Anda di halaman 1dari 5

Nama : Adinda Cyfra Abigail Simorangkir

NPM : 3194001
Kelas : D4 AK 2A
Mata Kuliah : Perpajakan
UTS Semester Ganjil (3)

1. Definisi Pajak menurut pasal 1 UU No. 6 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir
dengan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007, “Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang- Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.”

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Reformasi / perubahan sistem dan ketentuan pajak :


Sejak tahun 1983, dunia perpajakan di Indonesia memasuki babak baru yaitu dengan
melakukan reformasi sistem dan ketentuan perpajakan. Perubahan yang dilakukan
adalah dengan mengubah sistem pemungutan pajak dari sebelumnya yang masih
menggunakan official assessment system yang diubah menjadi self assessment
system. Dalam sistem pemungutan pajak yang baru ini, masyarakat dan Wajib Pajak
yang berperan utama dalam melakukan proses menghitung, memperhitungkan,
menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya sendiri.

3. “Good Governance” adalah yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang


transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang
handal dan terkini. Tujuan dari modernisasi perpajakan ini adalah meningkatkan
kepatuhan sukarela Wajib Pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan
meningkatkan produktivitas dan integritas aparat pajak.

4. Utang Pajak sesuai Undang-Undang adalah Utang Pajak adalah sejumlah uang yang
harus dibayar oleh masyarakat (khususnya Wajib Pajak) akibat adanya keadaan,
perbuatan, atau peristiwa, yang harus dilunasi dengan mekanisme yang berlaku dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan. Pengertian hutang pajak ini diatur di beberapa
peraturan perundang – undangan, seperti Undang – undang Nomor 19 tahun 2000
tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
Menurut Pasal 1 point 8 Undang – Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa tersebut, yang dimaksud dengan “Utang Pajak adalah pajak
yang masih harus dibayar termasuk sanksi adminisirasi berupa bunga. denda atau
kenaikan yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak atau surat sejenisnya
berdasarkan peraturan perundang undangan perpajakan. (Undang-Undang Pajak
Tahun 2000, 2001:2 12).

5. Penyebab terhapusnya hutang pajak :


1. Pembayaran : Utang pajak yang melekat pada Wajib Pajak akan hapus karena
pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak (wajib pajak telah membayar) ke
Kas Negara.

2. Kompensasi : terjadi apabila Wajib Pajak mempunyai tagihan berupa kelebihan


pembayaran pajak. Jumlah kelebihan pembayaran pajak yang diterima Wajib Pajak
sebelumnya harus dikompensasikan dengan pajak-pajak lainnya yang terutang.

3. Daluarsa : Daluwarsa atau lewat waktu ialah sebagai salah satu sebab berakhirnya
utang pajak dan hapusnya perikatan (hak untuk menagih atau kewajiban untuk
membayar hutang) karena lampaunya jangka waktu tetentu, yang ditetapkan dalam
undang-undang. Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluarsa setelah lampau
waktu sepuluh tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhimya masa
pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan. Hal ini untuk
memberikan kepastian hukum kapan hutang pajak dapat ditagih lagi. Namun daluarsa
penagihan pajak tertangguh, antara lain; apabila diterbitkan Surat Teguran dan Surat
Paksa.

4. Pembebasan dan penghapusan : Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap


pokok pajaknya, tetapi terhadap sanksi administrasi. Penghapusan hutang pajak ini
sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi diberikannya karena keadaan Wajib Pajak
misalnya keadaan keuangan Wajib Pajak (Waluyo dan Wirawan, 1999:10).

6. Syarat Pemungutan Pajak :

1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)


Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang undang dan
pelaksanaan pemungutan harus adil :
 Pengenaan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing
 Memberikan hak kepada wajib pajak untuk mengajukan keberatan,
penundaan pembayaran dan mengajukan banding kepada majelis pertimbangan
pajak
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang undang (syarat yuridis)
Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan
hukum untuk menyatakan keadialan, baik bagi negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)
Pemungutaan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi dan
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga
lebih rendah dari pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

7. Definisi dan perbedaan antara SSP dan SPT :

SSP (Surat Setoran Pajak) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

SPT (Surat Pemberitahuan) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan
objek pajak dan/atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Perbedaannya, SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke
kas negara melalui kantor penerima pembayaran, sedangkan SPT itu adalah surat
yang digunakan oleh WP untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak.

8. Syarat agar memiliki NPWP :

1. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MENDAPATKAN NPWP:


 Semua WP wajib mendaftarkan diri, kecuali, :
 WP orang pribadi berpenghasilan di bawah PTKP
 WP orang pribadi yg menerima/memperoleh penghasilan dari satu
pemberi kerja yg telah dipotong pajak berdasarkan Pasal 21 UU PPh;
 Kewajiban mendaftarkan diri berlaku pula bagi “Wanita Kawin” yg dikenakan
pajak secara terpisah karena :
 hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim;
 dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan
penghasilan dan harta.
 Setiap WP hanya diberikan satu NPWP

2. MELAPORKAN USAHA UNTUK MENDAPATKAN NPPKP


Pengusaha yg dikenakan PPN/PPn BM wajib melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP dan kepadanya diberikan NPPKP.

9. Hambatan dan Pemungutan Pajak :

1. Perlawanan Pasif
Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang anatar lain disebabkan oleh
- Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
- Sistim perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat
- Sistim control tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik

2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Bentuknya antara lain :
- Tax avoidance, usaha meringankan pajak dengan tidak melanggar undang
undang
- Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang undang (menggelapkan pajak).

10. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak :


 Hak Wajib Pajak :
1. Mengajukan surat keberatan dan surat banding
2. Menerima tanda bukti pemasukan SPT
3. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukan
4. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT
5. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak
6. Mengajukan permohonan perhitungan pajak yang dikenakan dalam surat
ketetapan pajak
7. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak
8. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi,serta pembetulan
surat ketetapan pajak yang salah
9. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya
10. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak
11. Mengajukan keberatan dan banding.

 Kewajiban Wajib Pajak :


1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP
2. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
3. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.
4. Mengisi dengan benar SPT (SPT diambil sendiri), dan memasukan ke Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dalam batas waktu yang telah ditentukan.
5. Menyelenggarakan pembukuan / pencatatan.
6. Jika diperiksa wajib :
a. Memperlihatkan atau meminjamkan buku atau catatan , dokumen yang
menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh,kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang
terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
7. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan,pencatatan, atau dokumen
serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan,maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh permintaan
untuk keperluan pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai