Anda di halaman 1dari 21

MENGANALISA, MENGEMBANGKAN DAN

MENGEVALUASI FENOMENA PAJAK

DISUSUN OLEH

FITRIYANI LESTARI (12301211102)


ITA DEVINA (123012111027)
MISDAR (123012111008)
ARDIANSAH (….)
PENDAHULUAN
Penerimaan dalam negeri mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis, roda pemerintahan dan
pembangunan tidak dapat bergerak tanpa di dukung oleh
dana, terutama yang berasal dari dalam negeri. Salah satu
sumber pendapatan negara yang berasal dari dalam negeri
adalah penerimaan pajak
Dalam pelaksanaan penerimaan pajak terdapat beberapa
fenomena pajak yang terjadi di Indonesia yaitu adanya
fenomena Tax Amnesty (Pengampunan Pajak), Tax
advoindace (Penghindaran Pajak), Tax Planning
(Perencanaan Pajak).
PEMAHAMAN SUBYEK
Subyek pajak adalah semua manusia yang lahir dengan status
kewarganegaraannya ditetapkan sebagai WNI. Sehingga semua
orang yang berdomisili diindonesia dapat dijadikan subyek pajak
jika mempunyai hubungan ekonomi dengan Indonesia.

Setiap system self assessment yang dianut dalam undang-undang


perpajakan maka setiap wajib pajak yang memenuhi persyaratan
subyektif dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor
Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak kepadanya diberikan
nomor NPWP.
FUNGSI PAJAK
Menurut Mardiasmo (2016) fungsi pajak terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Fungsi anggaran (Budgetair). Pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
Pengumpulan dana tersebut untuk pembangunan dan pembiayaan
negara. Contohnya pengumpulan dana APBN bersumber dari pajak
2. Fungsi Mengatur (Regulerend). Pajak sebagai alat mengatur dan
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.
Contohnya pajak minuman beralkohol dikenakan tarif tinggi.
Berikut jenis pajak menurut sifat
1. Pajak subyektif adalah pajak yang memperhatikan pertama
tama keadaan subyek pajak baru kemudian ditentukan obyek
pajaknya.
Contoh : pph, pbb

2. Pajak obyektif adalah pajak yang pertama-tama melihat


keadaan objek pajak meliputi benda atau keadaan perbuatan dan
peristiwa yang menyebabkan menimbulkan kewajiban
membayar baru kemudian ditentukan subyek pajaknya, tidak
mempersoalkan apakah subyek ini bertempat kedudukan
di Indonesia atau tidak.
contoh : ppn dan ppnBM
Kewajiban pajak subyektif
kewajiban yang melekat pada subyeknya pada umumnya setiap orang yang
bertempat tinggal di Indonesia memenuhi kebutuhan subyektif , sedangkan untuk
orang diluar Indonesia kewajiban subyektif ada jika mempunyai hubungan
ekonomis dengan Indonesia.

Kewajiban pajak obyektif

adalah kewajiban yang melekat pada obyeknya yaitu seseorang


dikenakan kewajiban pajak obyektif jika dia mendapatkan
penghasilan atau mempunyai kekayaan yang memenuhi syarat
undang-undang.
JENIS-JENIS OBYEK PAJAK PENGHASILAN
Obyek pajak penghasilan terdiri dari beberapa jenis yaitu :

a. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan.


Seperti : upah, gaji, premi asuransi Kesehatan yang dibayar pemberi kerja dan imbalan
dalam bentuk lainnya termasuk imbalan dalam bentuk natura yang diberikan oleh non
subjek penghasilan.
b. Hadiah dari undian atau penghargaan.
seperti : hadiah undian tabungan, hadiah pertandingan olahraga dll.
penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan penemuan benda-benda
purbakala.
c. Penghasilan dari usaha/laba usaha.
d. Keuntungan penjualan ataun peralihan harta (capital gain).
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak.
f. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan pengembalian hutang.
g. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun.
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran secara berkala misalnya, alimentasi atau
tunjangan
seumur hidup yang dibayar secara berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu.
k. Keuntungan karena pembebasan hutang.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
m.Selisih lebih karena penilaian Kembali aktiva.
n. Premi asuransi yang diterima
o. Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib
pajak.
p. Tambahan dari kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum kena pajak.
q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah.
r. Imbalan bunga sebagaimana yang dimaksud dalam uu yang mengatur ketentuan umum
perpajakan.
s. Surplus Bank Indonesia.
Fenomena pajak
Tax Amnesty (Pengampunan Pajak)

Tax advoindace (Penghindaran Pajak)

Tax Planning (Perencanaan Pajak)

20XX presentation title 9


1. Tax Amnesty

adalah pengampunan atau pengurangan pajak terhadap kewajiban pajak sebelumnya


yang dimiliki oleh Perusahaan atau Individu yang harus dibayar, dan kemudian
diberikan kebijakan khusus untuk penghapusan sanksi pidana atau sanksi
adminitrasi perpajakan

Objek Pengampunan Pajak adalah harta yang berada di dalam wilayah NKRI yaitu
merupakan harta yang dikenai pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah pusat
yaitu :
1) Pajak Penghasilan;
2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;
3) Bea Meterai; dan
4) Pajak Bumi dan Bangunan di sector perkebunan, perhutanan, dan pertambangan
Subyek Pengampunan Pajak

Wajib Pajak (warga negara Syarat untuk mendapatkan Pengampunan


Indonesia baik yang sudah Pajak meliputi antara lain
memiliki NPWP maupun tidak), 1) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
yang belum melaporkan harta (NPWP)
2) Membayar Uang Tebusan
kekayaan secara terperinci kepada 3) Melunasi seluruh Tunggakan Pajak
Negara baik perorangan,
perusahaan atau sebuah badan
usaha
Sejarah Tax Amnesty di Indonesia
• Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) Pertama Tahun 1964, (Undang-Undang
pada zaman itu, yaitu Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1964)
Tentang Peraturan Pengampunan Pajak. Pemberlakukan Tax Amnesty pada 1964
bertujuan untuk mengembalikan dana revolusi melalui perangkat Keputusan Presiden
Republik Indonesia (Keppres).
• kebijakan mengenai Tax Amnesty kedua diberlakukan pada 1984 dalam era
kepemimpinan Soeharto. Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 26
Tahun 1984 Tentang Pengampunan Pajak. Tax Amnesty pada 1984 ini diharapkan
dapat menjadi titik awal yang bersih mengenai kebijakan perpajakan di Indonesia
karena pada saat itu serangkaian Undang-Undang Perpajakan baru tengah diterapkan.
Namun, penerapan kebijakan pada 1984 juga tergolong gagal dilakukan karena
memang pada saat itu sistem perpajakan belum terbangun.

20XX presentation title 12


Sejarah Tax Amnesty di Indonesia-
Continue
• Kemudian pada 2008, pemerintah menetapkan program kebijakan Sunset Policy yang dapat
dikatakan sebagai program kebijakan paripurna modernisasi bagi perpajakan pada periode
2001-2007 dan menerapkan kebijakan mengenai pengampunan pajak. program kebijakan
Sunset Policy 2008 inilah yang dianggap berhasil dalam penerapannya. Hal ini didasari
pada realisasi penerimaan pajak tahun 2008 yang telah mencapai taget sesuai dengan
ketentuan dalam APBN
• Kemudian pada 2016 kembali diterapkan kebijakan terkait Tax Amnesty dengan
berlandaskan pada PER-11/PJ/2016 Tentang Pengaturan Lebih Lanjut Mengenai
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Namun,
baru-baru ini Joko Widodo selaku Pemerintah Republik Indonesia tengah mengirimkan
surat kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk segera membahas kebijkan mengenai
Tax Amnesty Jilid II. Pembahasan rencana program Tax Amnesty Jilid II ini kabarnya
termasuk ke dalam materi revisi dari Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).

20XX presentation title 13


Penerimaan Negara dari Tax
Amnesty
• Berdasarkan data Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pajak
penghasilan (PPh) yang diterima negara hanya mencapai Rp 10,36 triliun pada tax amnesty jilid II. Angka
itu tersebut berbanding jauh dengan pelaksanaan program Tax Amnesty Jilid I yang mencapai Rp 94,6
triliun dalam 90 hari pertama pelaksanaannya.

• Total harta yang telah dilaporkan sebesar Rp 103,13 triliun. Lagi-lagi jika dibandingkan pada tiga bulan
pertama pelaksanaan Tax Amnesty Jilid II juga lebih rendah yang pada saat itu mencapai Rp 3.279 triliun
pada Tax Amnesty Jilid I.
2. Tax avoidance

merupakan perlawanan aktif yang dilakukan oleh wajib


pajak untuk mengurangi pajak yang mereka bayarkan

adalah harta yang berada di dalam wilayah NKRI yaitu


merupakan harta yang dikenai pajak yang
diadministrasikan oleh pemerintah pusat yaitu :
1) Pajak Penghasilan;
2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah;
3) Bea Meterai; dan
4) Pajak Bumi dan Bangunan di sector perkebunan,
perhutanan, dan pertambangan
3 Karakter penghindaran pajak

1) Unsur artifisial, dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat di dalamnya


padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.
oleh wajib pajak untuk mengurangi pajak yang mereka bayarkan

2) Memanfaatkan loopholes undang- undang untuk menerapkan ketentuan-ketentuan


legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh
pembuat undang-undang.

3) Kerahasiaan juga sebagai bentuk skema ini, dimana umumnya para konsultan
menunjukan alat atau cara untuk melakukan tax avoidance dengan syarat wajib pajak
menjaga kerahasiaan
Fenomena Tax Avoidance di Indonesia
1. Distribusi beban Pajak
• Wajib Pajak membagi objek pajak kepada Wajib Pajak lain yang masih memiliki hak atas kepemilikan objek
tersebut. Misalnya, membagi beban pajak atas kendaraan.  Dikarenakan pajak kendaraan bersifat progresif
yang artinya apabila Wajib Pajak memiliki lebih dari dua kendaraan, maka kendaraan yang satu memiliki
pajak yang lebih tinggi. Untuk mengurangi beban tersebut, banyak Wajib Pajak di Indonesia yang membagi
beban pajak progresif kepada Wajib Pajak lain.
2. Memanfaatkan Pengurangan Pajak
• Pengurangan pajak sejatinya diatur dalam UU Perpajakan. Cara yang satu ini adalah dengan menekan biaya
yang dikenakan pajak guna mengurangi jumlah pajak terutang.
3. Lokasi Kegiatan Operasi atau Perusahaan
• Di Indonesia, lokasi Wajib Pajak berada akan memengaruhi jumlah pajak yang akan dibayarkan. Dalam
beberapa kasus, pemerintah memberikan insentif pajak pada daerah tertentu. Insentif yang diberikan berupa
kompensasi kerugian, penyusutan, hingga pembebasan pajak. Wajib Pajak yang ingin mendapatkan tagihan
pajak lebih rendah akan memilih lokasi yang memiliki potensi insentif.
4. Menggunakan Metode Akuntansi
• Jangan salah, metode pencatatan persediaan berpengaruh pada jumlah pajak tertagih. Misalnya, metode rata-
rata penilaian persediaan akan mempengaruhi harga penjualan pada kondisi tertentu. Salah satunya adalah
ketika inflasi tinggi maka harga penjualan juga akan tinggi. Sehingga penghasilan kena pajak menjadi lebih
rendah.

20XX presentation title 17


3. Tax Planning
proses merekayasa usaha dari transaksi wajib pajak supaya beban pajak berada
dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan.

Tax planning merupakan fungsi manajemen pajak , merencanakan strategi atau


mengatur jumlah pajak yang harus dibayar,memastikan bahwa peraturan telah
memenuhi aturan perpajakan dengan benar, sehingga dapat terhindar dari denda
pajak dikemudian hari .

Setelah melakukan tax planning atau perencanaan pajak langkah selanjutnya adalah
pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak
(tax control).
Istilah yang sangat populer dalam tax planning yaitu:
1) Penghindaran pajak (tax avoidance).
Penghindaran pajak (Tax avoidance) adalah strategi dan teknik penghindaran pajak
yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan
dengan ketentuan perpajakan.

2) Penggelapan pajak (tax evasion).


Penggelapan pajak (Tax evasion) adalah merupakan pengurangan pajak yang
dilakukan dengan melanggar hukum peraturan perpajakan seperti memberi data-
data palsu atau menyembunyikan data.
Urutan tahapan Tax Planning sebagai berikut:
1) Menganalisis informasi yang ada

2) Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan terbesarnya pajak.


3) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak.
4) Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak.

Manfaat dalam penggunaan tax planning adalah:


- Sebagai penghematan kas keluar,
dimana pajak yang merupakan unsur biaya yang merupakan pengurang laba yang
tersedia untuk dibagikan atau diinvestasikan kembali

- Mengatur aliran kas, dimana perencanaan pajak dapat mengestimasi kebutuhan kas
untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat menyusun
anggaran kas secara lebih akurat
Thank you

Anda mungkin juga menyukai