Anda di halaman 1dari 8

A.

Latar Belakang

Pada tahun 1984 Direktorat Jendral Pajak melakukan upaya dalam meningkatkan
penerimaan Negara yang disebut sebagai reformasi perpajakan. Pembaharuan pajak ini
meliputi pembenahan administrasi perpajakan, perbaikan regulasi perpajakan, dan
peningkatan basis pajak serta pembaharuan dalam peraturan perundang-undangan dalam
sistem pemungutan pajak. Latar belakang terjadinya reformasi perpajakan adalah karena
undang-undang pajak yang berlaku saat itu sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan
zaman.
Reformasi pajak sebenarnya lebih diarahkan pada upaya untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak, terutama dalam hal pembayaran pajak. Wajib pajak patuh bukan
berarti wajib pajak yang membayar dalam membayar nominal besar melainkan wajib
pajak yang mengerti dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan serta
telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Pemerintah pun telah berusaha keras untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak yang bertujuan untuk lebih
menegakkan kemandirian masyarakat Indonesia dalam membiayai pembangunan
Nasional dengan lebih mencurahkan lagi segenap kemampuan kita sendiri
Reformasi pajak ini diarahkan pada upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib
pajak, terutama dalam hal pembayaran pajak. Pajak merupakan penerimaan negara
terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan Negara saat ini bersumber dari pajak. Dominasi
pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika
sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan. Penerimaan dari
sumber daya alam mempunyai umur yang relatif terbatas, suatu saat akan habis dan tidak
bisa diperbaharui. Hal ini berbeda dengan pajak; sumber penerimaan ini mempunyai
umur tidak terbatas, terlebih dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk.
Perubahan pasca 1997 yang terakhir terjadi meliputi Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang, Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah, dan dialihkannya tanggung jawab pemungutan BPHTB (Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan) dari Pemerintah Pusat ke pemerintah daerah sejak tahun
2011.
Reformasi Perpajakan 2008 merupakan salah satu Reformasi perpajakan jilid
pertama yaitu reformasi bidang peraturan perpajakan. Hasilnya berupa diundangkannya
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) dan
UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan melalui proses panjang dan
melibatkan stake holder termasuk pengusaha yang mencerminkan keadilan dan
kesetaraan kedudukan antara fiskus dan Wajib Pajak.
Abimanyu (2003;34) menyebutkan bahwa reformasi perpajakan adalah perubahan
mendasar di segala aspek perpajakan yang memiliki 3 (tiga) tujuan utama, yaitu tingkat
kepatuhan sukarela yang tinggi, kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang
tinggi, dan produktivitas aparat perpajakan yang tinggi. Tujuan reformasi perpajakan
adalah untuk menegakkan kemandirian ekonomi dalam membiayai pembangunan
nasional. Secara bertahap, pajak diharapkan bisa mengurangi ketergantungan utang luar
negeri. Dalam hal ini, reformasi perpajakan akan menjadikan sistem yang berlaku
menjadi lebih sederhana, yang mencakup penyederhanaan jenis pajak, tarif pajak dan
pembayaran pajak.

B.Tujuan Tax Reform

Tentunya adanya reformasi pajak ini bukan tanpa alasan atau tujuan yang jelas.
Pemerintah melakukan hal tersebut ada hal yang ingin dicapai dimana tujuan itu adalah
meningkatkan kemampuan Negara dalam bersaing secara internasional. Jadi, pada reformasi
perpajakan ada banyak kegiatan yang dilakukan demi merubah sistem yang sudah ada agar bisa
sesuai dengan kondisi ekonomi Negara.

Secara umum tujuan nya berdasarkan tax reform 1984 adalah :


1. Meningkatkan tax ratio atas pajak non migas terhadap PDB
2. Melakukan simplifikasi hukum pajak dan memperbaiki administrasi sitem pajak
3. Mengurangi distorsi ekonomi untuk memperbaiki proses akumulasi sumber daya
4. Memberikan keadilan bagi wajib pajak.

Reformasi pajak yang dilakukan pemerintah Indonesia sendiri memiliki 3 tujuan utama.
Setiap tujuan fokus pada praktek pajak yang bisa berjalan dengan lancar dan memberikan
dampak positif bagi Negara dan masyarakat yaitu:

1. Meningkatkan Tingkat Kepatuhan Pajak

Tujuan pertama dari tax reform adalah untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Kerena
selama ini masalah pajak masih terus bermunculan terutama pelanggaran pajak. Kondisi seperti
ini akan sangat menyulitkan Negara mengingat pajak ini menjadi pendapatan utama agar bisa
memenuhi kebutuhan Negara itu sendiri contohnya membiayai pengeluaran negara yang bersifat
self liquiditing (memberikan keuntungan) seperti proyek produktif barang ekspor dan membiayai
pengeluaran umum seperti pembangunan infrastruktur yang bisa dinikmati masyarakat.

Namun pada saat sekarang masih saja ada kasus pelanggaran pajak. Namun perlu
diketahui pelanggaran itu sendiri tidak sepenuhnya kesengajaan dari Wajib Pajak untuk mangkir,
namun banyak juga pelanggaran pajak yang terjadi karena WP terkait tidak tahu cara memenuhi
kewajiban pajaknya tersebut.

Masalah pajak yang terus bertambah tentu menjadi pekerjaan pemerintah untuk
mengatasinya secepat mungkin. Upaya yang dilakukan pada akhirnya membuat reformasi
perpajakan. Diharapkan dengan menyesuaikan sistem pajak dengan kondisi masyarakat dan juga
Negara, kasus pelanggaran pajak oleh Wajib Pajak bisa jauh berkurang dan tidak muncul kasus
baru lagi.

2. Memberikan Kenyamanan Pada WP dan DJP

Reformasi perpajakan yang dilakukan sekarang juga bertujuan untuk mengintegrasikan


teknologi dalam sistem administrasi pajak. Sudah bukan hal baru lagi kalau kemajuan teknologi
mempengaruhi beragam sektor yang ada termasuk perekonomian dan perpajakan Negara.
Wajib Pajak (WP) tentu akan merasa lebih mudah untuk memenuhi kewajiban pajaknya
jika sistem administrasinya sekarang ini sudah menggunakan teknologi yang ada. Bahkan
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga nanti akan terbantu sehingga pekerjaannya jadi lebih ringan
dan mudah.

Kemajuan teknologi di era digital seperti sekarang akan memudahkan masyarakat dalam
mencari tahu informasi perpajakan yang dibutuhkan hingga memenuhi kewajiban pajak dengan
lebih mudah dan praktis. Sementara dari pihak DJP jauh lebih mudah dalam mengurus segala
administrasi sehingga lebih rapi dan terorganisir dengan baik.

3. Membarui Sistem Pajak

Sistem pajak perlu untuk diperbarui sesuai dengan isu terkini dan itu merupakan tujuan
ketiga dari adanya reformasi pajak. Setiap tahun tentu akan terjadi perubahan dan ada hal baru
yang muncul di tengah masyarakat secara global. Selain demi kenyamanan Wajib Pajak dan
pihak Direktorat Jenderal Pajak, hal ini juga untuk menyesuaikan aturan dan hukum pajak agar
Negara bisa memiliki sistem perpajakan yang lebih baik dari sebelumnya.

Sistem pajak yang baik tentu akan memberikan pengaruh besar pada perekonomian dan
juga kesejahteraan rakyat. Bahkan besar kemungkinan kalau Negara memiliki sistem pajak yang
baik dan berjalan dengan lancar, Negara tersebut akan mengalami perkembangan yang cepat dan
menjadi Negara lebih maju.

Dari ketiga tujuan utama adanya reformasi pajak, pada intinya hal tersebut memang perlu
dilakukan. Sistem pajak harus terus diperbarui agar bisa sesuai dengan isu terkini sehingga
rakyat dan pemerintah sama-sama diuntungkan

Selain daripada itu, bagi pebisnis, memudahkan untuk memanajemen pajak dengan baik
dalam aktivitas perekonomian negara, contohnya PMK-23/PMK03/2020 yang mengatur intensif
bagi wajib pajak karyawan, pengurangan PPN pasal 25, roda UMKM, serta PPh pasal 22
mengenai impor. Tidak cukup sampai disitu, pemerintah juga menurunkan tariff PPh badan dan
PPh badan wajib go publik sebesar 3% dari tarif normal melalui UU No. 2 Tahun 2020.

Manfaat pajak melalui ada nya regulasi baru ini, yakni mempermudah pemenuhan akan
investasi atau capital, sekaligus mendorong kepatuhan pembayaran pajak di tengah masyarakat.
Sumber foto : Forbes.com

Tentunya adanya reformasi pajak ini bukan tanpa alasan atau tujuan yang jelas. Pemerintah
melakukan hal tersebut ada hal yang ingin dicapai dimana tujuan itu adalah meningkatkan
kemampuan Negara dalam bersaing secara internasional. Jadi, pada reformasi perpajakan ada
banyak kegiatan yang dilakukan demi merubah sistem yang sudah ada agar bisa sesuai dengan
kondisi ekonomi Negara.

Setiap Negara pasti melakukan tax reform karena memang perubahan pada stuktur pajak pasti
akan terjadi mengikuti zaman dan juga kondisi yang ada. Adanya reformasi pajak ini diharapkan
bisa membawa Negara memiliki ekonomi yang lebih baik, menjadi Negara yang bisa
mensejahterakan rakyat, serta menjadi lebih maju.

Reformasi pajak yang dilakukan pemerintah Indonesia sendiri memiliki sedikitnya 3 tujuan
utama. Setiap tujuan fokus pada praktek pajak yang bisa berjalan dengan lancar dan memberikan
dampak positif bagi Negara dan masyarakat. Berikut ini adalah uraian singkat tentang tujuan tax
reform yang dilakukan pemerintah Indonesia:

Baca Juga :  Apa Itu Tax Holiday? Ini Manfaat dan Contohnya

1. Meningkatkan Tingkat Kepatuhan Pajak

Tujuan pertama dari tax reform adalah untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Tak dapat
dipungkiri kalau selama ini masalah pajak masih terus bermunculan terutama pelanggaran pajak.
Kondisi seperti itu akan sangat menyulitkan Negara mengingat pajak ini menjadi pendapatan
utama agar bisa memenuhi kebutuhan Negara itu sendiri.

Namun pada prakteknya sampai detik ini masih saja ada kasus pelanggaran pajak. Namun perlu
diketahui pelanggaran itu sendiri tidak sepenuhnya kesengajaan dari Wajib Pajak untuk mangkir,
namun banyak juga pelanggaran pajak yang terjadi karena WP terkait tidak tahu cara memenuhi
kewajiban pajaknya tersebut.

Masalah pajak yang terus bertambah tentu menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk
mengatasinya secepat mungkin. Upaya yang dilakukan pada akhirnya membuat reformasi
perpajakan. Diharapkan dengan menyesuaikan sistem pajak dengan kondisi masyarakat dan juga
Negara, kasus pelanggaran pajak oleh Wajib Pajak bisa jauh berkurang dan tidak muncul kasus
baru lagi.
2. Memberikan Kenyamanan Pada WP dan DJP

Reformasi perpajakan yang dilakukan sekarang juga bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi
dalam sistem administrasi pajak. Sudah bukan hal baru lagi kalau kemajuan teknologi
mempengaruhi beragam sektor yang ada termasuk perekonomian dan perpajakan Negara. Hal ini
demi kenyamanan dari Wajib Pajak maupun pihak DJP itu sendiri.

Wajib Pajak (WP) tentu akan merasa lebih mudah untuk memenuhi kewajiban pajaknya jika
sistem administrasinya sekarang ini sudah menggunakan teknologi yang ada. Bahkan Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) juga nanti akan terbantu sehingga pekerjaannya jadi lebih ringan dan
mudah.

Kemajuan teknologi di era digital seperti sekarang akan memudahkan masyarakat dalam mencari
tahu informasi perpajakan yang dibutuhkan hingga memenuhi kewajiban pajak dengan lebih
mudah dan praktis. Sementara dari pihak DJP jauh lebih mudah dalam mengurus segala
administrasi sehingga lebih rapi dan terorganisir dengan baik.

3. Mengupdate Sistem Pajak

Sistem pajak perlu untuk di update sesuai dengan isu terkini dan itu merupakan tujuan ketiga dari
adanya reformasi pajak. Setiap tahun tentu akan terjadi perubahan dan ada hal baru yang muncul
di tengah masyarakat secara global. Sudah menjadi tugas pemerintah untuk menyesuaikan sistem
perekonomian dan perpajakan Negara dengan kondisi dan isu paling baru.
Selain demi kenyamanan Wajib Pajak dan pihak Direktorat Jenderal Pajak, hal ini juga untuk
menyesuaikan aturan dan hukum pajak agar Negara bisa memiliki sistem perpajakan yang lebih
baik dari sebelumnya.

Sistem pajak yang baik tentu akan memberikan pengaruh besar pada perekonomian dan juga
kesejahteraan rakyat. Bahkan besar kemungkinan kalau Negara memiliki sistem pajak yang baik
dan berjalan dengan lancar, Negara tersebut akan mengalami perkembangan yang cepat dan
menjadi Negara lebih maju.

Dilihat dari ketiga tujuan utama adanya reformasi pajak, pada intinya hal tersebut memang perlu
dilakukan. Sistem pajak harus terus diupdate agar bisa sesuai dengan isu terkini sehingga rakyat
dan pemerintah sama-sama diuntungkan

Anda mungkin juga menyukai