BAGIAN PERTAMA
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
A. Pendahuluan
Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang
diundangkan di Jakarta tanggal 23 September 2008 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2009.
Isi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan
Pasal 21
Pasal 21
(1) Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau
bukan pegawai;
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan;
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain
dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
suatu kegiatan.
(2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor perwakilan negara asing dan
organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
(3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah
jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang
besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan
Tidak Kena Pajak.
(4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong
pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak
dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Meneteri Keuangan.
(5) Tarif pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1a), kecuali ditetapkan lain dengan
Peraturan Pemerintah.
(5a) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib
Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh
persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak.
Ayat (1)
Ketentuan ini mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Pihak yang wajib
melakukan pemotongan pajak adalah pemberi kerja, bendahara pemerintah, dana pensiun,
badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan.
Huruf a
Pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak adalah orang pribadi ataupun
badan yang merupakan induk, cabang, perwakilan, atau unit perusahaan yang membayar
atau terutang gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain dengan nama apa
pun kepada pengurus, pegawai atau bukan pegawai sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan. Dalam pengertian pemberi kerja termasuk
juga organisasi internasional yang tidak dikecualikan dari kewajiban memotong pajak. yang
dimaksud dengan “pembayaran lain” adalah pembayaran dengan nama apa pun selain
gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain, seperti bonus, gratifkasi, dan
tantiem. Yang dimaksud dengan “bukan pegawai” adalah orang pribadi yang menerima
atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerja sehubungan dengan ikatan kerja tidak
tetap, misalnya artis yang menerima atau memperoleh honorarium dari pemberi kerja.
Huruf b
Bendahara pemerintah termasuk bendahara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Yang termasuk juga
dalam pengertian bendahara adalah pemegang kas dan pejabat lain yang menjalankan
fungsi yang sama.
Huruf c
Yang termasuk badan lain, misalnya, adalah badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang membayarkan uang pensiun, tunjangan hari tua, tabungan hari tua, dan
pembayaran lain yang sejenis dengan nama apa pun. Yang termasuk dalam pengertian
uang pensiun atau pembayaran lain adalah tunjangan-tunjangan baik yang dibayarkan
secara berkala ataupun tidak yang dibayarkan kepada penerima pensiun, penerima
tunjangan hari tua, dan penerima tabungan hari tua.
Huruf d
Yang termasuk dalam pengertian badan adalah organisasi internasional yang tidak
dikecualikan berdasarkan ayat (2). Yang termasuk tenaga ahli orang pribadi, misalnya,
adalah dokter, pengacara, dan akuntan, yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak
untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
Huruf e
Penyelenggara kegiatan wajib memotong pajak atas pembayaran hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan. Dalam pengertian penyelenggara
kegiatan termasuk antara lain badan, badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain musik
drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.
3) Olahragawan
4) Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada
suatu keputusan.
7) Agen iklan
8) Pengawas atau pengelola proyek
9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganana atau yang menjadi perantara
10) Petugas penjaja barang dagangan
11) Petugas dinas luar asuransi
12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis
lainnya.
d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan
keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:
a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni,
ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya.
b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, dan kunjungan kerja.
c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu.
d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang
e. Peserta kegiatan lainnya.
Yang tidak termasuk subjek pajak PPh Pasal 21
Tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-
orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal
bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut,
serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1c) Undang-undang Pajak Penghasilan yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh Pasal 21)
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa penghasilan yang
bersifat teratur maupun tidak teratur.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa uang
pensiun atau penghasilan sejenisnya.
Beasiswa yang dikecualikan dari pengenaan PPh Pasal 21 adalah penghasilan berupa
beasiswa yang diterima atau diperoleh Warga Negara Indonesia dari Wajib Pajak pemberi
beasiswa dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam negeri pada tingkat pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dikecualikan dari objek Pajak
Penghasilan.
Ketentuan tersebut tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai hubungan
istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi, atau pengurus Wajib Pajak pemberi beasiswa.
Komponen beasiswa tersebut terdiri atas biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah
(tuition fee), biaya ujian, biaya penelitian yang berkaitan dengan bidang studi yang diambil,
biaya untuk pembelian buku, dan/atau biaya hidup yang wajar sesuai dengan daerah lokasi
tempat belajar.
Latihan Soal-soal
a. Apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan Pasal 21 ?
b. Siapa sajakah penerima penghasilan yang dipotong pajak pasal 21? Sebutkan !
c. Sebutkan pihak-pihak yang wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh
pasal 21 !
d. Sebut dan jelaskan secara singkat tentang penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 !
e. Bagaimana ketentuan beasiswa yang dipotong PPh Pasal 21?
C. Pemotongan PPh Pasal 21 dan tarif PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU
No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 17
Tahun 2000 dan terakhir UU No.36 Tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk
pemotong PPh Pasal 21 dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/KMK.03/2008
adalah:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat maupun
cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah termasuk bendahara atau pemegang kas
kepada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI, Pemerintah Daerah, instansi
atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga negara lainnya, dan Kedutaan Besar
Republik Indonesia di luar negeri, yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain
yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua.
4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan yang
membayar:
1) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa
dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Subjek Pajak
dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan
bertindak untuk dan atas namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama
persekutuannya.
2) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan
jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan statu Subjek Pajak Luar Negeri.
3) Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.
4) Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat
nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan, yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan
dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan
dengan suatu kegiatan.
Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
pemotongan pajak adalah:
a. Kantor perwakilan negara asing
b. Organisasi-organisasi internasional
c. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatanusaha atau pekerjaan
bebas.
d. Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan tersebut, organisasi
internasional dimaksud merupakan pemberi kerja yang berkewajiban melakukan
pemotongan pajak
D. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak
Hak Pemotong Pajak
Hak-hak pemotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Pemotong pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh pasal 21 yang terjadi
karena jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam 1 tahun takwim lebih kecil daripada
jumlah PPh Pasal 21 yang telah disetor. Jumah kelebihan tersebut akan diperhitungkan
dengan PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu dilakukan
penghitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan, diperhitungkan untuk bulan-
bulan lainnya pada tahun berikutnya.
b. Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21. Permohonan diajukan secara
tertulis selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan
menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak disertai surat
pernyataan mengenai penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti
pelunasan kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti pelunasan
kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwim yang
bersangkutan.
c. Pemotong pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Pajak dan
permohonan banding kepada Badan Peradilan Pajak.
c. Wajib Pajak berhak mengajukan permohonan banding secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan alasan yang jelas kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak
terhadap keputusan mengenai keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak. Permohonan banding ini diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan
alasan yang jelas, dan dilakukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan diterima
dilampiri salinan surat keputusan tersebut. Apabila badan peradilan pajak belum
terbentuk, maka permohonan banding dapat diajukan kepada Badan Penyelesaian
Sengketa Pajak. Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak bukan merupakan
Keputusan Tata Usaha Negara.
Kewajiban Wajib Pajak
Kewajiban Wajib Pajak adalah:
1. Wajib Pajak (penerima penghasilan) wajib menyerahkan surat pernyataan kepada
Pemotong Pajak, yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada suatu tahun
takwim untuk mendapatkan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Penyerahan tersebut dilakuan pada saat mulai bekerja, atau pada permulaan menjadi
Subjek Pajak dalam negeri atau mulai pensiun atau dalam hal terjadi perubahan
tanggungan keluarga meurut keadaan pada permulaan tahun takwim. Wajib Pajak
berkewajiban untuk menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 kepada:
a. Pemotong Pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan dipindahtugaskan
b. Pemotong Pajak tempat kerja yang baru dalam hal yang bersangkutan pindah kerja
c. Pemotong Pajak dana pensiun dalam hal yang bersangkutan mulai menerima
pensiun dalam tahun berjalan
2. Wajib Pajak berkewajiban menyerahkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi
jika Wajib Pajak mempunyai penghasilan lebih dari satu pemberi kerja..
b. Perhitungan kembali sebagai dasar pengisian Form 1721-A1 atau 1721-A2 dan
pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang untuk masa pajak Desember atau masa pajak
di mana pegawai tetap berhenti bekerja:
1) Bulan di mana pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun
2) Bulan Desember bagi pegawai tetap yang bekerja sampai akhir tahun kalender dan
bagi penerima pensiun yang menerima uang pensiun sampai akhir tahun kalender.
Penghitungan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atas penghasilan yang bersifat tetap secara
umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
• Penghasilan bruto
1. Gaji sebulan xxx
2. Tunjangan PPh xxx
3. Tunjangan dan honorarium lainnya xxx
4. Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja xxx
5. Penerimaan dalam bentuk natura yang dikenakan xxx
pemotongan PPh pasal 21
6. Jumlah penghasilan bruto (jumlah 1-5) xxx
• Pengurangan
7. Biaya jabatan (5% x penghasilan bruto, xxx
maksimal Rp 500.000,00 sebulan)
8. Iuran pensiun atau iuran THT/JHT xxx
(yang dibayarkan oleh penerima penghasilan)
9. Jumlah pengurangan (7+8) xxx
• Penghitungan PPh Pasal 21
10. Penghasilan neto sebulan (6-9) xxx
11. Penghasilan neto sebulan/disetahunkan (10 x 12 bulan) xxx
12. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) xxx
13. Penghasilan Kena Pajak setahun (11-12) xxx
14. PPh Pasal 21 yang terutang (13 x tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a) xxx
15. PPh Pasal 21 yang dipotong sebulan (14+12 bulan) xxx
Besarnya PTKP
Keterangan
per tahun (Rp)
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi 24.300.000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin 2.025.000
Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung 24.300.000
dengan penghasilan suami
Tambahan untuk setiap tanggungan (maksimal 3 orang) 2.025.000
• Penyesuaian besarnya PTKP sebagaimana tersebut di atas telah ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Penetapan besarnya PTKP tersebut
telah disesuaikan dengan perkembangan ekonomi dan moneter serta harga kebutuhan pokok
yang semakin meningkat.
Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:
• Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.
• Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP utnuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah
setempat serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima
atau memperoleh penghasilan, besarnya PTKP adalah PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP
untuk status kawin dan PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender. Dikecualikan
dari ketentuan di atas, besarnya PTKP untuk pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia
dalam bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari bagian tahun
kalender yang bersangkutan.
Catatan:
Tanggungan yang diperbolehkan adalah maximum 3 (tiga) orang untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya. Yang dimaksud dengan keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam
garis keturunan lurus dapat digambarkan sebagai berikut.
Nikah Nikah
L P L P
(xxx)
Nikah
Definisi dari setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus,
termasuk anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya dalam PTKP, dapat dilihat pada
Tabel berikut:
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________11
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
Penerapan PTKP ditentukan oleh keadaan pada Awal Tahun Pajak atau awal bagian Tahun Pajak
sesuai UU PPh Pasal 7 Ayat (2).
Tarif Pajak untuk Wajib Pajak Orang Pribadi (sesuai UU RI No: 36/2008 pasal 17 ayat 1 huruf a
yang berlaku mulai 1 Januari 2009):
s/d Rp 50.000.000 = 5%
di atas Rp 50.000.000 s/d Rp 250.000.000 = 15%
di atas Rp 250.000.000 s/d Rp 500.000.000 = 25%
di atas Rp 500.000.000 = 30%
Contoh:
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000
Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi WP yang memiliki NPWP adalah:
5% x Rp50.000.000 = Rp 2.500.000
15% x Rp25.000.000 = Rp 3.750.000
Jumlah = Rp 6.250.000
Tarif pemotongan PPh pasal 21 bagi wajib pajak yang tidak mempunyai NPWP adalah 20% lebih
besar daripada wajib pajak yang mempunyai NPWP.
Contoh:
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika WP tidak memiliki NPWP adalah:
5% x 120% x Rp50.000.000 = Rp 3.000.000
15% x 120% x Rp25.000.000 = Rp 4.500.000
Jumlah = Rp 7.500.000
Penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas seperti pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris, dikenakan tarif sebesar 15% dari
perkiraan penghasilan neto. Perkiraan penghasilan neto untuk tenaga ahli adalah 40% dari
penghasilan bruto.
PPh 21 = 15% x 40% x Penghasilan bruto, atau dengan tarif efektif
PPh 21 = 6% x Penghasilan bruto
Faktor dalam penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
No. Komponen Jumlah Penjelasan
1. PTKP (penghasilan tidak kena
pajak)
Diri wajib pajak Rp 15.840.000,00
Tambahan untuk wajib pajak Rp 1.320.000,00
kawin Rp 15.840.000,00
Tambahan untuk seorang
istri yang pengahasilannya Rp 1.320.000,00
digabung dengan suami,
Tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah Sesuai PMK No. 254/PMK.03/
dan keluarga semenda garis Rp 150.000,00 2008, dengan syarat
keturunan lurus, termasuk penghasilan bruto sebulan
anak angkat yang menjadi tidak melebihi Rp
tanggungan sepenuhnya 1.320.000,00 atau
Pegawai harian, migguan penghasilannya dibayar
serta pegawai tidak tetap secara bulanan.
2. Biaya jabatan Sebesar 5% dari Sesuai PMK No. 250/PMK.03/
penghasilan bruto, 2008
setinggi-tingginya
Rp6.000.000,00
setahun atau Rp
500.000,00 sebulan
3. Biaya pensiun Sebesar 5% dari Sesuai PMK No. 250/PMK.03/
penghasilan bruto, 2008
setinggi-tingginya
Rp2.400.000,00
setahun atau Rp
200.000,00 sebulan
Catatan:
a. Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan ataupun tidak.
b. Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah memiliki NPWP. Dalam hal
pegawai yang bersangkutan belum memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus
dipotong adalah sebesar: 120% x Rp 928.833,00 = Rp1.114.599,00.
c. Untuk contoh-contoh selanjutnya diasumsikan penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 sudah memiliki NPWP kecuali disebut lain dalam contoh tersebut.
Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Tarif Bulanan (wanita, suami tidak berpenghasilan)
Ernaningrum adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak, bekerja pada PT ABC
Sardines dengan gaji sebulan Rp 2.500.000,00. Ernaningrum membayar iuran pensiun ke dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp 50.000,00 sebulan.
Berdasarkan surat keterangan dari Pemda tempat Ernaningrum berdomisili yang diserahkan
kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya tidak mempunyai penghasilan apa pun.
Contoh Perhitungan Pegawai Tetap dengan Gaji Bulanan (wanita, suami berpenghasilan)
Susanti, seorang karyawati dengan status menikah tetapi belum mempunyai anak bekerja pada
PT Medicine Farmasindo. Susanti menerima gaji Rp 3.000.000,00 sebulan. PT Medicine
Farmasindo mengikuti program pensiun dan Jamsostek. Perusahaan membayar iuran pensiun
kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, sebesar Rp
40.000,00 sebulan. Susanti juga membayar iuran pensiun sebesar Rp 30.000,00 sebulan,
disamping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan
sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Susanti membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 2% dari gaji. Berdasarkan surat keterangan Pemda tempat Susanti bertempat tinggal
diketahui bahwa suami Susanti tidak mempunyai penghasilan apa pun. Premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-
masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.
Garuda Metalindo membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji dan Tri
membayar iuran pensiun Rp 10.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 adalah:
Gaji pokok sebulan(4 x Rp 500.000,00) Rp 2.000.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 20.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 6.000,00
Total penghasilan bruto sebulan Rp 2.026.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 2.026.000,00) Rp 101.300,00
2. Iuran Pensiun Rp 10.000,00
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 40.000,00
Rp 151.300,00
Penghasilan neto sebulan Rp 1.874.700,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 1.874.700,00 Rp 22.496.400,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
- Tambahan 1 anak Rp 1.320.000,00
Rp 18.480.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 4.016.400,00
Pembulatan Rp 4.016.000,00
PPh Pasal 21 setahun:
5% x Rp 4.016.000,00 Rp 200.800,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 200.800,00 : 12 Rp 16.733,00
PPh Pasal 21 mingguan
Rp 16.733,00 : 4 Rp 4.183,00
5% x Rp 4.861.000,00 Rp 243.050,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 243.050,00 : 12 Rp 20.254,00
PPh Pasal 21 mingguan
Rp 20.254,00 : 26 Rp 779,00
Contoh Perhitungan Pegawai Tetap Menerima Uang Rapel
Tommy sebagaimana tersebut sebagai contoh nomor 1 di atas pada bulan Juni 2011 menerima
kenaikan gaji pokok menjadi Rp 4.500.000,00 sebulan dan berlaku surut sejak 1 Januari 2011.
Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut tersebut maka Tommy menerima rapel sejumlah
Rp 5.000.000,00 (kekurangan gaji untuk masa Januari s.d Mei 2011). Untuk menghitung PPh
Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21 untuk masa
Januari s.d Mei 2011 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan gaji.
Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang rapel adalah:
Gaji pokok sebulan Rp 4.500.000,00
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 4.000.000,00
Premi Jaminan Kematian Rp 3.500.000,00
Total penghasilan bruto sebulan Rp 12.000.000,00
Pengurangan:
1. Biaya jabatan (5% x Rp 12.000.000,00)
= Rp 600.000,00, maks diperbolehkan Rp 500.000,00
2. Iuran Pensiun Rp 100.000,00
Rp 600.000,00
Penghasilan neto sebulan Rp 11.400.000,00
Penghasilan neto setahun:
12 x Rp 11.400.000,00 Rp 136.800.000,00
PTKP setahun (K/-)
- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00
- Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp 119.640.000,00
PPh Pasal 21 terutang:
5% x Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
15% x Rp 69.640.000,00 Rp 10.446.000,00
Rp 12.946.000,00
PPh Pasal 21 sebulan:
Rp 12.946.000,00 : 12 Rp 1.078.833,00
PPh Pasal 21 Januari s.d Mei 2011 seharusnya adalah:
5 x Rp 1.078.833,00 Rp 5.394.166,00
PPh Pasal 21 yang sudah dipotong Januari s.d Mei 2011
5 x Rp 928.833,00 Rp 4.644.166,00
PPh Pasal 21 untuk uang rapel Rp 750.000,00
gaji dan Heru membayar iuran pensiun Rp 10.000,00 dan Jaminan Hari Tua sebesar 2,00%
dari gaji. Berapakah PPh Pasal 21 yang dipotong?
4) Kasino, status menikah dan mempunyai satu anak, bekerja sebagai pegawai tetap pada
Perusahaan PT Kelapa Sawit Sejahtera menerima gaji yang dibayar mingguan sebesar Rp
800.000,00. Berapakah PPh Pasal 21 yang dipotong?
5) Alif Baharuddin adalah pegawai pada perusahaan PT Semesta Eltrindo, menikah tanpa anak,
memperoleh gaji sebulan Rp 3.000.000,00. PT Semesta Eltrindo mengikuti program
Jamsostek, premi jaminan kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi
kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT Semesta Eltrindo
menanggung iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT
Semesta Eltrindo juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT Semesta Eltrindo
membayar iuran pensiun untuk Alif Baharuddin ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp 80.000,00 sedangkan Alif
Baharuddin membayar iuran pensiun sebesar Rp 60.000,00. Hitunglah PPh Pasal 21 yang
dipotong !
PPh Pasal 21 sebulan = tarif Pasal 17 x 50% x Jumlah Kumulatif Penghasilan Bruto
Contoh 1 :
Dr. Endang, Sp.JP merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik di Rumah Sakit
Harapan Jantung Kita dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh
pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan
sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada Dr. Endang, Sp.JP pada
setiap akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Harapan Jantung Kita, Dr. Endang, SpJP juga
melakukan praktik sendiri di klinik pribadinya. Dr. Endang, Sp.JP telah memiliki NPWP dan pada
tahun 2011, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik Dr. Endang, Sp.JP di Rumah Sakit
Harapan Jantung Kita adalah sebagai berikut:
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Jasa Dokter Dasar Dasar Tarif Pasal PPh
yang dibayar Pemotongan Pemotongan 17 ayat (1) Pasal 21
Bulan Pasien (rupiah) PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 huruf a UU Terutang
(rupiah) Kumulatif PPh (rupiah)
(rupiah)
(1) (2) (3) = 50% x (2) (4) (5) (6) = (3) x (5)
Januari 45.000.000 22.500.000 22.500.000 5% 1.125.000
Februari 49.000.000 24.500.000 47.000.000 5% 1.225.000
Maret 47.000.000 3.000.000 50.000.000 5% 150.000
20.500.000 70.500.000 15% 3.075.000
April 40.000.000 20.000.000 90.500.000 15% 3.000.000
Mei 44.000.000 22.000.000 112.500.000 15% 3.300.000
Juni 52.000.000 26.000.000 138.500.000 15% 3.900.000
Juli 40.000.000 20.000.000 158.500.000 15% 3.000.000
Agustus 35.000.000 17.500.000 176.000.000 15% 2.625.000
September 45.000.000 22.500.000 198.500.000 15% 3.375.000
Oktober 44.000.000 22.000.000 220.500.000 15% 3.300.000
Nopember 43.000.000 21.500.000 242.000.000 15% 3.225.000
Desember 40.000.000 8.000.000 250.000.000 15% 1.200.000
12.000.000 262.000.000 25% 3.000.000
Jumlah 524.000.000 262.000.000 35.500.000
Apabila Dr. Endang, Sp.JP tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 21 terutang adalah sebesar
120% dari PPh Pasal 21 terutang sebagaimana contoh di atas.
Contoh 2:
Neneng Anjarwati adalah petugas dinas luar asuransi dari PT Tabarru Life. Suami Neneng telah
terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai NPWP dan yang bersangkutan bekerja pada PT
Manulife. Neneng telah menyampaikan fotokopi NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi
kartu keluarga kepada pemotong pajak. Neneng hanya menerima penghasilan dari kegiatannya
sebagai petugas dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan pernyataan yang menerangkan hal
tersebut kepada PT Tabarru Life. Pada tahun 2011, penghasilan yang diterima oleh Neneng
sebagai petugas dinas luar asuransi dari PT Tabarru Life adalah sebagai berikut:
Bulan Jasa Dokter yang Dibayar Pasien (Rupiah)
Januari 38.000.000
Februari 38.000.000
Maret 41.000.000
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________20
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
April 42.000.000
Mei 44.000.000
Juni 45.000.000
Juli 45.000.000
Agustus 48.000.000
September 50.000.000
Oktober 52.000.000
Nopember 55.000.000
Desember 56.000.000
Jumlah 554.000.000
Perhitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari s.d Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Penghasilan 50% dari PTKP PKP PKP Tarif Pasal PPh
Bruto Penghasilan Sebulan (rupiah) Kumulatif 17 ayat (1) Pasal 21
Bulan (rupiah) Bruto (rupiah) (rupiah) huruf a UU Terutang
PPh (rupiah)
Latihan Soal
1. Sebut dan jelaskan 2 metode tatacara penghitungan pemotongan PPh Pasal 21 untuk bukan
pegawai !
2. Dr. Alifya, SpOG merupakan dokter kandungan yang melakukan praktik di Rumah Sakit Kasih
Bunda dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang dibayarkan oleh pasien akan
dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya
sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan dibayarkan kepada Dr. Alifya, SpOG pada setiap
akhir bulan. Selain praktik di Rumah Sakit Kasih Bunda, Dr. Alifya, SpOG juga melakukan
praktik sendiri di klinik pribadinya. Dr. Alifya, SpOG telah memiliki NPWP dan pada tahun
2011, jasa dokter yang dibayarkan pasien dari praktik Dr. Alifya, SpOG di Rumah Sakit Kasih
Bunda adalah sebagai berikut:
Bulan Jasa Dokter yang Dibayar Pasien (Rupiah)
Januari 48.000.000
Februari 50.000.000
Maret 44.000.000
April 40.000.000
Mei 46.000.000
Juni 52.000.000
Juli 46.000.000
Agustus 36.000.000
September 48.000.000
Oktober 46.000.000
Nopember 42.000.000
Desember 40.000.000
Jumlah 498.000.000
Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong !
Pasal 21 dan/atau
Pasal 26 untuk
pegawai tetap dan
penerima pensiun
berkala
4. Formulir 1721-II Daftar perubahan Dilaporkan pada saat ada penambahan atau
pegawai tetap pengurangan pegawai, dan penambahan
pegawai yang baru memiliki NPWP
Bentuk, Isi, Dan Keterangan Dan/Atau Dokumen Yang Harus Dilampirkan Dalam SPT
(1) SPT meliputi:
a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan;
b. SPT Masa Yang Terdiri dari:
1. SPT Masa Pajak Penghasilan;
2. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai; dan
3. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
(2) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbentuk:
a. formulir kertas (hardcopy); atau
b. e-SPT
(1) SPT Paling sedikit memuat:
a. nama Wajib Pajak, Nomor Pokok Wajib Pajak, dan alamat Wajib Pajak;
b. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan; dan
c. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.
(2) SPT Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a,
selain berisi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga memuat data mengenai:
a. jumlah peredaran usaha;
b. jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak;
c. jumlah Penghasilan Kena Pajak;
d. jumlah pajak yang terutang;
e. jumlah kredit pajak;
f. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
g. jumlah harta dan kewajiban;
h. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29; dan
i. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(3) SPT Masa Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b angka 1,
selain berisi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga memuat data mengenai :
a. jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau jumlah pajak dibayar;
b. tanggal pembayaran atau penyetoran; dan
c. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(4) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b
angka 2, selain berisi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga memuat data mengenai
:
a. jumlah penyerahan;
b. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;
c. jumlah Pajak Keluaran;
d. jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;
e. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;
f. tanggal penyetoran; dan
g. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(5) SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b angka 3, selain berisi data sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), juga memuat data mengenai :
a. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;
b. jumlah Pajak yang dipungut;
c. jumlah pajak yang disetor;
d. tanggal pemungutan;
e. tanggal penyetoran; dan
f. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.
(1) Suatu SPT terdiri dari SPT Induk dan Lampiran yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
(2) Ketentuan mengenai Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan untuk SPT
bagi Wajib Pajak tertentu.
(3) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilampiri dengan keterangan dan/atau
dokumen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(1) SPT berbentuk formulir kertas (hardcopy) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)
huruf a dapat diambil secara langsung di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
(2) SPT berbentuk e-SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b dapat diambil
secara langsung oleh Wajib Pajak atau dengan cara lain yaitu dengan mengunduh format SPT
atau aplikasi e-SPT dari situs Direktorat Jenderal Pajak.
SPT yang disampaikan wajib ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak.
(1) Penandatanganan SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan dengan cara
a. tanda tangan biasa;
b. tanda tangan stempel; atau
c. tanda tangan elektronik atau digital.
(2) Tanda tangan stempel dan tanda tangan elektronik atau digital mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan tanda tangan biasa.
c. Petunjuk Teknis
SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 menggunakan format yang dapat dibaca dengan
mesin scanner, oleh karena itu diperhatikan hal-hal berikut ini:
♦ Jika Wajib Pajak membuat sendiri formulir SPT ini, jangan lupa untuk membuat tanda
(segi empat) • ditempat sudut kertas sebagai pembatas agar dokumen dapat di-scan.
♦ Kertas berukuran F4/Folio (8,5 x 13 inchi) dengan berat minimal 70g.
Kolom-kolom nilai rupiah atau US dollar harus diisi tanpa nilai desimal.
Contoh :
Dalam menuliskan sepuluh juta rupiah adalah Rp 10.000.000 (BUKAN 10.000.000,00).
Dalam menuliskan seratus dua puluh lima rupiah lima puluh sen adalah: 125 (BUKAN 125,50).
d. Ketentuan yang perlu diperhatikan
Terkait dikeluarkannya PMK No.252/PMK.03/2008, terdapat beberapa hal (baru) yang perlu
dipahami.
1) Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan tidak memiliki NPWP dikenakan
pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% dibandingkan tarif yang diterapkan
terhadap wajib pajak yang memiliki NPWP. Hal ini hanya berlaku untuk pemotongan PPh
Pasal 21 yang bersifat tidak final.
2) Jika penerima penghasilan yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi
mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP, PPh Pasal 21 yang telah dipotong tersebut
dapat diperhitungkan dengan PPh pasal 21 yang terutang untuk bulan-bulan selanjutnya
setelah memiliki NPWP.
3) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi penerima penghasilan pada saat
dilakukan pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
4) PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terutang bagi pemotong PPh Pasal 21 dan atau PPh
Pasal 26 untuk setiap masa pajak.
5) Saat terutang untuk setiap masa pajak adalah akhir bulan terutangnya panghasilan yang
bersangkutan.
6) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 serta penerima penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
7) Pegawai, penerima pensiun berkala, serta bukan pegawai (distributor multi level marketing
atau direct selling, petugas dinas luar asuransi yang tidak berstatus sebagai pegawai;
penjaja barang dagangan yang tidak berstatus sebagai pegawai) dan/atau penerima
penghasilan bukan pegawai lainnya yang menerima penghasilan dari pemotong PPh Pasal
21 secara berkesinambungan dalam satu tahun kalender wajib membuat surat pernyataan
yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai
menjadi subyek pajak dalam negeri dan wajib menyerahkannya kepada pemotong pajak
pada saat mulai bekerja atau mulai pensiun. Hal ini dijadikan sebagai dasar penentuan
PTKP.
8) Jika terjadi perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pensiun berkala dan bukan
pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkannya kepada pemotong
PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 paling lama sebelum mulai tahun kalender
berikutnya.
9) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib menghitung, memotong,
meyetorkan, dan melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang untuk
setiap bulan kalender.
10) Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh 26 wajib membuat catatan atau Kertas Kerja
Perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk masing-masing penerima
penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 terutang
untuk setiap masa pajak. Selain itu, pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib
menyimpan catatan atau kertas kerja kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
11) Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak ats PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 yang terutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang terutang pada bulan berikutnya melalui Surat
Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26.
12) Pemotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh
pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada
penerima penghasilan yang dipotong pajak.
Soal-soal Essay
1. Sebutkan jenis SPT Masa PPh Pasal 21 !
2. Sebutkan hal-hal yang terdapat dalam SPT Masa PPh Pasal 21 !
3. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengisi SPT Masa PPh Pasal 21 !
4. Jelaskan mengenai tempat dan cara lain pengambilan SPT !
5. Jelaskan secara singkat mengenai tips untuk pemotongan dan pemungutan PPh !
UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Berikut ini yang bukan merupakan subjek pajak dari PPh Pasal 21 adalah……….
a. Pegawai
b. Pensiunan
c. Pesangon
d. Pengacara
e. Konsulat negara asing
2. Berikut ini yang merupakan jenis penghasilan yang dipotong dengan PPh Pasal 21
adalah,kecuali………
a. Penghasilan pensiunan
b. Penghasilan tenaga kerja lepas
c. Uang saku
d. Penghasilan dari bantuan
e. Honorarium
3. Dasar harga yang digunakan untuk penghitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa
penerimaan dalam bentuk natura adalah……
a. Harga pasar
b. Harga rata-rata
c. Harga perolehan
d. Harga ekonomis
e. Harga taktis
4. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut di bawah ini:
I. Kantor perwakilan negara
5.000.000,00. Ia membayar iuran pensiun sebesar Rp 500.000,00. Status Pak eko belum
menikah.
11. Jumlah penghasilan neto satu tahun adalah………
a. Rp 252.000.000,00
b. Rp 21.000.000,00
c. Rp 20.400.000,00
d. Rp 244.800.000,00
e. Rp 250.800.000,00
12. Besar PTKP yang dikenakan terhadap Pak Eko adalah……
a. Rp 1.100.000,00
b. Rp 1.600.000,00
c. Rp 15.840.000,00
d. Rp 17.160.000,00
e. Rp 18.480.000,00
13. Besar PPh Pasal 21 sebulan untuk Pak Eko adalah……
a. Rp 2.445.300,00
b. Rp 1.760.640,00
c. Rp 1.144.800,00
d. Rp 1.200.000,00
e. Rp 1.500.000,00
Soal untuk nomnor 14-15
Nn. Rusmi merupakan seorang sekretaris dari PT. Sido Muncul. Setiap bulan ia mendapat gaji
sebesar Rp 3.000.000,00. Ia sudah menikah dan memiliki 3 orang anak dan suaminya
bekerja. Ia membayar iuran pensiun setiap bulannya sebesar Rp 100.000,00.
14. Besar PTKP yang diterima Nn. Rusmi adalah…….
a. Rp 15.840.000,00
b. Rp 17.260.000,00
c. Rp 21.120.000,00
d. Rp 19.800.000,00
e. Rp 16.800.000,00
15. Besar PPh Pasal 21 sebulan Nn. Rusmi adalah……….
a. Rp 50.000,00
b. Rp 71.500,00
c. Rp 60.000,00
d. Rp 65.000,00
e. Rp 70.000,00
16. Besar PTKP WP untuk tahun 2014 adalah …
a. Rp. 15.840.000
b. Rp. 24.300.000
c. Rp. 1.320.000
d. Rp. 2.025.000
e. Rp. 1.240.000
17. Tanggungan yang dijadikan PTKP wajib pajak adalah maksimal …
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3
18. Yang bukan merupakan pemotong pajak adalah …
a. Pemberi kerja d. Kantor Pos
b. Bendahara pemerintah e. Perusahaan
c. Dana pensiun
19. Orang pribadi yang wajib membayar pajak disebut dengan …
a. NPWP d. PTKP
b. WP e. PKP
c. Pembayar pajak
20. Penerimaan bentuk natura dalam bentuk apapun diberikan oleh …
a. Wajib pajak d. WP yang dikenakan PPN
b. Bukan wajib pajak e. Wajib pajak badan
c. Perseroan
21. Dalam hal penghasilan tersebut diterima atau diperoleh dalam mata uang asing, penghitungan
PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 didasarkan pada …
a. Selisih mata uang d. harga perolehan
b. Nilai tukar e. nilai jual
c. Harga jual
22. Yang bukan komponen beasiswa adalah …
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________29
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
a. Biaya ujian
b. Biaya pembelian buku
c. Biaya penelitian berkaitan dengan bidang studi
d. Biaya pendidikan
e. Biaya sosial
23. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak
selambat-lambatnya pada tanggal … takwim berikutnya.
a. 10 d. 40
b. 20 e. 50
c. 30
24. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh pasal 21 kepada pegawai dalam
waktu … setelah pajak berakhir.
a. 2 minggu
b. 2 bulan
c. 2 tahun
d. 2 hari
e. 2 dasawarsa
25. Pemotong pajak berhak mengajukan permohonan untuk memperpanjang jangka waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Pasal 21. Permohonan diajukan secara
tertulis selambat-lambatnya pada bulan …
a. Januari d. November
b. Februari e. Desember
c. Maret
Soal Essay
1. Apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan (PPh Pasal 21)?
2. Sebutkan dan jelaskan hak-hak dan kewajiban wajib pajak PPh Pasal 21!
3. Apa yang dimaksud dengan pemotong pajak PPh Pasal 21? Jelaskan hak dan kewajiban
dari pemotong pajak!
4. Sebutkan tenaga ahli yang termasuk subjek pajak !
5. Sebutkan pihak pemotong pajak !
6. Jelaskan pemberi kerja yang tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pemotongan
pajak!
7. Berapa PTKP yang digunakan untuk tahun 2013?
8. Sebutkan data yang termuat dalam SPT Masa Pajak penghasilan!
9. Prof. Trisno Martono adalah seorang dosen yang menjabat ketua prodi pendidikan ekonomi
strata dua (S2). Setiap bulan ia menerima gaji pokok sebesar Rp 15.000.000,00. Istrinya
sudah meninggal dunia dan memiliki 4 anak. Tunjangan struktural sebesar Rp
12.000.000,00, dan tunjangan profesi sebesar Rp 10.000.000,00. Ia setiap bulannya
membayar angsuran jaminan hari tua sebesar Rp 200.000,00 dan iuran pensiun sebesar
Rp 150.000,00. Hitunglah besar PPh Pasal 21 terutang untuk Prof. Trisno Martono!
10. Sohidin SE, M.Si, Akt, adalah seorang akuntan. Ia bekerja di KAP Wartono. Dalam
perjanjiannya, 15% dari penghasilannya dipotong untuk penghasilan KAP Wartono. Selain
itu, ia juga memiliki kantor akuntansi sendiri dan sudah memiliki NPWP. Jasa yang diterima
dari KAP Wartono adalah sebagai berikut:
Bulan Jumlah
Januari Rp 15,000,000.00
Februari Rp 15,200,000.00
Maret Rp 15,800,000.00
April Rp 16,000,000.00
Mei Rp 15,500,000.00
Juni Rp 20,000,000.00
Juli Rp 18,000,000.00
Agustus Rp 18,000,000.00
September Rp 19,500,000.00
Oktober Rp 21,000,000.00
November Rp 25,000,000.00
Desember Rp 30,000,000.00
Total Rp 229,000,000.00
Susunlah perhitungan PPh Pasal 21 bulan Jnauari sampai dengan Desember!
BAGIAN KEDUA
PEMBUATAN REKONSILIASI (KOREKSI FISKAL)
Perbedaan Pengakuan
Bagi perusahaan, semua pemasukan adalah pendapatan yang akan menambah laba kena
pajak, dan semua pengeluaran adalah beban yang akan mengurangi laba kena pajak. Tetapi
menurut perpajakan tidak semua pemasukan adalah faktor penambah laba kena pajak, ada
beberapa jenis pendapatan yang bukan merupakan faktor penambah laba kena pajak karena
pendapatan tersebut sudah dikenakan pajak bersifat final, dan tidak semua pengeluaran
adalah faktor pengurang laba kena pajak karena ada beberapa jenis pengeluaran yang
sesungguhnya bukan merupakan bagian dari kegiatan perusahaan. Di dalam Akuntansi
Perpajakan perbedaan tersebut adalah :
a. Beda Tetap/Permanent
Beda tetap/permanent perbedaan ini terjadi karena peraturan perpajakan mengharuskan
hal-hal berikut dikeluarkan dari penghasilan kena pajak:
bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan
kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian
laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan
di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
• Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dan serta pengeluaran yang sifatnya
pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran.
- Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan
bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan
konsumen, dan perusahaan anjak piutang
2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar
oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak
yang bersangkutan;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi
seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang
diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
- Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus,
Rekonsiliasi dilakukan terhadap pos-pos biaya & pos-pos penghasilan dalam Laporan
Keuangan Komersial, antara lain:
a. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang dikenakan PPh Final
Apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan yang dikenakan PPh Final, maka penghasilan
tersebut harus direkonsiliasi (dikeluarkan dari jumlah penghasilan kotor), karena atas
penghasilan tersebut telah dikenakan PPh Final, sehingga kewajiban pembayaran
pajaknya sudah selesai.
b. Rekonsiliasi terhadap penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
Apabila Wajib Pajak memiliki penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, maka
penghasilan tersebut harus juga direkonsiliasi karena WP tidak perlu membayar PPh atas
penghasilan tersebut.
c. Wajib Pajak mengeluarkan biaya-biaya yang sebenarnya tidak boleh menjadi pengurang
penghasilan bruto (Non Deductible Expense)
Jenis ini disebut istilah “Beda Tetap (Permanent Difference)”, yaitu perbedaan perlakuan
yang jelas antara PSAK dan Ketentuan Pajak. Perbedaan ini harus dikoreksi.
d. Wajib Pajak menggunakan metode pencatatan yang berbeda dengan ketentuan pajak
Perbedaan ini disebut istilah “Beda Waktu (Timming Different)”, yaitu perbedaan metode
pencatatan anatara PSAK dan Ketentuan Pajak.
Contoh untuk menilai persediaan barang, metode yang diperkenankan pajak adalah FIFO
dan rata-rata, sedangkan perusahaan menggunakan metode LIFO.
e. WP mengeluarkan biaya-biaya yang dikeluarkan bersama-sama untuk mendapatkan
pendapatan yang telah dikenakan PPh Final atau pendapatan yang bukan objek pajak
serta pendapatan yang dikenakan PPn Non Final (Joint Cost).
B. Teknik Rekonsiliasi Fiskal
Teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dan penghasilan menurut
akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal, rekonsiliasi
dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut
akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
3. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui sebagai pengurang
penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah
biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah laba
menurut akuntansi.
4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang
penghasilan bruto menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah
biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba
menurut akuntansi.
Kertas kerja rekonsiliasi fiskal dapat dibuat dengan format sebagai berikut:
Format 1
Wajib Pajak X
Rekonsiliasi Fiskal
Tahun 20xx
Laba Bersih (menurut akuntansi komersial) xx
Koreksi Positif:
- xx
- xx
- xx
Total Koreksi Positif xx (+)
Koreksi Negatif
- xx
- xx
Total Koreksi Negatif xx (-)
Laba (penghasilan) kena pajak (menurut fiskal) xx
PPh dan menyusun laporan keuangan fiskal sebagai lampiran SPT Tahunan PPh. Rekonsiliasi
yang dibahas dalam buku ini hanya dibatasi pada rekonsiliasi laba rugi.
UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Laporan keuangan yang digunakan untuk keperluan pajak disebut…….
a. Laporan laba-rugi
b. Neraca
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan keuangan fiskal
e. Laporan arus kas
2. Besar penghasilan kena pajak (PKP) wajib pajak badan adalah penghasilan neto. Rumus
penghasilan neto adalah……….
a. Penghasilan bruto
b. Penghasilan bruto dikurangi biaya-biaya
c. Penghasilan bersih
d. Penghasilan bersih dikurangi biaya-biaya
e. Jumlah biaya-biaya
3. Berikut ini yang merupakan penerimaan yang sudah bersifat final adalah…..
a. Penjualan tunai
b. Pendapatan
c. Pendapatan lain-lain
d. Hadiah
e. Peneriaam piutang’
4. Laporan keuangan yang tidak digunakan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial
disebut…….
a. Laporan keuangan komersial
b. Laporan keuangan fiskal
c. Laporan keuangan badan
d. Laporan keuangan BUT
e. Laporan keuangan sector publik
5. Pendekatan dengan yang digunakan dalam penyusunan laporan fiskal akan didasarkan
dengan memprioritaskan ketentuan perpajakan disebut…..
a. Pendekatan secara beriringan
b. Pendekatan ekstrakomtabel
c. Pendekatan penyisipan ketentuan pajak
d. Pendekatan langsung
e. Pendekatan tidak langsung
6. Suatu mekanisme untuk menyesuaikan laporan keuangan komersial perusahaan menjadi
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku disebut....
a. Rekonsiliasi bank
b. Rekonsiliasi fiskal
c. Revisi laporan
d. Pengajuan laporan ulang
e. Pembatalan kena pajak
7. Berikut ini yang termasuk ke dalam koreksi negatif adalah……
a. Pendapatan
b. Prive
c. Biaya sewa
d. Biaya gaji
e. Biaya bunga
8. Perbedaan perlakuan yang jelas antara PSAK dan Ketentuan Pajak disebut.......
a. Timing different
b. Permanent different
c. Join cost
d. Rekonsiliasi
e. Riil different
9. Jika suatu biaya tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui menurut fiskal maka......
a. Mangurangi laba menurut akuntansi
b. Mengurangi laba menurut fiskal
c. Menambah laba menurut akuntansi
d. Menambah laba menurut fikal
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________38
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
BAGIAN KETIGA
PENGISIAN SPT TAHUNAN PPH BADAN
5. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 tahun
pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha
6. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, yaitu utang debitur kecil, yang jumlahnya tidak
lebih dari 350 juta rupiah, termasuk:
- KUKESRA (Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera)
- KUT (Kredit Usaha Tani)
- KPRSS (Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana)
- KUK (Kredit Usaha Kecil)
- Kredit lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan BI dalam rangka mengembangkan
usaha kecil dan koperasi (yang merupakan jumlah kumulatif dari satu atau beberapa
bank kreditur).
Hubungan Istimewa antara Wajib Pajak
Hubungan istimewa diantara wajib pajak disebabkan karena:
1) Hubungan Modal
2) Hubungan Penguasaan (manajemen atau teknologi)
3) Hubungan keluarga
Biaya Fiskal
Menurut pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat diakui sebagai pengurang,
meskipun biaya tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena menurut
ketentuan pajak, biaya fiskal digolongkan menjadi 2 (dua) macam, yakni:
a. Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
b. Biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto
Untuk mudah memahami perbedaan tersebut, kita mulai dari pengetahuan tentang biaya-
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dibawah ini, yaitu:
1. Biaya-biaya sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh
1) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham atau pihak yang memiliki hubungan istimewa beserta orang-orang yang
menjadi tanggungannya.
2) Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha
asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan
dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
3) Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi kecuali jika
dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi
Wajib Pajak. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan
dan minuman bagi seluruh pegawai secara bersama-sama ditempat usaha atau
pekerjaan, serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan.
• Wajib Pajak melakukan koreksi fiskal terhadap laporan laba rugi komersial tahun 2012.
• Wajib Pajak melakukan perhitungan pajak atas PPh Pasal 25/29 yang terutang, kredit
pajak dan PPh Pasal 29 yang kurang dibayar (jangan lupa pengecekan atas tarif pajak
yang dipergunakan untuk tahun pajak 2012)
• Wajib Pajak melakukan pengisian SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012 sebagai
berikut :
1) Pengisian dimulai dari transkrip kutipan dari elemen laporan keuangan. Pilih sesuai
jenis usaha wajib pajak kemudian pindahkan angka-angka yang ada di Laporan
Neraca dan Rugi Laba ke transkrip tersebut.
2) Pengisian Lampiran Khusus SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012, sesuaikan
dengan kondisi wajib pajak, misal wajib pajak mempunyai kompensasi kerugian dari
tahun 2012, maka diisi Lampiran Khusus perhitungan kompensasi kerugian, apabila
tidak ada tidak perlu diisi dan dilampirkan.
3) Pengisian Lampiran 1771-VI, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, kalau ada diisi dengan daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi
dan daftar pinjaman (utang) dari pemegang saham dan/atau perusahaan afiliasi.
4) Pengisian Lampiran 1771-V, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, khusus untuk wajib pajak berbentuk PT diisi dengan daftar pemegang
saham dan deviden yang dibagikan untuk tahun 2012. Untuk daftar susunan
pengurus/direktur dan komisaris diisi sesuai akte pendirian / perubahan (khusus
PT/BUT), untuk CV diisi direktur dan pesero komanditer, untuk
Yayasan/Koperasi/lainnya diisi dengan ketua dan bendahara/wakil ketua/sekretaris
5) Pengisian Lampiran 1771-IV, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, PPh final diisi dengan penghasilan dan PPh Terutang, penghasilan yang
tidak termasuk objek diisi sesuai kolom yang ada, keduanya dicocokan dengan laporan
laba rugi komersial.
6) Pengisian Lampiran 1771-III, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, pemotongan pajak dari pihak lain (PPh pasal 22 dan PPh pasal 23) diisi
dari bukti pemotongan PPh pasal 22 (bisa SSP) dan PPh Pasal 23. Bukti pemotongan
tidak perlu dilampirkan pada laporan SPT Tahunan PPh Badan 1771.
7) Pengisian Lampiran 1771-II, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan
0112-1212, perincian persediaan dan biaya diisi dari data laporan laba rugi komersial.
Cocokan datanya dengan data pada laporan laba rugi komersial.
8) Pengisian Lampiran 1771-I, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan 0112-
1212, data pengisian dari laporan laba rugi komersial dan koreksi fiskal serta laba rugi
setelah koreksi fiscal/laba rugi fiskal.
9) Pengisian Induk 1771, diisi dengan Tahun Pajak 2012, periode pembukuan 0112-1212,
pindahkan seluruh data dari lampiran-lampiran yang ada ke Induk 1771. Berikan tanda
lampiran yang disertakan dalam laporan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2012.
• Wajib Pajak Sebelum melakukan penyetoran SSP PPh Pasal 29, lakukan pengecekan
ulang SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012 dengan data yang ada serta dilakukan
penghitungan ulang atas pph yang terutang.
• Wajib Pajak Sebelum melaporkan SPT Tahunan PPh Badan 1771 Tahun 2012 lakukan
pengecekan atas kelengkapan Induk serta lampiran yang diwajibkan.
Tahun buku,
Metode penilaian persediaan,
Metode penyusutan dan amortisasi.
Stelsel akrual adalah suatu metode penghitungan penghasilan dan biaya dalam arti
penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang. Jadi, tidak
bergantung kapan penghasilan itu diterima dan kapan biaya itu dibayar secara tunai.
Termasuk dalam pengertian stelsel akrual adalah pengakuan penghasilan berdasarkan
metode persentase tingkat penyelesaian pekerjaan yang umumnya dipakai dalam bidang
usaha konstruksi dan metode lain yang dipakai dalam bidang konstruksi dan metode lain
yang dipakai dalam bidang usaha tertentu seperti build operate and transfer (BOT) dan real
estate.
Stelsel kas adalah suatu metode yang penghitungannya didasarkan atas penghasilan
yang diterima dan biaya yang dibayar secara tunai. Menurut stelsel kas, penghasilan baru
dianggap sebagai penghasilan apabila benar-benar telah diterima secara tunai dalam suatu
periode tertentu serta biaya baru dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar
secara tunai dalam periode tertentu.
Stelsel kas biasanya digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahaan
jasa, misalnya transportasi, hiburan, dan restoran yang tenggang waktu antara penyerahan
jasa dan penerimaan pembayarannya tidak berlangsung lama. Dalam stelsel kas murni,
penghasilan dari penyerahan barang atau jasa ditetapkan pada saat pembayaran dari
pelanggan diterima dan biaya-biaya ditetapkan pada saat barang, jasa, dan biaya operasi
lain dibayar.
• Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu harus sama dengan
tahun-tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan
dan dalam hal penggunaan metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau
akrual), metode penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan. Namun,
perubahan metode pembukuan masih dimungkinkan dengan syarat telah mendapat
persetujuan dari direktur Jendral Pajak. Perubahan metode pembukuan harus diajukan
kepada Direktur Jendral Pajak sebelum dimulainya tahun buku yang bersangkutan dengan
menyampaikan alasan yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin timbul dari
perubahan tersebut.
Contoh Kasus:
Wajib pajak dalam tahun 2008 menggunakan metode penyusutan garis lurus atau straight
line method. Jika dalam tahun 2009 wajib pajak bermaksud mengubah metode penyusutan
aktiva dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun atau declining balance
method, wajib pajak harus minta persetujuan terlebih dahulu kepada Direktur Jenderal
Pajak yang diajukan sebelum dimulainya tahun buku 2009 dengan menyebutkan alasan
dilakukannya perubahan metode penyusutan dan akibat dari perubahan tersebut.
Selain itu, perubahan metode tahun buku juga berakibat berubahnya jumlah penghasilan
atau kerugian wajib pajak. Oleh karena itu, perubahan tersebut juga harus mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak. Tahun pajak adalah sama dengan tahun kalender
kecuali wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
Apabila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender,
penyebutan tahun pajak yang bersangkutan menggunakan tahun yang didalamnya
termasuk 6 (enam) bukan pertama atau lebih.
Contoh kasus:
a. Tahun buku 1 Juli 2008 sampai dengan 30 Juni 2009 adalah tahun pajak 2008.
b. Tahun buku 1 Oktober 2008 sampai dengan 30 September 2009 adalah tahun pajak
2009.
• Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnnya pajak yang terutang.
Selain dapat dihitung besarnya pajak penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat
dihitung dari pembukuan tersebut. Agar pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan
atas barang mewah dapat dihitung dengan benar, pembukuan harus mencatat juga
jumlah harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah
harga jual dari barang yang dikenakan penjualan atas barang mewah, jumlah
pembayaran atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah di
dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan dan yang
tidak dapat dikreditkan.
Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang
lazim dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan standar akuntansi keuangan,
kecuali peraturan perundang-undangan perpajakan menentukan lain.
• Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
diselenggarakan oleh wajib pajak setelah mendapat izin menteri keuangan.
• Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang dikumpulkan
secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan
yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Pencatatan oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan
pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang semata-mata menerima
penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas, pencatatannya hanya mengenai
penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang merupakan objek pajak
penghasilan. Disamping itu, pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukan objek
pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
• Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
tahun di Indonesia, yaitu ditempat kegiatan atau tempat tinggal wajib pajak orang
pribadi, atau tempat kedudukan wajib pajak badan.
Buku catatan dan dokumen termasuk yang diselenggarakan secara program apilkasi
on-line dan hasil pengolahan data elektronik menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan harus disimpan selama lima tahun di Indonesia. Hal itu dimaksudkan agar
apabila Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan surat ketetapan pajak, bahan
pembukuan atau pencatatan yang diperlukan masih tetap ada dan dapat segera
disediakan.
Kurun waktu 5 (lima) tahun penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai batas kedaluwarsa penyidikan tidak pidana dibidang perpajakan.
Penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai batas
kedaluwarsa penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan. Penyimpanan buku,
catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk yang diselenggarakan secara program aplikasi on-line harus
dilakukan dengan memperhatikan factor keamanan, kelayakan, dan kewajaran
penyimpanan.
• Perhitungan pajak terutang PPh badan.
Penghitungan pajak terutang pajak penghasilan (PPh) badan yang dilakukan dalam
suatu periode akuntansi, yaitu dua belas (12) bulan berturut-turur. Kalau istilah
periode akuntansi dalam perpajakan namanya tahun pajak, tahun buku dan bagian
tahun pajak (kalau tidak sampai 12 bulan berturut-turut). Setelah laporan keuangan
pajak, tahun buku dan bagian pajak (kalau tidak sampai 12 bulan berturut-turut).
Setelah laporan keuangan pajak sudah selesai disajikan dalam suatu periode
maka untuk kepentingan perpajakan maka disajikan laporan keuangan pajak dengan
pendekatan laporan laba rugi (income statement) dimana terjadi koreksi pajak positif
atau koreksi pajak negatif atau tidak ada koreksi sama sekali atas perkiraan
penghasilan, harga pokok penjualan dan beban setelah sesuai dengan ketentuan
perpajakan dan menggambarkan keadaan sebenarnya, maka sebelum batas waktu
penyampaian SPT maka disampaikan/dilaporkan ke kantor pelayanan pajak tempat
wajib pajak terdaftar.
UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Berikut ini lampiran-lampiran yang harus ada agar SPT Tahunan PPh Badan dinyatakan
lengkap adalah, kecuali………
a. Daftar aktiva tetap
b. SSP lembar ke-3 untuk kurang bayar
c. Hanya melampirkan yang ada
d. Neraca dan laporan laba-rugi tahun pajak yang bersangkutan
e. Perhitungan angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak berikutnya
2. Berikut ini yang bukan merupakan elemen-elemen yang dilakukan oleh wajib pajak dalam
pencocokan atas komponen neraca adalah…….
a. Posisi utang pada neraca dengan buku utang
b. Posisi aktiva di neraca dengan buku utang
c. Posisi modal di neraca dengan buku modal
d. Posisi kas di neraca dengan buku kas
e. Posisi bank di neraca dengan buku rekening koran
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________48
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
b. Stelsel akrual
c. Stelsel history
d. Prinsip going concern
e. Prinsip akrual
13. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat persetujuan
dari …
a. Direktorat jenderal pajak
b. Kantor pelayanan pajak
c. Pemerintah pusat
d. Pemerintah daerah
e. Presiden
14. Metode pengakuan penghasilan disebut dengan …
a. Stelsel kas
b. Stelsel akrual
c. Stelsel history
d. Prinsip going concern
e. Prinsip akrual
15. SPT yang digunakan dalam pencatatan PPH Badan adalah …
a. 1111 d. 1770
b. 1771 e. 1772
c. 1881
Latihan Soal
1. Apakah yang dimaksud dengan badan? Dan apa saja yang menjadi objek pajak PPh Badan
itu?
2. Sebutkan apa saja kode dan nama formulir SPT !
3. Jelaskan secara singkat langkah-langkah/tahapan pengisian SPT Tahunan PPh Badan 1771 !
4. Sebutkan syarat SPT Tahunan PPh Badan baru dinyatakan lengkap !
5. Jelaskan hubungan istimawa diantara wajib pajak dapat terjadi ?
6. Sebutkan utang debitur kecil !
7. Sebut dan jelaskan penggolongan biaya fiskal !
8. Sebuktan pencocokan atas komponen neraca yang harus dilakukan minimal 5 !
9. Apa yang dimaksud stelsel kas ?
10. Sebutkan prinsip taat asas dalam metode pembukuan !
BAGIAN KEEMPAT
SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
8. Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib Pajak dapat memberikan persetujuan
untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran
pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan (PPh Pasal 29), paling lama 12 (dua
belas) bulan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008
tentang Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran pajak,
permohonan harus diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar paling lama 9 (sembilan) hari kerja sebelum jatuh tempo
pembayaran, dengan menggunakan formulir tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak tersebut.
9. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama
2 (dua) bulan. Pemberitahuan harus disertai penghitungan sementara pajak terutang
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang.
10. Apabila SPT Tahunan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan atau dalam
batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).
11. Setiap orang yang karena kealpaannya atau dengan sengaja tidak menyampaikan SPT
Tahunan atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara, dapat dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi
pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Sedikitnya ada 3 jenis formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
(SPT Tahunan PPh WP OP :
a. 1770
b. 1770 S (Sederhana)
c. 1770 SS (Sangat Sederhana)
Pada kesempatan kali ini, yang akan dibahas adalah cara pengisian formulir 1770 SS yang
diperuntukkan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan pekerjaan bebas baik
karyawan swasta maupun PNS yang menerima penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dan
tidak mempunyai penghasilan lainnya kecuali bunga bank dan/atau bunga koperasi.
d. Isi bagian Jumlah Keseluruhan Harta yang Dimiliki pada Akhir Tahun. Harta dapat berupa
harta lancar (kas, tabungan, piutang, dsb), harta tetap (kendaraan, rumah, tanah, dsb),
harta lainnya (perhiasan dan harta lainnya yang tidak termasuk harta lancar dan harta
tetap). Kesalahan yang biasanya terjadi, Wajib Pajak mengisi bagian ini dengan jumlah
penghasilan bruto ataupun netto yang diperoleh dari bukti potong dari pemberi kerja.
e. Isi bagian Jumlah Keseluruhan Kewajiban/Hutang pada Akhir Tahun. Kewajiban/Hutang
dapat berupa kewajiban lancar (yang biasanya periode peminjaman/pemenuhan
kewajiban kurang dari satu tahun), kewajiban jangka panjang (yang biasanya periode
peminjaman/pemenuhan kewajiban lebih dari satu tahun). Kesalahan yang bisa terjadi,
Wajib Pajak mengisi bagian ini dengan biaya jabatan yang diperoleh dari bukti potong dari
pemberi kerja.
f. Isi Tanggal Pengisian dan Tanda Tangan.
g. Lampirkan formulir Bukti Potong (1721 A1 untuk karyawan swasta dan 1721 A2 untuk
PNS) yang diperoleh dari pemberi kerja. Formulirnya dapat dilihat di
http://www.pajak.go.id/sites/default/files/formulir_pajak/bukti%20potong%20formulir%2017
21A1-A2.pdf.
h. Selesai.
UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Peraturan yang mengatur tentang tata cara perpajakan dan ketentuan umum adalah…….
a. UU No.8 Tahun 2009
b. UU No.17 Tahun 2009
c. UU No.16 Tahun 2009
d. UU No.5 Tahun 2009
e. Uu No.19 Tahun 2009
2. Dalam pengisian SPT Tahunan, hendaknya diisi dengan……
a. Benar, jelas, dan seperlunya
b. Benar, jelas, dan ditandatangani
c. Isi seperlunya saja
d. Cepat, akurat, dan dinamis
e. Statis, lengkap dan jelas
3. Versi angka yang digunakan dalam pengisian SPT Tahunan adalah…….
a. Bahasa latin
b. Bahasa inggris
c. Bahasa arab
d. Bahasa jawa
e. Bahasa amerika
4. Tanda tangan pada SPT tidak harus wajib pajak yang bersangkutan, namun dapat diwakilkan dengan
syarat…..
a. Saudara kandung
b. Saudara sepupu
c. Memiliki surat kuasa khusus
d. Teman akrab
e. Memiliki kecerdasan yang tinggi
5. Peraturan yang mengatur tentang bentuk dan isi SPT, serta tata cara pengambilan, pengisian, dan
penandatanganan SPT adalah……
a. UU No.16 Tahun 2009
b. UU No.6 Tahun 1983
c. UU N0.8 Tahun 2007
d. PMK N0.152/PMK.03/2009
e. PMK No.181/PMK.03/2009
6. Batas maksimal penyampaian SPT Tahunan adalah…….setelah Tahun Pajak berakhir.
a. 1 bulan
b. 2 bulan
c. 3 bulan
d. 4 bulan
e. 5 bulan
7. Besar sanksi bunga yang dikenakan bagi wajib pajak yang melakukan pembayaran setelah tanggal
jatuh tempo adalah…..
a. 1%
b. 2%
c. 3%
d. 4%
e. 5%
8. Batas maksimal untuk melunasi pajak yang masih terutang, tertunda, dan terangsur menurut SPT
Tahunan PPh Pasal 29 adalah…….
a. 3 bulan
b. 6 bulan
c. 9 bulan
d. 10 bulan
e. 12 bulan
9. Jumlah denda yang dikenakan bagi wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT Tahunan dalam jangka
waktu tempo yang telah ditetapkan adalah……
a. Rp 100.000,00
b. Rp 150.000,00
c. Rp 200.000,00
d. Rp 250.000,00
e. Rp 300.000,00
10. Berikut ini yang bukan merupakan jenis dari SPT Tahunan PPh adalah….
a. 1770 dan 1770 S
b. 2770 dan 2770 S
c. 1770 X dan 1770 SS
d. 1770-IV dan 1771
e. 1771 dan 1770 SS
11. Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran pajak tercantum dalam peraturan …
a. UU No.16 Tahun 2009
b. UU No.6 Tahun 1983
c. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-38/PJ/2008
d. PMK N0.152/PMK.03/2009
e. PMK No.181/PMK.03/2009
12. Website yang digunakan untuk mengunggah SPT adalah …
a. www.pajak.net
b. www.pajak.com
c. www.pajak.go.id
d. www.pajak.co.id
e. www.pajak.ac
13. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang dicatat pada SPT …
a. 1111 d. 1772
b. 1770 e. 1773
c. 1771
14. Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak meliputi …
a. Pojok pajak
b. Kantor pos
c. Kartu pos
d. Pos Bov
e. Pengiriman paket
15. Penghasilan yang tidak dapat dicatat pada SS adalah ..
a. Honorarium d. pekerjaan tetap
b. Bunga bank e. Imbalan
c. Natura
Soal Essay
1. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak dalam mengisi SPT Tahunan Wajib Pajak
Orang Pribadi?
2. Berapa jenis formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi? Sebutkan !
3. Siapakah pihak yang menggunakan formulir 1770 SS?
4. Apakah yang terjadi apabila seseorang dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahunan atau
menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap?
5. Sebutkan secara singkat langkah-langkah pengisian formulir 1770 SS !
6. Peraturan apa yang mengatur tata cara pemberian angsuran atau penundaan pembayaran pajak ?
7. Sebutkan tempat selain KPP untuk menyampaikan SPT !
8. Website apa yang bisa digunakan untuk mengunggah formulir SPT ?
9. Berapa lama Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan ?
10. Berapa persenkah denda administrasi akibat keterlambatan penyetoran pajak ?
BAGIAN KELIMA
PEMOTONGAN PENGHASILAN MENURUT PPH PASAL 23
A. Pengertian
PPh Pasal 23 termasuk pasal paling dinamis, jika dilihat dari seringnya aturan
pelaksanaannya yang berubah-ubah. Karakteristik PPh pasal 23 memang unik karena
mencakup banyak sekali jasa yang harus dipotong PPh Pasal 23, sekaligus mengatur
perkiraan penghasilan neto sebagai dasar pengenaan pajak. Sejak UU No.36 tahun 2008,
dilakukan penyederhanaan administrasi atau tata cara pemotongan PPh Pasal 23, dimana
perkiraan penghasilan neto sebagai dasar pengenaan pajak langsung dikenakan atas jumlah
penghasilan bruto yang diterima.
Dari sisi kesederhanaan, revisi tersebut memang mempermudah dan sangat withholder-
friendly karena hanya ada tarif, yaitu 2% untuk seluruh jenis jasa, yang menjadi obyek PPh
Pasal 23. Namun dari sisi wajib pajak yang dipotong, hal tersebut bisa jadi menjauhkan
mereka dari rasa keadilan. Hal ini dapat disebabkan perkiraan penghasilan neto yang menjadi
dasar pengenaan pajak dimaksudkan untuk menjamin kepastian keadilan sesuai jenis dan
kondisi usaha pajak.
Sebagai ilustrasi sederhana, berikut penjelasan pemotongan pajak berdasarkan PPh 23. Jika
menggunakan aturan lama, jasa catering akan dipotong PPh Pasal 23 sebesar 1,5%, tetapi
kini menjadi 2%. Dengan begitu, usaha ini disamakan dengan usaha lain yang karakteristiknya
berbeda. Sebaliknya, jasa pengawasan dan perencanaan konstruksi sebagai sektor yang
sedang booming mengalamai penurunan tarif, dari 4% menjadi 2%.
1. Obyek PPh Pasal 23
Pada intinya, PPh Pasal 23 dikenakan atas penghasilan yang berasal dari:
♦ Modal, yaitu dividen, bunga, dan royalty;
♦ Penyerahan jasa; serta
♦ Penyelenggaraan kegiatan, termasuk hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya
selain yang sudah dipotong PPh Pasal 21.
2. Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 23
Penghasilan yang tidak dipotong PPh Pasal 23 meliputi:
1) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;
2) Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi;
3) Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f UU PPh dan dividen
yang diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c) UU
PPh.
4) Bagian laba sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf I UU PPh;
5) Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
6) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan
yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan
peraturan Menteri keuangan.
Jasa lain yang dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 UU PPh dan diatur
dalam PMK No.244/PMK.03/2008 terlihat pada Tabel berikut.
Jenis Jasa Lain Keterangan
1. Jasa penilai (appraisal) 1) Tarif PPh Pasal 23 atas jasa lain
adalah 2% x jumlah bruto
2. Jasa aktuaris 2) Sifat daftar ini adalah limitatif bukan
ilustratif, artinya daftar ini menjadi
3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi possible list, dimana jasa-jasa diluar
laporan keuangan. yang ada dalam tabel bukanlah
obyek PPh Pasal 23
4. Jasa perancang (design) 3) Tarif pemotongan dinaikkan 100%
5. Jasa pengeboran (drilling) di bidang (menjadi 4%) dalam hall wajib pajak
penambangan minyak dan gas bumi penerima penghasilan tidak memiliki
(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk NPWP
usaha tetap;
6. Jasa penunjang dibidang penambangan
migas, yaitu jasa-jasa sebagai berikut
a. Jasa penyemenan dasar (primary
cementing) yaitu penempatan bubur
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________56
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
bridge)
c) Jasa pelayanan penerbangan
d) Jasa ground handling, yaitu
pengurusan seluruh atau sebagian dari
proses pelayanan penumpang dan
bagasinya serta kargo, yang diangkut
dengan pesawat, udara baik yang
berangkat maupun datang, selama
pesawat udara didarat
e) Jasa penunjang lain dibidang
aeonautika
2) Bidang non-aeronautika, termasuk :
a) Jasa catering di pesawat dan jasa
pembersihan pantry pesawat;
b) Jasa penunjang lain dibidang non-
aeronautika
9. Jasa pengolahan limbah
10. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing
services)
11. Jasa perantara dan/atau keagenan
12. Jasa dibidang perdagangan surat-surat
berharga, kecuali yang dilakukan oleh bursa
efek, KSEI dan KPEI
13. Jasa custodian/penyimpanan/penitipan,
kechuali yang dilakukan oleh KSEI
14. Jasa pengisian udara (dubbing) dan/atau
sulih suara
15. Jasa mixing film
16. Jasa sehubungan dengan software
computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikaan.
17. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan
listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib
pajak yang ruang lingkupnya dibidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi
18. Jasa perawatan/ perbaikan/pemeliharaan
mesin, perawatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, TV kabel, alat transportasi/kendaraan
dan/atau bangunan selain yang dilakukan
oleh wajib pajak yang ruang lingkupnya
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________59
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
Besarnya potongan PPh Pasal 23 diterapkan lebih tinggi 100% terhadap wajib pajak yang
tidak memiliki NPWP dibandingkan tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang dapat
menunjukkan NPWP.
Pengertian-pengertian kunci dalam PPh pasal 23 terlihat pada Tabel berikut.
No. Jenis Jasa Penjelasan
1. Jasa teknik Jasa teknik adalah pemberian jasa dalam bentuk pemberian
informasi yang berkenaan dengan pengalaman dalam
bidang industry, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang
dapat meliputi :
a. Pelaksanaan suatu proyek
b. Pembuatan suatu jenis produk; serta
c. Jasa teknik, dapat pula berupa pemberian informasi yang
berkenaan dengan pengalaman-pengalaman dibidang
manajemen.
2. Jasa manajemen Pemberian jasa dengan ikut serta acara secara langsung
dalam pelaksanaan manajememen dengan mendapat balas
jasa berupa imbalan manajemen (management fee)
3. Jasa konstruksi a. Layanan jasa konsultasi, perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
Administrasi Pajak Kelas XII Semester 1____________________________________________________________60
LPA mitrabijak Surakarta
Lembaga Pengembangan Administrasi Bisnis, Akuntansi dan Perpajakan Surakarta
Tarif PPh Pasal 23 atas dividen adalah 15%, sehingga besarnya PPh Pasal 23 yang dipotong
kepada masing-masing pemegang saham dihitung dengan formula:
PPh Pasal 23 = Tarif x Jumlah Bruto = 15% x 10,000,000
PPh Pasal 23 = Rp 1,500,000
Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = 20 x Rp 1,500,000
Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = Rp 30,000,000
Atas pembagian dividen tersebut, PT. Sukses Gemilang:
1. Pada tanggal 10 Mei 2008, melakukan pencatatan atas pembagian dividen dan
pemotongan PPh Pasal 23, dengan jurnal:
(Debit) Dividen = Rp 200,000,000 (Jumlah bruto x 20)
(Kredit) Kas = Rp 170,000,000 (Total Bruto – PPh Pasal 23)
UJI KOMPETENSI
Soal Pilihan Ganda
1. Suatu pasal peraturan pajak PPh yang suka berubah-ubah disebut……
a. Pasal riil
b. Pasal permanen
c. Pasal dinamis
d. Pasal statis
e. Pasal sementara
2. PPh Pasal 23 merupakan peraturan yang tergolong kedalam…….
a. Pasal riil
b. Pasal permanen
c. Pasal dinamis
d. Pasal statis
e. Pasal sementara
3. Tarif yang dikenakan terhadap objek pajak PPh Pasal 23 adalah…..
a. 1%
b. 2%
c. 3%
d. 4%
e. 5%
4. Berikut ini yang merupakan objek pajak PPh Pasal 23 adalah, kecuali…..
a. Royalti
b. Peneyerahan jasa
c. Bunga
d. Hadiah
e. Penghasilan yang dibayar kepada bank
5. Perhatikan jenis-jenis objek sebagai berikut:
I. Sisa usaha hasil koperasi
II. Bunga
III. Dividen
IV. Royalti
V. Sewa yang dibayarkan
Di atas, yang merupakan objek pajak yang tidak dipotong oleh PPh Pasal 23 adalah……
a. I dan II
b. I dan III
c. II dan IV
d. III dan V
e. II dan III
6. Besar tarif yang dikenakan untuk jenis penghasilan deviden, bunga, royalti, dan hadiah
adalah………
a. 2%
b. 5%
c. 10%
d. 15%
e. 20%
7. Berikut ini jenis objek pajak PPh Pasal 23 yang dikenakan tarif 2% adalah…..
a. Dividen
b. Royalti
c. Penghargaan
d. Jasa konsultan
e. Hadiah
8. Pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang berkenaan dengan pengalaman
dalam bidang industry, perdagangan disebut……
a. Jasa teknik
b. Jasa manajemen
c. Jasa konstruksi
d. Jasa konsultan
e. Jasa operasional
9. Pemberian jasa yang memberikan bantuan kepada orang lain guna memberikan kemudahan
namun tidak berwujud disebut…..
a. Jasa manajemen
b. Jasa konsultan
c. Jasa operasional
d. Jasa teknik
e. Jasa konstruksi
10. Pemberian jasa dengan ikut serta acara secara langsung dalam pelaksanaan manajemen
dengan mendapat balas jasa berupa imbalan manajemen disebut…..
a. Jasa manajemen
b. Jasa operasional
c. Jasa teknik
d. Jasa konstruksi
e. Jasa konsultan
11. Dokumen yang harus diikut sertakan saat melporkan SPT Masa PPh Pasal 23 adalah ..
a. Daftar pemotongan
b. KTP
c. KK
d. Surat pendirian perusahaan
e. Akta pendirian perusahaan
12. Berikut ini yang bukan termasuk jasa dalam PPh Pasal 23 adalah …
a. Jasa teknik
b. Jasa manajemen
c. Jasa konstruksi
d. Jasa konsultan
e. Jasa bangunan
13. Sewa yang tidak termasuk dalam PPh Pasal 23 adalah …
a. Sehubungan dengan harta
b. Sehubungan dengan usaha
c. Sehubungan dengan WP
d. Sehubungan dengan pekerjaan
e. Sehubungan dengan customer
14. Deviden, royalti, bunga termasuk ke dalam kelompok …
a. Jasa d. kas
b. Teknik e. penyelenggaraan kegiatan
c. Modal
15. Bagi hasil atas saham disebut dengan …
a. Laba d. komisi
b. Bunga e. deviden
c. Royalti
Soal Essay
1. Apa yang dimaksud dengan PPh Pasal 23?
2. Sebut dan jelaskan secara singkat mengenai klasifikasi penghasilan yang dipotong PPh Pasal
23 dan yang tidak dipotong PPh Pasal 23 !
3. Jelaskan mengenai tarif PPh Pasal 23 !
4. Sebut dan jelaskan jenis jasa beserta tarifnya yang dikenakan PPh Pasal 23 !
5. Pada tanggal 10 Agustus 2012, PT. Sehati Milk, membagikan dividen masing-masing Rp
30.000.000 kepada 15 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan, PT. Sukses
Gemilang wajib memungut PPh Pasal 23. Hitung PPh Pasal 23 dari pihak yang terpotong dan
dipotong !
6. Mengapa karakteristik PPh pasal 23 dikatakan unik ?
7. Sebutkan jasa yang termmasuk jasa konstruksi !
8. Apa yang dimaksud dengan jasa manajemen ?
9. Sebutkan data yang harus diikutsertakan saat melaporkan SPT Masa Pasal 23 !
10. Sebutkan contoh jasa dibidak penerbangan dan Bandar udara kelompok non-aeronautika!