dan perluasan basis pajak, serta meningkatkan kepatuhan sukarela
Wajib Pajak.
Selain itu, di dalam Omnibus law UU Cipta Kerja selain mencakup tentang
Ketenagakerjaan, juga mencakup bidang Perpajakan. Hal tersebut telah ditegaskan
oleh pemerintah, bahwa sebagian kebijakan Omnibus Law perpajakan telah diatur di
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang tercantum di
dalam Klaster Kemudahan Berusaha (Pasal 111, 112, dan 113) yang didalamnya
mencakup pengaturan mengenai UU PPh (UU Nomor 7/1983 jo. UU Nomor
36/2008), UU PPN (UU Nomor 8/1983 jo. UU Nomor 42/2009) dan UU KUP (UU
Nomor 6/1983 jo. UU Nomor 16/2009), juga Pasal 114 tentang UU PDRD (UU
Nomor 28/2009).

Anda mungkin juga menyukai