Anda di halaman 1dari 6

KOPERASI & UMKM

“KINERJA DAN KENDALA UMKM DI INDONESIA”

OLEH :
Nama : Fitriani
NPM 202033121193

Kelas : D5
Jurusan : Akuntansi
Dosen : Ni Made Rai Juniarisni, SE.M.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS WARMADEWA

2020/2021
KINERJA DAN KENDALA UMKM DI INDONESIA

1. Kinerja UMKM
Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa asek, yaitu (1) nilai tambah,
(2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas, (3) nilai ekspor. Ketiga aspek tersebut
dijelaskan sebagai berikut
a. Nilai Tambah
Kinerja perekonomian Indonesia yang diciptakan oleh UKM tahun 2006
bila dibandingkan tahun sebelumnya digambarkan dalam angka Produk
Domestik Bruto (PDB) UKM pertumbuhannya mencapai 5,4 persen. Nilai PDB
UKM atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1.778,7 triliun meningkat sebesar
Rp 287,7 triliun dari tahun 2005 yang nilainya sebesar 1.491,2 triliun. UKM
memberikan kontribusi 53,3 persen dari total PDB Indonesia. Bilai dirinci
menurut skala usaha, pada tahun 2006 kontribusi Usaha Kecil sebesar 37,7
persen, Usaha Menengah sebesar 15,6 persen, dan Usaha Besar sebesar 46,7
persen.
b. Unit Usaha dan Tenaga Kerja
Pada tahun 2006 jumlah populasi UKM mencapai 48,9 juta unit usaha atau
99,98 persen terhadap total unit usaha di Indonesia. Sementara jumlah tenaga
kerjanya mencapai 85,4 juta orang.
c. Ekspor UKM
Hasil produksi UKM yang diekspor ke luar negeri mengalami peningkatan
dari Rp 110,3 triliun pada tahun 2005 menjadi 122,2 triliun pada tahun 2006.
Namun demikian peranannya terhadap total ekspor non migas nasional sedikit
menurun dari 20,3 persen pada tahun 2005 menjadi 20,1 persen pada tahun
2006.
2. Sifat Permasalahan
Seperti halnya juga Negara – Negara lain. Perkembangan UKM di Indonesia tidak
lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah – masalah
tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani. Tetapi
juga berbeda antar wilayah / lokasi, antarsentra, antar sektor atau subsektor atau jenis
kegiatan, dan antarunit usaha dalam kegiatan / sektor yang sama. Namun demikian, ada
beberapa masalah yang umum dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti
keterbatasan modal kerja dan / atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku
dengan kualitas yang baik dan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, SDM dengan
kualitas yang baik (terutama manajemen dan teknisi produksi), informasi khususnya
mengenai pasar, dan kesulitan dalam pemasaran (termasuk manajemen dan teknisi
distribusi). Dengan perkataan lain, masalah – masalah yang dihadapi banyak pengusaha
kecil dan menengah bersifat mulidismensi. Selain itu, secara alami ada beberapa
permasalahan yang bersifat lebih intern (sumbernya di dalam perusahaan), sedangkan
lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan, atau di luar pengaruh
perusahaan), sedangkan lainnya lebih bersifat eksternal (sumbernya di luar perusahaan,
atau di luar pengaruh perusahaan). Dua masalah eksternal yang oleh banyak pengusaha
kecil dan menengah dianggap paling serius adalah keterbatasan akses ke bank dan distorsi
pasar (output maupun input) yang disebabkan oleh kebijaksanaan – kebijaksanaan atau
peraturan – peraturan pemerintah yang tidak kondusif, yang disengaja maupun tidak
disengaja lebih menguntungkan pengusaha besar, termasuk investor asing (PMA).
Masalah – masalah tersebut di atas semakin terasa bagi pengusaha – pengusaha
yang melayani pasar terbuka atau ekspor, lain halnya dengan pengusaha – pengusaha yang
hanya melayani pasar lokal di daerah yang relatif terisolasi. Oleh karena itu, di pasar
terbuka mereka berhadapan dengan produk – produk serupa dari pengusaha – pengusaha
besar yang lebih unggul dalam banyak hal, majupun persaingan dari barang – barang
impor. Bahkan di pasar ekspor, pengusaha – pengusaha kecil maupun menengah Indonesia
harus berhadapan dengan mitra mereka juga dari skala usaha yang sama dan lebih maju
dari Negara – Negara lain. Dalam kondisi pasar seperti ini, faktor – faktor seperti
penguasaan teknologi dan informasi, modal yang cukup, termasuk untuk melakukan
inovasi dalam produk dan proses produksi, pembaharuan mesin dan alat – alat produksi
dan untuk melakukan kegiatan promosi yang luas dan agresif, pekerja dnegan keterampilan
yang tinggi, dan manajer dengan etrepreneurship dan tingkat keterampilan yang tinggi
dalam business management serta memiliki wawasan yang luas menjadi faktor – faktor
yang sangat penting, untuk paling tidak mempertahankan tingkat daya saing global.
3. Macam Permasalahan Yang Dihadapi UMKM
a) Minimnya Modal
Permasalahan UKM paling utama adalah modal usaha yang terbatas.
Akibatnya, para pengusaha tidak bisa menaikkan jumlah produksinya untuk
mencapai omzet lebih banyak. Para pelaku UMKM mungkin saja memiliki banyak
ide bisnis untuk mengembangkan usahanya, namun harus terhenti karena tidak
adanya modal tambahan. Jika ditelusuri ke belakang, banyak pelaku UMKM yang
kesulitan untuk mendapatkan modal tambahan. Hal tersebut senada dengan hasil
survei yang dilakukan oleh Pricewaterhouse Coopers, yang mana 74 persen
UMKM di Indonesia belum mendapatkan akses pembiayaan.
b) Distribusi Tidak Tepat
Kurangnya channel untuk pendistribusian barang juga menjadi tantangan
yang dihadapi oleh pelaku UMKM. Rekomendasi teman dan pemasaran dari mulut
ke mulut bahkan menjadi channel favorit pelaku UMKM dalam memasarkan
produknya. Kenyataan di lapangan, pelaku UMKM yang didominasi oleh generasi
X hanya berfokus pada kualitas produksi barang. Sehingga, terkadang distribusi
menjadi kurang fokus dan ditempatkan pada nomor ke sekian. Padahal, salah satu
permasalahan UMKM yang sering dihadapi oleh usaha kecil adalah distribusi dan
pemasaran yang kurang tepat.
c) Pengelolaan Keuangan Tidak Efesien
Memiliki arus kas yang kuat dapat membuat bisnis Anda berjalan. Karena,
pada dasarnya manajemen keuangan berhubungan langsung dengan arus kas.
Pengelolaan arus kas yang salah akan menimbulkan masalah pada bisnis Anda.
Itulah permasalahan UMKM yang sering dihadapi saat ini. Tidak sedikit pada
pelaku UMKM di Indonesia yang tidak memperhatikan pengelolaan keuangan
bisnis. Hal tersebut tentunya berakibat pada pengelolaan keuangan tidak bekerja
secara efisien. Pengelolaan keuangan yang tidak efisien akan membuat masalah.
Salah satunya masalah yang dihadapi perihal keuangan yaitu adanya pengeluaran
keuangan lebih besar dari pemasukan. Hal itu berarti bisnis Anda tidak
menghasilkan pendapatan yang cukup dari pelanggan.
d) Kurangnya Inovasi
Banyak pelaku UMKM jalan di tempat dalam mengembangkan usahanya
karena minimnya inovasi. Akhirnya banyak usaha yang hanya bertahan selama 1-
2 tahun, kemudian bangkrut karena produk atau jasa yang ditawarkan tidak kuat
atau kalah bersaing. Banyak pelaku UMKM di Indonesia yang hanya menjalankan
bisnis berdasarkan ikut-ikutan tanpa melihat potensi diri yang dimilikinya. Tidak
mengherankan jika produk UMKM lokal yang berhasil menembus pasar
internasional terbilang masih sedikit. Pelaku UMKM diharapkan mampu untuk
berpikir kritis sekaligus inovatif dalam memproduksi barang dan jasa. Meski
barang yang ditawarkan sejenis, tetapi jika masing-masing memiliki perbedaan
yang signifikan membuat konsumen mempunyai banyak pilihan.
e) Belum Memaksimalkan Pemasaran Online
Salah satu faktor yang menyebabkan pendistribusian barang UMKM
kurang meluas karena pengusaha belum melakukan pemasaran online baik melalui
website dan optimasi CEO maupun media sosial. Mungkin, beberapa pelaku
UMKM sudah memasarkan produknya secara online melalui media sosial, situs
marketplace, dan lainnnya. Akan tetapi, dalam prakteknya masih kurang maksimal.
Sehingga, hasil yang didapat pun kurang maksimal. Kurangnya pengetahuan
sampai dengan adaptasi terhadap internet dan perkembangan teknologi yang
dialami pelaku UMKM ini menjadi tantangan dan masalah yang harus dibhadapi.
f) Pembukuan Masih Manual
Pembukuan termasuk dalam pengelolaan keuangan yang menjadi salah satu
inti keberhasilan usaha. Kesulitan dalam memperhitungkan omset, laba kotor
sampai dengan laba bersih karena pembukuan yang masih manual seringkali
menghambat UMKM untuk bisa growth dan scale up bisnisnya. Walaupun terkesan
tata tertib, pembukuan untuk bisnis merupakan hal yang sepele, nyatanya dengan
data pembukuanlah suatu perusahaan bisa mengukur keberhasilan dan
merencanakan strategi perusahaan ke depannya.
g) Manajemen Waktu
Manajemen waktu merupakan hal yang terlihat sepele, Namun pada
dasarnya manajemen waktu merupakan permasalahan yang banyak dihadapi
UMKM. Lebih dari 90 persen pemilik bisnis bekerja multi tasker, Mereka bekerja
menjadi pengusaha sekaligus pemilik bisnis kecil dan pengurus semua masalah
bisnis kecil. Jika Anda tidak berusaha mengatur waktu sebaik mungkin, Anda akan
mengalami kesulitan terkait dengan itu. Maka, buatlah daftar hal yang akan
dilakukan “To Do List”. Hal tersebut akan memudahkan para pemilik UMKM yang
bekerja multitasker dalam mengatur waktu. Satu hal lagi, orang yang mengatur
waktu dengan baik adalah orang yang membuat perbedaan.
h) Tidak Memiliki Ijin
Permaslahan UMKM yang terakhir yaitu tidak adanya izin usaha resmi,
sehingga menghambat laju usaha Anda. Jika Anda ingin mengembangkan usaha
Anda menjadi lebih besar lagi, maka sudah waktunya Anda mengurus izin resmi
untuk usaha Anda. Kepemilikan badan hukum yang jelas hanya dimiliki oleh
segelintir pelaku UMKM. Mayoritas UMKM juga mengalami tantangan di bidang
pengetahuan mengenai aspek legalitas dan perizinan, termasuk persyaratan sampai
dengan bagaimana proses yang ditempuh dalam proses pengurusannya.

Referensi :

https://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/kinerja-ukm-di-indonesia/

http://kangaminblog.blogspot.com/2012/12/permasalahan-ukm.html

https://seoanaksholeh.com/permasalahan-umkm/

Anda mungkin juga menyukai