Anda di halaman 1dari 6

PENYEBAB TIMBUL DAN BERAKHIRNYA UTANG PAJAK

1. Penyebab timbulnya utang pajak


Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarnya
dan telah terpenuhinya atau terjadi suatu tatbestand (sasaran pemajakan),
yang terdiri dari keadaan-keadaan tertentu dan atau juga peristiwa ataupun
perbuatan tertentu. Tetapi yang sering terjadi adalah karena keadaan, seperti
pajak-pajak yang sangat penting (yaitu atas suatu penghasilan atau kekayaan),
dikenakan atas keadaan-keadaan ekonomis Wajib Pajak yang bersangkutan
(walaupun keadaan itu dalam kebanyakan hal timbulnya karena perbuatan-
perbuatannya).
Apabila melihat timbulnya utang pajak, ada 2 (dua) ajaran yang mengatur
tentang timbulnya utang pajak tersebut, yaitu:
Ajaran Formil, yaitu utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh fiskus. Dengan demikian, meskipun syarat adanya tatbestand sudah
terpenuhi namun sebelum ada surat ketetapan pajak, maka belum ada utang
pajak.
Ajaran Materiil, yaitu utang pajak timbul jika ada sesuatu yang menyebabkan
(tatbestand) yaitu rangkaian dari perbuatan-perbuatan, keadaan-keadaan, dan
peristiwa-peristiwa yang dapat menimbulkan utang pajak adalah sebagai
berikut :
1. Perbuatan-perbuatan, misalnya : pengusaha melakukan impor barang
2. Keadaan-keadaan, misalnya : memiliki harta bergerak dan harta tidak
bergerak
3. Peristiwa, misalnya : mendapat hadiah undian
Sifat Utang Pajak
1. Sifatnya memaksa yang bisa dilakukan melalui surat paksa hingga
pemberitahuan melaksanakan penyitaan.
2. Dapat pula wajib pajak yang terutang menunjuk orang lain untuk
melunasi utang pajak yang dimilikinya.
3. Utang pajak dapat ditagih sekaligus tanpa harus menunggu waktu jatuh
tempo.
4. Dapat dilakukan penyanderaan dan pencegahan untuk keluar dari
wilayah Indonesia selama 6 bulan dan dapat diperpanjang lagi.
5. Mempunyai hak mendahulu terhadap utang yang lain.
2. Penyebab berakhirnya utang pajak
1. Pembayaran / Pelunasan
Pembayaran / pelunasan pajak dapat dilakukan Wajib Pajak dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau dokumen lain yang
dipersamakan. Pembayaran atau pelunasan pajak dapat dilakukan di Kantor
Kas Negara, Kantor Pos dan Giro, dan Bank Persepsi Pembayaran pajak hanya
dapat dilakukan dengan uang dan bukan dengan bentuk lainnya.
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan antara jenis pajak yang berbeda dalam tahun
pajak yang sama, misalnya antara kelebihan pembayaran PPh dengan
kekurangan pembayaran PPN, ataupun antara jenis pajak yang sama dalam
tahun yang berbeda misalnya kelebihan pembayaran PPh tahun lalu dengan
kekurangan pembayaran PPh tahun berjalan.
3. Penghapusan Utang
Penghapusan Utang pajak dilakukan karena kondisi dari Wajib Pajak yang
bersangkutan, misalnya Wajib Pajak dinyatakan bangkrut oleh pihak-pihak
yang berwenang. Utang pajak pada prinsipnya dapat dihapuskan karena tidak
dapat atau tidak mungkin ditagih lagi dengan beberapa alasan seperti yang
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
73/PMK.03/2012, yaitu :
a. Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dengan tidak meninggalkan
warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat
ditemukan.
b. Wajib Pajak tidak mempunyai harta kekayaan.
4. Daluwarsa
Daluwarsa Utang pajak terjadi karena terlampaunya waktu penetapan pajak
(penertiban surat ketetapan pajak) maupun karena lampaunya waktu proses
penagihan pajak. Daluwarsa dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum
baik bagi Wajib Pajak maupun fiskus maka diberikan kebebasan batas ADLN –
Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI Utang Pajak Sebagai Dasar
Permohonan Pailit Moch. Fasluki Ikhsanuddin 23 waktu tertentu untuk
penagihan pajak. Batas daluwarsa yang berlaku saat ini adalah :
a. Untuk pajak pusat adalah 5 tahun
b. Untuk pajak daerah adalah 5 tahun
c. Untuk retribusi daerah adalah 3 tahun
d. Untuk Wajib Pajak yang terlibat tindak pidana pajak tidak diberikan batas
waktu
5. Pembebasan
Pembebasan pajak biasanya dilakukan berkaitan dengan kebijakan
pemerintah.Misal dalam rangka meningkatkan penanaman modal maka
pemerintah memberikan pembebasan pajak untuk jangka waktu tertentu atau
pembebasan pajak di wilayah-wilayah tertentu.

UNSUR-UNSUR DAN SANKSI DALAM PERPAJAKAN


1. Unsur-unsur yang digunakan dalam perpajakan
a. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi atau lembaga yang dituntut untuk
melaksanakan kewajiban perpajakan, Subjek pajak diatur dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2000. Selain itu, subjek pajak dibagi menjadi 2, yakni:
1. Subjek pajak dalam negeri
Undang-Undang No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang tergolong
sebagai subjek pajak dalam negeri di antaranya adalah orang pribadi, warisan
yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan dan bentuk usaha tetap.
b. Subjek pajak luar negeri
Adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal di Indonesia atau di
luar negeri yang memperbolehkan penghasilan dari Indonesia, baik dari badan
usaha atau tidak.
b.Wajib Pajak
Unsur-unsur pajak di Indonesia yang selanjutnya adalah wajib pajak. Biasanya
orang yang dikenakan wajib pajak, disesuaikan dengan usianya. Jika masih
dibawah umur, maka wajib pajak masih dipegang oleh kedua orang tuanya.
Sedangkan untuk komunitas atau lembaga, wajib pajak disematkan ketika awal
usaha didirikan. Selain itu, wajib pajak harus memiliki NPWP yang bertujuan
memudahkan dalam pembayaran dan pelaporan pajak. Wajib pajak yang
memiliki penghasilan di bawah PTKP tidak perlu mendaftarkan NPWP. Jika
wajib pajak tidak membayar pajak, mereka akan mendapatkan denda dan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku dengan besaran yang telah ditentukan
pemerintah.
c. Objek Pajak
Unsur-unsur pajak di Indonesia yang selanjutnya adalah objek pajak. Objek
pajak adalah benda atau produk atau jasa yang harus dibayarkan pajaknya dari
subjek pajak. Objek pajak juga merupakan penghasilan yang diterima wajib
pajak yang berasal dari Indonesia ataupun dari luar Indonesia. Misalkan, anda
mempunyai bangunan berupa tanah untuk sebuah usaha, maka anda harus
membayarkan pajaknya kepada pemerintah yang termasuk ke dalam pajak
bangunan atau PBB dan pajak dari usaha anda tersebut.
d. Tarif Pajak
Unsur-unsur pajak di Indonesia yang terakhir adalah tarif pajak. Pengertian
tarif pajak adalah nominal yang harus dibayarkan oleh wajib pajak atas benda
atau jasa yang terbebani objek pajak. Besaran tarif pajak sangat bervariasi dan
umumnya berbeda satu sama lain. Tarif pajak dibagi menjadi empat jenis,
yaitu:

 Tarif pajak progresif presentasenya sebanding dengan kenaikan objek


pajaknya seperti penghasilan atau PPh.
 Tarif pajak degresif yaitu tarif pajak yang presentasenya akan semakin
rendah ketika objek pajaknya meningkat.
 Tarif proporsional memiliki presentase tetap meskipun objek pajaknya
menurun atau meningkat, contohnya PPN 10 persen.
 Tarif pajak tetap adalah tarif pajak yang nominalnya tetap berapa pun
nilai objek pajaknya, contohnya Bea Materai Rp 10.000

2. Sanksi akibat kelalaian membayar pajak bagi wajib pajak


A. Sanksi Administrasi
sanksi administrasi yaitu sanksi yang ditetapkan oleh undang-undang kepada
wajib pajak karena tidak dipenuhinya kewajiban sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang perpajakan, yaitu dengan benda administrasi pajak dan
harga pajak serta kenaikan pajak hingga 50%

1. Sanksi Bunga
1. Peraturan: UU KUP 2007 Pasal 19 Ayat (2)
Tentang: Pembayaran mengangsur atau menunda
Jenis sanksi: 2% per bulan dari jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar,
dihitung dari tanggal jatuh tempo s/d tanggal pelunasan/diterbitkannya STP

2. Peraturan: UU KUP 2007 Pasal 19 Ayat (3)


Tentang: Kekurangan pajak karena penundaan
Jenis sanksi: 2% per bulan dari kekurangan pembayaran dihitung dari
batas akhir penyampaian SPT s/d tanggal dibayarnya kekurangan tersebut.

2. Sanksi Denda
1. Peraturan: UU KUP 2007 Pasal 8 ayat (3)
Tentang: Pengungkapan ketidakbenaran dan pelunasan sebelum penyidikan
Jenis Sanksi: 150% x jumlah pajak kurang bayar

2.Peraturan: UU KUP 2007 Pasal 14 ayat (4)


Tentang:
a. PKP tidak membuat faktur pajak
2% dari pengenaan pajak
b. PKP tidak mengisi form pajak secara lengkap
c. PKP melaporkan faktur tidak sesuai masa terbit
jenis sanksi :
2% dari pengenaan pajak
2. Sanksi Pidana
Sanksi ini merupakan jenis sanksi terberat dalam dunia perpajakan.
Biasanya, sanksi pidana dikenakan bila wajib pajak melakukan pelanggaran
berat yang menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan dilakukan
lebih dari satu kali

1. Peraturan: UU KUP 2007 Pasal 41C ayat (1)


Tentang: Setiap orang yang dengan sengaja tidak terpenuhi kewajiban
pejabat dan pihak lain dalam merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui/diberitahukan kepadanya oleh WP dalam rangka
jabatan/pekerjaannya untuk menjalankan ketentuan per UU perpajakan
Jenis Sanksi: Pidana kurungan paling lama 1 tahun dan denda paling banyak
1 milyar

KELOMPOK 4
-SEKAR DEWI UTAMI
-FAUZIA FEBRIATA
-AMELIA PUTI SUTANSO
-M. WILDAN FIRDAUS
-REZA MALREN

Anda mungkin juga menyukai