Anda di halaman 1dari 7

KILAS BALIK PERPAJAKAN DI INDONESIA

OLEH :

LUH MELLY ASTARI ; 1817051028

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

2019
REFORMASI PERPAJAKAN
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang diperoleh Negara
Indonesia yang digunakan untuk membiayai pembangunan. Seperti yang diketahui
oleh khalayak ramai, Indonesia merupakan Negara berkembang yang sedang
gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastruktur di semua wilayah.
Sumber pendanaan pembangunan ini diperoleh dari utang luar negeri dan pajak
yang dipungut setiap tahunnya. Dengan demikian besaran dana yang didapatkan
dari pajak sangatlah membantu pembangunan infrastruktur daerah dan dapat
memperkecil nominal yang dipinjam oleh Negara. Untuk itu reformasi perpajakan
sangat dibutuhkan karena, target penerimaan pajak tiap tahunnya meningkat tidak
sebanding dengan tingkat kepatuhan pajak di Indonesia yang masih rendah. Selain
itu, jumlah sumber daya manusia yang ada tidak sebanding dengan penambahan
jumlah wajib pajak yang mengakibatkan kesulitan pengawasan dan penegakan
hukum.
Pesatnya perkembangan teknologi ekonomi dan digital di Indonesia juga
dijadikan suatu alasan untuk mereformasi perpajakan, agar wajib pajak lebih
efisien dalam melakukan pembayaran pajak yang tentunya akan didukung oleh
aturan yang mengantisipasi perkembangan transaksi perdagangan. Pemerintah
terus melakukan reformasi perpajakan yang meliputi peraturan perundang-
undangan dari tahap perumusan hingga pembuatannya serta penyempurnaan
administrasi perpajakan sehingga memudahkan wajib pajak dari segi pelayanan
(Rustiyaningsih, 2011). Maka dari itu pemerintah melakukan beberapa reformasi
atas peraturan perundang-undangan yang telah ada sejak pemerintahan Belanda
pada tahun 1983 sampai sekarang karena dinilai tidak sesuai dengan ideology
bangsa Indonesia dan perkembangan zaman. Berikut merupakan reformasi
perpajakan dari tahun 1983-2020.
REFORMASI PAJAK TAHUN 1983
Reformasi perpajakan pada tahun 1983 menghasilkan perubahan sistem
pemungutan pajak dari Official Assessment System ke Self Assessment system.
Selain itu terdapat lima undang-undang yang dirubah pada tahun 1983 diantaranya
:
a. Terdapat undang-undang yang berlaku sejak 1 Januari 1984 yang
mengatur tentang ketentuan umum perpajakan dan pajak penghasilan.
Berikut merupakan undang-undang yang berlaku pada tahun 1984.
1. UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP).
2. UU Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
b. Undang-undang yang berlaku mulai dari 1 April 1985 yaitu mengatur
tentang Pajak Pertambahan Nilai/Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Berikut merupakan undang-undang yang berlaku hingga saat ini.
3. UU Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai/Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN/PPnBM)
c. Terdapat dua undang-undang yang baru diberlakukan pada tahun 1995,
yaitu :
4. UU Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB).
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Materai
(BM).
REFORMASI PAJAK TAHUN 1994

Walaupun telah mengalami perubahan pada tahun 1983, kelima undang-


undang tersebut mengalami perubahan kembali pada tahun 1994 dikarenakan
adanya perubahasan sistem perekonomian yang menuntut adanya perubahan dan
penyempurnaan undang-undang. Berikut merupakan perubahan atas undang-
undang perpajakan tahun 1983 yang direformasi kembali pada tahun 1994.

1. UU Nomor 9 Tahun 1994 mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara


Perpajakan (KUP).
2. UU Nomor 10 Tahun 1994 mengenai Pajak Penghasilan (PPh)
3. UU Nomor 11 Tahun 1994 mengenai Pajak Pertambahan Nilai/Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN/PPnBM).
4. UU Nomor 12 Tahun 1994 mengenai Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Satu-satunya undang-undang tahun 1983 yang tidak mengalami perubahan
pada tahun 1994 adalah undang-undang nomor 13 tahun 1985 mengenai Bea
Materai. Setelah reformasi tahun 1994, pemerintah merumuskan beberapa
undang-undang pada tahun 1997 untuk melengkapi peraturan yang telah ada
seperti,
1. UU Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak.
2. UU Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. UU Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dan Surat Paksa.
4. UU Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
5. UU Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
REFORMASI PAJAK TAHUN 2000
Pada tahun 2000, pemerintah kembali melakukan perubahan atas undang-
undang yang telah ditetapkan sebelumnya. Perubahan ini tidak hanya dilakukan
pada undang-undang tahun 1994 saja namun, undang-undang tahun 1997 juga
mengalami perubahan. Berikut merupakan undang-undang yang direformasi pada
tahun 2000.
1. UU Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan mengenai Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).
2. UU Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan (PPh).
3. UU Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa, dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
4. UU Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
5. UU Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
atau Bangunan.
6. UU Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
REFORMASI PAJAK TAHUN 2008
Pada tahun 2008, undang-undang mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan dan undang-undang mengenai Pajak Penghasilan kembali dirubah dan
disahkan. Berikut merupakan perubahan yang telah disahkan mengenai kedua
perundang-undangan tersebut.
1. UU No 28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. UU No 36/2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
REFORMASI PAJAK TAHUN 2009-2014
Direktorat Jendral pajak meluncurkan reformasi pajak jilid II pada tahun
2009 karena menurut analisis yang dilakukan masih terdapat kesenjangan pajak
yang cukup tinggi yang belum disetorkan kepada Negara. Akhirnya pemerintah
melakukan reformasi kembali. Reformasi pada tahun ini tidak merubah peraturan
yang telah disahkan sebelumnya, namun lebih fokus pada sistem dan aparatur
perpajakan. Peningkatan kualitas pegawai melalui pelatihan yang dilakukan baik
dalam maupun luar negeri adalah salah satu reformasi yang dilakukan guna
meningkatkan kualitas pegawai perpajakan sehingga dalam melaksanakan tugas
perpajakan, pegawai pajak tidak salah dalam menagih pajak pada wajib pajak.
Selanjutnya, dibentuklah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di setiap daerah
demi mengefisiensikan waktu. Wajib pajak orang pribadi atau badan dapat
melakukan pembayaran atas pajaknya di daerah masing-masing. Dengan
mengefisiensikan waktu, wajib pajak akan nyaman dalam melakukan
pembayarandan sehingga target pajak yang harus diterima dapat terpenuhi.
REFORMASI PAJAK TAHUN 2016
Pada tanggal 1 Juli 2016 pemerintah mengesahkan undang-undang
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2016 tentang pengampunan pajak.
Sebelumnya, pemerintah pernah mengeluarkan peraturan mengenai pengampunan
pajak melalui Penetapan Presiden No. 5 Tahun 1964 dan melalui Keputusan
Presiden No. 26 Tahun 1984 yanng dirubah menjadi peraturan Keputusan
Presiden No. 72 Tahun 1984 Tentang pengampunan pajak. Peraturan undang-
undang ini dirubah, karena perumusan tujuan dari pengampunan pajak ini tidak
jelas dan kurangnya sarana prasarana yang mendukung. Akhirnya pada tahun
2016 pengampunan pajak (Tax Amnesty) disahkan dan dapat diikuti oleh semua
Wajib Pajak (WP) baik orang pribadi maupun badan dengan ketentuan wajib
pajak tidak dalam proses penyidikan dan telah di P-21 dalam proses peradilan atau
wajib pajak yang sedang menjalani hukuman atas pidana dibidang perpajakan.
Dengan disahkannya Tax Amnesty oleh pemerintah, diharapkan
penerimaan Negara atas pajak meningkat dan pertumbuhan perekonomian juga
meningkat, serta meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak yang terutang. Tax Amnesty ini dapat meringankan sanksi yang
diterima oleh wajib pajak orang pribadi atau badan khususya bagi wajib pajak
yang menyimpan modalnya di luar negeri. Wajib pajak orang pribadi atau badan
yang melaporkan hartanya dan membawa pulang ke Indonesia hanya membayar
uang tebusan yang besarannya telah ditentukan oleh pemerintah.
Adapun dampak negative yang ditimbulkan dari adanya Tax Amnesty
yaitu, wajib pajak yang telah rajin membayar pajaknya akan malas membayar
karena wajib pajak akan berfikir kedepannya pasti ada pengampunan pajak.
Tujuan pelaksanaan penghapusan pajak ini adalah untuk mendapatkan dana dari
wajib pajak yang disimpan di luar negeri guna meningkatkan pendapatan Negara
dari sektor pajak. Tanggal 31 maret 2017 merupakan hari terakhir diterapkannya
peraturan tentang penghapusan perpajakan. Tax Amnesty ini dapat
menguntungkan pemerintah dan wajib pajak karena bagi wajib pajak nominal
uang yang dikeluarkan untuk membayar denda akan lebih sedikit dibandingkan
dengan tidak adanya pengampunan pajak. Bagi pemerintah akan dapat
meningkatkan jumlah penerimaan pendapatan Negara dari sektor perpajakan.

Demikianlah undang-undang pajak yang pernah direformasi dari tahun


1983 sampai 2016. Reformasi perpajakan ini terjadi karena adanya perubahan
zaman, prilaku masyarakat dan perkembangan teknologi sehingga undang-undang
perpajakan dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Rustiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib


Pajak. Dalam Widya Warta, 35(2): h:44-54.

Yasa, I Nyoman Putra. 2016. Perpajakan: Pengantar dan Konsep. Buleleng:


Istiqlal Publishing Grup.

Sarunan, Widya K. 2015. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Manado. Jurnal EMBA.
Suyanto, Pasca Putri Lopian Ayu Intansari, dkk. 2016. Tax
Amnesty.Yogyakarta.Jurnal Akuntansi.

Website :

https://www.pajak.go.id/id/reformasi-perpajakan

Anda mungkin juga menyukai