Anda di halaman 1dari 6

KEDUDUKAN HUKUM PAJAK

ADMINISTRASI PAJAK
Guru : Suardi, S.Pd.,M.Pd

N
Oleh:

1. Fitri Tiana Rossa


2. Alifka Della Az Zahra
3. Nurul Ismah
4. Khilalyah Rahmadani Saiman
5. Luna Aprilia
6. Rinda Aisyah Islami
7. Saparuddin

XI AKL 2
C. Kedudukan Hukum Pajak
Hukum pajak adalah kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah dengan
Wajib Pajak. Hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik yang mengatur hubungan
antara penguasa sebagai Pemungut pajak dan rakyat sebagai wajib pajak. Pemerintah dalam hal
ini akan diwakilkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang memiliki kewenangan untuk
mengatur atau mengelola hal-hal yang berkaitan dengan perpajakan.

1. Hukum Pajak

a. Hukum Pajak Formal


Hukum ini memuat sejumlah ketentuan dalam mewujudkan hukum pajak material
menjadi sebuah kenyataan. Norma-norma yang terkandung dalam hukum ini, yaitu tata
cara penetapan pajak, kewajiban menyelenggarakan pembukuan, hak dan kewajiban
pajak, hak dan kewajiban fiskus, dan tata cara pemungutan pajak.

Surat ketetapan pajak merupakan syarat mutlak timbulnya utang pajak, yang
menimbulkan hak dan kewajiban (konstitutif). Berikut penyebab terhapusnya utang pajak,
antara lain.
 Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak.
 Kompensasi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan bayar pajak
 Dalawarsa artinya penagihan setelah melewati jangka 5 tahun.

Pada dasarnya, hukum pajak formal mengatur mengenai mekanisme pelaksanaan dan
prosedur yang berkaitan dengan perpajakan. Contoh dari hukum pajak formal ini adalah
Tata Cara Perpajakan.

b. Hukum Pajak Material

Sedangkan untuk hukum pajak material ini memuat mengenai norma-norma yang
menerangkan keadaan, perbuatan, peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek pajak),
tokoh yang dikenakan pajak (subjek pajak), besaran pajak yang dikenakan (tarif pajak),
segala sesuatu yang dapat menimbulkan atau terhapuskannya utang pajak, serta hubungan
hukum antara Wajib Pajak dan pemerintah. Contoh dari hukum pajak material adalah
Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Berikut penyebab terhapusnya utang pajak, antara lain

 Pembayaran melalui kas Negara, bank persepsi, kantor pos.


 Kompensasi bila kelebihan bayar pajak
 Pembebasan utang
 Penundaan penagihan dalam jangka waktu tertentu. Bila mampu akan ditagih, bila
tidak akan dihapus.

2. Perlawanan Terhadap Pajak

Perlawanan terhadap pajak adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam upaya


pemungutan pajak, yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
1) Perlawanan pasif adalah perlawanan yang berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi
masyarakat karena suatu kebiasaan dalam masyarakat. Seperti masyarakat menabung
dirumah karena belum terbiasa dengann perbankan.
2) Perlawanan aktif adalah perlawanan yang berasal dari wajib pajak sendiri untuk tidak
membayar pajak atau mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar, seperti tax
avoidance (penghindaran pajak) dan tax evasion (penggelapan pajak)
3. Hierarki Peraturan Pajak

Peraturan pajak digunakan untuk mengelola pajak pada direktorat jenderal pajak. Peraturan
pajak tersebut antara lain:

a. Undang undang Dasar

UUD 1945 Pasal 23A (amandemen ketiga tahun 2001) bahwa "pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang". Adanya
pengaturan dalam UUD menunjukkan bahwa dasar hukum perpajakan di Indonesia
sangat kuat. Berdasarkan peraturan tersebut, seluruh warga Indonesia wajib mendukung
dan melaksanakan pengenaan perundang undang perpajakan.

b. Undang-Undang

Peraturan sebagai pelaksanaan UUD 1945 Pasal 23A ( yang diamandemen) adalah
undang -undang (UU) ,yaitu peraturan perudang-undangan yang dibuat ole pemerintah
yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat . Sejak reformasi perpajakan (tax reform) yang
pertama kali di laksanakan tahun 1983, terdapat beberapa UU di bidang perpajakan yaitu:

1) UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan
sebagaimana telah beberap kali di ubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun
2009.
2) UU Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008.
3) UU Nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009.
4) UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994.
5) UU Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai.
6) UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang Badan Penyelesaian Sengketa pajak
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 14 Tahun 2002 tentang pengadilan
pajak.
7) UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan Surat paksa
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000.
8) UU Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

c. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) yaitu peraturan perundang-


undangan yang di tetap kan oleh presiden dalam hal kegentingan yang memaksa. Di
bidang perpajakan, Perpu yang dikeluarkan oleh pemerintah.
1) Perpu Nomor 1 Tahun 1984 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya UU Pajak
Pertambahan Nilai 1984
2) Perpu Nomor 1 Tahun 1997 tentang Penangguhan Mulai Berlakunya UU Nomor
21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
3) Perpu Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

d. Peraturan Pemerintah

Peraturan pemerintah (PP), yaitu peraturan perundangan-undangan yang di tetapkan


oleh presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Sejak
reformasi perpajakan sebagai pelaksana UU Ketantuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP), UU Pajak Penghasilan (PPh), UU Pajak Pertambahan Nilai, dan
pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), UU Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), UU Bea Materai, UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa(PPSP)
ataupun UU Pengadilan Pajak. Peraturan pemerintah yang diterbitkan antara lain:
1) PP Nomor 94 Tahun 2019 tentang perhitungan penghasilan kena pajak dan
pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan.
2) PP Nomor 74 Tahun 2011 tentang tata cara pelaksanaan hak dan penentuan
kewajiban perpajakan.
3) PP Nomor 1 Tahun 2012 tentang pelaksanaan UU Nomor 8 tahun 1983 tantangan
pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun
2009 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 8 tahun 1983 tentang pajak
pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.
4) PP Nomor 46 tahun 2013 tantang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha
yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran Bruto Tertentu.

e. Peraturan Presiden

Peraturan presiden (Perpres), yaitu peraturan perundang-undangan yang ditetapkan


oleh presiden untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi, atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan. Di buidang
perpajakn, terdapat beberapa peraturan presiden untuk menjalankan perintah
peraturan perundang-undangan. Peraturan presiden yang diterbitkan antara lain:
1) Perpres Nomor 18 Tahun 2006 tentang pengesahan persetujuan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Republik Indonesia Islam Iran
tentang penghindaran Pajak Berganda dan Pencegahan Pengelakan Pajak ata
Penghasilan.
2) Perpres Nomor 8 tahun 2009 tentang Pengesahan Protokol perubahan
persetujuan dan protokol antara Republik Indonesia dan Konferedasi Swiss
Mengenai penghindaran Pajak Berganda yang Berhubungan dengan Pajak atas
penghasilan.
3) Perpres Nomor 30 Tahun 2010 tentang pengesahan protokol perubahan
persetujuan penghindaran pajak berganda antara pemerintah Republik Indonesia
dan Pemerintah Malaysia, dan di tandatangani di Kuala lumpur pada tanggal 12
September 1991.
4) Perpres Nomor 24 Tahun 2012 tantang pengesahan persetujuan antara
Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Hong Kong Wilayah
Administratif Khusus Republik Rakyat Cina untuk penghindaran pengenaan
pajak yang berkenan dengan pajak penghasilan beserta protokolnya.

f. Keputusan Presiden

Keputusan Presiden Indonesia atau biasa disingkat (Keppres)adalah norma hukum


yang bersifat konkret, individual, dan sekali selesai. Secara umum, keputusan-
keputusan presiden bersifat mengatur. Isi Keppres berlaku untuk orang atau pihak
tertentu yang disebut dalam Keppres tersebut kecuali bila Keppres memiliki muatan
seperti Peraturan Presiden, maka keberlakuannya juga sama seperti Peraturan
Presiden.
Keputusan Keppres yang diterbitkan antara lain adalah:
1) Keppres Nomor 18 Tahun 1986 Tentang Pajak di bidang perpajakan
pertambahan Nilai yang Terutang atas Impor Penyerahan Barang Kena Pajak dan
Jasa Kena Pajak tertentu.
2) Keppres Nomor 56 Tahun 1988 Tentang Penunjukan Badan-badan Tertentu dan
bendaharawan untuk Memungut dan Menyetor Pajak Pertambahan dan Penjualan
atas Barang Mewah.

g. Peraturan Menteri Keuangan

Peraturan Menteri Keuangan(Kemenkeu) yaitu peraturan yang ditetapkan oleh


Menteri Keuangan berdasarkan Materi muatan dalam rangka penyelenggaraan urusan
tertentu di pemerintahan. Peraturan Menteri Keuangan di bidang perpajakan, yaitu
1). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75 /PMK.03/2010 tentang nilai lain sebagai
dasar pengenaan pajak
2). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2011 tentang pemberian
fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

h. Keputusan Menteri Keuangan

Keputusan Materi Keuangan (Kepmenkeu), yaitu keputusan yang mengatur secara


khusus dibidang keuangan untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pegaturan
pelaksanaan administrasi negara serta administrasi pemerintahan. Keputusan Menteri
Keuangan di bidang perpajakan, antara lain:

1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 77/KMK. 03/2011 tentang Penetapaan


Pencegahan Penanggung Pajak Berpergian ke Luar Negeri.
2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 287/KMK.03/2011 tentang Penetapan
Bandar Udara yang Memberikan Pelayanan Permintaan kembali pajak
pertambahan nilai barang bawaan orang pribadi pemegang paspor luar negeri.
3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.03/2011 tentang Pembentukan
Tim Sensus Pajak Nasional.
4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 16/KMK.11/2012 tentang Nilai Kurs
Sebagai Dasar Pelunasan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Ekspor, dan Pajak Penghasilan
yanb Berlaku untuk Tanggal 08 Oktober 2012 sampai dengan 16 Oktober 2012.

i. Peraturan Direktur Jendral Pajak

Perarturan Direktur Jenderal Pajak (Perdirjen), yaitu perarturan yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak dalam rangka penyelenggaraan urusan perpajakan di
Direktorat Jenderal. Perarturan Direktur Jenderal Pajak antara lain:

1) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-25/PJ/2011 tentan Bentuk dan Tata
Cara Penggunaan Template Surat Setoran Pajak dalam bahasa inggris.
2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER -16/PJ/2012 tentang Penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dalam Bentuk Elektronik untuk
Tahun Pajak 2011 bagi Wajib Pajak Badan.
3) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2012 tentang Pedoman
Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksan untuk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan.
4) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2012 tentang Registrasi
Ulang Pengusaha Kena Pajak Tahun 2012.
5) Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak.
j. Keputusan Direktur Jendral Pajak

Keputusan Direktur Jendral Pajak (Kepdirjen) adalah keputusan yang mengatur


secara khusus dibidang perpajakan yang dibuat oleh Direktur Jendral Pajak untuk
menjalankan fungsi dan tugasnya. Keputusannya antara lain:

1) Keputusan Direktur Jendral Pajak Nommor KEP-05/PJ/2005 tentang Tata Cara


Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e-filing) Melalui
Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).
2) Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-233/PJ/2012 tentang Klasifikasi
Lapangan Usaha Wajib Pajak.

k. Perjanjian Pajak dengan Negara Lain

Untuk menghindari terjadinya pengenaan pajak berganda (double taxation) dan


pengelakan pajak, diatur sebuah persetujuan penghindaran pajak berganda (tax
Treaty) oleh kedua pihak Negara yang melakukan perjanjian. Berikut perjanjian
Pemerintah Indonesia dengan negara lain salah satunya adalah:
1) Peraturan presiden republic Indonesia nomor 18 tahun 2006 tentang pengesahan
persetujuan antara pemerintah republik indonesia dan pemerintah republic islam
iran tentang penghindaran pajak berganda serta pencegahan pengelakan pajak
penghasilan

Anda mungkin juga menyukai