Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN HUKUM

PAJAK DI INDONESIA
Dosen Pengajar : Dr. Agustinus Miranda W S.E., S.H., M.M., M.Kn.,
Rendy Christian Chandra- 5622221002
Indi Anggraeni- 5622221003
Helda Amelia- 5622221004
Soraya Afiah- 5622221005
Wardah Ardhila- 5622221006
1. Sejarah Pajak
A. Era Pra Kemerdekaan (Dari Masa Kerajaan Sampai Penjajahan)

Bangsa Indonesia telah mengenal pungutan sejenis pajak bahkan


sebelum dijajah oleh Bangsa Eropa dan Jepang. Pada zaman kerajaan,
masyarakat sudah mengenal pajak dengan sebutan upeti sebagai wujud
penghormatan kepada istana. Walaupun sifatnya paksaan, namun rakyat
mendapat jaminan keamanan dan ketertiban dari raja.
Barulah setelah penjajah Belanda masuk dan VOC memberlakukan
pungutan pajak, Indonesia mulai mengenal pajak secara resmi. Di bawah
pemerintahan Raffles, terdapat beberapa pajak yang dikenakan kepada
pribumi antara lain pajak rumah, pajak usaha, pajak kepala untuk para
pedagang, pajak penghasilan, dan pajak pendapatan.
B. Masa Republik Indonesia dalam Revolusi Kemerdekaan (1945–1950)
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, pajak telah ditetapkan
sebagai “nyawa” negara yang di atur dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar
1945,dua hari kemudian tepatnya pada 19 Agustus 1945, organisasi Kementerian
Keuangan langsung dibentuk dan di dalamnya terdapat Pejabatan Pajak. Susunan
organisasi ini disusun dalam keadaan mendesak, disebabkan Belanda datang
kembali dan ingin berkuasa di Indonesia dengan membentuk Netherlands Indie
Civil Administration (NICA).
C. Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (1967–1998)
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, beberapa perubahan dan
penyempurnaan undang-undang pajak dilakukan. Awalnya pemerintah
mengeluarkan UU Nomor 8 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan
Ordonansi Pajak Perseroan 1925. Undang-undang ini berlaku selama 13 tahun,
yaitu sampai dengan 31 Desember 1983 ketika reformasi pajak atau tax reform
digulirkan. Selanjutnya terbitlah Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 1976
yang menetapkan Direktorat Ipeda diserahkan dari Direktorat Jenderal Moneter
kepada Direktorat Jenderal Pajak.
Pada 1983, pemerintah melaksanakan reformasi pajak melalui
Pembaharuan Sistem Perpajakan Nasional (PSPN) dengan mengundangkan
lima paket undang-undang perpajakan, yaitu tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP), Pajak Penghasilan (PPh), PPN dan PPnBM,
PBB serta Bea Meterai (BM). Sistem perpajakan yang semula official-
assessment diubah menjadi self-assessment. Sejak 1984 Indonesia memasuki
era baru sistem pemungutan pajak, yaitu self assessment system yang
memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang.
D. Masa Reformasi 1998 hingga sekarang

Perkembangan ekonomi dan masyarakat membuat pemerintah kembali mengubah


undang-undang perpajakan pada tahun 2000. Sebuah Pengadilan Pajak dibentuk
dua tahun kemudian. Perubahan undang-undang perpajakan terus dilakukan,
termasuk juga ukuran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Pemerintah juga mewajibkan untuk menyelenggarakan pembukuan yang tegas
diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 28. Wajib melakukan pencatatan
adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Insentif pajak juga diterapkan mencakup Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Fasilitas
Perpajakan (PPh, PPN, dan PBB), serta intensifikasi perpajakan yang lebih sistematis dan terstandar serta
penegakan hukum. Gebrakan pemberian fasilitas sunset policy dilakukan, yang dimanfaatkan oleh jutaan Wajib
Pajak (WP)
Kebijakan sunset policy berlanjut pada wacana pengampunan pajak atau tax amnesty yang
menuai pro-kontra antara aparat pajak dan kalangan pengusaha. Pada pertengahan 2016, dimunculkan
tax amnesty jilid dua yang ternyata menarik animo masyarakat luas untuk mengikutinya. Adapun
ketentuan – ketentuan undang-undang dibidang perpajakan yang telah terbit, diantaranya beberapa
undang-undang :
1) Undang-Undang RI Nomor 7 Tahun 2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
2) Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang RI
Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
3) Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
4) Undang-Undang RI Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Peubahan Ketiga Atas Undang Undang RI No. 8 Tahun 1983
Tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
5) Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2000 Tentang Perubahan ketiga Atas Undang Undang RI No. 12 Tahun 1985
Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
6) Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai.
7) Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (sudah tidak belaku lagi
karena sudah dicabut berlakunya).
8) Undang-Undang RI No. 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang Undang RI Nomor 18 Tahun 1997
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
9) Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa.
10) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.
2. Jenis Jenis Pajak Yang Berlaku Di Indonesia
Pada dasarnya pajak dibagi menjadi dua, yaitu pajak pusat dan juga pajak daerah.
Berikut jenis pajak di Indonesia:
a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
d. Bea Meterai (BM)
e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
f. Pajak Daerah
3. Disatu sisi Pemerintah juga telah menyediakan
beberapa program tax incentive yang disediakan kepada
masyarakat
Disatu sisi Pemerintah juga telah menyediakan beberapa program tax incentive yang disediakan kepada masyarakat,
seperti :

a. Tax AmnestySecara umum, Tax Amnesty merupakan bagian dari kebijakan pemerintah di bidang perpajakan untuk
memberikan pengampunan atau penghapusan pajak yang seharusnya terutang kepada Wajib Pajak dengan tidak
mengenakan sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana perpajakan bagi Wajib Pajak, dengan syarat atau
ketentuan bahwa Wajib Pajak diwajibkan untuk membuat surat pernyataan tentang pengungkapan harta yang
dimiliki serta membayar tebusan dalam jumlah nominal tertentu sebagai bentuk tanggung jawab yang dilakukan
Wajib Pajak dalam memberikan penerimaan pajak terhadap negara.

Sejarah Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)

1. Pertama Tahun 19642) Sejarah Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)

2. Kedua Tahun 19843) Sejarah Kebijakan Pengampunan Pajak (Sunset Policy) Tahun 20084) Sejarah Kebijakan
Pengampunan Pajak (Tax Amnesty)

3. Ketiga Tahun 2016

Anda mungkin juga menyukai