Ad.2. UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
Sebelum ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 ini, ter-
dapat banyak sekali jenis pungutan di daerah baik yang ditetapkan
melalui Perda maupun dasar hukum lainnya.Pungutan-pungutan ini dpt
diklasifikasikan sebagai pajak ataupun retribusi dan sering tumpeng tin-
dih dengan berbagai beban masyarakat atau investor lainnya sehingga
perlu ditertibkan.
Dengan argumentasi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD), seringkali pungutan-pungutan yang ada bukan saja tidak efisien
dan tidak efektif, tetapi juga mengganggu arus lalu lintas barang
antardaerah, dan menimbulkan rasa ketidakadilan di masyarakat, serta
mengganggu kenyamanan masyarakat.
Dengan argumentasi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah
(PAD), seringkali pungutan-pungutan yang ada bukan saja tidak efisien
dan tidak efektif, tetapi juga mengganggu arus lalu lintas barang
antardaerah, dan menimbulkan rasa ketidakadilan di masyarakat, serta
mengganggu kenyamanan masyarakat.
UU Nomor 18 Tahun 1997 dimaksudkan untuk menertibkan berbagai
anomali tersebut di atas tanpa menurunkan pemasukan PAD, meski
terjadi banyak pemangkasan pungutan-pungutan di daerah.
Ad.5. UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan
BPHTB adalah jenis pajak baru. Sama seperti PBB, BPHTB meski
dikelola dan dipungut oleh pemerintah pusat (Ditjen Pajak), tetapi
seluruh hasilnya diserahkan ke pemerintah daerah sebagai pajak bagi
hasil.
Mulai tahun 2011, atas tuntutan reformasi dan otonomi daerah, tang-
gungjawab pengelolaan dan pemungutan BPHTB dialihkan dari Peme-
rintah Pusat (Ditjen Pajak) ke masing-masing Pemda setempat.
Kelima UU tersebut di atas dimaksudkan sebagai penyempurna
reformasi pajak 1983 dan 1994 khususnya untuk menertibkan penerima-
an negara di tingkat pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
3. Withholding System.
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut pajak
sebesar pajak yang terutang.
HAPUSNYA HUTANG PAJAK
1. Pengertian hutang :
Dalam Hukum Perdata :
a. Arti luas : segala sesuatu yang harus dilakukan oleh yang berkewajiban
sebagai konsekuensi perikatan.
b. Arti sempit : sesuatu sebagai akibat perjanjian khusus yaitu utang-
piutang, yang mewajibkan debitur untuk membayar jumlah uang yang
telah dipinjamnya dari kreditur.
Ad.a. Pembayaran.
Pembayaran hutang pajak harus dilakukan dengan mata uang dari negara
yang memungut pajak. Di Indonesia hutang pajak dibayar di kas negara,
bank, tempat lain yang ditetapkan oleh Men.Keu.
Ad.b. Kompensasi.
Kompensasi yang dapat dilakukan wajib pajak adalah kompensasi
dengan keadaan apabila untuk jenis pajak yang satu mempunyai
kelebihan pembayaran, sedang untuk jenis pajak yang lain terdapat
kekurangan pembayaran.
Tidak semua kompensasi dapat dilakukan untuk menghapus hutang
pajak, karena seorang wajib pajak yang mempunyai hutang pajak tidak
mungkin memperhitungkannya dengan tagihannya kepada Pemerintah
Hal tersebut dikarenakan sifat hutangnya berbeda dan juga lapangan
hukumnya berbeda.
Ad.c. Daluarsa.
Daluarsa : sarana untuk memperoleh suatu hak atau dibebaskan dari
suatu kewajiban karena lampaunya jangka waktu tertentu sesuai
dengan syarat yang ditentukan dalam undang-undang (Aquisitive
Verjaring dan Extintive Verjaring).
Dalam Hukum Pajak yang diterapkan adalah Extintive Verjaring.
Dalam undang-undang Pajak (UU KUP – UU No.28/2007) Pasal 22 ayat
(1) ditentukan bahwa hak untuk melakukan penagihan pajak termasuk
bunga, denda administrasi dan biaya penagihan menjadi gugur setelah
lampau waktu 5 tahun terhitung sejak penerbitan :
- STP
- SKP Kurang Bayar
- SKP Kurang Bayar Tambahan
- Surat Keputusan Pembetulan
- Surat Keputusan Keberatan
- Putusan Banding
- Putusan Peninjauan Kembali.
Ad.d. Pembebasan
Dalam Hukum Pajak ada 2 macam pembebasan yaitu :
a. Kwijtschelding : hutang pajak berakhir karena ditiadakan oleh fiskus.
b. Ontheffing : terjadi karena adanya usaha untuk menyesuaikan hutang
pajak formal dengan hutang pajak material.
Dalam hal wajib pajak dinyatakan pailit, bubar atau dilikuidasi maka curator,
likuidator atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan
pemberesan dilarang membagikan harta wajib pajak dalam pailit,
pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya
sebelum menggunakan harta tersebut untuk membayar utang pajak wajib
pajak tersebut.
Hak mendahului hilang setelah melampaui waktu 5 tahun sejak tanggal
diterbitkan :
- Surat Tagihan Pajak.
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
- Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
- Surat Keputusan Pembetulan.
- Surat Keputusan Keberatan.
- Putusan Banding atau
- Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang
harus dibayar bertambah.
2. Perlawanan Aktif :
Perlawanan ini meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.
3. Di bidang psikologi :
Menimbulkan kebiasaan buruk pada diri wajib pajak untuk selalu
melanggar UU.