Anda di halaman 1dari 64

LPA mitrabijak Surakarta

Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

BAGIAN PERTAMA
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

A. Pendahuluan
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang
diundangkan di Jakarta tanggal 23 September 2008 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009.

Isi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan
Pasal 21
Pasal 21
(1) Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai;
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain
dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
suatu kegiatan.
(2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor perwakilan negara asing dan
organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
(3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah
jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang
besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan
Tidak Kena Pajak.
(4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong
pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak
dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Meneteri Keuangan.
(5) Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1a), kecuali ditetapkan lain dengan
Peraturan Pemerintah.
(5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh
persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________1


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Ayat (1)
Ketentuan ini mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Pihak yang wajib
melakukan pemotongan pajak adalah pemberi kerja, bendahara pemerintah, dana pensiun,
badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
Huruf a
Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalah orang pribadi ataupun
badan yang merupakan induk, cabang, perwakilan, atau unit perusahaan yang membayar
atau terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apa
pun kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan. Dalam pengertian pemberi kerja termasuk
juga organisasi internasional yang tidak dikecualikan dari kewajiban memotong pajak. yang
dimaksud dengan “pembayaran lain” adalah pembayaran dengan nama apa pun selain
gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain, seperti bonus, gratifkasi, dan
tantiem. Yang dimaksud dengan “bukan pegawai” adalah orang pribadi yang menerima
atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerja sehubungan dengan ikatan kerja tidak
tetap, misalnya artis yang menerima atau memperoleh honorarium dari pemberi kerja.
Huruf b
Bendahara pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Yang termasuk juga
dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan
fungsi yang sama.
Huruf c
Yang termasuk badan lain, misalnya, adalah badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang membayarkan uang pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua, dan
pembayaran lain yang sejenis dengan nama apa pun. Yang termasuk dalam pengertian
uang pensiun atau pembayaran lain adalah tunjangan-tunjangan baik yang dibayarkan
secara berkala ataupun tidak yang dibayarkan kepada penerima pensiun, penerima
tunjangan hari tua, dan penerima tabungan hari tua.
Huruf d
Yang termasuk dalam pengertian badan adalah organisasi internasional yang tidak
dikecualikan berdasarkan ayat (2). Yang termasuk tenaga ahli orang pribadi, misalnya,
adalah dokter, pengacara, dan akuntan, yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak
untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
Huruf e
Penyelenggara kegiatan wajib memotong pajak atas pembayaran hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan. Dalam pengertian penyelenggara
kegiatan termasuk antara lain badan, badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________2


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan


kegiatan. Kegiatan yang diselenggarakan, misalnya kegiatan olahraga, keagamaan, dan
kesenian.
Ayat (3)
Bagi pegawai tetap besarnya penghasilan yang dipotong pajak adalah penghasilan bruto
dikurangi dengan biaya jabatan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Dalam
pengertian iuran pensiun termasuk juga iuran tunjangan hari tua atau tabungan hari tua
yang dibayar oleh pegawai. Bagi pensiunan besarnya penghasilan yang dipotong pajak
adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun dan Penghasilan Tidak
Kena Pajak. Dalam pengertian pensiunan termasuk juga penerima tunjangan hari tua atau
tabungan hari tua.
Ayat (4)
Besarnya penghasilan yang dipotong pajak bagi pegawai harian, mingguan, serta pegawai
tidak tetap lainnya adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan bagian penghasilan
yang tidak dikenai pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Tidak Kena
Pajak yang berlaku.
Ayat (5a)
Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dapat dibuktikan oleh Wajib Pajak, antara
lain, dengan cara menunjukkan kartu NPWP.
Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri yang selanjutnya disebut PPh Pasal
21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri.
Pembayaran PPh ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak-pihak
tertentu. Pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh pasal
21 adalah pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan,
dan penyelenggara kegiatan.
Jumlah pajak yang telah dipotong dan disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan
pemotong lainnya dapat digunakan oleh Wajib Pajak untuk dijadikan kredit pajak atas PPh
yang terutang pada akhir tahun.
B. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21
Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah orang
pribadi yang merupakan:
a. Pegawai
b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.
c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________3


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain musik
drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
3) Olahragawan
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatu keputusan.
7) Agen iklan
8) Pengawas atau pengelola proyek
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganana atau yang menjadi perantara
10) Petugas penjaja barang dagangan
11) Petugas dinas luar asuransi
12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis
lainnya.
d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya.
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, dan kunjungan kerja.
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.
d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang
e. Peserta kegiatan lainnya.
Yang tidak termasuk subjek pajak PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut,
serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1c) Undang-undang Pajak Penghasilan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh Pasal 21)
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________4


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

c. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan


sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis.
d. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang dibayarkan secara bulanan.
e. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan.
f. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang
rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun dan
imbalan sejenis dengan nama apapun.
g. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan oleh:
1) Bukan Wajib Pajak
2) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final, atau
3) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma penghitungan
khusus (deemed profit)
Penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa
penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya didasarkan pada harga pasar
atas barang yang diberikan atau nilai wajar atas pemberian kenikmatan yang diberikan.
Dalam hal penghasilan tersebut diterima atau diperoleh dalam mata uang asing,
penghitungan PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 didasarkan pada nilai tukar (kurs) yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran penghasilan tersebut
atau pada saat dibebankan sebagai biaya.
Dikecualikan dari Pemotongan PPh Pasal 21 (Bukan Objek PPh Pasal 21)
Yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
b. Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali penghasilan yang diatur dalam poin
“Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21”.
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan
penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja
yang dibayar oleh pemberi kerja.
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amal zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang
berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.
e. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
246/PMK.03/2008 sebagai berikut:

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________5


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Beasiswa yang dikecualikan dari pengenaan PPh Pasal 21 adalah penghasilan berupa
beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi
beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam negeri pada tingkat pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dikecualikan dari objek Pajak
Penghasilan.
Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai hubungan
istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi, atau pengurus Wajib Pajak pemberi beasiswa.
Komponen beasiswa tersebut terdiri atas biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah
(tuition fee), biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil,
biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi
tempat belajar.
Latihan Soal-soal
a. Apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 ?
b. Siapa sajakah penerima penghasilan yang dipotong pajak pasal 21? Sebutkan !
c. Sebutkan pihak-pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh
pasal 21 !
d. Sebut dan jelaskan secara singkat tentang penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 !
e. Bagaimana ketentuan beasiswa yang dipotong PPh Pasal 21?
C. Pemotongan PPh Pasal 21 dan tarif PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU
No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17
Tahun 2000 dan terakhir UU No.36 Tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk
pemotong PPh Pasal 21 dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/KMK.03/2008
adalah:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun
cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas
kepada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain
yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
1) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak
dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________6


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya.
2) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan statu Subjek Pajak Luar Negeri.
3) Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
4) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan
dengan suatu kegiatan.
Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemotongan pajak adalah:
a. Kantor perwakilan negara asing
b. Organisasi-organisasi internasional
c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatanusaha atau pekerjaan
bebas.
d. Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan tersebut, organisasi
internasional dimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan
pemotongan pajak
D. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak
Hak Pemotong Pajak
Hak-hak pemotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Pemotong pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh pasal 21 yang terjadi
karena jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam 1 tahun takwim lebih kecil daripada
jumlah PPh Pasal 21 yang telah disetor. Jumah kelebihan tersebut akan diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu dilakukan
penghitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan, diperhitungkan untuk bulan-
bulan lainnya pada tahun berikutnya.
b. Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21. Permohonan diajukan secara
tertulis selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak disertai surat
pernyataan mengenai penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti
pelunasan kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti pelunasan
kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwim yang
bersangkutan.
c. Pemotong pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak dan
permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________7


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Kewajiban pemotong pajak


Kewajiban pemotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Penyuluhan Pajak setempat.
b. Pemotong pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka
pemenuhan kewajiban perpajakannya pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
Penyuluhan Pajak setempat.
c. Pemotong pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 yang
terutang untuk setiap akhir bulan tkwim. Penyetoran pajak dilakukan dnegan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik
Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau bank-bank lain yang ditunjuk
oleh Direktur Jenderal Anggaran, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan takwim
berikutnya.
d. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 tersebut sekalipun nihil
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Penyuluhan Pajak setempat selambat-lambatnya pada tanggal 20 tahun takwim
berikutnya.
e. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun
tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada orang pribadi bukan sebagai
pegawai tetap, penerima uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima
uang pesangon, dan penerima dana pensiun.
f. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 kepada pegawai
tetap, termasuk penerima pensiun bulanan dengan menggunakan formulir yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam waktu 2 bulan setelah tahun pajak
berakhir. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun takwim,
maka Bukti Pemotongan tersebut diberikan oleh pemberi kerja yang bersangkutan
selambat-lambatnya satu bulan setelah pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau
pensiun.
E. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Hak Wajib Pajak
Hak-hak wajib pajak adalah:
a. Wajib Pajak berhak meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada Pemotong Pajak.
Jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong dapat dikreditkan dari PPh untuk tahun pajak
yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.
b. Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak, jika
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong Pajak tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pengajuan surat keberatan ini dilakukan dalam Bahasa Indonesia dengan
mengemukakan umlah pajak yang dipotong menurut penghitungan Wajib Pajak dengan
disertai alasan-alasan yang jelas. Pengajuan surat keberatan ini dilakukan dalam jangka
waktu 3 bulan setelah tanggal pemotongan, kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapt dipenuhi karena keadaan di luar
kekuasaan.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________8


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

c. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan alasan yang jelas kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak. Permohonan banding ini diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan
alasan yang jelas, dan dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan diterima
dilampiri salinan surat keputusan tersebut. Apabila badan peradilan pajak belum
terbentuk, maka permohonan banding dapat diajukan kepada Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak bukan merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara.
Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban Wajib Pajak adalah:
1. Wajib Pajak (penerima penghasilan) wajib menyerahkan surat pernyataan kepada
Pemotong Pajak, yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada suatu tahun
takwim untuk mendapatkan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Penyerahan tersebut dilakuan pada saat mulai bekerja, atau pada permulaan menjadi
Subjek Pajak dalam negeri atau mulai pensiun atau dalam hal terjadi perubahan
tanggungan keluarga meurut keadaan pada permulaan tahun takwim. Wajib Pajak
berkewajiban untuk menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada:
a. Pemotong Pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan dipindahtugaskan
b. Pemotong Pajak tempat kerja yang baru dalam hal yang bersangkutan pindah kerja
c. Pemotong Pajak dana pensiun dalam hal yang bersangkutan mulai menerima
pensiun dalam tahun berjalan
2. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
jika Wajib Pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja..

Latihan Soal Essay


a. Apa yang dimaksud dengan Pemotong PPh Pasal 21?
b. Sebutkan pihak-pihak yang tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban
untuk melakukan pemotongan pajak !
c. Sebut dan jelaskan secara singkat hak dan kewajiban pemotong pajak !
d. Sebut dan jelaskan secara singkat hak dan kewajiban Wajib Pajak !
e. Kapan dan bilamana Wajib Pajak berhak mengajukan surat keberatan kepada Direktur
Jenderal Pajak ?

F. Tata Cara Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Untuk Pegawai Tetap


Penghitungan pemotongan PPh yang diterapkan pada pegawai tetap dan penerima pensiun
berkala dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. Perhitungan masa atau bulanan yang menjadi dasar pemotongan PPh Pasal 21 yang
terutang untuk setiap masa pajak, yang dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21 selain
masa pajak Desember atau masa pajak di mana pegawai tetap berhenti bekerja.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________9


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

b. Perhitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721-A1 atau 1721-A2 dan
pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk masa pajak Desember atau masa pajak
di mana pegawai tetap berhenti bekerja:
1) Bulan di mana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun
2) Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun kalender dan
bagi penerima pensiun yang menerima uang pensiun sampai akhir tahun kalender.
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas penghasilan yang bersifat tetap secara
umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
• Penghasilan bruto
1. Gaji sebulan xxx
2. Tunjangan PPh xxx
3. Tunjangan dan honorarium lainnya xxx
4. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja xxx
5. Penerimaan dalam bentuk natura yang dikenakan xxx
pemotongan PPh pasal 21
6. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1-5) xxx
• Pengurangan
7. Biaya jabatan (5% x penghasilan bruto, xxx
maksimal Rp 500.000,00 sebulan)
8. Iuran pensiun atau iuran THT/JHT xxx
(yang dibayarkan oleh penerima penghasilan)
9. Jumlah pengurangan (7+8) xxx
• Penghitungan PPh Pasal 21
10. Penghasilan neto sebulan (6-9) xxx
11. Penghasilan neto sebulan/disetahunkan (10 x 12 bulan) xxx
12. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) xxx
13. Penghasilan Kena Pajak setahun (11-12) xxx
14. PPh Pasal 21 yang terutang (13 x tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a) xxx
15. PPh Pasal 21 yang dipotong sebulan (14+12 bulan) xxx

Besarnya PTKP per tahun adalah:


• Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib
Pajak Orang Pribadi.
• Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang
kawin.
• Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
PTKP per bulan adalah PTKP setahun dibagi 12, yaitu sebesar:
• Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak Orang
Pribadi.
• Rp 110.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.
• Rp 110.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Kemudian pada tanggal 30 Mei 2012 dan 15 oktober 2012 disepakati penyesuaian besarnya
PTKP yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2013 dengan besarnya PTKP sebagai
berikut:

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________10


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Besarnya PTKP
Keterangan
per tahun (Rp)
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi 24.300.000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin 2.025.000
Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung 24.300.000
dengan penghasilan suami
Tambahan untuk setiap tanggungan (maksimal 3 orang) 2.025.000

• Penyesuaian besarnya PTKP sebagaimana tersebut di atas telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Penetapan besarnya PTKP tersebut
telah disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta harga kebutuhan pokok
yang semakin meningkat.
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
• Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.
• Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP utnuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah
setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima
atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP
untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender. Dikecualikan
dari ketentuan di atas, besarnya PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia
dalam bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun
kalender yang bersangkutan.
Catatan:
Tanggungan yang diperbolehkan adalah maximum 3 (tiga) orang untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya. Yang dimaksud dengan keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus dapat digambarkan sebagai berikut.

Nikah Nikah
L P L P

(xxx)
Nikah

Garis Anak Anak


Keturunan
Lurus

Anak (xxx): Mertua = Keluarga Semenda

Definisi dari setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus,
termasuk anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya dalam PTKP, dapat dilihat pada
Tabel berikut:
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________11
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

No. Uraian Keterangan


1. Keluarga sedarah dalam Ayah, ibu, anak kandung
garus keturunan lurus
2. Keluarga semenda dalam Ayah mertua, ibu mertua, dan adik ipar
garis keturunan lurus
3. Anak angkat  Seseorang yang belum dewasa;
 Tidak tergolong keluarga sedarah atau semenda garis
lurus dari wajib pajak; dan
 Menjadi tanggungan sepenuhnya dari wajib pajak
4. Menjadi tanggungan Berdasarkan keadaan yang dapat terlihat dari keadaan nyata,
sepenuhnya yaitu:
 Tinggal bersama-sama dengan wajib pajak.
 Nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan
sendiri; serta
 Tidak pula dibantu oleh anggota keluarga lain atau oleh
orang tuanya sendiri.
5. Suami tidak Perlu surat keterangan tertulis dari pemerintah daerah
menerima/memperoleh setempat (serendah-rendahnya kecamatan)
penghasilan

Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada Awal Tahun Pajak atau awal bagian Tahun Pajak
sesuai UU PPh Pasal 7 Ayat (2).
Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (sesuai UU RI No: 36/2008 pasal 17 ayat 1 huruf a
yang berlaku mulai 1 Januari 2009):
s/d Rp 50.000.000 = 5%
di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 = 15%
di atas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 = 25%
di atas Rp 500.000.000 = 30%
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi WP yang memiliki NPWP adalah:
5% x Rp50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp25.000.000 = Rp 3.750.000
Jumlah = Rp 6.250.000

Tarif pemotongan PPh pasal 21 bagi wajib pajak yang tidak mempunyai NPWP adalah 20% lebih
besar daripada wajib pajak yang mempunyai NPWP.
Contoh:
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika WP tidak memiliki NPWP adalah:
5% x 120% x Rp50.000.000 = Rp 3.000.000
15% x 120% x Rp25.000.000 = Rp 4.500.000
Jumlah = Rp 7.500.000
Penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas seperti pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris, dikenakan tarif sebesar 15% dari

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________12


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

perkiraan penghasilan neto. Perkiraan penghasilan neto untuk tenaga ahli adalah 40% dari
penghasilan bruto.
PPh 21 = 15% x 40% x Penghasilan bruto, atau dengan tarif efektif
PPh 21 = 6% x Penghasilan bruto
Faktor dalam penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
No. Komponen Jumlah Penjelasan
1. PTKP (penghasilan tidak kena
pajak)
 Diri wajib pajak Rp 15.840.000,00
 Tambahan untuk wajib pajak Rp 1.320.000,00
kawin Rp 15.840.000,00
 Tambahan untuk seorang
istri yang pengahasilannya Rp 1.320.000,00
digabung dengan suami,
 Tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah Sesuai PMK No. 254/PMK.03/
dan keluarga semenda garis Rp 150.000,00 2008, dengan syarat
keturunan lurus, termasuk penghasilan bruto sebulan
anak angkat yang menjadi tidak melebihi Rp
tanggungan sepenuhnya 1.320.000,00 atau
 Pegawai harian, migguan penghasilannya dibayar
serta pegawai tidak tetap secara bulanan.
2. Biaya jabatan Sebesar 5% dari Sesuai PMK No. 250/PMK.03/
penghasilan bruto, 2008
setinggi-tingginya
Rp6.000.000,00
setahun atau Rp
500.000,00 sebulan
3. Biaya pensiun Sebesar 5% dari Sesuai PMK No. 250/PMK.03/
penghasilan bruto, 2008
setinggi-tingginya
Rp2.400.000,00
setahun atau Rp
200.000,00 sebulan

Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan 1


Tommy bekerja pada Universitas Nusantara dengan memperoleh gaji sebulan berupa gaji pokok
Rp 3.500.000,00, tunjangan struktural Rp 4.000.000,00, tunjangan profesi Rp 3.500.000,00.
Tommy membayar iuran pensiun sebesar Rp 100.000,00. Tommy menikah tapi belum mempunyai
anak.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji pokok sebulan Rp 3.500.000,00
Tunjangan struktural sebulan Rp 4.000.000,00
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________13
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Tunjangan profesi sebulan Rp 3.500.000,00


Total penghasilan bruto sebulan Rp 11.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 11.000.000,00)
= Rp 550.000,00 maks diperbolehkan Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 100.000,00
Rp 600.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 10.400.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 10.400.000,00 Rp 124.800.000,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 107.640.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 57.640.000,00 Rp 8.646.000,00
Rp 11.146.000,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 11.146.000,00 : 12 Rp 928.833,00

Catatan:
a. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal
pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus
dipotong adalah sebesar: 120% x Rp 928.833,00 = Rp1.114.599,00.
c. Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 sudah memiliki NPWP kecuali disebut lain dalam contoh tersebut.

Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan 2


Joko Susilo adalah pegawai pada perusahaan PT Schlumberger Indonesia, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp 2.000.000,00. PT Schlumberger Indonesia mengikuti program
Jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Schlumberger Indonesia
menanggung iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT
Schlumberger Indonesia juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Schlumberger
Indonesia membayar iuran pensiun untuk Joko Susilo ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 100.000,00 sedangkan Joko Susilo
membayar iuran pensiun sebesar Rp 50.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji pokok sebulan Rp 2.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 10.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 6.000,00
Total penghasilan bruto sebulan Rp 2.016.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 2.016.000,00)
= Rp 550.000,00 maks diperbolehkan Rp 100.800,00
2. Iuran Pensiun Rp 50.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 40.000,00
Rp 190.800,00
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________14
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Penghasilan neto sebulan Rp 1.825.200,00


Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 1.825.200,00 Rp 21.902.400,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.742.400,00
Pembulatan Rp 4.742.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp 4.742.000,00 Rp 237.100,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 237.100,00 : 12 Rp 19.758,00

Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Tarif Bulanan (wanita, suami tidak berpenghasilan)
Ernaningrum adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada PT ABC
Sardines dengan gaji sebulan Rp 2.500.000,00. Ernaningrum membayar iuran pensiun ke dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 50.000,00 sebulan.
Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Ernaningrum berdomisili yang diserahkan
kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apa pun.

Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:


Gaji pokok sebulan Rp 2.500.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 2.500.000,00) Rp 125.800,00
2. Iuran Pensiun Rp 50.000,00
Rp 175.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 2.325.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 2.325.000,00 Rp 27.900.000,00
PTKP setahun
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 10.740.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp 10.740.000,00 Rp 537.000,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 537.000,00 : 12 Rp 44.750,00

Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan (wanita, suami berpenghasilan)
Susanti, seorang karyawati dengan status menikah tetapi belum mempunyai anak bekerja pada
PT Medicine Farmasindo. Susanti menerima gaji Rp 3.000.000,00 sebulan. PT Medicine
Farmasindo mengikuti program pensiun dan Jamsostek. Perusahaan membayar iuran pensiun
kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebesar Rp
40.000,00 sebulan. Susanti juga membayar iuran pensiun sebesar Rp 30.000,00 sebulan,
disamping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Susanti membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 2% dari gaji. Berdasarkan surat keterangan Pemda tempat Susanti bertempat tinggal
diketahui bahwa suami Susanti tidak mempunyai penghasilan apa pun. Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________15


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:


Gaji pokok sebulan Rp 3.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 30.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 9.000,00
Total penghasilan bruto sebulan Rp 3.039.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 3.039.000,00) Rp 151.950,00
2. Iuran Pensiun Rp 30.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 60.000,00
Rp 241.950,00
Penghasilan neto sebulan Rp 2.797.050,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 2.797.050,00 Rp 33.564.600,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 16.404.600,00
Pembulatan Rp 16.404.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp 16.404.000,00 Rp 820.200,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 820.200,00 : 12 Rp 68.350,00
Catatan:
Apabila suami Susanti bekerja, besarnya PTKP PT Medicine Farmasindo adalah PTKP untuk diri
sendiri sebesar Rp 15.840.000,00.

Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Gaji Mingguan


Gibran, status menikah dengan satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada Perusahaan PT
Pama Persada menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp 600.000,00.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji pokok sebulan: 4 x Rp 600.000,00 Rp 2.400.000,00
Pengurangan:
Biaya jabatan (5% x Rp 2.400.000,00) Rp 120.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 2.280.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 2.280.000,00 Rp 27.360.000,00
PTKP setahun
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
- Tambahan untuk 1 anak Rp 1.320.000,00
Rp 18.480.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 8.880.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp 8.880.000,00 Rp 444.000,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 444.000,00 : 12 Rp 37.000,00
PPh Pasal 21 atas gaji/upah mingguan
Rp 37.000,00 : 4 Rp 9.250,00

Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Gaji Mingguan


Tri Wibowo pegawai pada perusahaan PT Garuda Metalindo dengan memperoleh gaji mingguan
sebesar Rp 500.000,00. Tri kawin dan mempunyai seorang anak. PT Garuda Metalindo masuk
program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh
pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji. PT

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________16


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Garuda Metalindo membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji dan Tri
membayar iuran pensiun Rp 10.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji pokok sebulan(4 x Rp 500.000,00) Rp 2.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 20.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 6.000,00
Total penghasilan bruto sebulan Rp 2.026.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 2.026.000,00) Rp 101.300,00
2. Iuran Pensiun Rp 10.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 40.000,00
Rp 151.300,00
Penghasilan neto sebulan Rp 1.874.700,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 1.874.700,00 Rp 22.496.400,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
- Tambahan 1 anak Rp 1.320.000,00
Rp 18.480.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.016.400,00
Pembulatan Rp 4.016.000,00
PPh Pasal 21 setahun:
5% x Rp 4.016.000,00 Rp 200.800,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 200.800,00 : 12 Rp 16.733,00
PPh Pasal 21 mingguan
Rp 16.733,00 : 4 Rp 4.183,00

Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Gaji Harian


Imam Cahyono pegawai tetap pada perusahaan PT Inti Sejahtera dengan memperoleh gaji yang
dibayar harian sebesar Rp 80.000,00. Imam kawin dan mempunyai seorang anak. PT Inti
Sejahtera masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan
Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00%
dan 0,30% dari gaji. PT Inti Sejahtera membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji dan Imam membayar iuran pensiun Rp 15.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar
2,00% dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji pokok sebulan(26 x Rp 80.000,00) Rp 2.080.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 20.800,00
Premi Jaminan Kematian Rp 6.240,00
Total penghasilan bruto sebulan Rp 2.107.040,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 2.107.040,00) Rp 105.352,00
2. Iuran Pensiun Rp 15.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 41.600,00
Rp 161.952,00
Penghasilan neto sebulan Rp 1.945.088,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 1.945.088,00 Rp 23.341.056,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
- Tambahan 1 anak Rp 1.320.000,00
Rp 18.480.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.861.056,00
Pembulatan Rp 4.861.000,00
PPh Pasal 21 setahun:
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________17
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

5% x Rp 4.861.000,00 Rp 243.050,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 243.050,00 : 12 Rp 20.254,00
PPh Pasal 21 mingguan
Rp 20.254,00 : 26 Rp 779,00
Contoh Perhitungan Pegawai Tetap Menerima Uang Rapel
Tommy sebagaimana tersebut sebagai contoh nomor 1 di atas pada bulan Juni 2011 menerima
kenaikan gaji pokok menjadi Rp 4.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2011.
Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Tommy menerima rapel sejumlah
Rp 5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d Mei 2011). Untuk menghitung PPh
Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa
Januari s.d Mei 2011 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang rapel adalah:
Gaji pokok sebulan Rp 4.500.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 4.000.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 3.500.000,00
Total penghasilan bruto sebulan Rp 12.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 12.000.000,00)
= Rp 600.000,00, maks diperbolehkan Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 100.000,00
Rp 600.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 11.400.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 11.400.000,00 Rp 136.800.000,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 119.640.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 69.640.000,00 Rp 10.446.000,00
Rp 12.946.000,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 12.946.000,00 : 12 Rp 1.078.833,00
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2011 seharusnya adalah:
5 x Rp 1.078.833,00 Rp 5.394.166,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2011
5 x Rp 928.833,00 Rp 4.644.166,00
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 750.000,00

Latihan Soal Essay


1) Sebut dan jelaskan 2 kelompok penghitungan pemotongan PPh yang diterapkan pada
pegawai tetap dan penerima pensiun berkala !
2) Tuliskan rumus penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas penghasilan yang
bersifat tetap !
3) Heru Pamungkas pegawai tetap pada perusahaan PT Sritex dengan memperoleh gaji yang
dibayar harian sebesar Rp 100.000,00. Heru kawin dan mempunyai seorang anak. PT Sritex
masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian
dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan
0,30% dari gaji. PT Sritex membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________18


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

gaji dan Heru membayar iuran pensiun Rp 10.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00%
dari gaji. Berapakah PPh Pasal 21 yang dipotong?
4) Kasino, status menikah dan mempunyai satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada
Perusahaan PT Kelapa Sawit Sejahtera menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp
800.000,00. Berapakah PPh Pasal 21 yang dipotong?
5) Alif Baharuddin adalah pegawai pada perusahaan PT Semesta Eltrindo, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp 3.000.000,00. PT Semesta Eltrindo mengikuti program
Jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Semesta Eltrindo
menanggung iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT
Semesta Eltrindo juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Semesta Eltrindo
membayar iuran pensiun untuk Alif Baharuddin ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 80.000,00 sedangkan Alif
Baharuddin membayar iuran pensiun sebesar Rp 60.000,00. Hitunglah PPh Pasal 21 yang
dipotong !

G. Tata Cara Penghitungan Pemotongan Pph Pasal 21 Bukan Pegawai


1. Hitungan pertama, diterapkan bagi bukan pegawai yang memperoleh imbalan
berkesinambungan yang tidak memiliki NPWP atau memperoleh penghasilan lainnya selain
dari hubungan kerja dengan pemotong PPh Pasal 21 serta memperoleh penghasilan lainnya.
PPh Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 12 ayat (1) UU PPh atau jumlah
kumulatif 50% dari jumlah penghasilan bruto dalam tahun kalender yang bersangkutan.

PPh Pasal 21 sebulan = tarif Pasal 17 x 50% x Jumlah Kumulatif Penghasilan Bruto

2. Hitungan kedua, diterapkan bagi bukan pegawai yang memperoleh imbalan


berkesinambungan yang memiliki NPWP dan hanya memperoleh penghasilan dan hubungan
kerja dengan pemotong PPh Pasal 21 serta tidak memperoleh penghasilan lainnya. PPh
Pasal 21 dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah
kumulatif Penghasilan Kena Pajak dalam tahun kalender yang bbersangkutan. Besarnya
Penghasilan Kena Pajak adalah 50% dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.
PPh Pasal 21 sebulan = tarif Pasal 17 x Jumlah Kumulatif PKP
Jumlah kumulatif PKP = 50% X (Penghasilan Bruto – PTKP sebulan)

Contoh 1 :
Dr. Endang, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di Rumah Sakit
Harapan Jantung Kita dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh
pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan
sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada Dr. Endang, Sp.JP pada
setiap akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Kita, Dr. Endang, SpJP juga
melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. Dr. Endang, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada
tahun 2011, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik Dr. Endang, Sp.JP di Rumah Sakit
Harapan Jantung Kita adalah sebagai berikut:

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________19


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Bulan Jasa Dokter yang Dibayar Pasien (Rupiah)


Januari 45.000.000
Februari 49.000.000
Maret 47.000.000
April 40.000.000
Mei 44.000.000
Juni 52.000.000
Juli 40.000.000
Agustus 35.000.000
September 45.000.000
Oktober 44.000.000
Nopember 43.000.000
Desember 40.000.000
Jumlah 524.000.000

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Jasa Dokter Dasar Dasar Tarif Pasal PPh
yang dibayar Pemotongan Pemotongan 17 ayat (1) Pasal 21
Bulan Pasien (rupiah) PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 huruf a UU Terutang
(rupiah) Kumulatif PPh (rupiah)
(rupiah)
(1) (2) (3) = 50% x (2) (4) (5) (6) = (3) x (5)
Januari 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 1.125.000
Februari 49.000.000 24.500.000 47.000.000 5% 1.225.000
Maret 47.000.000 3.000.000 50.000.000 5% 150.000
20.500.000 70.500.000 15% 3.075.000
April 40.000.000 20.000.000 90.500.000 15% 3.000.000
Mei 44.000.000 22.000.000 112.500.000 15% 3.300.000
Juni 52.000.000 26.000.000 138.500.000 15% 3.900.000
Juli 40.000.000 20.000.000 158.500.000 15% 3.000.000
Agustus 35.000.000 17.500.000 176.000.000 15% 2.625.000
September 45.000.000 22.500.000 198.500.000 15% 3.375.000
Oktober 44.000.000 22.000.000 220.500.000 15% 3.300.000
Nopember 43.000.000 21.500.000 242.000.000 15% 3.225.000
Desember 40.000.000 8.000.000 250.000.000 15% 1.200.000
12.000.000 262.000.000 25% 3.000.000
Jumlah 524.000.000 262.000.000 35.500.000

Apabila Dr. Endang, Sp.JP tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 21 terutang adalah sebesar
120% dari PPh Pasal 21 terutang sebagaimana contoh di atas.
Contoh 2:
Neneng Anjarwati adalah petugas dinas luar asuransi dari PT Tabarru Life. Suami Neneng telah
terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai NPWP dan yang bersangkutan bekerja pada PT
Manulife. Neneng telah menyampaikan fotokopi NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi
kartu keluarga kepada pemotong pajak. Neneng hanya menerima penghasilan dari kegiatannya
sebagai petugas dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan pernyataan yang menerangkan hal
tersebut kepada PT Tabarru Life. Pada tahun 2011, penghasilan yang diterima oleh Neneng
sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT Tabarru Life adalah sebagai berikut:
Bulan Jasa Dokter yang Dibayar Pasien (Rupiah)
Januari 38.000.000
Februari 38.000.000
Maret 41.000.000
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________20
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

April 42.000.000
Mei 44.000.000
Juni 45.000.000
Juli 45.000.000
Agustus 48.000.000
September 50.000.000
Oktober 52.000.000
Nopember 55.000.000
Desember 56.000.000
Jumlah 554.000.000

Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Penghasilan 50% dari PTKP PKP PKP Tarif Pasal PPh
Bruto Penghasilan Sebulan (rupiah) Kumulatif 17 ayat (1) Pasal 21
Bulan (rupiah) Bruto (rupiah) (rupiah) huruf a UU Terutang
PPh (rupiah)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (5) x (6)


Januari 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 17.680.000 5% 884.000
Februari 38.000.000 19.000.000 1.320.000 17.680.000 35.360.000 5% 884.000
Maret 41.000.000 20.500.000 1.320.000 14.640.000 50.000.000 5% 732.000
- 1.320.000 4.540.000 54.540.000 15% 681.000
April 42.000.000 21.000.000 1.320.000 19.680.000 74.220.000 15% 2.952.000
Mei 44.000.000 22.000.000 1.320.000 20.680.000 94.900.000 15% 3.102.000
Juni 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 116.080.000 15% 3.177.000
Juli 45.000.000 22.500.000 1.320.000 21.180.000 137.260.000 15% 3.177.000
Agustus 48.000.000 24.000.000 1.320.000 22.680.000 159.940.000 15% 3.402.000
September 50.000.000 25.000.000 1.320.000 23.680.000 183.620.000 15% 3.552.000
Oktober 52.000.000 26.000.000 1.320.000 24.680.000 208.300.000 15% 3.702.000
Nopember 55.000.000 27.500.000 1.320.000 26.180.000 234.480.000 15% 3.927.000
Desember 56.000.000 28.000.000 1.320.000 15.520.000 250.000.000 15% 2.328.000
11.160.000 261.160.000 25% 2.790.000
Jumlah 554.000.000 277.000.000 35.290.000

Latihan Soal
1. Sebut dan jelaskan 2 metode tatacara penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 untuk bukan
pegawai !
2. Dr. Alifya, SpOG merupakan dokter kandungan yang melakukan praktik di Rumah Sakit Kasih
Bunda dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan
dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada Dr. Alifya, SpOG pada setiap
akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Kasih Bunda, Dr. Alifya, SpOG juga melakukan
praktik sendiri di klinik pribadinya. Dr. Alifya, SpOG telah memiliki NPWP dan pada tahun
2011, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik Dr. Alifya, SpOG di Rumah Sakit Kasih
Bunda adalah sebagai berikut:
Bulan Jasa Dokter yang Dibayar Pasien (Rupiah)
Januari 48.000.000
Februari 50.000.000
Maret 44.000.000
April 40.000.000
Mei 46.000.000

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________21


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Juni 52.000.000
Juli 46.000.000
Agustus 36.000.000
September 48.000.000
Oktober 46.000.000
Nopember 42.000.000
Desember 40.000.000
Jumlah 498.000.000
Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong !

Dokumen Transaksi Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


SPT Masa PPh Pasal 21 (Baru)
Direktur Jenderal pajak melalui Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ./2009
tanggal 23 Mei 2009 mengatur formulir Surat Pemberitahuan (SPT) masa PPh Pasal 21, yang
wajib dipergunakan untuk pelaporan pajak Masa Juli 2009. Secara ringkas berikut ini isi PER-
32/PJ./2009.
a. Pengertian umum
A. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi, menyampaikan Surat Pemberitahuan dengan benar,
lengkap, dan jelas.
B. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditandatangani oleh
Wajib Pajak/Pengurus/Direksi atau Kuasa Wajib Pajak. SPT yang ditandatangani oleh
Kuasa Wajib Pajak harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus.
C. PPh Pasal 21 dibayarkan/disetorkan paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir dan dilaporkan paling lama 20 hari setelah Masa pajak.
D. Pembayaran/penyetoran PPh yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan yang dihitung dari saat jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh
satu bulan. SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan setelah jangka waktu yang
ditetapkan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 100.000,00
b. Pengertian khusus
1. SPT Masa PPh Pasal 21 yang baru sesuai PER-31/PJ./2009 wajib digunakan untuk
pelaporan Masa Pajak Juli 2009 (bulan laporan Agustus 2009).
2. Formulir SPT Masa PPh Pasal 21 terdiri dari beberapa jenis seperti tersaji pada Tabel
berikut:
No. Formulir Isi/Tentang Pelaporan
1. Formulir 1721 Induk Tiap bulan, jika “Nihil” tetap wajib dilaporkan
2. Formulir 1721 – T Daftar pegawai Untuk masa pajak Juli 2009 saja, atau masa
tetap/penerima pajak pertama kali Wajib Pajak berkewajiban
pensiun berkala menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21.
3. Formulir 1721 – I Daftar bukti Dilaporkan pada Masa pajak Desember saja
pemotongan
pajak penghasilan
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________22
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Pasal 21 dan/atau
Pasal 26 untuk
pegawai tetap dan
penerima pensiun
berkala
4. Formulir 1721-II Daftar perubahan Dilaporkan pada saat ada penambahan atau
pegawai tetap pengurangan pegawai, dan penambahan
pegawai yang baru memiliki NPWP

Bentuk, Isi, Dan Keterangan Dan/Atau Dokumen Yang Harus Dilampirkan Dalam SPT
(1) SPT meliputi:
a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan;
b. SPT Masa Yang Terdiri dari:
1. SPT Masa Pajak Penghasilan;
2. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan
3. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
(2) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk:
a. formulir kertas (hardcopy); atau
b. e-SPT
(1) SPT Paling sedikit memuat:
a. nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan alamat Wajib Pajak;
b. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan
c. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.
(2) SPT Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a,
selain berisi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga memuat data mengenai:
a. jumlah peredaran usaha;
b. jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
c. jumlah Penghasilan Kena Pajak;
d. jumlah pajak yang terutang;
e. jumlah kredit pajak;
f. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
g. jumlah harta dan kewajiban;
h. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29; dan
i. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(3) SPT Masa Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b angka 1,
selain berisi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga memuat data mengenai :
a. jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau jumlah pajak dibayar;
b. tanggal pembayaran atau penyetoran; dan
c. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(4) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b
angka 2, selain berisi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga memuat data mengenai
:

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________23


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

a. jumlah penyerahan;
b. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;
c. jumlah Pajak Keluaran;
d. jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;
e. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
f. tanggal penyetoran; dan
g. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(5) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b angka 3, selain berisi data sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), juga memuat data mengenai :
a. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;
b. jumlah Pajak yang dipungut;
c. jumlah pajak yang disetor;
d. tanggal pemungutan;
e. tanggal penyetoran; dan
f. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(1) Suatu SPT terdiri dari SPT Induk dan Lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
(2) Ketentuan mengenai Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk SPT
bagi Wajib Pajak tertentu.
(3) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan keterangan dan/atau
dokumen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(1) SPT berbentuk formulir kertas (hardcopy) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
huruf a dapat diambil secara langsung di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
(2) SPT berbentuk e-SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dapat diambil
secara langsung oleh Wajib Pajak atau dengan cara lain yaitu dengan mengunduh format SPT
atau aplikasi e-SPT dari situs Direktorat Jenderal Pajak.
SPT yang disampaikan wajib ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak.

(1) Penandatanganan SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan dengan cara
a. tanda tangan biasa;
b. tanda tangan stempel; atau
c. tanda tangan elektronik atau digital.
(2) Tanda tangan stempel dan tanda tangan elektronik atau digital mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan tanda tangan biasa.
c. Petunjuk Teknis
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 menggunakan format yang dapat dibaca dengan
mesin scanner, oleh karena itu diperhatikan hal-hal berikut ini:
♦ Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, jangan lupa untuk membuat tanda
(segi empat) • ditempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
♦ Kertas berukuran F4/Folio (8,5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70g.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________24


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

♦ Kertas tidak boleh dilipat atau kusut.


♦ Kolom identitas:
Bagi wajib Pajak yang mengisi menggunakan computer atau tulis tangan, semua isian
identitas harus ditulis didalam kotak-kotak yang disediakan. Bagi Wajib Pajak yang
mengisi menggunakan mesin ketik, NPWP harus ditulis didalam kotak-kotak sedangkan
nama dan alamat Wajib Pajak dapat ditulis dengan mengabaikan kotak-kotak namun
tidak boleh melewati batas kontak paling kanan.
Contoh :
Nama
P T M A J U L A N C A R J A Y A S E N T O S A

Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh :
Dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah Rp 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00).
Dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50).
d. Ketentuan yang perlu diperhatikan
Terkait dikeluarkannya PMK No.252/PMK.03/2008, terdapat beberapa hal (baru) yang perlu
dipahami.
1) Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan tidak memiliki NPWP dikenakan
pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% dibandingkan tarif yang diterapkan
terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP. Hal ini hanya berlaku untuk pemotongan PPh
Pasal 21 yang bersifat tidak final.
2) Jika penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut
dapat diperhitungkan dengan PPh pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya
setelah memiliki NPWP.
3) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi penerima penghasilan pada saat
dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
4) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi pemotong PPh Pasal 21 dan atau PPh
Pasal 26 untuk setiap masa pajak.
5) Saat terutang untuk setiap masa pajak adalah akhir bulan terutangnya panghasilan yang
bersangkutan.
6) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta penerima penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
7) Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai (distributor multi level marketing
atau direct selling, petugas dinas luar asuransi yang tidak berstatus sebagai pegawai;
penjaja barang dagangan yang tidak berstatus sebagai pegawai) dan/atau penerima
penghasilan bukan pegawai lainnya yang menerima penghasilan dari pemotong PPh Pasal
21 secara berkesinambungan dalam satu tahun kalender wajib membuat surat pernyataan
yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai
menjadi subyek pajak dalam negeri dan wajib menyerahkannya kepada pemotong pajak

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________25


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

pada saat mulai bekerja atau mulai pensiun. Hal ini dijadikan sebagai dasar penentuan
PTKP.
8) Jika terjadi perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pensiun berkala dan bukan
pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada pemotong
PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender
berikutnya.
9) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib menghitung, memotong,
meyetorkan, dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang untuk
setiap bulan kalender.
10) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh 26 wajib membuat catatan atau Kertas Kerja
Perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing penerima
penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 terutang
untuk setiap masa pajak. Selain itu, pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib
menyimpan catatan atau kertas kerja kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
11) Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak ats PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 yang terutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan berikutnya melalui Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26.
12) Pemotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh
pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada
penerima penghasilan yang dipotong pajak.

H. Tips untuk PPh Pemotongan dan Pemungutan


Aturan dan mekanisme pemotongan dan pemungutan PPh cukup rumit. Oleh sebab itu,
diperlukan persiapan dan pemahaman yang baik agar tidak terjadi masalah di kemudian hari.
Beberapa hal penting yang dijadikan sebagai pedoman dapat dilihat pada Tabel berikut.
Sebagai pemotong/pemungut Sebagai pihak yang dipotong/dipungut
1) Pahami daftar penghasilan yang 1) Pastikan pemotong/atau pemungut adalah
merupakan obyek wajib potong dan wajib pungut sesuai
pemotongan/pemungutan, besarnya undang-undang.
tariff, sifat pengenaan (final/nonfinal), 2) Pastikan bahwa besarnya tariff
dan formulir yang digunakan. pemotongan/pemungutan sudah sesuai
2) Pahami mekanisme yang ditetapkan dengan ketentuan, untuk menghindari
menyangkut saat kemungkian kurang/lebih bayar di akhir
pemotongan/pemungutan, tahu pajak.
pembayaran, dan pelaporan. 3) Pastikan sifat pengenaan pajak sudah
3) Jika kita memenuhi kriteria sebagai sesuai, yaitu final atau nonfinal, agar tidak
pemotong/pemungut tetapi belum terjadi kesalahan saat melakukan
memilik NPWP, segera daftrakan diri penghitungan di akhir tahun. Bukti
agar dapat mengikuti mekanisme potong/pungut dan SSP final tidak dapat
pemotongan/pemungutan sesuai dikreditkan di aklhir tahun pajak

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________26


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

ketentuan yang berlaku. 4) Selalu minta bukti potong/bukti pungut atau


4) Lakukan perencanaan pajak dengan SSP jika kita telah dipotong/dipungut dan
baik, misalnya terkait dengan beban apstikan seluruh identitas telah diisi
administrasi perpajakan dan beban dengan benar.
keuangan terhadap penghasilan yang 5) Lakukan ekualisasi secara berkala antara
dibayarkan secara rutin pada jumlah pajak yang telah dipotong/dipotong
karyawan. Tentukan apakah dengan jumlah penghasilan yang diterima.
penghitungan PPh Pasal 21 Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
menggunakan metode gross up beban pajak yang tinggi di akhir tahu atau
(tunjangan pajak) atau net method kelebihan pembayaran yang cukup tinggi di
(pajak ditanggung pemberi kerja). akhir tahun
5) Lakukan tax review secara berkala 6) Manfaatkan fasilitas pembebasan
dengan melakukan ekualisasi terhadap pemotongan/pemungutan dalam hal
biaya yang terkait dengan penghasilan tertentu, seperti proyeksi usaha rugi serta
yang dipotong/dipungut pajak (dari impor barang modal atau barang tertentu
laporan keuangan) dengan nilai
pemotongan/pemungutan (jumlah di
SPT Masa)

Soal-soal Essay
1. Sebutkan jenis SPT Masa PPh Pasal 21 !
2. Sebutkan hal-hal yang terdapat dalam SPT Masa PPh Pasal 21 !
3. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengisi SPT Masa PPh Pasal 21 !
4. Jelaskan mengenai tempat dan cara lain pengambilan SPT !
5. Jelaskan secara singkat mengenai tips untuk pemotongan dan pemungutan PPh !

UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Berikut ini yang bukan merupakan subjek pajak dari PPh Pasal 21 adalah……….
a. Pegawai
b. Pensiunan
c. Pesangon
d. Pengacara
e. Konsulat negara asing
2. Berikut ini yang merupakan jenis penghasilan yang dipotong dengan PPh Pasal 21
adalah,kecuali………
a. Penghasilan pensiunan
b. Penghasilan tenaga kerja lepas
c. Uang saku
d. Penghasilan dari bantuan
e. Honorarium
3. Dasar harga yang digunakan untuk penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa
penerimaan dalam bentuk natura adalah……
a. Harga pasar
b. Harga rata-rata
c. Harga perolehan
d. Harga ekonomis
e. Harga taktis
4. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut di bawah ini:
I. Kantor perwakilan negara

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________27


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

II. Organisasi internasional


III. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
IV. Direktur perusahaan
V. Karyawan adminstrasi
Pernyataan-pernyataan di atas yang merupakan pihak berwenang untuk melakukan
pemotongan pajak adalah……
a. I dan II
b. I dan III
c. I dan IV
d. II dan I
e. III dan V
5. Berikut ini yang merupakan kewajiban wajib pajak adalah…..
a. Wajib pajak dapat meminta bukti pemotongan PPh Pasal 21
b. Mengajukan surat keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak
c. Mengajukan permohonan banding
d. Menerima pemtongan jika melakukan pembayaran sebelum tertanggal
e. Menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak
6. Bahasa yang digunakan dalam pengajuan permohonan banding adalah….
a. Bahasa jawa
b. Bahasa inggris
c. Bahasa hukum
d. Bahasa pajak
e. Bahasa Indonesia
7. Besar penghasilan tidak kena pajak untuk tambahan satu tanggungan perbulan berdasarkan
aturan yang terbaru adalah…….
a. Rp 1.320.000,00
b. Rp 2.025.000,00
c. Rp 110.000,00
d. Rp 168.750,00
e. Rp 150.000,00
8. Perhatikan hal-hal berikut ini:
I. Biaya pensiun
II. Biaya jabatan
III. PTKP
IV. Lama bekerja
V. Tingkat pendidikan
VI. Pengalaman
Di atas, yang merupakan faktor dalam penghitungan PPh Pasal 21 adalah……
a. I, II, dan III
b. I, II, dan IV
c. I, II, dan IV
d. II, III, dan V
e. IV, V, dan VI
9. Berikut ini yang bukan merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dikeluarkannya
adalah PMK No.252/PMK.03/2008 adalah……
a. Penerapan tarif lebih tinggi 20% untuk penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
dan tidak memiliki NPWP’
b. PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi pemotong PPh Pasal 21 dan atau PPh
Pasal 26 untuk setiap masa pajak
c. Saat terutang untuk setiap masa pajak adalah akhir bulan terutangnya panghasilan yang
bersangkutan
d. Penerima pensiun berkala dan bukan pegawai wajib membuat tidak surat pernyataan baru
e. Pemotong PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26 wajib membuat bukti pemotong
10. Besar PTKP bagi wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki 2 anak adalah…….
a. Rp 24.300.000,00
b. Rp 28.350.000,00
c. Rp 4.050.000,00
d. Rp 25.000.000,00
e. Rp 26.000.000,00

Soal untuk nomor 11-13


Pak Eko adalah seorang dokter di rumah sakit Triharsi Solo. Ia mendapat gaji pokok sebulan
Rp 10.000.000,00, gaji profesi Rp 7.000.000,00, tunjangan struktural sebesar Rp

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________28


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

5.000.000,00. Ia membayar iuran pensiun sebesar Rp 500.000,00. Status Pak eko belum
menikah.
11. Jumlah penghasilan neto satu tahun adalah………
a. Rp 252.000.000,00
b. Rp 21.000.000,00
c. Rp 20.400.000,00
d. Rp 244.800.000,00
e. Rp 250.800.000,00
12. Besar PTKP yang dikenakan terhadap Pak Eko adalah……
a. Rp 1.100.000,00
b. Rp 1.600.000,00
c. Rp 15.840.000,00
d. Rp 17.160.000,00
e. Rp 18.480.000,00
13. Besar PPh Pasal 21 sebulan untuk Pak Eko adalah……
a. Rp 2.445.300,00
b. Rp 1.760.640,00
c. Rp 1.144.800,00
d. Rp 1.200.000,00
e. Rp 1.500.000,00
Soal untuk nomnor 14-15
Nn. Rusmi merupakan seorang sekretaris dari PT. Sido Muncul. Setiap bulan ia mendapat gaji
sebesar Rp 3.000.000,00. Ia sudah menikah dan memiliki 3 orang anak dan suaminya
bekerja. Ia membayar iuran pensiun setiap bulannya sebesar Rp 100.000,00.
14. Besar PTKP yang diterima Nn. Rusmi adalah…….
a. Rp 15.840.000,00
b. Rp 17.260.000,00
c. Rp 21.120.000,00
d. Rp 19.800.000,00
e. Rp 16.800.000,00
15. Besar PPh Pasal 21 sebulan Nn. Rusmi adalah……….
a. Rp 50.000,00
b. Rp 71.500,00
c. Rp 60.000,00
d. Rp 65.000,00
e. Rp 70.000,00
16. Besar PTKP WP untuk tahun 2014 adalah …
a. Rp. 15.840.000
b. Rp. 24.300.000
c. Rp. 1.320.000
d. Rp. 2.025.000
e. Rp. 1.240.000
17. Tanggungan yang dijadikan PTKP wajib pajak adalah maksimal …
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
18. Yang bukan merupakan pemotong pajak adalah …
a. Pemberi kerja d. Kantor Pos
b. Bendahara pemerintah e. Perusahaan
c. Dana pensiun
19. Orang pribadi yang wajib membayar pajak disebut dengan …
a. NPWP d. PTKP
b. WP e. PKP
c. Pembayar pajak
20. Penerimaan bentuk natura dalam bentuk apapun diberikan oleh …
a. Wajib pajak d. WP yang dikenakan PPN
b. Bukan wajib pajak e. Wajib pajak badan
c. Perseroan
21. Dalam hal penghasilan tersebut diterima atau diperoleh dalam mata uang asing, penghitungan
PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 didasarkan pada …
a. Selisih mata uang d. harga perolehan
b. Nilai tukar e. nilai jual
c. Harga jual
22. Yang bukan komponen beasiswa adalah …
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________29
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

a. Biaya ujian
b. Biaya pembelian buku
c. Biaya penelitian berkaitan dengan bidang studi
d. Biaya pendidikan
e. Biaya sosial
23. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya pada tanggal … takwim berikutnya.
a. 10 d. 40
b. 20 e. 50
c. 30
24. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal 21 kepada pegawai dalam
waktu … setelah pajak berakhir.
a. 2 minggu
b. 2 bulan
c. 2 tahun
d. 2 hari
e. 2 dasawarsa
25. Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21. Permohonan diajukan secara
tertulis selambat-lambatnya pada bulan …
a. Januari d. November
b. Februari e. Desember
c. Maret
Soal Essay
1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan (PPh Pasal 21)?
2. Sebutkan dan jelaskan hak-hak dan kewajiban wajib pajak PPh Pasal 21!
3. Apa yang dimaksud dengan pemotong pajak PPh Pasal 21? Jelaskan hak dan kewajiban
dari pemotong pajak!
4. Sebutkan tenaga ahli yang termasuk subjek pajak !
5. Sebutkan pihak pemotong pajak !
6. Jelaskan pemberi kerja yang tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan
pajak!
7. Berapa PTKP yang digunakan untuk tahun 2013?
8. Sebutkan data yang termuat dalam SPT Masa Pajak penghasilan!
9. Prof. Trisno Martono adalah seorang dosen yang menjabat ketua prodi pendidikan ekonomi
strata dua (S2). Setiap bulan ia menerima gaji pokok sebesar Rp 15.000.000,00. Istrinya
sudah meninggal dunia dan memiliki 4 anak. Tunjangan struktural sebesar Rp
12.000.000,00, dan tunjangan profesi sebesar Rp 10.000.000,00. Ia setiap bulannya
membayar angsuran jaminan hari tua sebesar Rp 200.000,00 dan iuran pensiun sebesar
Rp 150.000,00. Hitunglah besar PPh Pasal 21 terutang untuk Prof. Trisno Martono!
10. Sohidin SE, M.Si, Akt, adalah seorang akuntan. Ia bekerja di KAP Wartono. Dalam
perjanjiannya, 15% dari penghasilannya dipotong untuk penghasilan KAP Wartono. Selain
itu, ia juga memiliki kantor akuntansi sendiri dan sudah memiliki NPWP. Jasa yang diterima
dari KAP Wartono adalah sebagai berikut:
Bulan Jumlah
Januari Rp 15,000,000.00
Februari Rp 15,200,000.00
Maret Rp 15,800,000.00
April Rp 16,000,000.00
Mei Rp 15,500,000.00
Juni Rp 20,000,000.00
Juli Rp 18,000,000.00
Agustus Rp 18,000,000.00
September Rp 19,500,000.00
Oktober Rp 21,000,000.00
November Rp 25,000,000.00
Desember Rp 30,000,000.00
Total Rp 229,000,000.00
Susunlah perhitungan PPh Pasal 21 bulan Jnauari sampai dengan Desember!

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________30


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

BAGIAN KEDUA
PEMBUATAN REKONSILIASI (KOREKSI FISKAL)

A. Latar Belakang Rekonsiliasi Fiskal


Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk
periode Tahun Pajak tersebut.
Dengan adanya pengertian diatas yang akan kita bahas yaitu mengenai laporan laba rugi.
Tidak lama lagi SPT Tahunan harus dibuat dan dilaporkan, maka tidak heran jika setiap divisi
khusunya yang berkaitan dengan Perpajakan akan disibukan dengan pengumpulan data-data
yang diperlukan guna penyusunan Laporan Keuangan namun tidak hanya itu tapi harus pula
disibukan dengan Laporan Keuangan untuk keperluan Perpajakan yang biasa disebut
Laporan Keuangan Fiskal, dalam Pelaporan Keuangan Perusahaan, khususnya laporan Laba
Rugi, kita mengenal adanya Laporan Laba Rugi Komersial dan Laporan Laba Rugi Fiskal
Untuk Wajib Pajak Badan besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan Penghasilan
Netto, yaitu Penghasilan Bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan oleh
undang-undang PPh.
Dengan adanya pengertian diatas yang akan kita bahas yaitu mengenai laporan laba rugi.
Tidak lama lagi SPT Tahunan harus dibuat dan dilaporkan, maka tidak heran jika setiap divisi
khusunya yang berkaitan dengan Perpajakan akan disibukan dengan pengumpulan data-data
yang diperlukan guna penyusunan Laporan Keuangan namun tidak hanya itu tapi harus pula
disibukan dengan Laporan Keuangan untuk keperluan Perpajakan yang biasa disebut
Laporan Keuangan Fiskal, dalam Pelaporan Keuangan Perusahaan, khususnya laporan Laba
Rugi, kita mengenal adanya Laporan Laba Rugi Komersial dan Laporan Laba Rugi Fiskal
Untuk Wajib Pajak Badan besarnya Penghasilan Kena Pajak sama dengan Penghasilan
Netto, yaitu Penghasilan Bruto dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan oleh
undang-undang PPh.

Perbedaan Pengakuan
Bagi perusahaan, semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba kena
pajak, dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak. Tetapi
menurut perpajakan tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada
beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena
pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan tidak semua pengeluaran
adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang
sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan. Di dalam Akuntansi
Perpajakan perbedaan tersebut adalah :
a. Beda Tetap/Permanent
Beda tetap/permanent perbedaan ini terjadi karena peraturan perpajakan mengharuskan
hal-hal berikut dikeluarkan dari penghasilan kena pajak:

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________31


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

• Penghasilan yang telah dikenakan PPh final


1) penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi
2) penghasilan berupa hadiah undian
3) penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.
4) penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan
5) penghasilan tertentu lainnya,
• Penghasilan yang Bukan Objek Pajak
a.1 bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.
a.2 harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan
b. warisan
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan
modal
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak
secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus
(deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha
milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat:
 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________32


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

 bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
 merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
 sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
• Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dan serta pengeluaran yang sifatnya
pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran.
- Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________33


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang
2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
- Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________34


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 atau Pasal 11A.
b. Beda Waktu/Sementara
Beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya
sementara, yaitu secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan
sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasinya perbedaan ini biasanya terjadi karena
penggunaan metode menurut akuntansi dan perpajakan antara lain :
a. Akrual dan Realisasi
b. Penilaian persediaan
c. Penyusutan dan Amortisasi dll
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak karena terdapat perbedaan penghitungan,
khususnya laba menurut akuntansi (komersial) dengan laba menurut perpajakan (fiskal).
Laporan keuangan komersial atau bisnis ditujuan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan
finansial dari sektor swasta, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk
menghitung pajak. Untuk kepentingan komersial atau bisnis, laporan keuangan disusun
berdasarkan prinsip yang berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), sedangkan
untuk kepentingan fiskal, laporan keuangan disusun berdasarkan peraturan perpajakan
(Undang-undang Pajak Penghasilan disingkat UU PPh).
Jika suatu entitas harus menyusun dua laporan keuangan yang berbeda maka di samping
terdapat pemborosan waktu, tenaga, dan uang juga akan terjadi tidak tercapainya tujuan
menghindari manipulasi pajak. Menurut Bambang Kesit (2001), untuk mengatasi masalah
tersebut digunakan beberapa pendekatan dalam penyusunan laporan keuangan fiskal, yaitu:
a. Laporan keuangan fiskal disusun secara beriringan dengan laporan keuangan komersial.
Artinya, meskipun laporan keuangan komersia atau bisnis disusun berdasarkan prinsip
akuntansi bisnis tetapi ketentuan perpajakan sangat dominan dalam mendasari proses
penyusunan laporan keuangan.
b. Laporan keuangan fiskal ekstrakomtabel dengan laporan keuangan bisnis. Artinya, laporan
keuangan fiskal merupakan produk tambahan, di luar laporan keuangan bisnis.
Perusahaan bebas menyelenggarakan pembukuan berdasarkan prinsip akuntansi bisnis.
Laporan keuangan fiskal disusun secara terpisah di luar pembukuan (ekstrakomtabel)
melalui penyesuaian atau proses rekonsiliasi.
c. Laporan keuangan fiskal disusun dengan menyisipkan ketentuan-ketentuan pajak dalam
laporan keuangan bisnis. Artinya, pembukuan yang diselenggarakan perusahaan
didasarkan pada prinsip akutnansi bisnis, akan tetapi jika ada ketentuan perpajakan yang
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi bisnis maka yang diprioritaskan adalah ketentuan
perpajakan.
Beberapa perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya dalam penyusutan Laporan Keuangan
antara Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan Perpajakan menghasilkan jumlah
angka laba yang berbeda (Laba Komersial vs Laba Fiskal).
Perbedaan inilah yang menyebabkan perlunya dilakukan rekonsiliasi fiskal, yaitu:
“Suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial perusahaan menjadi
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku”

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________35


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Inti dari rekonsiliasi fiskal adalah koreksi fiskal, yaitu:


a. Koreksi Positif : Menambah Penghasilan Kena Pajak
Catatan : semua koreksi biaya, kecuali penyusutan, termasuk Koreksi Positif
b. Koreksi Negatif : Mengurangi Penghasilan Kena Pajak
Catatan : Semua koreksi pendapatan termasuk Koreksi Negatif

Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya & pos-pos penghasilan dalam Laporan
Keuangan Komersial, antara lain:
a. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final
Apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan yang dikenakan PPh Final, maka penghasilan
tersebut harus direkonsiliasi (dikeluarkan dari jumlah penghasilan kotor), karena atas
penghasilan tersebut telah dikenakan PPh Final, sehingga kewajiban pembayaran
pajaknya sudah selesai.
b. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
Apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, maka
penghasilan tersebut harus juga direkonsiliasi karena WP tidak perlu membayar PPh atas
penghasilan tersebut.
c. Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan bruto (Non Deductible Expense)
Jenis ini disebut istilah “Beda Tetap (Permanent Difference)”, yaitu perbedaan perlakuan
yang jelas antara PSAK dan Ketentuan Pajak. Perbedaan ini harus dikoreksi.
d. Wajib Pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak
Perbedaan ini disebut istilah “Beda Waktu (Timming Different)”, yaitu perbedaan metode
pencatatan anatara PSAK dan Ketentuan Pajak.
Contoh untuk menilai persediaan barang, metode yang diperkenankan pajak adalah FIFO
dan rata-rata, sedangkan perusahaan menggunakan metode LIFO.
e. WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan objek pajak
serta pendapatan yang dikenakan PPn Non Final (Joint Cost).
B. Teknik Rekonsiliasi Fiskal
Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dan penghasilan menurut
akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut
akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
3. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai pengurang
penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah
biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah laba
menurut akuntansi.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________36


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang
penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah
biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba
menurut akuntansi.
Kertas kerja rekonsiliasi fiskal dapat dibuat dengan format sebagai berikut:
Format 1
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx
Laba Bersih (menurut akuntansi komersial) xx
Koreksi Positif:
- xx
- xx
- xx
Total Koreksi Positif xx (+)
Koreksi Negatif
- xx
- xx
Total Koreksi Negatif xx (-)
Laba (penghasilan) kena pajak (menurut fiskal) xx

Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi positif apabila:


a. Pendapatan menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
b. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu
biaya/pengeluaran tidak diakui menurut fiskal tetapi diakui menurut akuntansi.
Perbedaan dimasukkan sebagai koreksi negatif apabila:
a. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil daripada menurut akuntansi atau suatu penghasilan
tidak diakui menurut fiskal (bukan Objek Pajak) tetapi diakui menurut akuntansi.
b. Biaya/pengeluaran menurut fiskal lebih besar daripada menurut akuntansi atau suatu
biaya/pengeluaran diakui menurut fiskal tetapi tidak diakui menurut akuntansi.
c. Suatu pendapatan telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final.
Format 2
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx
Keterangan Menurut Koreksi Fiskal Menurut
Akuntansi Beda Tetap Beda Waktu Fiskal
Pendapatan:
-
-
Biaya-biaya:
-
-
Laba (Penghasilan) Laba Bersih Laba (penghasilan)
sebelum kena pajak
pajak
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak orang pribadi yang wajib
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan pendekatan akuntansi (komersial).
Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk mempermudah pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________37


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

PPh dan menyusun laporan keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan PPh. Rekonsiliasi
yang dibahas dalam buku ini hanya dibatasi pada rekonsiliasi laba rugi.

UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Laporan keuangan yang digunakan untuk keperluan pajak disebut…….
a. Laporan laba-rugi
b. Neraca
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan keuangan fiskal
e. Laporan arus kas
2. Besar penghasilan kena pajak (PKP) wajib pajak badan adalah penghasilan neto. Rumus
penghasilan neto adalah……….
a. Penghasilan bruto
b. Penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya
c. Penghasilan bersih
d. Penghasilan bersih dikurangi biaya-biaya
e. Jumlah biaya-biaya
3. Berikut ini yang merupakan penerimaan yang sudah bersifat final adalah…..
a. Penjualan tunai
b. Pendapatan
c. Pendapatan lain-lain
d. Hadiah
e. Peneriaam piutang’
4. Laporan keuangan yang tidak digunakan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial
disebut…….
a. Laporan keuangan komersial
b. Laporan keuangan fiskal
c. Laporan keuangan badan
d. Laporan keuangan BUT
e. Laporan keuangan sector publik
5. Pendekatan dengan yang digunakan dalam penyusunan laporan fiskal akan didasarkan
dengan memprioritaskan ketentuan perpajakan disebut…..
a. Pendekatan secara beriringan
b. Pendekatan ekstrakomtabel
c. Pendekatan penyisipan ketentuan pajak
d. Pendekatan langsung
e. Pendekatan tidak langsung
6. Suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial perusahaan menjadi
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku disebut....
a. Rekonsiliasi bank
b. Rekonsiliasi fiskal
c. Revisi laporan
d. Pengajuan laporan ulang
e. Pembatalan kena pajak
7. Berikut ini yang termasuk ke dalam koreksi negatif adalah……
a. Pendapatan
b. Prive
c. Biaya sewa
d. Biaya gaji
e. Biaya bunga
8. Perbedaan perlakuan yang jelas antara PSAK dan Ketentuan Pajak disebut.......
a. Timing different
b. Permanent different
c. Join cost
d. Rekonsiliasi
e. Riil different
9. Jika suatu biaya tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal maka......
a. Mangurangi laba menurut akuntansi
b. Mengurangi laba menurut fiskal
c. Menambah laba menurut akuntansi
d. Menambah laba menurut fikal
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________38
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

e. Tidak terjadi perubahan


10. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini:
I. Pendapatan menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi
II. Pendapatan telah dikenakan PPh Final
III. Biaya menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut akuntansi
IV. Biaya menurut fiskal lebih besar dari pada menurut akuntansi
V. Pendapatan menurut fiskal lebih kecil menurut fiskal daripada menurut akuntansi
Dari pernyataan-pernyataan di atas yang merupakan koreksi positif adalah……
a. II dan IV
b. I dan V
c. I dan III
d. IV dan V
e. II Dan III
11. Biaya yang bukan merupakan koreksi positif adalah …
a. Biaya sewa
b. Biaya asuransi
c. Biaya penyusutan
d. Biaya bunga
e. Biaya gaji
12. Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk mempermudah pengisian ..
a. SPT Tahunan
b. SPT Masa
c. SSP
d. SPT PPN
e. SSP PPN
13. Laba dari kepemilikan saham disebut dengan …
a. Komisi d. Deviden
b. Bunga e. Laba
c. Prive
14. Rekonsiliasi fiskal dilakukan setiap ..
a. Tahun
b. Bulan
c. Minggu
d. Hari
e. Triwulan
15. Didalam akuntansi perbedaan pengakuan tersebut adalah…
a. Beda tetap d. beda peraturan
b. Beda nominal e. beda minimal
c. Beda tahap
Latihan Soal
1. Apa yang dimaksud pembukuan?
2. Sebut dan jelaskan secara singkat pendekatan yang digunakan untuk membuat laporan
rekonsiliasi fiskal !
3. Jelaskan perbedaan beda tetap dan beda waktu dalam rekonsiliasi fiskal !
4. Kapan dan bilamana suatu perbedaan dimasukkan ke dalam koreksi positif maupun koreksi
negatif?
5. Jelaskan secara singkat mengenai teknik rekonsiliasi fiskal !
6. Apakah inti dari rekonsiliasi fiskal ?
7. Sebutkan koreksi fiskal positif!
8. Ditujukan untuk siapakah laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal?
9. Berdasarkan apakah laporan keuangan disusun ?
10. Untuk kepentingan fiskal berdasarkan apakah laporan keuangan disusun ?

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________39


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

BAGIAN KETIGA
PENGISIAN SPT TAHUNAN PPH BADAN

A. Pengertian Badan (Subjek Pajak)


Sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, BUMN, BUMD dengan nama dan bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa,
organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, BUT, dan bentuk badan lainnya.
Badan yang dikecualikan sebagai Subjek PPh (Pasal 3 UU PPh) adalah :
a. Badan Perwakilan Negara asing (Kedutaan Besar);
b. Organisasi-organisasi International yang ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan
c. Unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
- Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
- Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD
- Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Daerah
- Pembukuanya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.
B. Objek Pajak PPh Badan
1. Dari kegiatan usaha, yaitu laba usaha pokok setiap periode
2. Dari kegiatan bukan usaha
- Keuntungan karena penjualan atrau karena pengalihan harta
- Penerimaan kembali pembayaran pajak
- Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
- Deviden (Dengan nama dan bentuk apapun), Royalti
- Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
- Keuntungan karena penghapusan utang
- Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
- Keuntungan karena penilaian kemabali aktiva tetap
- Iuran yang diterima dari anggota perkumpulan
- Tambahan kekayaan berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
C. Penghasilan Bukan Objek PPh Badan
1. Harta termasuk setoran tunai yang diterima Badan sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal
2. Bantuan, sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan pemerintah
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh akibat penyertaan modal pada
sebuah badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
2) Pemilikan saham paling rendah 25% dari jumlah modal disetor dari Perusahaan yang
memberi deviden
4. Penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________40


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

5. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha
6. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, yaitu utang debitur kecil, yang jumlahnya tidak
lebih dari 350 juta rupiah, termasuk:
- KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera)
- KUT (Kredit Usaha Tani)
- KPRSS (Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana)
- KUK (Kredit Usaha Kecil)
- Kredit lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan BI dalam rangka mengembangkan
usaha kecil dan koperasi (yang merupakan jumlah kumulatif dari satu atau beberapa
bank kreditur).
Hubungan Istimewa antara Wajib Pajak
Hubungan istimewa diantara wajib pajak disebabkan karena:
1) Hubungan Modal
2) Hubungan Penguasaan (manajemen atau teknologi)
3) Hubungan keluarga
Biaya Fiskal
Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat diakui sebagai pengurang,
meskipun biaya tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena menurut
ketentuan pajak, biaya fiskal digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yakni:
a. Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
b. Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
Untuk mudah memahami perbedaan tersebut, kita mulai dari pengetahuan tentang biaya-
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dibawah ini, yaitu:
1. Biaya-biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh
1) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham atau pihak yang memiliki hubungan istimewa beserta orang-orang yang
menjadi tanggungannya.
2) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha
asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan
dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
3) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai secara bersama-sama ditempat usaha atau
pekerjaan, serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________41


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

4) Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan


5) Pajak Penghasilan, yang dimaksudkan dengan Pajak Penghasilan dalam ketentuan
ini adalah Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
6) Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham.
7) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
2. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
bukan Objek PPh atau pengenaan PPh-nya Final
3. Biaya yang dikeluarkan di luar praktik akuntansi yang sehat (kondisi tidak wajar)
4. Biaya yang tidak dapat dibuktikan pengeluarannya
5. Pajak Masukan yang memenuhi kriteria:
1) Faktur Pajak atas perolehan BKP/JKP termasuk faktur pajak cacat, kecuali dapat
dibuktikan bahwa atas Pajak Masukan tersebut benar-benar telah dibayar oleh PKP.
2) Faktur Pajak yang dibuat atas perolehan BKP/JKP
6. Biaya untuk 3M (mendapatkan, menagih dan memelihara) dan penghasilan yang
dikenakan pajak berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Norma
Penghitungan Khusus
7. Kerugian dari harta atau utang yang dimiliki dan tidak dipergunakan untuk 3M Objek
Pajak
8. PPh ditanggung pemberi kerja, kecuali PPh Pasal 26 (tidak termasuk deviden) sepanjang
PPh tersebut ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk pemotongan pajak (di gross
up).
D. Pengisian SPT Tahunan PPh Badan
Formulir pelaporan SPT Tahunan Badan untuk wajib pajak yang menggunakan mata uang
rupiah adalah formulir 1771 terdiri dari:
 Induk SPT sebanyak 2 halaman
 Lampiran SPT sebanyak 6 lampiran yaitu 1771-I sampai dengan 1771-VI
Kode dan Nama Formulir SPT
- SPT Induk 1771 (lembar ke-1)
- SPT Induk 1771 (lembar ke-2)
- 1771-I (Penghitungan Penghasilan Neto Fiskal)
- 1771-II (Perincian HPP, Biaya Usaha Lainnya, dan Biaya Luar Usaha)
- 1771-III (Kredit Pajak Dalam Negeri)
- 1771-IV (PPh Final dan Penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak)
- 1771-V (Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dan Jumlah Deviden yang Dibagikan,
Daftar Susunan Pengurus/Komisaris)
- 1771-VI (Daftar Penyertaan Modal Pada Perusahaan Afiliasi dan Daftar Pinjaman
Dari/Kepada Pemegang Saham atau Perusahaan Afiliasi)

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________42


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

E. Tata Cara Pengisian SPT


Langkah-Langkah/Tahapan Pengisian SPT Tahunan PPh Badan 1771 adalah sebagai berikut:
• Wajib Pajak melakukan persiapan Pengisian SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun Pajak
2012
• Wajib Pajak melakukan equalisasi/pencocokan atas peredaran usaha antara lain:
1) Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2012
dengan Dasar Pengenaan Pajak dan Faktur Pajak Keluaran pada SPT Masa PPN
Masa Januari s/d Desember 2012.
2) Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2012
dengan Objek PPh Pasal 22 atas peredaran usaha dan bukti pemungutan/SSP PPh
Pasal 22 Masa Januari s/d Desember 2012.
3) Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2012
dengan Objek PPh Pasal 23 atas peredaran usaha dan bukti pemungutan PPh Pasal
23 dari pihak lain Masa Januari s/d Desember 2012.
4) Peredaran usaha yang akan dilaporkan di SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2012
dengan Objek PPh Pasal 4 (2) atas peredaran usaha dan bukti pemungutan/SSP
PPh Pasal 4 (2) dari pihak lain Masa Januari s/d Desember 2012.
• Wajib Pajak melakukan equalisasi/pencocokan atas persediaan awal pada laporan rugi
laba tahun 2012 dengan persediaan akhir yang ada di laporan laba rugi yang dilaporkan
pada SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2011 .
• Wajib Pajak melakukan equalisasi/pencocokan atas pembelian dan biaya usaha antara
lain :
1) Pembelian dan biaya dengan faktur pajak masukan pada SPT Masa PPN Masa
Januari s/d Desember 2012.
2) Pembelian dan biaya dengan Objek PPh Pasal 21/26 pada SPT Masa PPh Pasal
21/26 Masa Januari s/d Desember 2012.
3) Pembelian dan biaya dengan Objek PPh Pasal 23/26 pada SPT Masa PPh Pasal
23/26 yang menjadi kewajiban pemotongan PPh Pasal 23/26 oleh wajib pajak Masa
Januari s/d Desember 2012.
4) Pembelian dan biaya dengan Objek PPh Pasal 4 (2) pada SPT Masa PPh Pasal 4 (2)
yang menjadi kewajiban pemotongan PPh Pasal 4 (2) oleh wajib pajak Masa Januari
s/d Desember 2012.
• Wajib Pajak harus melakukan equalisasi/pencocokan atas komponen neraca antara lain :
1) Posisi kas di neraca dengan buku kas per 31 Desember 2012.
2) Posisi Bank di neraca dengan buku rekening koran per 31 Desember 2012.
3) Posisi piutang di neraca dengan buku piutang per 31 Desember 2012.
4) Posisi persediaan akhir di neraca dengan buku persediaan per 31 Desember 2012 dan
dengan persediaan akhir di laporan laba rugi.
5) Posisi aktiva di neraca dengan buku aktiva per 31 Desember 2012.
6) Posisi hutang di neraca dengan buku hutang per 31 Desember 2012.
7) Posisi modal di neraca dengan buku modal per 31 Desember 2012 dan dengan modal
pada akte pendirian atau akte perubahan (khusus untuk PT).

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________43


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

• Wajib Pajak melakukan koreksi fiskal terhadap laporan laba rugi komersial tahun 2012.
• Wajib Pajak melakukan perhitungan pajak atas PPh Pasal 25/29 yang terutang, kredit
pajak dan PPh Pasal 29 yang kurang dibayar (jangan lupa pengecekan atas tarif pajak
yang dipergunakan untuk tahun pajak 2012)
• Wajib Pajak melakukan pengisian SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012 sebagai
berikut :
1) Pengisian dimulai dari transkrip kutipan dari elemen laporan keuangan. Pilih sesuai
jenis usaha wajib pajak kemudian pindahkan angka-angka yang ada di Laporan
Neraca dan Rugi Laba ke transkrip tersebut.
2) Pengisian Lampiran Khusus SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012, sesuaikan
dengan kondisi wajib pajak, misal wajib pajak mempunyai kompensasi kerugian dari
tahun 2012, maka diisi Lampiran Khusus perhitungan kompensasi kerugian, apabila
tidak ada tidak perlu diisi dan dilampirkan.
3) Pengisian Lampiran 1771-VI, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, kalau ada diisi dengan daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi
dan daftar pinjaman (utang) dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi.
4) Pengisian Lampiran 1771-V, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, khusus untuk wajib pajak berbentuk PT diisi dengan daftar pemegang
saham dan deviden yang dibagikan untuk tahun 2012. Untuk daftar susunan
pengurus/direktur dan komisaris diisi sesuai akte pendirian / perubahan (khusus
PT/BUT), untuk CV diisi direktur dan pesero komanditer, untuk
Yayasan/Koperasi/lainnya diisi dengan ketua dan bendahara/wakil ketua/sekretaris
5) Pengisian Lampiran 1771-IV, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, PPh final diisi dengan penghasilan dan PPh Terutang, penghasilan yang
tidak termasuk objek diisi sesuai kolom yang ada, keduanya dicocokan dengan laporan
laba rugi komersial.
6) Pengisian Lampiran 1771-III, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, pemotongan pajak dari pihak lain (PPh pasal 22 dan PPh pasal 23) diisi
dari bukti pemotongan PPh pasal 22 (bisa SSP) dan PPh Pasal 23. Bukti pemotongan
tidak perlu dilampirkan pada laporan SPT Tahunan PPh Badan 1771.
7) Pengisian Lampiran 1771-II, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, perincian persediaan dan biaya diisi dari data laporan laba rugi komersial.
Cocokan datanya dengan data pada laporan laba rugi komersial.
8) Pengisian Lampiran 1771-I, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan 0112-
1212, data pengisian dari laporan laba rugi komersial dan koreksi fiskal serta laba rugi
setelah koreksi fiscal/laba rugi fiskal.
9) Pengisian Induk 1771, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan 0112-1212,
pindahkan seluruh data dari lampiran-lampiran yang ada ke Induk 1771. Berikan tanda
lampiran yang disertakan dalam laporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2012.
• Wajib Pajak Sebelum melakukan penyetoran SSP PPh Pasal 29, lakukan pengecekan
ulang SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012 dengan data yang ada serta dilakukan
penghitungan ulang atas pph yang terutang.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________44


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

• Wajib Pajak Sebelum melaporkan SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012 lakukan
pengecekan atas kelengkapan Induk serta lampiran yang diwajibkan.

Kelengkapan Pelaporan SPT Tahunan PPh Badan


SPT Tahunan PPh Badan baru dinyatakan lengkap apabila telah dilampiri dengan:
a. Seluruh lampiran yang telah dibakukan (formulir 1771 s.d 1771-VI) harus diisi walaupun
nihil
b. Neraca dan Laporan Laba Rugi tahun pajak bersangkutan
c. Perhitungan angsuran PPh pasal 25 tahun pajak berikutnya
d. SSP lembar ke-3 tahun pajak apabila SPT menunjukkan kurang bayar
e. Surat kuasa khusus dalam hal SPT ditandatangani oleh bukan pengurus/direksi
f. Daftar aktiva tetap dan perhitungan penyusutan/amortisasi
g. Lampiran lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak

Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Badan


Jenis SPT Badan Penyetoran Pelaporan
SPT Masa (SSP PPh psl 25) Tgl 10 setiap bulan Tidak perlu
SPT Tahunan (Form 1771)
+ Lampiran Tgl 25 Maret setiap tahun Tgl 31 Maret setiap tahun
Penundaan Tgl 30 Juni setiap tahun
Tempat Bank Persepsi/Kantor Pos Kantor Pajak Setempat

F. Pembukuan dan Perhitungan Pajak Terutang PPh Badan


Pembukuan dan pencatatan menurut undang-undang KUP Pasal 28 adalah:
• Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib
pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan.
• Wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan pencatatan, adalah wajib
pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung
penghasilan neto dan wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
• Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan memperhatikan
iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
• Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan di Indonesia dengan
menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan disusun dalam
bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diijinkan oleh menteri keuangan.
• Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas. Prinsip taat asas adalah prinsip yang sama digunakan dalam metode
pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penggeseran laba atau rugi.
Prinsip taat asas dalam metode pembukuan misalnya dalam penerapan:
 Stelsel pengakuan penghasilan,

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________45


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

 Tahun buku,
 Metode penilaian persediaan,
 Metode penyusutan dan amortisasi.
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak
bergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan berdasarkan
metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang
usaha konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang konstruksi dan metode lain
yang dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti build operate and transfer (BOT) dan real
estate.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan
yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel kas, penghasilan baru
dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam suatu
periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar
secara tunai dalam periode tertentu.
Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan
jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu antara penyerahan
jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas murni,
penghasilan dari penyerahan barang atau jasa ditetapkan pada saat pembayaran dari
pelanggan diterima dan biaya-biaya ditetapkan pada saat barang, jasa, dan biaya operasi
lain dibayar.
• Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan
tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan
dan dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan. Namun,
perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat
persetujuan dari direktur Jendral Pajak. Perubahan metode pembukuan harus diajukan
kepada Direktur Jendral Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.
Contoh Kasus:
Wajib pajak dalam tahun 2008 menggunakan metode penyusutan garis lurus atau straight
line method. Jika dalam tahun 2009 wajib pajak bermaksud mengubah metode penyusutan
aktiva dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun atau declining balance
method, wajib pajak harus minta persetujuan terlebih dahulu kepada Direktur Jenderal
Pajak yang diajukan sebelum dimulainya tahun buku 2009 dengan menyebutkan alasan
dilakukannya perubahan metode penyusutan dan akibat dari perubahan tersebut.
Selain itu, perubahan metode tahun buku juga berakibat berubahnya jumlah penghasilan
atau kerugian wajib pajak. Oleh karena itu, perubahan tersebut juga harus mendapat

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________46


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

persetujuan Direktur Jenderal Pajak. Tahun pajak adalah sama dengan tahun kalender
kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Apabila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender,
penyebutan tahun pajak yang bersangkutan menggunakan tahun yang didalamnya
termasuk 6 (enam) bukan pertama atau lebih.
Contoh kasus:
a. Tahun buku 1 Juli 2008 sampai dengan 30 Juni 2009 adalah tahun pajak 2008.
b. Tahun buku 1 Oktober 2008 sampai dengan 30 September 2009 adalah tahun pajak
2009.
• Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnnya pajak yang terutang.
Selain dapat dihitung besarnya pajak penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat
dihitung dari pembukuan tersebut. Agar pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah dapat dihitung dengan benar, pembukuan harus mencatat juga
jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah
harga jual dari barang yang dikenakan penjualan atas barang mewah, jumlah
pembayaran atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah di
dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan dan yang
tidak dapat dikreditkan.
Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang
lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan standar akuntansi keuangan,
kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain.
• Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin menteri keuangan.
• Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang dikumpulkan
secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Pencatatan oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan
pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang semata-mata menerima
penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas, pencatatannya hanya mengenai
penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang merupakan objek pajak
penghasilan. Disamping itu, pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukan objek
pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
• Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
tahun di Indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang
pribadi, atau tempat kedudukan wajib pajak badan.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________47


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

Buku catatan dan dokumen termasuk yang diselenggarakan secara program apilkasi
on-line dan hasil pengolahan data elektronik menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan harus disimpan selama lima tahun di Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar
apabila Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan surat ketetapan pajak, bahan
pembukuan atau pencatatan yang diperlukan masih tetap ada dan dapat segera
disediakan.
Kurun waktu 5 (lima) tahun penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai batas kedaluwarsa penyidikan tidak pidana dibidang perpajakan.
Penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai batas
kedaluwarsa penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan. Penyimpanan buku,
catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk yang diselenggarakan secara program aplikasi on-line harus
dilakukan dengan memperhatikan factor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.
• Perhitungan pajak terutang PPh badan.
Penghitungan pajak terutang pajak penghasilan (PPh) badan yang dilakukan dalam
suatu periode akuntansi, yaitu dua belas (12) bulan berturut-turur. Kalau istilah
periode akuntansi dalam perpajakan namanya tahun pajak, tahun buku dan bagian
tahun pajak (kalau tidak sampai 12 bulan berturut-turut). Setelah laporan keuangan
pajak, tahun buku dan bagian pajak (kalau tidak sampai 12 bulan berturut-turut).
Setelah laporan keuangan pajak sudah selesai disajikan dalam suatu periode
maka untuk kepentingan perpajakan maka disajikan laporan keuangan pajak dengan
pendekatan laporan laba rugi (income statement) dimana terjadi koreksi pajak positif
atau koreksi pajak negatif atau tidak ada koreksi sama sekali atas perkiraan
penghasilan, harga pokok penjualan dan beban setelah sesuai dengan ketentuan
perpajakan dan menggambarkan keadaan sebenarnya, maka sebelum batas waktu
penyampaian SPT maka disampaikan/dilaporkan ke kantor pelayanan pajak tempat
wajib pajak terdaftar.

UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Berikut ini lampiran-lampiran yang harus ada agar SPT Tahunan PPh Badan dinyatakan
lengkap adalah, kecuali………
a. Daftar aktiva tetap
b. SSP lembar ke-3 untuk kurang bayar
c. Hanya melampirkan yang ada
d. Neraca dan laporan laba-rugi tahun pajak yang bersangkutan
e. Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak berikutnya
2. Berikut ini yang bukan merupakan elemen-elemen yang dilakukan oleh wajib pajak dalam
pencocokan atas komponen neraca adalah…….
a. Posisi utang pada neraca dengan buku utang
b. Posisi aktiva di neraca dengan buku utang
c. Posisi modal di neraca dengan buku modal
d. Posisi kas di neraca dengan buku kas
e. Posisi bank di neraca dengan buku rekening koran
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________48
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

3. Kode 1771-IV pada formulir SPT menunjukkan………


a. Penghitungan penghasilan neto fiskal
b. Kredit pajak dalam negeri
c. Daftar pemegang saham dan jumlah deviden yang dibagikan
d. Daftar penyertaan modal
e. Perincian HPP
4. Berikut ini tidak termasuk dalam utang debitur kecil adalah……
a. Kredit usaha tani
b. Kredit usaha keluarga prasejarah
c. Kredit usaha kecil
d. Kredit pemilikan rumah sangat sederhana
e. Kredit usaha rakyat
5. Berikut ini yang merupakan bukan subjek pajak PPh adalah…..
a. BUMN
b. BUMD
c. BUT
d. Kedutaan besar
e. Koperasi
6. Yang merupakan objek pajak PPh Badan dari kegiatan usaha adalah……
a. Deviden
b. Keuntungan karena penghapusan utang
c. Keuntungan karena selisih kurs valas
d. Laba usaha pokok
e. Iuran yang diterima dari perkumpulan
7. Berikut ini yang bukan merupakan objek pajak adalah….
a. Deviden
b. Royalti
c. Sewa
d. Keuntungan karena penilaian kembali aktiva tetap
e. Penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final
8. Waktu untuk penyetoran dan pelaporan PPh Badan SPT Masa adalah…..
a. Tanggal 20 setiap bulan
b. Tanggal 1 setiap bulan
c. Setiap akhir bulan
d. Tanggal 10 setiap bulan
e. Tanggal 15 setiap bulan
9. Prinsip yang sama digunakan dalam metode pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya
untuk mencegah penggeseran laba atau rugi disebut……
a. Prinsip akrual
b. Prinsip going concern
c. Prinsip historical cost
d. Prinsip taat asas
e. Prinsip stelsel kas
10. Suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti penghasilan diakui pada waktu
diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang disebut…….
a. Stelsel kas
b. Stelsel akrual
c. Stelsel history
d. Prinsip going concern
e. Prinsip akrual
11. Yang bukan merupakan prinsip taat asas dalam metode pembukuan adalah …
a. Stelsel pengakuan penghasilan,
b. Tahun buku,
c. Metode penilaian persediaan,
d. Metode penyusutan dan amortisasi.
e. Stelsel history
12. Suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan yang diterima dan biaya
yang dibayar secara tunai disebut ….
a. Stelsel kas
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________49
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

b. Stelsel akrual
c. Stelsel history
d. Prinsip going concern
e. Prinsip akrual
13. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan
dari …
a. Direktorat jenderal pajak
b. Kantor pelayanan pajak
c. Pemerintah pusat
d. Pemerintah daerah
e. Presiden
14. Metode pengakuan penghasilan disebut dengan …
a. Stelsel kas
b. Stelsel akrual
c. Stelsel history
d. Prinsip going concern
e. Prinsip akrual
15. SPT yang digunakan dalam pencatatan PPH Badan adalah …
a. 1111 d. 1770
b. 1771 e. 1772
c. 1881

Latihan Soal
1. Apakah yang dimaksud dengan badan? Dan apa saja yang menjadi objek pajak PPh Badan
itu?
2. Sebutkan apa saja kode dan nama formulir SPT !
3. Jelaskan secara singkat langkah-langkah/tahapan pengisian SPT Tahunan PPh Badan 1771 !
4. Sebutkan syarat SPT Tahunan PPh Badan baru dinyatakan lengkap !
5. Jelaskan hubungan istimawa diantara wajib pajak dapat terjadi ?
6. Sebutkan utang debitur kecil !
7. Sebut dan jelaskan penggolongan biaya fiskal !
8. Sebuktan pencocokan atas komponen neraca yang harus dilakukan minimal 5 !
9. Apa yang dimaksud stelsel kas ?
10. Sebutkan prinsip taat asas dalam metode pembukuan !

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________50


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

BAGIAN KEEMPAT
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

A. Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi


Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009 (UU KUP), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak adalah sebagai
berikut:
1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar,
lengkap dan jelas serta menandatanganinya.
2. SPT Tahunan ditandatangani oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau orang yang diberi
kuasa menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.
3. SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak
sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian dan Penandatanganan dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
214/PJ./2001 tentang Keterangan dan/atau Dokumen Yang harus Dilampirkan dalam
Surat Pemberitahuan.
4. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak
(KPP)/Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau dengan
cara mengunduh (download) melalui website www.pajak.go.id dan menyampaikannya
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Tahun Pajak berakhir.
5. Penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak meliputi Pojok Pajak, Mobil Pajak dan Tempat Khusus
Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (Drop Box) atau dapat dikirimkan melalui pos
dengan tanda bukti penerimaan surat atau dengan cara lain sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Isi Surat
Pemberitahuan, serta Tata Cara Pengambilan, Pengisian dan Penandatanganan dan
Penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009.
6. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan harus dibayar
lunas sebelum SPT Tahunan disampaikan. Apabila pembayaran dilakukan setelah
tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) perbulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
7. Wajib Pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima pembayaran
pajak (Bank Persepsi).

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________51


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

8. Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran
pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan (PPh Pasal 29), paling lama 12 (dua
belas) bulan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008
tentang Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran pajak,
permohonan harus diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo
pembayaran, dengan menggunakan formulir tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut.
9. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama
2 (dua) bulan. Pemberitahuan harus disertai penghitungan sementara pajak terutang
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang.
10. Apabila SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan atau dalam
batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
11. Setiap orang yang karena kealpaannya atau dengan sengaja tidak menyampaikan SPT
Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, dapat dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi
pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Sedikitnya ada 3 jenis formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
(SPT Tahunan PPh WP OP :
a. 1770
b. 1770 S (Sederhana)
c. 1770 SS (Sangat Sederhana)
Pada kesempatan kali ini, yang akan dibahas adalah cara pengisian formulir 1770 SS yang
diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan pekerjaan bebas baik
karyawan swasta maupun PNS yang menerima penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dan
tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali bunga bank dan/atau bunga koperasi.

B. Langkah-langkah pengisian formulir 1770 SS :


a. Peroleh dulu formulirnya, atau bisa download di
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/formulir_pajak/01_form_1770%20SS_2010.pdf
b. Isi Tahun Pajak dan keterangan Pembetulan di formulir bagian pojok kanan atas. Kalau
SPT Anda adalah SPT Pembetulan, beri tanda silang di sebelah kiri kotak yang
bertuliskan "SPT Pembetulan ke-..." dan isi kali ke berapa SPT yang sedang diisi telah
Anda betulkan.
c. Isi Bagian Identitas, satu kotak untuk satu huruf atau satu tanda silang. Untuk formulir
perubahan data dapat diperoleh di
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/formulir_pajak/02_Perubahan%20Data%202010.p
df

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________52


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

d. Isi bagian Jumlah Keseluruhan Harta yang Dimiliki pada Akhir Tahun. Harta dapat berupa
harta lancar (kas, tabungan, piutang, dsb), harta tetap (kendaraan, rumah, tanah, dsb),
harta lainnya (perhiasan dan harta lainnya yang tidak termasuk harta lancar dan harta
tetap). Kesalahan yang biasanya terjadi, Wajib Pajak mengisi bagian ini dengan jumlah
penghasilan bruto ataupun netto yang diperoleh dari bukti potong dari pemberi kerja.
e. Isi bagian Jumlah Keseluruhan Kewajiban/Hutang pada Akhir Tahun. Kewajiban/Hutang
dapat berupa kewajiban lancar (yang biasanya periode peminjaman/pemenuhan
kewajiban kurang dari satu tahun), kewajiban jangka panjang (yang biasanya periode
peminjaman/pemenuhan kewajiban lebih dari satu tahun). Kesalahan yang bisa terjadi,
Wajib Pajak mengisi bagian ini dengan biaya jabatan yang diperoleh dari bukti potong dari
pemberi kerja.
f. Isi Tanggal Pengisian dan Tanda Tangan.
g. Lampirkan formulir Bukti Potong (1721 A1 untuk karyawan swasta dan 1721 A2 untuk
PNS) yang diperoleh dari pemberi kerja. Formulirnya dapat dilihat di
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/formulir_pajak/bukti%20potong%20formulir%2017
21A1-A2.pdf.
h. Selesai.

UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Peraturan yang mengatur tentang tata cara perpajakan dan ketentuan umum adalah…….
a. UU No.8 Tahun 2009
b. UU No.17 Tahun 2009
c. UU No.16 Tahun 2009
d. UU No.5 Tahun 2009
e. Uu No.19 Tahun 2009
2. Dalam pengisian SPT Tahunan, hendaknya diisi dengan……
a. Benar, jelas, dan seperlunya
b. Benar, jelas, dan ditandatangani
c. Isi seperlunya saja
d. Cepat, akurat, dan dinamis
e. Statis, lengkap dan jelas
3. Versi angka yang digunakan dalam pengisian SPT Tahunan adalah…….
a. Bahasa latin
b. Bahasa inggris
c. Bahasa arab
d. Bahasa jawa
e. Bahasa amerika
4. Tanda tangan pada SPT tidak harus wajib pajak yang bersangkutan, namun dapat diwakilkan dengan
syarat…..
a. Saudara kandung
b. Saudara sepupu
c. Memiliki surat kuasa khusus
d. Teman akrab
e. Memiliki kecerdasan yang tinggi
5. Peraturan yang mengatur tentang bentuk dan isi SPT, serta tata cara pengambilan, pengisian, dan
penandatanganan SPT adalah……
a. UU No.16 Tahun 2009
b. UU No.6 Tahun 1983
c. UU N0.8 Tahun 2007
d. PMK N0.152/PMK.03/2009
e. PMK No.181/PMK.03/2009
6. Batas maksimal penyampaian SPT Tahunan adalah…….setelah Tahun Pajak berakhir.
a. 1 bulan
b. 2 bulan
c. 3 bulan
d. 4 bulan

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________53


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

e. 5 bulan
7. Besar sanksi bunga yang dikenakan bagi wajib pajak yang melakukan pembayaran setelah tanggal
jatuh tempo adalah…..
a. 1%
b. 2%
c. 3%
d. 4%
e. 5%
8. Batas maksimal untuk melunasi pajak yang masih terutang, tertunda, dan terangsur menurut SPT
Tahunan PPh Pasal 29 adalah…….
a. 3 bulan
b. 6 bulan
c. 9 bulan
d. 10 bulan
e. 12 bulan
9. Jumlah denda yang dikenakan bagi wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka
waktu tempo yang telah ditetapkan adalah……
a. Rp 100.000,00
b. Rp 150.000,00
c. Rp 200.000,00
d. Rp 250.000,00
e. Rp 300.000,00
10. Berikut ini yang bukan merupakan jenis dari SPT Tahunan PPh adalah….
a. 1770 dan 1770 S
b. 2770 dan 2770 S
c. 1770 X dan 1770 SS
d. 1770-IV dan 1771
e. 1771 dan 1770 SS
11. Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran pajak tercantum dalam peraturan …
a. UU No.16 Tahun 2009
b. UU No.6 Tahun 1983
c. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008
d. PMK N0.152/PMK.03/2009
e. PMK No.181/PMK.03/2009
12. Website yang digunakan untuk mengunggah SPT adalah …
a. www.pajak.net
b. www.pajak.com
c. www.pajak.go.id
d. www.pajak.co.id
e. www.pajak.ac
13. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang dicatat pada SPT …
a. 1111 d. 1772
b. 1770 e. 1773
c. 1771
14. Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak meliputi …
a. Pojok pajak
b. Kantor pos
c. Kartu pos
d. Pos Bov
e. Pengiriman paket
15. Penghasilan yang tidak dapat dicatat pada SS adalah ..
a. Honorarium d. pekerjaan tetap
b. Bunga bank e. Imbalan
c. Natura

Soal Essay
1. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak dalam mengisi SPT Tahunan Wajib Pajak
Orang Pribadi?
2. Berapa jenis formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi? Sebutkan !
3. Siapakah pihak yang menggunakan formulir 1770 SS?
4. Apakah yang terjadi apabila seseorang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau
menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap?
5. Sebutkan secara singkat langkah-langkah pengisian formulir 1770 SS !
6. Peraturan apa yang mengatur tata cara pemberian angsuran atau penundaan pembayaran pajak ?
7. Sebutkan tempat selain KPP untuk menyampaikan SPT !
8. Website apa yang bisa digunakan untuk mengunggah formulir SPT ?
9. Berapa lama Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan ?
10. Berapa persenkah denda administrasi akibat keterlambatan penyetoran pajak ?

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________54


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

BAGIAN KELIMA
PEMOTONGAN PENGHASILAN MENURUT PPH PASAL 23

A. Pengertian
PPh Pasal 23 termasuk pasal paling dinamis, jika dilihat dari seringnya aturan
pelaksanaannya yang berubah-ubah. Karakteristik PPh pasal 23 memang unik karena
mencakup banyak sekali jasa yang harus dipotong PPh Pasal 23, sekaligus mengatur
perkiraan penghasilan neto sebagai dasar pengenaan pajak. Sejak UU No.36 tahun 2008,
dilakukan penyederhanaan administrasi atau tata cara pemotongan PPh Pasal 23, dimana
perkiraan penghasilan neto sebagai dasar pengenaan pajak langsung dikenakan atas jumlah
penghasilan bruto yang diterima.
Dari sisi kesederhanaan, revisi tersebut memang mempermudah dan sangat withholder-
friendly karena hanya ada tarif, yaitu 2% untuk seluruh jenis jasa, yang menjadi obyek PPh
Pasal 23. Namun dari sisi wajib pajak yang dipotong, hal tersebut bisa jadi menjauhkan
mereka dari rasa keadilan. Hal ini dapat disebabkan perkiraan penghasilan neto yang menjadi
dasar pengenaan pajak dimaksudkan untuk menjamin kepastian keadilan sesuai jenis dan
kondisi usaha pajak.
Sebagai ilustrasi sederhana, berikut penjelasan pemotongan pajak berdasarkan PPh 23. Jika
menggunakan aturan lama, jasa catering akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 1,5%, tetapi
kini menjadi 2%. Dengan begitu, usaha ini disamakan dengan usaha lain yang karakteristiknya
berbeda. Sebaliknya, jasa pengawasan dan perencanaan konstruksi sebagai sektor yang
sedang booming mengalamai penurunan tarif, dari 4% menjadi 2%.
1. Obyek PPh Pasal 23
Pada intinya, PPh Pasal 23 dikenakan atas penghasilan yang berasal dari:
♦ Modal, yaitu dividen, bunga, dan royalty;
♦ Penyerahan jasa; serta
♦ Penyelenggaraan kegiatan, termasuk hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya
selain yang sudah dipotong PPh Pasal 21.
2. Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 23 meliputi:
1) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2) Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi;
3) Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh dan dividen
yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU
PPh.
4) Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh;
5) Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
6) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan
peraturan Menteri keuangan.

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________55


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

3. Tarif PPh Pasal 23


Berdasarkan pasal 23 UU PPh, tarif pemotongan PPh Pasal 23 dapat dilihat pda tabel
berikut.
No. Tarif Jenis Penghasilan
1. 15% x jumlah bruto 1) Dividen, sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1)
huruf g.
2) Bunga, sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1)
huruf f.
3) Royalty
4) Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya, selain yang
telah dipotong PPh sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 ayat (1) huruf e UU PPh
2. 2% x jumlah bruto 1) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta kecuali sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
PPh sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) UU
PPh.
2) Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemenn jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain
selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.
100% lebih tinggi Semua penghasilan, jika wajib pajak yang menrima tidak
memiliki NPWP.

Jasa lain yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 UU PPh dan diatur
dalam PMK No.244/PMK.03/2008 terlihat pada Tabel berikut.
Jenis Jasa Lain Keterangan
1. Jasa penilai (appraisal) 1) Tarif PPh Pasal 23 atas jasa lain
adalah 2% x jumlah bruto
2. Jasa aktuaris 2) Sifat daftar ini adalah limitatif bukan
ilustratif, artinya daftar ini menjadi
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi possible list, dimana jasa-jasa diluar
laporan keuangan. yang ada dalam tabel bukanlah
obyek PPh Pasal 23
4. Jasa perancang (design) 3) Tarif pemotongan dinaikkan 100%
5. Jasa pengeboran (drilling) di bidang (menjadi 4%) dalam hall wajib pajak
penambangan minyak dan gas bumi penerima penghasilan tidak memiliki
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk NPWP
usaha tetap;
6. Jasa penunjang dibidang penambangan
migas, yaitu jasa-jasa sebagai berikut
a. Jasa penyemenan dasar (primary
cementing) yaitu penempatan bubur
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________56
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

semen secara tepat diantara pipa


selubung dan lubang sumur
b. Jasa penyemenan perbaikan (remedial
cementing) yaitu penempatan bubur
semen untuk maksud:
1) Penyumbatan kembali formasi yyang
sudah kosong
2) Penyumbatan kembali zona yang
berproduksi air
3) Perbaikan dan penyemenan dasar
yang gagal
4) Penutupan sumur
c. Jasa pengontrolan psir (sand control),
yaitu jasa yang menjamin bahwa bagian-
bagian formasi yang tidak terkonsolidasi
tidak akan ikut terproduksi ke dalam
rangkaian pipa produksi dan
menghilangkan kemungkinan
tersumbatnya pipa
d. Jasa pengasaman (matrix acidizing),
yaitu pekerjaan untuk memperbesar
daya tembus formasi yang menaikkan
produktivitas dengan jalan
menghilangkan material penyumbat yang
tidak diinginkan
e. Jasa peretakan hidrolika (hydraulic),
yaitu pekerjaan yang dilakukan jika cara
pengasaman tidak cocok, misalnya
perawatan pada formasi yang
mempunyai daya tembus sangat kecil.
f. Jasa nitrogen dan gulungan pipa
(nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa yang
dikerjakan untuk menghilangkan cairan
buatan yang berada dalam sumur baru
yang telah selesai, sehingga aliran yang
terjadi sesuai dengan tekanan asli
formasi dan kemudian menjadi besar
sebagai akibat dari nitrogen yang telah
dipompakan kedalam cairan buatan
dalam sumur.
g. Jasa uji kandung lapisan (drill stem
testing), penyelesaian sementara suatu

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________57


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

sumur baru agar dapat mengevaluasi


kemampuan berproduksi.
h. Jasa reparasi pompa reda (reda repair)
i. Jasa pemasangan instalasi dan
pemasangan
j. Jasa penggantian peralatan/material
k. Jasa mud logging, yaitu memasukkan
lumpur kedalam sumur
l. Jasa mud enginerring
m. Jasa well logging & perforating
n. Jasa stimulasi dan secondary decovery
o. Jasa well testing & wire line service
p. Jasa alat control navigasi lepas pantai
yang berkaitan dengan drilling
q. Jasa mobilisasi dan demobilisasi
anjungan driliing
r. Jasa lainnya yang sejenisnya dibidang
pengeboran migas
7. Jasa penambangan dan jasa penumpang di
bidang penambangan selain migas:
1) Jasa pengeboran
2) Jasa penebasan
3) Jasa pengupasan & pengeboran
4) Jasa penambangan
5) Jasa pengangkutan/sistem transportasi,
kecuali jasa angkutan umum
6) Jasa pengolahan bahan galian
7) Jasa reklamasi tambang
8) Jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal
manufaktur, fabrikasi, dan
penggalian/pemindahan tanah
9) Jasa lainnya yang sejenis di bidang
pertambangan umum
8. Jasa penunjang dibidang penerbangan dan
Bandar udara:
1) Bidang aeronautika, termasuk
a) Jasa pendaratan, penempatan,
penyimpanan pesawat udara dan jasa
lain sehubungan dengan pendaratan
pesawat udara
b) Jasa penggunaan jembatan pintu (avio

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________58


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

bridge)
c) Jasa pelayanan penerbangan
d) Jasa ground handling, yaitu
pengurusan seluruh atau sebagian dari
proses pelayanan penumpang dan
bagasinya serta kargo, yang diangkut
dengan pesawat, udara baik yang
berangkat maupun datang, selama
pesawat udara didarat
e) Jasa penunjang lain dibidang
aeonautika
2) Bidang non-aeronautika, termasuk :
a) Jasa catering di pesawat dan jasa
pembersihan pantry pesawat;
b) Jasa penunjang lain dibidang non-
aeronautika
9. Jasa pengolahan limbah
10. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing
services)
11. Jasa perantara dan/atau keagenan
12. Jasa dibidang perdagangan surat-surat
berharga, kecuali yang dilakukan oleh bursa
efek, KSEI dan KPEI
13. Jasa custodian/penyimpanan/penitipan,
kechuali yang dilakukan oleh KSEI
14. Jasa pengisian udara (dubbing) dan/atau
sulih suara
15. Jasa mixing film
16. Jasa sehubungan dengan software
computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikaan.
17. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan
listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib
pajak yang ruang lingkupnya dibidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
18. Jasa perawatan/ perbaikan/pemeliharaan
mesin, perawatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan selain yang dilakukan
oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________59
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

dibidang konstruksi dan mempunyai izin


dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi
19. Jasa maklon; yaitu jasa pemberian jasa
dalam rangka proses penyelesaian suatu
barang tertentu yang proses pengerjaannya
dilakukan oleh pihak pemberi jasa
(disubkontrakkan), yang spesifikasi, bahan
baku atau barang setengah jadi dan atau
bahan penolong/pembantu yang akan
diproses sebagian atau seluruhnya
disediakan oleh pengguna jasa, dan
kepemilikan atas barang jadi berada pada
pengguna jasa
20. Jasa penyelidikan dan keamanan
21. Jasa pengepakan
22. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu
dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi
23. Jasa pembasmian hama
24. Jasa kebersihan atau cleaning service
25. Jasa catering atau tata boga

Besarnya potongan PPh Pasal 23 diterapkan lebih tinggi 100% terhadap wajib pajak yang
tidak memiliki NPWP dibandingkan tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang dapat
menunjukkan NPWP.
Pengertian-pengertian kunci dalam PPh pasal 23 terlihat pada Tabel berikut.
No. Jenis Jasa Penjelasan
1. Jasa teknik Jasa teknik adalah pemberian jasa dalam bentuk pemberian
informasi yang berkenaan dengan pengalaman dalam
bidang industry, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang
dapat meliputi :
a. Pelaksanaan suatu proyek
b. Pembuatan suatu jenis produk; serta
c. Jasa teknik, dapat pula berupa pemberian informasi yang
berkenaan dengan pengalaman-pengalaman dibidang
manajemen.
2. Jasa manajemen Pemberian jasa dengan ikut serta acara secara langsung
dalam pelaksanaan manajememen dengan mendapat balas
jasa berupa imbalan manajemen (management fee)
3. Jasa konstruksi a. Layanan jasa konsultasi, perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________60
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan


pekerjaan konstruksi.
b. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya
untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
c. Sesuai pasal 4 ayat (2) UU PPh, jasa konstruksi
termasuk dalam obyek pemotongan final sehingga masih
mangikuti PP No. 51/2008
4. Jasa konsultan Pemberian nasehat/ masukan profesional dalam bidang
usaha kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh
tenagaa ahli atau perkumpulan tenaga ahli, yang tidak
disertai dengan keterlibatan langsung para tenaga ahli
tersebut dalam pelaksanaanya.

B. Penghasilan yang Dikenakan Pemotongan PPh Pasal 23


Contoh kasus:
Pada tanggal 10 Mei 2008, PT. Sukses Gemilang, membagikan dividen masing-masing Rp
10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT. Sukses
Gemilang wajib memungut PPh Pasal 23.
1. Dari sisi pemotong:
Berapa besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong? Bagaimana cara mencatat
pembagian dividen tersebut? Bagaimana prosedur pemotongan, pencatatan dan pelaporan
PPh Pasal 23-nya? Bagaimana pengaruhnya terhadap PPh Pasal 25 dan 29 PT. Sukses
Gemilang?
2. Dari sisi yang terpotong:
Apa yang harus dilakukan?, apa pengaruh PPh Pasal 23 terhadap PPh Pasal 25 dan PPh
Pasal 29 pihak yang terpotong?

Tarif PPh Pasal 23 atas dividen adalah 15%, sehingga besarnya PPh Pasal 23 yang dipotong
kepada masing-masing pemegang saham dihitung dengan formula:
PPh Pasal 23 = Tarif x Jumlah Bruto = 15% x 10,000,000
PPh Pasal 23 = Rp 1,500,000
Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = 20 x Rp 1,500,000
Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = Rp 30,000,000
Atas pembagian dividen tersebut, PT. Sukses Gemilang:
1. Pada tanggal 10 Mei 2008, melakukan pencatatan atas pembagian dividen dan
pemotongan PPh Pasal 23, dengan jurnal:
(Debit) Dividen = Rp 200,000,000 (Jumlah bruto x 20)
(Kredit) Kas = Rp 170,000,000 (Total Bruto – PPh Pasal 23)

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________61


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

(Kredit) Utang PPh Pasal 23 = Rp 30,000,000


2. Pada tanggal 10 Mei 2008, melakukan pemotongan dan menerbitkan bukti pemotongan
PPh Pasal 23 atas dividen yang diterima oleh pemegang saham masing-masing sebesar
Rp 1,500,000 kepada keduapuluh penerima dividen.
3. Pada penutupan buku tanggal 30 Mei nanti, di neraca PT. Sukses Gemilang akan muncul:
Dividen (pengurang retained earning) sebesar Rp 200,000,000 di sisi Pasiva, pada
kelompok equity, dan Utang PPh Pasal 23 sebesar Rp 30,000,000 di sisi aktiva lancar
(current asset). Itulah disebut “saat pengakuan PPh Pasal 23 terhutang”.
4. Pada tanggal 10 Juni 2008 (latest) menyetorkan PPh Pasal 23 (yang telah dipungut
olehnya) ke kas negara melalui bank persepsi (disebut “Saat penyetoran”), dan atas
penyetoran tersebut dicatat dengan jurnal:
(Debit) Utang PPh Pasal 23 = Rp 30,000,000
(Credit) Kas = Rp 30,000,000
Dengan jurnal di atas, maka Utang PPh pasal 23 menjadi nol, dan akumulasi cash-out
adalah Rp 200,000,000 (sama dengan pengakuan dividen-nya: Rp 170,000,000 telah
dicatat tanggal 10 Mei dan Rp 30,000,000 telah dicatat tanggal 10 Juni 2008).
5. Tanggal 10 Juni 2008 (latest), melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 disertai:
a) Daftar pemotongan
b) Bukti Pemotong masing-masing 1 copy
c) SSP atas setoran yang telah dilakukan melalui bank persepsi.

Di pihak terpotong (penerima dividen).


Pada tanggal 10 Mei 2008, melakukan pencatatan atas penerimaan dividen dan potongan.
PPh Pasal 23 dengan jurnal:
(Debit) Kas = Rp 8,500,000 (Nilai neto setelah dipotong PPh Pasal 23)
(Debit) PPh Pasal 23 = Rp 1,500,000
(Kredit) Pendapatan dividen = Rp 10,000,000
Pada tanggal 10 Mei 2008, menerima bukti pemotongan PPh Pasal 23 dari PT. Sukses
Gemilang dan mengarsipkannya.
Obyek pajak yang PPH Pasal 23 yang menggunakan “Jumlah Neto” sebagai DPP.
Besarnya jumlah neto telah ditentukan oleh undang-undang dengan persentase tertentu dari
jumlah bruto-nya berdasarkan jenis jasa yang diserahkan.
DPP-nya 30% dari jumlah bruto (tidak termasuk PPN): Jasa Konsultan Akuntansi
Contoh:
Pada tanggal yang sama (10 May 2008), PT. Sukses Gemilang menerima Debit Note dari
“Pandawa Solusindo Consultant” yang menangani pembukuannya sebesar Rp 5,500,000
(termasuk PPn). Untuk itu PT. Sukses Gemilang wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 23
sebelum dilakukan pembayaran, dengan perhitungan sebagai berikut:
PPh Pasal 23 = Tarif x DPP
PPh Pasal 23 = Tarif x [30% x (Jumlah Bruto - PPn)]
PPh Pasal 23 = 4.5% x [30% x (5,500,000 – 500,000)]
PPh Pasal 23 = 4.5% x [30% x 1,500,000]

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________62


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

PPh Pasal 23 = 4.5% x Rp 2,500,000


PPh Pasal 23 = Rp 67,500

UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Suatu pasal peraturan pajak PPh yang suka berubah-ubah disebut……
a. Pasal riil
b. Pasal permanen
c. Pasal dinamis
d. Pasal statis
e. Pasal sementara
2. PPh Pasal 23 merupakan peraturan yang tergolong kedalam…….
a. Pasal riil
b. Pasal permanen
c. Pasal dinamis
d. Pasal statis
e. Pasal sementara
3. Tarif yang dikenakan terhadap objek pajak PPh Pasal 23 adalah…..
a. 1%
b. 2%
c. 3%
d. 4%
e. 5%
4. Berikut ini yang merupakan objek pajak PPh Pasal 23 adalah, kecuali…..
a. Royalti
b. Peneyerahan jasa
c. Bunga
d. Hadiah
e. Penghasilan yang dibayar kepada bank
5. Perhatikan jenis-jenis objek sebagai berikut:
I. Sisa usaha hasil koperasi
II. Bunga
III. Dividen
IV. Royalti
V. Sewa yang dibayarkan
Di atas, yang merupakan objek pajak yang tidak dipotong oleh PPh Pasal 23 adalah……
a. I dan II
b. I dan III
c. II dan IV
d. III dan V
e. II dan III
6. Besar tarif yang dikenakan untuk jenis penghasilan deviden, bunga, royalti, dan hadiah
adalah………
a. 2%
b. 5%
c. 10%
d. 15%
e. 20%
7. Berikut ini jenis objek pajak PPh Pasal 23 yang dikenakan tarif 2% adalah…..
a. Dividen
b. Royalti
c. Penghargaan
d. Jasa konsultan
e. Hadiah
8. Pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman
dalam bidang industry, perdagangan disebut……
a. Jasa teknik
b. Jasa manajemen
c. Jasa konstruksi
d. Jasa konsultan
e. Jasa operasional

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________63


LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta

9. Pemberian jasa yang memberikan bantuan kepada orang lain guna memberikan kemudahan
namun tidak berwujud disebut…..
a. Jasa manajemen
b. Jasa konsultan
c. Jasa operasional
d. Jasa teknik
e. Jasa konstruksi
10. Pemberian jasa dengan ikut serta acara secara langsung dalam pelaksanaan manajemen
dengan mendapat balas jasa berupa imbalan manajemen disebut…..
a. Jasa manajemen
b. Jasa operasional
c. Jasa teknik
d. Jasa konstruksi
e. Jasa konsultan
11. Dokumen yang harus diikut sertakan saat melporkan SPT Masa PPh Pasal 23 adalah ..
a. Daftar pemotongan
b. KTP
c. KK
d. Surat pendirian perusahaan
e. Akta pendirian perusahaan
12. Berikut ini yang bukan termasuk jasa dalam PPh Pasal 23 adalah …
a. Jasa teknik
b. Jasa manajemen
c. Jasa konstruksi
d. Jasa konsultan
e. Jasa bangunan
13. Sewa yang tidak termasuk dalam PPh Pasal 23 adalah …
a. Sehubungan dengan harta
b. Sehubungan dengan usaha
c. Sehubungan dengan WP
d. Sehubungan dengan pekerjaan
e. Sehubungan dengan customer
14. Deviden, royalti, bunga termasuk ke dalam kelompok …
a. Jasa d. kas
b. Teknik e. penyelenggaraan kegiatan
c. Modal
15. Bagi hasil atas saham disebut dengan …
a. Laba d. komisi
b. Bunga e. deviden
c. Royalti

Soal Essay
1. Apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 23?
2. Sebut dan jelaskan secara singkat mengenai klasifikasi penghasilan yang dipotong PPh Pasal
23 dan yang tidak dipotong PPh Pasal 23 !
3. Jelaskan mengenai tarif PPh Pasal 23 !
4. Sebut dan jelaskan jenis jasa beserta tarifnya yang dikenakan PPh Pasal 23 !
5. Pada tanggal 10 Agustus 2012, PT. Sehati Milk, membagikan dividen masing-masing Rp
30.000.000 kepada 15 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT. Sukses
Gemilang wajib memungut PPh Pasal 23. Hitung PPh Pasal 23 dari pihak yang terpotong dan
dipotong !
6. Mengapa karakteristik PPh pasal 23 dikatakan unik ?
7. Sebutkan jasa yang termmasuk jasa konstruksi !
8. Apa yang dimaksud dengan jasa manajemen ?
9. Sebutkan data yang harus diikutsertakan saat melaporkan SPT Masa Pasal 23 !
10. Sebutkan contoh jasa dibidak penerbangan dan Bandar udara kelompok non-aeronautika!

Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________64

Anda mungkin juga menyukai