Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FINAL

PERPAJAKAN

OLEH :

YUSLIA NANDHA ANASTA SARI

B1B1 18 171

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KONSEP DASAR PAJAK

 PERPAJAKAN

A. Pengertian Pajak

pajak adalah Iuran/ kontribusi rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membiayai pengeluaran umum.

B. Fungsi Pajak

Pajak, sebagai wujud nyata iuran/ kontribusi dalam bentuk uang dari rakyat kepada negara,
memiliki fungsi utama sumber dana atau penerimaan negara. Fungsi yang demikian disebut
sebagai fungsi budgeting. Selain itu, pajak juga dapat dijadikan sebagai alat bagi negara untuk
membangun kehidupan ekonomi rakyat dan sebagai alat untuk mengedukasi perilaku sosial

C. Hukum Pajak

Hukum pajak, sebagai salah satu dari hukum lain yang termasuk dalam hukum pidana, terdiri
dari dua yakni hukum pajak materiil yang memuat norma-norma yang menerangkan keadaan
perbuatan persitiwa hukum yang dikenai pajak (obyek pajak), siapa yang dikenai pajak
(subyek pajak) dan tarif pajak, dan hukum pajak formal. Hukum pajak formal memuat
tatacara pelaksanaan hukum pajak materiil. (Hendra Poerwanto G).

 PEMUNGUTAN PAJAK

A. Stelsel Pemungutan Pajak

Ketiga dasar atau stelsel pemungutan pajak yang selama ini dikenal adalah, pertama, dasar
atau stelsel Nyata (Riil). Bila pemungutan pajak didasarkan pada stelsel Nyata (Riil), maka
pemungutan pajak dilakukan berdasarkan penghasilan yang sesungguhnya didapat oleh warga
negara selama kurun waktu tahun pajak.

Kedua, Stelsel Anggapan (Fictive). Pemungutan pajak yang mendasarkan pada stelsel
anggapan (fictive) merupakan pendekatan pemungutan pajak yang didasarkan pada
penghasilan satu kurun waktu pajak yang dihitung berdasarkan anggapan atau perkiraan.

Ketiga, stelsel Campuran. Pemungutan pajak berdasarkan stelsel campuran adalah


pemungutan pajak yang mengkombinasi aplikasi dua stelsel yakni stelsel nyata dan stelsel
anggapan.
B. Syarat Pemungutan Pajak

Syarat-syarat pemungutan pajak yang harus dipenuhi adalah, pertama, pemungutan pajak
harus memenuhi syarat keadilan. Keadilan di sini maksudnya adalah keadilan yang telah
ditafsirkan menurut kesepakatan bersama dan dituangkan dalam perundang-undangan.

Syarat kedua adalah syarat Yuridis. Syarat yuridis di sini maksudnya adalah pemungutan
pajak harus didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan tidak
dilakukan secara sembarangan atau semau gue.

Syarat pemungutan pajak yang berikutnya adalah syarat Ekonomis, syarat keempat adalah
bahwa pemungutan pajak harus memenuhi syarat Efisien atau syarat Finansial. Sedang syarat
terakhir adalah syarat Kesederhanaan. Syarat ini memberikan jaminan bahwa sistem dan tata
cara pemungutan dapat memudahkan dan mendorong wajib pajak memenuhi kewajibannya.

KETENTUAN UMUM PAJAK PENGHASILAN

A. SUBYEK PAJAK PENGHASILAN

Subyek pajak dibedakan menjadi Subyek Pajak Dalam Negeri dan Subyek Pajak Luar
Negeri.

 Wajib Pajak

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan perpapajakan
ditentukan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan yakni penghitungan, pelaporan,
pembayaran, pemungutan/pemotongan pajak tertentu. Ada beberapa macam Wajib Pajak.

1. Wajib Pajak Orang Pribadi. WP Pribadi Adalah orang pribadi yang menjalankan usaha
atau pekerjaan bebas dan WP Badan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak untuk mendapatkan NPWP paling lambat satu bulan setelah usaha dimulai.

2. Wajib Pajak Badan. WP Badan adalah sekumpulan prang atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, dan perseroan linnya, BUMN, BUMD, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi mssa,
organisasi sosial politik,, bentuk usaha tetap dan lain-lain.

3. Wajib Pajak Badan Usaha Tetap. WP BUT adalah bentuk usaha yang digunakan oleh
Subyek Pajak LN (Luar Negeri) untuk menjalankan usaha di Indonesia.

B. NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)


Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP adalah sarana administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.

C. SURAT-SURAT PAJAK

A. Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Ada dua jenis SPT anatara lain SPT Masa dan SPT
Tahunan.

B. Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi
berupa denda, dan atau bunga.

C. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar atau Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh, pertama, Bendaharawan
Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara
lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan barang. Kedua, Badan-badan
tertentu, baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha di bidang lain.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24


Ketentuan Undang-Undang Perpajakan No 36 Tahun 2008 Pasal 24 mengatur pajak yang
dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang
berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

Ketentuan Pajak Penghasilan Pasal 25 UU Perpajakan No 36 Tahun 2008 mengatur tentang


Angsuran Pajak.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/ dipotong atas penghasilan yang
bersumberdari Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak(WP) luar negeri selain
bentuk usaha tetap (BUT) diIndonesia. Yang berhak/ wajib memotong Pajak Penghasilan
Pasal 26 adalah Badan Pemerintah, Subjek Pajak dalam negeri;, Penyelenggara Kegiatan;
BUT; Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selainBUT di Indonesia.

 PAJAK PENGHASILAN DAN WAJIB PAJAK PRIBADI

A. PENGHASILAN

A. Penghasilan Yang Dipotong atau Dikenai Pajak

Berdasarkan Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-31/PJ/2012, penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah penghasilan dalam bentuk uang antara lain, pertama,
penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap, baik berupa Penghasilan yang
Bersifat Teratur maupun Tidak Teratur.

Kedua, penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya. Ketiga, penghasilan berupa uang pesangon, uang
manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus, yang
pembayarannya melewati jangka waktu 2 (dua) tahun sejak pegawai berhenti bekerja. Yang
keempat, penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.

Kelima, imbalan kepada Bukan Pegawai. Imbalan kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan
dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada Bukan Pegawai
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa
honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun
sebagai imbalan sehubungan dengan jasa yang dilakukan. Keenam, imbalan kepada peserta
kegiatan, Imbalan kepada peserta kegiatan adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain berupa uang
saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan
dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

Ketujuh, penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang
diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap
sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

Kedelapan, penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain
yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai. Kesembilan,
penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih
berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.

B. PENGHASILAN BRUTO

Definisi atau pengertian penghasilan bruto menurut ketentuan pajak adalah jumlah seluruh
penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak sehubungan dengan pekerjaan
selama Tahun Pajak yang bersangkutan dari setiap pemberi kerja. Penghasilan tersebut antara
lain dapat berupa Gaji/uang pensiun/tunjangan hari tua (THT), Tunjangan PPh, Tunjangan
lainnya, uang penggantian, uang lembur dan sebagainya, Honorarium, imbalan lain
sejenisnya, Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, Penerimaan dalam bentuk natura dan
kenikmatan lainnya yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21, dan Tantiem, bonus,
gratifikasi, jasa produksi, THR.

D. PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Pengurang Penghasilan Bruto adalah jumlah seluruh pengurang penghasilan bruto dari setiap
pemberi kerja yang terdiri dari, pertama, Biaya Jabatan. Biaya jabatan adalah jumlah biaya
jabatan yang boleh dikurangkan dari penghasilan. Biaya jabatan adalah biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang diterima dari pemberi kerja oleh
setiap pegawai tetap tanpa memandang kedudukan atau jabatan.

Kedua, Biaya Pensiun. Biaya Pensiun adalah biaya untuk mendapatkan dan memperoleh uang
pensiun.

Ketiga, Iuran Pensiun dan Iuran THT. Iuran Pensiun dan Iuran THT adalah jumlah iuran
pensiun yang terikat pada gaji yang dibayarkannya oleh Wajib Pajak yang bersangkutan, baik
melalui pemberi kerja maupun secara langsung kepada dana pensiun yang disetujui oleh
Menteri Keuangan, atau Iuran THT untuk Jamsostek yang dibayar oleh Wajib Pajak sendiri
dalam tahun yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai