Anda di halaman 1dari 10

NIA VIOLITA/201011250174

1. DASAR HUKUM PAJAK PENGHASILAN

Apa itu PPH 21?


Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan dan pembayaran lainnya, wajib dipotong pajak oleh pemberi imbalan. Pajak
yang dimaksud merupakan Pajak Penghasilan Pasal 21 atau PPh 21. Pengertian PPh 21
tersebut berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015.

Pasal 21 Pajak Penghasilan (Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008)


PPh 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang wajib dilakukan oleh:

a) Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan


pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
oleh pegawai atau bukan pegawai.
Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalah orang pribadi ataupun
badan yang merupakan induk, cabang, perwakilan, atau unit perusahaan yang membayar
atau terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apa
pun kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan.
b) Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. 
Bendahara pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium,
dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. 
c) Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran
lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
Yang termasuk “badan lain”, misalnya, adalah badan penyelenggara jaminan sosial
tenaga kerja yang membayarkan uang pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua, dan
pembayaran lain yang sejenis dengan nama apa pun.
d) Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan
bebas.
Yang termasuk dalam pengertian badan adalah organisasi internasional yang tidak
dikecualikan. Yang termasuk tenaga ahli orang pribadi, misalnya, adalah dokter,
pengacara, dan akuntan, yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas
namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

e) Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan


pelaksanaan suatu kegiatan.
Penyelenggara kegiatan wajib memotong pajak atas pembayaran hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

Peraturan Terkait dengan  PPh 21


Peraturan terkait  dengan PPh Pasal 21 yaitu:

 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana terakhir telah diubah dengan


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU No. 7
tentang Pajak Penghasilan
 Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan
Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan
Orang Pribadi.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat
Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.
 Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman Teknis Tata Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak
Penghasilan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.010/2016 tentang Penetapan Bagian
Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta
Pegawai Tidak Tetap lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Menimbang Pajak
Penghasilan.
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, Serta Pemotongan dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

2. Pengertian Pajak Penghasilan


Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas objek Pajak Penghasilan
sebagaimana diatur pada Undang-Undang Pajak Penghasilan. PPh atau pajak penghasilan
adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan yang dimaksud dapat
berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan yang lainnya.

Sedangkan payung hukum tentang pajak penghasilan ini termaktub dalam UU Pajak
penghasilan no 7 Tahun 1983. Undang-undang tentang pajak ini telah mengalami
perubahan sebanyak empat kali yaitu:

 Perubahan pertama tertuang dalam UU no 7 Tahun 1991.


 Perubahan kedua tertuang dalam UU No 10 Tahun 1994
 Perubahan ketiga tertuang dalam UU Nomor 17 Tahun 2000.
 Perubahan keempat tertuang dalam UU Nomor 36 Tahun 2008 

Sedangkan pengaturan terbaru terkait pajak penghasilan ini tertuang dalam  UU Cipta
Kerja No. 11 Tahun 2020. Selain itu, terdapat UU Harmonisasi yaitu UU HPP atau
Peraturan Perpajakan yang disahkan pada bulan Oktober 2021.

Jenis Pajak Penghasilan atau PPH

Pajak penghasilan atau PPh dibagi dalam beberapa jenis yang perlu diketahui oleh para
wajib pajak:

a) Orang Pribadi (OP)


PPh atau pajak penghasilan adalah yang dikenakan bagi wajib pajak perorangan
atau pribadi seperti karyawan, bukan karyawan, maupun pengusaha. Wajib pajak
yang dimaksudkan bisa tinggal di Indonesia maupun luar negeri.

b) Perusahaan atau Badan


Pph atau pajak penghasilan adalah yang dikenakan pada wajib pajak berupa
perusahaan atau badan. Badan merupakan subjek pajak yang bisa berupa PT
(Perseroan Terbatas), CV (perseroan komanditer, firma, koperasi (kongsi), dan
lain-lain. 

c) Warisan yang Belum Terbagi


Subyek pajak PPh bertujuan agar pajak penghasilan dari warisan yang belum
terbagi supaya tetap dilakukan. Warisan ini sebagai pengganti kewajiban para ahli

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

warisnya. Namun, apabila warisan telah terbagi, kewajiban para ahli waris untuk
membayar pajak.

d) Badan Usaha Tetap atau BUT


Subyek pajak penghasilan adalah disamakan dengan subyek pajak badan dalam
negeri. BUT adalah bentuk usaha yang dipakai oleh subjek pajak di luar negeri
yang berkegiatan di indonesia baik perorangan ataupun berupa badan.

3. Ruang Lingkup Perpajakan 1

Pengertian, Fungsi, dan Sistem Pemungutan Pajak


Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang dengan tiada mendapat jasa timbal yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dalam kaitannya dengan pembangunan dan kesejahteraan, pajak memiliki fungsi:

1) Fungsi Budgetair Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran negara baik rutin maupun pembangunan.

2) Fungsi Regulerend Fungsi mengatur ini berarti bahwa pajak sebagai alat bagi
pemerintah untuk mencapai suatu tujuan tertentu baik dalam bidang ekonomi, moneter,
sosial, kultural maupun dalam bidang politik.

Mengenai tata cara pemungutan perpajakan, terdiri dari stelsel pajak, asas pemungutan
pajak, dan sistem pemungutan pajak:

1) Stelsel pajak Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel, yaitu:


 Stelsel Nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata)
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui
 Stelsel Anggapan
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
Undang-Undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama
dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak sudah
ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan.
 Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan


yang sebenarnya.
2) Asas pemungutan pajak
Asas pemungutan pajak terdiri dari:

 Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari
dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam
negeri.
 Asas Sumber Negara
berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
 Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
3) Sistem pemungutan pajak
a. Official Assesment System Official
assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
b. Self Assesment System
Self assesment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri
besarnya pajak terutang
c. Withholding System
Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus bukan
wajib pajak yang bersangkutan) untuk memotong atau memungut
pajak yang terutang oleh wajib pajak.

4. Subjek dan Bukan Subjek PPh


Siapa Saja Subjek Pajak Penghasilan
Subjek dari pengenaan PPh adalah orang atau pihak yang bertanggung jawab atas pajak
penghasilan yang diterima. Subjek pajak penghasilan atau PPh berarti orang yang harus
membayarkan PPh (Pajak Penghasilan). Dimana orang tersebut telah terdaftar sebagai
wajib pajak atau WP dan telah memiliki NPWP yaitu Nomor Pokok Wajib Pajak.
Konsultan pajak Serpong adalah solusi untuk segala urusan pajak anda. Merujuk pada
Undang-Undang perpajakan, subjek pajak penghasilan atau PPh terbagi menjadi:

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

 Subjek PPh Orang Pribadi


Ini merupakan subjek pajak penghasilan (PPh) yang mencakup perorangan atau orang
pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun di luar Indonesia.

 Subjek PPh Badan


Ini adalah subjek pajak penghasilan (PPh) yang merupakan badan atau orang sebagai satu
kesatuan. Baik itu yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha. Badan
yang dimaksud bisa berupa perseroan terbatas, perseroan komanditer, dan perseroan
lainnya. Serta firma, kongsi, koperasi, dan lain sebagainya. Ini bisa berupa badan yang
didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. Ataupun yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, namun  menjalankan usaha melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia.

 Subjek PPh Badan Usaha Tetap (BUT)


Ini adalah subjek pajak penghasilan (PPh) yang sama dengan subjek pajak badan dalam
negeri. BUT ini merupakan bentuk usaha yang dipergunakan oleh subjek pajak luar
negeri, baik itu orang pribadi maupun badan.

Apabila anda yang berada di Serpong memiliki permasalahan pajak, dan membutuhkan
bantuan dari konsultan pajak Serpong, anda dapat menghubungi kami di halaman
ini untuk melakukan konsultasi pajak secara online. Agar pembayaran pajak bisnis anda
optimal dan tidak mahal.

Yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:


 1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
 badan;
adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha
milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
 bentuk usaha tetap.
adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat


berupa:
a. tempat kedudukan manajemen;
b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
d. gedung kantor;
e. dll;

Bukan Subjek Pajak


Yang dimaksud bukan subjek pajak adalah: (Pasal 3 UU Nomor 36 Tahun 2008):

1. kantor perwakilan negara asing;


2. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing dan orang-orang    yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja
pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar
jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan
timbal balik;
3. organisasi-organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi anggota
organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota;
4. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan warga
negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

5. Objek dan Bukan Objek PPh


Secara garis besar, objek pajak penghasilan di sini dikelompokkan menjadi tiga kategori,
yang akan mengarah pada jenis-jenis PPh yang menjadi kewajiban wajib pajak, yakni:
a. Penghasilan sebagai Objek Pajak
Objek PPh dalam UU PPh dirincikan sebagai berikut:
1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang industri, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta 
b. Penghasilan yang Dikenakan PPh Final
Sedangkan penghasilan yang dapat dikenakan pajak penghasilan bersifat final
adalah:

 Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan
oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

 Penghasilan berupa hadiah undian

 Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi


industri yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham
atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang
diterima oleh perusahaan modal ventura

 Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau


bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan

 Penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan


Peraturan Pemerintah.

Penghasilan Yang Tidak Termasuk Objek Pajak


Mengacu pada Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dalam pasal
4 ayat 1 jika yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diperoleh atau diterima wajib pajak (baik wajib pajak berasal
dari Indonesia maupun luar Indonesia) yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
kekayaan si wajib pajak.

Namun, dalam ayat 3 disebutkan ada beberapa pengecualian yang dinyatakan sebagai
bukan objek pajak penghasilan, di antaranya:

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk di dalamnya zakat. Selain itu, ada juga harta hibahan
dari keluarga sedarah, lembaga keagamaan, lembaga pendidikan, lembaga sosial, dan
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil.

Beberapa yang disebutkan di atas termasuk bukan objek pajak sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak
yang bersangkutan.

2. Harta warisan juga tidak termasuk objek pajak penghasilan, namun Anda perlu
melaporkannya di dalam SPT Tahunan sebelum harta warisan tersebut dibagikan.

3. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh subjek pajak badan sebagai pengganti
saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak, wajib pajak yang dikenakan pajak secara
final atau wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU Pajak Penghasilan.

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

Imbalan dalam bentuk natura di atas bukan dalam bentuk uang dan bisa berbentuk barang.
Sedangkan untuk kenikmatan, penjelasannya lebih mengacu kepada hal-hal yang
digunakan seperti fasilitas mobil, pengobatan, rumah, dan lain sebagainya.

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib
pajak dalam negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

Dividen harus memiliki persyaratan, di antaranya berasal dari cadangan laba yang ditahan
dan bagi perseroan terbatas, BUMN, dan BUMD, kepemilikan sahamnya paling rendah
25% dari jumlah modal yang disetor.

7. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun. Ini bisa dianggap sebagai bukan objek
pajak penghasilan jika pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar
oleh pemberi kerja maupun pegawai.

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1
NIA VIOLITA/201011250174

PERPAJAKAN PERTEMUAN 1

Anda mungkin juga menyukai