Anda di halaman 1dari 8

PERPAJAKAN I

SANKSI PAJAK

Nama : Fitriani
NPM : 202033121193
Kelas : D5
Dosen : Ni kt Sukasih, SE, MM, Ak, CA

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA
2022
SANKSI PAJAK
Hingga saat ini, pengenaan sanksi pajak diatur dalam UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sanksi pajak ada
karena entitas wajib pajak baik pribadi maupun badan melanggar aturan perpajakan sesuai
dengan ketentuan umum perpajakan yang tertuang dalam Undang-Undang. Beberapa
pelanggaran yang sering dilakukan oleh entitas wajib pajak antara lain lupa membayar dan
melaporkan pajak, menunda pembayaran pajak, dan telat menyampaikan SPT Pajak. Tidak
sampai di situ, sanksi juga diberikan kepada entitas Wajib Pajak yang melakukan penggelapan
pajak dengan memanipulasi data perpajakannya. Jenis-Jenis Sanksi Pajak ialah :
1. Sanksi Pajak Administratif
Sanksi administratif adalah sanksi yang dikenakan dengan melakukan pembayaran kerugian
kepada negara yang diakibatkan dari pelanggaran oleh Wajib Pajak. Seperti yang sebelumnya
telah dijelaskan, sanksi pajak administratif meliputi sanksi denda, bunga, dan kenaikan. Berikut
penjelasan ketiganya.
• Denda
Sanksi denda biasanya diberikan kepada Wajib Pajak yang melakukan pelanggaran dalam hal
pelaporan pajak. Misalnya, SPT tidak dilaporkan, adanya pengungkapan ketidakbenaran dalam
SPT, hingga tidak membuat faktur pajak. Adapun rincian sanksi denda atas pelanggaran pajak
adalah sebagai berikut.

Jenis Pelanggaran Sanksi Denda

SPT Masa PPN tidak Rp.500.000


disampaikan lebih dari 20 hari
setelah akhir masa pajak

SPT Masa lainnya tidak Rp100.000


disampaikan lebih dari 20 hari
setelah akhir masa pajak
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Rp1.000.000
Badan tidak disampaikan lebih
dari 4 bulan setelah akhir tahun
pajak

SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Rp100.000


Orang Pribadi tidak
disampaikan lebih dari 3 bulan
setelah akhir tahun pajak

Pengungkapan ketidakbenaran 150% x Jumlah Pajak Kurang Bayar


dan/atau pelunasan sebelum
penyidikan

Pengusaha Kena Pajak (PKP) 2% dari Dasar


tidak membuat faktur pajak Pengenaan Pajak

PKP tidak mengisi formulir


pajak secara lengkap

PKP melaporkan faktur tidak


sesuai masa terbit

PKP gagal produksi dan telah


diberikan restitusi
(pengembalian) pajak
Pengajuan keberatan atas Surat 50% x Jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
Ketetapan Pajak keberatan.
ditolak/dikabulkan sebagian

Permohonan banding 100% x jumlah pajak berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
ditolak/dikabulkan sebagian mengajukan keberatan.

• Bunga
Sanksi administratif berikutnya adalah sanksi bunga. Jenis sanksi ini biasanya berkaitan dengan
ketidakdisiplinan Wajib Pajak dalam melakukan pembayaran pajak.Misalnya, terlambat atau
menunda pembayaran pajak, gagal bayar pajak karena gagal berproduksi, atau kurang bayar.

Jenis Pelanggaran Jenis Sanksi

Pembetulan sendiri SPT Tahunan dalam 2 tahun 2% per bulan dari jumlah pajak kurang bayar dihitung sejak jatuh tempo pembayaran
sampai dengan tanggal pembayaran.

Pembetulan sendiri SPT Masa dalam 2 tahun

Terlambat bayar/setor pajak masa dan tahunan

Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) setelah 48% dari jumlah pajak yang tidak/kurang bayar
melewati 5 tahun dengan alasan dipidana

PPh tahun berjalan kurang bayar dengan diterbitkannya Surat Tagihan Pajak 2% per bulan dari jumlah pajak tidak/kurang bayar maksimal 24 bulan
Pengusaha Kena Pajak gagal berproduksi 2% dari pajak yang ditagih.

Adanya Surat Ketetapan Pajak, Putusan banding, atau Peninjauan 2% per bulan dari jumlah pajak tidak/kurang bayar dihitung dari tanggal jatuh tempo
Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah hingga tanggal pelunasan atau STP diterbitkan.
pada saat jatuh tempo tidak atau kurang bayar

Wajib pajak melakukan pembayaran pajak dengan mengangsur atau


menunda

Wajib Pajak diperbolehkan menunda menyampaikan SPT karena 2% per bulan dari kekurangan bayar dihitung dari batas akhir penyampaian SPT
terdapat pajak kurang bayar hingga tanggal dibayarnya kekurangan tersebut.

• Kenaikan
Sanksi administratif berupa kenaikan biasanya diberikan kepada Wajib Pajak yang melanggar
aturan perpajakan dari segi materiil. Misalnya memberikan informasi yang salah dalam hitungan
pembayaran pajak. Berbeda dengan sanksi bunga atau denda, sanksi kenaikan merupakan sanksi
pembayaran pajak yang berlipat sesuai dengan pajak tidak/kurang bayar. Oleh karena itu, sanksi
kenaikan dinilai memiliki konsekuensi yang lebih besar dibanding sanksi administratif lainnya di
mata Wajib Pajak.

Jenis Pelanggaran Sanksi

Terbukti adanya ketidakbenaran dalam isian 50% dari pajak kurang bayar.
SPT setelah melewati 2 tahun
Diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak akibat 50% dari PPh tidak/kurang bayar dalam setahun
Surat Pemberitahuan tidak disampaikan
melewati waktu yang ditentukan.
• SPT Masa, 20 hari setelah akhir masa
pajak
• SPT Orang Pribadi, 3 bulan setelah akhir
tahun pajak
• SPT Badan, 4 bulan setelah akhir tahun
pajak

Ditemukan setelah penyelidikan ternyata 100% dari PPh yang tidak/kurang dipotong,
PPN/PPnBM tidak seharusnya tidak/kurang dipungut, atau tidak/kurang disetor.
dikompensasikan atau tidak seharusnya dikenai
tarif 0%

Kewajiban pembukuan tidak dilakukan 100% dari PPN atau PPNbM yang tidak/kurang
sehingga tidak dapat diketahui besaran pajak bayar
terutang

Tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan 200% dari jumlah pajak yang kurang bayar
SPT namun isinya tidak benar atau lampiran
tidak benar dan pertama kali dilakukan

Diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang 100% dari jumlah kekurangan pajak
Bayar Tambahan setelah penyelidikan ternyata
ditemukan data baru yang menyebabkan
penambahan jumlah pajak kurang bayar.

Diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang


Bayar (SKPKB) setelah penyelidikan atas
permohonan pengembalian kelebihan bayar
pajak dengan kriteria tertentu yang tercantum
dalam Pasal 17C ayat (2) UU KUP
Diterbitkannya SKPKB setelah penyelidikan
atas permohonan pengembalian kelebihan
bayar pajak dengan persyaratan sesuai dengan
Pasal 17D ayat (2) UU KU P

2. Sanksi Pajak Pidana


Dalam ranah perpajakan, sanksi pidana juga ditetapkan kepada Wajib Pajak yang terindikasi
melakukan pelanggaran baik yang sengaja maupun tidak disengaja dalam hal menjalankannya
sebagai Wajib Pajak yang dapat menimbulkan tuntutan pidana.
Tindakan pelanggaran tersebut dapat berupa manipulasi data seperti memalsukan dan
menyembunyikan data perpajakan. OECD menyebutnya sebagai penggelapan pajak atau tax
evasion.
Berikut jenis pelanggaran dan sanksi pidana yang berlaku di Indonesia.
1. Setiap orang yang dengan sengaja (alpa) tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan
SPT namun isinya tidak benar sehingga dapat merugikan negara maka sanksi pidana
berupa kurungan paling sedikit 3 bulan dan paling lama 1 tahun dengan denda paling
sedikit satu kali dan paling banyak dua kali dari pajak terutang.
2. Setiap orang dengan sengaja;
• Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau usaha untuk dikukuhkan sebagai
PKP;
• Menyalahgunakan tanpa hak NPWP/PKP;
• Tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan namun tidak lengkap
• Menolak dilakukan pemeriksaan;
• Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang dipalsukan;
• Tidak menyelenggarakan pembukuan/pencatatan di Indonesia;
• Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan/pencatatan;
• Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong sehingga menimbulkan kerugian negara
maka dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 6 tahun dan denda paling sedikit 2
kali dan paling banyak 4 kali dari jumlah pajak terutang.
1. Melakukan kembali tindakan pidana perpajakan sebelum lewat 1 tahun terhitung sejak
selesainya masa pidana maka mendapatkan dua kali sanksi pidana seperti yang telah
ditetapkan pada poin nomor 2.
2. Setiap orang dengan sengaja:
• Menerbitkan atau menggunakan faktur pajak, bupot, buset pajak yang tidak berdasarkan
data sebenarnya;
• Menerbitkan faktur pajak namun belum dikukuhkan sebagai PKP maka mendapatkan
sanksi pidana paling singkat 2 tahun dan paling lama 6 tahun serta denda paling sedikit
2 kali dan paling banyak 6 kali jumlah pajak dalam faktur pajak/bupot/buset pajak.
1. Dengan sengaja memberikan keterangan palsu saat pemeriksaan pajak dikenakan pidana
kurungan paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp25 juta.
2. Dengan sengaja merusak proses penyelidikan atau pemeriksaan dikenakan pidana
kurungan paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp75 juta.
3. Dengan sengaja merahasiakan sesuatu pada saat proses penyelidikan atau pemeriksaan
dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 1 tahun dengan denda paling banyak Rp1
miliar.
4. Dengan sengaja membocorkan rahasia pada saat proses penyelidikan atau pemeriksaan
dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 10 bulan dan/atau denda paling banyak
Rp800 juta.
5. Dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang diminta atau
menyalahgunakan data pada saat proses pemeriksaan dikenakan sanksi pidana kurungan
paling lama kurungan paling lama 1 tahun dengan denda paling banyak Rp500 juta.

Anda mungkin juga menyukai