Anda di halaman 1dari 21

KEWIRASWASTAAN & PERUSAHAAN KECIL

DISUSUN OLEH :
1. SELPIA WULAN DARI
2. NOVIA ARDANA PUTRI
3. VIKY MAINNATUL M.
4. SANTUN WAHYU ZIKRIANI

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
BAB 4
KEWIRASWATAAN DAN PERUSAHAAN KECIL

1. Kewiraswastaan, Wiraswasta, Wiraswastawan


Pengertian wiraswastawan: adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,
memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya atau lebih singkatnya adalah orang yg
membuka lapangan pekerjaannya sendri.

Unsur-unsur penting wiraswasta :

A. Kemampuan dalam membuka, mencari, menciptakan, dan menggunakan peluang


usaha.
B. Kemampuan untuk menyatukan faktor-faktor produksi atau mengorganisasikan
peusahaan secara efektif dan efisien.
C. Kemampuan dalam mengambil keputusan dan meminimalkan resiko
D. Kemampuan untuk bersaing dengan pihak lain.

2. Perusahaan Kecil dalam Lingkungan Perusahaan


Cara memasuki perusahaan kecil ada tiga cara yaitu : Dengan meneruskan usaha orang
tua contoh orang tua kita mempunyai usaha warung makan. Begitu orang tua sudah tua maka
yg meneruskannya adalah kita. membeli perusahaan yang telah ada dengan cara memulai
usaha yang sama sekali baru.

3. Perkembangan franchising di Indonesia


Waralaba atau Franchising (dari bahasa Prancis untuk kejujuran atau kebebasan) adalah
hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layananan. Sedangkan menurut versi
pemerintah Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba adalah perikatan dimana salah satu
pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual
(HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan

2
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan
dan atau penjualan barang dan jasa.

A. Kiat-kiat Memilih Usaha Dengan Cara Waralaba (Franchising)


Menurut ketua asosiasi franchise indonesia (afi) anang sukandar, ada kiat-kiat tertentu
dalam memilih usaha waralaba yang baik.

Bisnis waralaba yang baik adalah usaha yang dibutuhkan sehari-hari yaitu makan,
minuman, pendidikan, salon, bengkel, bidang ritel, tea franchise.

B. Jenis-Jenis Usaha Yang Diwaralabakan


 Produk dan jasa otomotif
 Bantuan dan jasa bisnis
 Produk dan jasa konstruksi
 Jasa pendidikan
 Rekreasi dan hiburan
 Fastfood dan take away(makanan siap saji)
 Stand makanan/foodstall
 Perawatan kesehatan,medis dan kecantikan

4. Ciri-ciri Perusahaan kecil


A. Kekuatan dan kelemahan perusahaan kecil
Fakta menunjukan, banyak wiraswastawan memulai aktivitasnya dalam perusahaan
kecil sebelum akhirnya berkembang menjadi besar. Berbagai bidang usaha memberikan
kesempatan usaha, tingkat perolehan keuntungan, maupun tingkat reiko yg berbedabeda.
Terlepas dari bbidang usaha yang dipilih, sebagaimanna dijumpai pada hampir semua kondisi,
perusahaan kecil juga memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan perusahaan kecil terutama
berkenaan dengan kebebasanya untuk bertindak dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan
setempat. Sebaliknya kelemahan perusahaan kecil terutama berkaitan dengan spesilalisasi,
modal dan jaminan pekerjaan terhadap karyawannya.

3
B. Keuntungan Perusahaan kecil
Kebebasan dalam bertindak mengacu pada flekksibilitas perusahaan dan kecepatanya
dalam mengantisipasi perubahan tuntutann pasar. Hal ini lebih dimungkinkan pada perusahaan
kecil karena ruang lingkup pelayanan relatif kecil. Sehingga penyesuaian terhadap adopsi
teknologi yang sesuai denagn kebutuhan pasar dapt dilaksanakan denagn cepat.

C. Kelemahan perusahaan kecil


Perusahaan dengan ukuran apa saja (besar,sedang, maupun kecil) selalu mengandung
resiko,disamping keuntunganya. Perusahaan kecil lebih mudah terpengaruh oleh perubahan
situasi, perubahan ekonomi, persaingan dan lokasi yang buruk. Kelemahan perusahaan kecil
yang terutama adalah modal dan jaminan pekerjaan bagi karyawannya.

D. Cara-cara Mengembangkan Perusahaan Kecil


 Penyebarluasan dan pengembangan minat berusaha
 Pemberian bantuan kredit dari bank dengan syarat lunak bagi para perusahan kecil
 Peningkatan keterampilan angkatan kerja dengaann perluasan kesempatan kerja
 Perbaikan personalia perbankan
 Membentuk sentra industry kecil di pedesaan
 Pembatasan investasi pada industry padat modal
 Pemerintah melalui departemen terkait menyediakan fasilitas

E. Kegagalan Perusahaan Kecil


Sebagian kegagalan telah disebutkan seperti kuranngya pengalaman manajemen,
kurangnya modal, kurangnya modal dan promosi penjualan, ketidak mampuan untuk mengatasi
piutang yg macet, pennggunaan teknologi yang sudah ketinggalan jaman dan lain-lain.

5. Perbedaan antara Kewirausahaan dan Bisnis Kecil


Kewirausahaan adalah suatu profesi yang timbul karena interaksi antara ilmu
pengetahuan yang dapat diperoleh dari pendidikan formal dengan seni yang hanya dapat di gali
dengan rangkaian kerja yang diberikan dalam praktek perbedaan dengan bisnis kecil dalam

4
penanganannya karena dalam berbagai tempat diakui keberadaan pengusaha kecil terkait
dengan kewirausahaan.

UKM Sebagai Salah Satu Bentuk Solusi Makro Indonesia


Proses pembangunan ekonomi di suatu negara secara alami menimbulkan kesempatan
besar yang sama bagi semua jenis kegiatan ekonomi semua skala usaha. Besarnya suatu usaha
tergantung pada sejumlah faktor, dua diantaranya yang sangat penting adalah pasar dan
teknologi. Apabila pasar yang dilayani kecil, yakni untuk jenis-jenis produk tertentu yang jumlah
pembelinya memang terbatas atau sifatnya musiman, maka unit usaha yang cocok dalam arti
walaupun omset kecil usaha tersebut tetap dapat menghasilkan margin keuntungan yang
lumayan, adalah Usaha Kecil. Besar kecilnya pasar itu sendiri ditentukan oleh tingkat
pendapatan riil perkapita dan jumlah penduduk serta strukturnya atau jumlah pembeli
sebenarnya atau potensial.

Di sektor industri manufaktur, industri skala kecil dan menengah (IKM) membuat
berbagai macam produk yang dapat digolongkan ke dalam dua kategori: barang-barang untuk
keperluan konsumsi dan industri seperti barang-barang modal dan penolong. Di Indonesia,
untuk jenis-jenis barang konsumsi tertentu seperti makanan dan minuman, pakaian jadi, tekstil,
alas kaki, dan alat-alat rumah tangga, IKM tetap dapat bertahan di pasar dan bahkan menikmati
pertumbuhan volume produksi yang lumayan setiap tahunnya, walaupu menghadapi yang
persaingan yang begitu ketat dari industri skala besar.

Dapat dikatakan juga bahwa di dalam suatu ekonomi modern sekalipun, IKM tetap
mempunyai suatu kesempatan besar untuk survive atau berkembang pesat hanya jika industri
tersebut membuat jenis-jenis produk yang proses produksinya tidak mempunyai skala
ekonomis, dan mengandung teknologi sederhana tanpa mengurangi kualitas produk, serta
memerlukan keahlian tertentu.

Untuk jenis-jenis produk tertentu yang pada umumnya adalah barang-barang konsumsi
sederhana, IKM memiliki segmentasi pasar sendiri yang melayani kebutuhan kelompok
konsumen tertentu, yang pada umumnya berasal dari kalangan masyarakat berpendapatan
menengah ke bawah. Survei literatur menunjukkan banyak studi mengenai perkembangan IKM
di negara-negara sedang berkembang. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa hingga saat ini
pembahasan secara teoritis mengenai relasi antara perumbuhan atau tingkat pendapatan di
suatu wilayah dengan perubahan struktural di sektor industri manufaktur atau pola
perkembangan IKM di wilayah masih relatif terbatas. Indikator-indikator perkembangan IKM
yang umum digunakan dalam literatur adalah pertumbuhan nilai atau volume output,

5
peningkatan kontribusi output atau nilai tambah terhadap pembentukan PDB, pertumbuhan
tenaga kerja, dan peningkatan porsi dalam jumlah tenaga kerja di sektor industri manufaktur.

Pembangunan dan pertumbuhan UKM merupakan salah satu motor penggerak yang
krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. Salah satu
karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan PDB yang
tinggi di negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara yang dikenal dengan sebutan Newly
Industrializing Countries (NICs) seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja
UKM mereka yang sangat efisien, produktif, dan memiliki tingkat daya saing global yang tinggi.
UKM di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahnya
dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi
ekspor. Di Indonesia di lihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak di semua sektor
ekonomi dan kontribusinya yang besar terhadap penciptaan kesempatan kerja yang menjadi
penting terhadap UKM di Indonesia. Ini didasarkan pada kenyataan bahwa di satu pihak jumlah
angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang besar, dan di
pihak lain Usaha Besar tidak sanggup menyerap semua pencari pekerjaan. Ketidaksanggupan
Usaha Besar dalam menciptakan kesempatan kerja yang besar disebabkan karena memang
pada umumnya kelompok usaha tersebut relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat
karya. Kedua, pada umumnya Usaha Besar membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal
yang tinggi dan pengalaman kerja yang cukup, sedangkan UKM khususnya Usaha Kecil sebagian
pekerjanya berpendidikan rendah. Selain sebagai penciptaan kesempatan kerja juga sebagai
sumber pendapatan , khususnya di daerah perdesaan dan bagi rumah tangga berpendapatan
rendah tidak dapat diingkari betapa pentingnya UKM.

Dalam era gobalisasi dan perdagangan bebas, UKM memiliki peranan baru yang lebih
penting lagi yaitu sebagai salah satu utama faktor utama pendorong perkembangan dan
pertumbuhan ekspor.

Kemampuan UKM Indonesia untuk menembus pasar gobal atau meningkatkan


ekspornya atau menghadapi produk-produk impor di pasar domestik ditentukan oleh suatu
kombinasi antara sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki masing-masing perusahaan
atas pesaing-pesaingnya. Dalam konteks ekonomi/perdagangan internasional pengertian
daripada keunggulan relatif dapat didekati dengan keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif.

Suatu negara memiliki keunggulan bisa secara alamiah atau yang dikembangkan.
Keunggulan alamiah yang dimiliki Indonesia adalah jumlah tenaga kerja , khususnya dari
golongan berpendidikan rendah dan bahan baku yang berlimpah. Kondisi ini membuat upah
tenaga kerja dan bahan baku menjadi di Indonesia relatif lebih murah dibandingkan negara-
negara lain yang penduduknya sedikit dan miskin SDA. Keunggulan alamiah ini sangat

6
mendukung perkembangan ekspor komoditas-komoditas primer Indonesia seperti minyak dan
pertanian. Sedangkan keunggulan yang dikembangkan misalnya adalah tenaga kerja yang
walaupaun jumlahnya sedikit memiliki pendidikan atau keterampilan yang tinggi dan
penguasaan teknologi sehingga mampu membuat bahan baku aslinya, atau berproduksi secara
lebih efisien dibandingkan negara lain yang kaya akan SDA.

Faktor-faktor keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap anak perusahaan
untuk dapat bersaing di pasar dunia terutama adalah :

o Penguasaan Teknologi
o Sumber daya manusia dengan kualitas tinggi, dan memiliki etos kerja, kreativitas dan
motivasi yang tinggi
o Tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi
o Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan
o Promosi yang luas dan agresif
o Sistem manajemen dan struktur organisasi yang baik
o Pelayanan teknis dan non teknis yang baik
o Adanya skala ekonomis dalam proses produksi
o Modal dan serta prasarana lainnya yang cukup
o Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama di luar negeri yang baik
o Proses produksi yang dilakukan dengan sistem just in time
o Tingkat enterpreneurship yang tinggi

Secara teoritis, faktor-faktor yang diduga punya pengaruh langsung maupun tidak
langsung terhadap kinerja ekspor UKM dapt dibedakan antara faktor-faktor dari sisi permintaan
dan faktor-faktor dari sisi penawarannya. Dari sisi permintaan pasar adalah faktor-faktor
eksternal yang tidak dapat dipengaruhi oleh pengusaha itu sendiri. Sedangkan dari sisi
penawaran, sebagian adalah faktor-faktor yang hingga tingkat tertentu dapat dipengaruhi oleh
pengusaha bersangkutan seperti dalam hal peningkatan SDM, penyediaan modal, dan
penguasaan atau pengembangan teknologi.

UKM sendiri pada dasarnya merupakan tulang punggung perekonomian yang cukup
penting bagi perkembangan kehidupan ekonomi masyarakat,dimana dengan adanya UKM ini
masyarakat akan mampu menciptkana lapangan kerja yang memadai,mengurangi angka
pengangguran serta kehidupan social yang baik,Namun saat ini kami merasa bahwa hal ini
belum diperhatikan oleh pemerintah dengan seksama dan ditangani secara serius dan
berkelanjutan,hal ini terbukti dengan adanya penurunan pada berbagai sektor UKM yang ada di
Indonesia.Rasanya tidak berlebihan kalau kami berpendapat Indonesia adalah “Negara yang

7
tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya”,Indonesia hanyalah mampu memeras
rakyat dengan melalui kebijakan-kebijakan yang kami rasa sangat menyulitkan pelaku
bisnis,terutama yang perlu kami tekankan disini adalah kami menolak keras tindakan
Pemerintah menaikkan harga BBM,karena sangat berpengaruh terhadap proses produksi itu
sendiri,dimana dengan kenaikan BBM,kalangan industri tidak dapat lagi memberikan harga
yang kompetitif bagi para konsumennya,sehingga permintaan pasar sangat menurun
drastis,belum lagi tindakan yang dilakukan oleh oknum pemerintah yang mempersulit dalam
hal perizinan usaha.Dan sebagai mahasiswa yang masih berpegang pada idealisme kami
berkesimpulan bahwa Indonesia,di masa yang akan datang pasti akan mengalami keterpurukan
yang luar biasa,dan jika tidak hati-hati Indonesia akan semakin hancur di mata Internasional.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan agar perkembangan UKM semakin baik,
khususnya kepada Pemerintah,yakni;

1. Turunkan harga BBM sekarang juga

2. Tindak tegas aparat yang melakukan korupsi dengan memeras para pengusaha

3. Berikan kemudahan kredit bagi masyarakat pedesaan

4. ciptakan iklim bisnis yang kondusif

5. kemudahan dalam perizinan usaha

6. Pajak dibebankan rendah,agar meningkatkan laba

7. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya menciptakan lapangan kerja

8. sikap kooperatif dari Pemerintah,dalam hal pendanaan

TINGKAT PENDAPATAN SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR

Hoselitz (1959) dapat dikatakan merupakan orang pertama yang membahas relasi
antara tingkat pendapatan dan tingkat dominasi khususnya IK dalam suatu ekonomi secara
empiris dengan memakai data dari sejumlah negara di Eropa. Hasil studinya mengungkapkan
bahwa dalam suatu proses pembangunan yang tercermin dari laju pertumbuhan PDB. Dalam
suatu proses pembangunan yang tercermin dari laju pertumbuhan PDB atau peningkatan
pendapatan perkapita, kontribusi IK dinegara bersangkutan mengalami perubahan. Pada tahap
pembangunan awal ( Early stage of development ) dimana tingkat pendapatan rill perkapita

8
masih sangat rendah, IK atau industry rumah tanggga ( IRT ), sangat dominan disektor industri
manufaktur. Sedangkan pada tingkat pembangunan yang sudah sangat maju ( Later stage of
development ), industri skala menengah dan besar ( IMB ) lebih dominan.

Di Negara-negara dengan ekonomi yang masih terbelakang, diukur dari tingkat


pendapatan rill per kapita yang masih rendah, terutama industri rumah tangga ( IRT ) memiliki
saham tenaga kerja terbesar disektor industri manufaktur. Sedangkan dengan negara-negara
dengan tingkat pendapatan rill per kapita yang tinggi, IB lebih dominan.

Salah satu faktor penyebab uitama penyebab berkurangnyapernan IK, terutama dari
kategori IRT, dinegara-negara industry maju dengan tingkat pendapatan yang tinggi adalah
akibat pergeseran fungsi konsumsi masyarakat.

IK harus merubah spesialisnya dari jenis-jenis barangyang nilai elastisitas


pendapatannya dari permintaannya rendah ( Inferior Goods ) ke jenis-jenis produk dengan nilai
elastisitas pendapatan dari dari permintaan yang tinggi ( Ferior Goods ).

Pengaruh faktor-faktor tersebut akan lebih nyata pada tingkat industrialisasi yang lebih
tinggi, karena sumber-sumber daya yang ada semakin terbatas, sementara jumlah pelaku
ekonomi semakin banyak dan kebutuhan konsumsi dan industri semakin besar.

Asosiasi antara perubahan atau tingkat pendapatan dan pertumbuhan atau jumlah
tenaga kerja misalnya IK atau IRT yang mekanismenya lewat pasar buruh bila positif atau
negative.

KONDISI UMUM UKM DI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG


Karakteristik yang melekat pada UKM bias merupakan kelebihan atau kekuatan yang
justru menjadi penghambat perkembangannya ( Growth constraints ). Kombinasi dari kekuatan
dan kelemahan serta interaksi keduanya dengan situasi Eksternal akan menentukan prospek
perkembangan UKM. Perubahan teknologi mempengaruhi ekonomi atau dunia usaha, dari dua
sisi, yakni sisi penawaran dan sisi permintaan.

Kombinasi antara kekuatan dan kelemahan tersebut sangat menentukan kemampuan


UKM dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Tantangan-tantangan yang dihadapi
UKM dimanapun juga saat ini dan yang akan datang adalah terutama dalam aspek-aspek
berikut ini :

a) Perekonomian teknologi yang pesat, perubahan teknologi mempengaruhi


ekonomi atau dunia usaha, dari dua sisi, yakni dan sisi penawaran dan sisi

9
permintaan. Dari sisi penawaran, perkembangan teknologi mempengaruhi
antaralain metode atau pola produksi, komposisi serta jenis material/input dan
bentuk serta kualitas produk yang dibuat. Sedangkan, dari sisi permintaan
perubahan teknologi membuat pola permintaan berbeda, yang pada awal
periode setelah perubahan tersebut lebih banyak berasal dari perusahaan atau
industry. Sedangkan dari permintaan masyarakat, setelah mereka diperkenalkan
dengan produk-produk baru yang mengandung teknologi baru maka permintaan
konsumen di pasar juga akan berubah. Jadi, berkaitan dengan ini survival
capability dari UKM sangat tergantung dari tingkat fleksibilitasnya dalam
melakukan penyesuaian-penyesuaian di segala bidang yang berkaitan dengan
perubahan teknologi. Disini, antara lain penguatan SDM sangat krusial.
b) Persaingan semakin bebas penerapan sistem pasar bebas dengan pola atau
sistem persaingan yang berbeda dan intensifitasnya yang lebih tinggi. Ditambah
lagi dengan perubahan teknologi yang berlangsung terus dalam laju yang
semakin cepat dan perubahan teknologi yang berlangsung terus dalam laju yang
semakin cepat dan perubahan selera masyarakat yang terutama akibat
pendapatan masyarakat yang terus meningkat, maka setiap pengusaha kecil, dan
menengah ( juga besar ) ditantang apakah mereka sanggup menghadapi/
menyesuaikan usaha mereka dengan semua perbedaan ini.

KONTRIBUSI UKM TERHADAP KESEMPATAN KERJA


UKM di Indonesia sangat penting terutama dalam hal penciptaan kesempatan kerja.
Pada umumnya UB membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi dan
pengalaman kerja yang cukup, sedangkan UKM, khususnya UK, sebagian pekerjanya
berpendidikan rendah. Ternyata selama krisis pertumbuhan negative kesempatan kerja di UM
tidak terlalu parah, secara total haya 9,8 % yang mana sector yang paling terpukul adalah sector
keuangan, sector sewa, dan jasa.

Data dari Menengkop & UKM menunjukkan bahwa pada tahun 2000, lebih dari 66 juta
orang bekerja di UK, atau sekitar 99,44 % dari sejumlah kesempatan kerja di Indonesia. Ini
berarti suatu kenaikan sebesar 12,04 % atau sekitar 7,2 juta orang dibandingkan dengan tahun
1999. Walaupun selama masa krisis ( 1977-1998 ) sempat mengalami penurunan sekitar 17,6%.
Sektor-sektor UK dimana kesempatan kerja nya mengalami pertumbuhan negative yang cukup
besar selama periode krisis antara lain sekto keuangan, sewa dan jasa, faktor bangunan, listrik,
gas dan air. Sedangkan sector UK dimana kesempatan kerja mengalami rata-ratapertumbuhan
yang cukup tinggi selama periode 1998-2000 adalah sector listrik, gas, dan air. Dan industry

10
manufaktur. UM tahun 1999 memperkerjakan 7,1 juta orang, dan naik 6,49 % atau hampir 460
ribu orang menjadi 7,5 juta orang tahun 2000.

PELUANG DAN TANTANGAN BAGI UKM


Tujuan akhir yang hendak dicapai melalui persetujuan WTO tersebut adalah untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dunia, yang diharapkan dapat dicapai lewat peningkatan
volume perdagangan dunia. Untuk bisa menembus pasar dicina setelah Negara Panda tersebut
bergabung dengan WTO, yang berarti Negara tersebut juga harus membuka pasarnya
merupakan salah satu tantangan besar bagi UKM Indonesia pada era perdagangan bebas nanti.

UKM Indonesia harus bersaing tidak hanya dengan produk-produk cina sendiri yang
terkenal sangat murah harganya ( Tidak menjadi soal apakah karena Dumping atau memang
karena sangat efisien ditambah lagi dengan upah buruh yang lebih murah dibandingkan dengan
di Indonesia ), tetapi juga dengan Negara-negara lain yang juga ingin memasuki pasar Cina.

Akan banyak UKM didalam negeri, khususnya usaha mikro didaerah pedesaan yang
tingkat produktivitas atau efisiennya rendah, dan mengalami keterbatasan dana dan SDM,
khusunya dalam manajemen, teknis produksi dan pemasaran, dan tidak memiliki teknologi
modern, akan mengalami kesulitan besar, paling tidak dalam jangka pendek hingga menengah,
dalam menghadapi persaingan dari barang-barang impor.

Tantangan atau masalah yang dihadapi oleh UKM Indonesia tambah besar, karena
melihat kenyataan bahwa sementara perubahan sistem perdagangan dunia dari proteksi ke
liberalisasi sedang berlangsung, dimana perlindungan yang diberikan oleh pemerintah selama
ini terhadap pasar domestik UKM semakin berkurang, muncul isu-isu global lainnya yang bisa
menjadi rintangan serius bagi perkembangan ekspor UKM.

Bagi banyak UKM, khusunya UK dinegara-negara berkembang tidak terkecuali


Indonesia, keharusan memenuhi standarisasi internasional dalam periode jangka pendek bisa
merupakan suatu rintangan baru (mungkin lebih sulit atau ruwet dibandingkan kesulitan
pemasaran akibat penerapan tarif proteksi)bagi produk-produk mereka untuk menembus pasar
dunia khusunya dinegara-negara industri maju. Bagi dunia usaha ISO seri 14000 atau
standarisasi-standarisasi lainnya dapat dipandang sebagai sarana strategi untuk mendapatkan
keuntungan kompetitif dipasar dunia. Hasilnya memperlihatkan bahwa semakin besar dari
mereka berpendapat bahwa sistem perdagangan bebas tidak akan berpengaruh sama sekali
terhadap kegiatan bisnis mereka. Sebagian besar dari mereka setuju terhadap diberlakukan
perdagangan bebas. Persepsi yang positif ini sangat membantu meningkatkan kinerja usaha

11
mereka. Oleh karena persepsi yang positif akan berpengaruh positif juga terhadap motivasi dan
semangat kerja, yang selanjutnya juga akan meningkatkan usaha untuk mempersiapkan diri
dalam menghadapi era tersebut.

ALTERNATIF SOLUSI
Agar suatu perusahaan dapat bersaing di era perdagangan bebas, baik dipasar domestik
maupun dipasar ekspor. Ada dua kondisi utama yang perlu dipenuhi :

 Lingkungan internal dalam perusahaan harus kondusif, yang mencakup banyak aspek,
mulai dari kualitas SDM, penguasaan teknologi dan informasi, struktur organisasi, sistem
manajemen, kultur/budaya bisnis, kekuatan modal, jaringan bisnis dengan pihak luar,
hingga tingkat entrepreneurship.
 Lingkungan eksternal harus juga kondusif yang terdiri dari lingkungan domestik dan
lingkungan global.

Ada lagi satu lingkungan yang bisa sangat mendukung atau sebaliknya menghambat proses
globalisasi UKM yaitu lingkungan strategis yang menyangkut langkah-langkah yang harus
diambil oleh UKM untuk dapat masuk kepasar global.

Akan lebih baik apabila UKM melakukan ekspor pada tahap awal lewat agen-agen yang
independen seperti misalnya perusahaan eksportir, baru setelah merasa kuat mereka bisa
melakukan ekspor secara langsung. Jaringan kerja bisnis, aliansi strategis dan pengembangan
relasi jangka panjang dan stabil dengan perusahaan-perusahaan besar lokal dan juga dengan
perusahaan-perusahaan asing adalah komponen-komponen kunci dari keberhasilan UKM
dalam persaingan baik dipasar domestik maupun pasar global. Untuk UKM bisa berhasil dipasar
internasional, mereka harus terus belajar dari pengalaman dan lingkungan yang berkaitan
dengan ekspor, pada khususnya perdagangan dan perekonomian global pada umumnya.

6. KEWIRASWASTAAN YANG SISTEMATIS


Wiraswastawan kata ahli ekonomi Perancis J.B. say sekitar tahun 1800, memindahkan
sumbedaya ekonomi dari kawasan produktivitas rendah kekawasan produktivitas yang lebih
tinggi dan hasil yang lebih besar. Tetapi definisi say tersebut tidak menjelaskan kepada kita
siapa yang dimaksud dengan wiraswastawan. Dan karena say mengucapkan hal itu hamper dua
ratus tahun yang lalu, timbul kekacauan mengenai arti dari “ Wiraswastawan “ dan “
kewiraswastaan “.

12
Di Amerika Serikat misalnya “ wiraswastaan “ seringkali diartikansebagai seseorang yang
memulai bisnis baru, kecil, dan bisnis sendiri. Memang pendidikan ( kursus ) mengenai
“kewiraswastaan” yang menjadi sangat popular akhir-akhir ini pada sekolah bisnis Amerika
adalah merupakan lanjutan dari pendidikan untuk memulai bisnis kecil milik sendiri, yang
pernah diberikan 30 tahun yang lalu, dan banyak hal, tidak banyak perbedaannya. Namun tidak
semua bisnis baru dan kecil bersifat wiraswasta atau mewakili kewiraswastaan.
Kewiraswastaan sama sekali tidak terbatas semata-mata pada lembaga Ekonomi. Setiap
lembaga jasa nonbisnis bersifat wiraswasta jauh dari itu. Dan tidak juga minoritas yang masih
memiliki semua karakteristik, semua problema, semua tanda pengenal dari lembaga jasa. Yang
membuat lembaga jasa menjadi wiraswasta adalah perbedaan yang dimilikinya, sesuatu yang
khas.

Usaha pertama untuk menciptakan kewiraswastaan yang sistematis-Bank wiraswasta


yang didirikan di Perancis pada tahun 1857oleh Pereire bersaudara dalam credit Mobilier,
kemudian disempurnakan dalam tahun 1870 di seberang sungai Rhine oleh George Siemens
dalam Deutsche Bank, dan dibawa mengarungi samudera Atlantik ke New York pada waktu
yang bersamaan oleh J.P. Morgan muda – tidak bertujuan untuk memilikinya. Tugas banker
sebagai wiraswastawan adalah memobilisasi uang orang lain untuk dialokasikan pada berbagai
bidang produktivitasnya lebih tinggi dan yang hasilnya lebih besar. Semua banker sebelumnya
Rothschilds misalnya, juga pemilik. Bila mereka membangun jalan kereta api, mereka
membiayainya dengan uang mereka sendiri. Sebaliknya banker wiraswasta tidak berkeinginan
menjadi pemilik. Ia mendapatkan keuntungan dengan cara menjual kepada umum saham dari
perusahaan yang mereka biayai pada awal pertumbuhannya. Dan ia mendapatkan dana
investasi dengan meminjamnya dari masyarakat. Namun demikian, kewiraswastaan tidak perlu
menghadapi “risiko besar” sebagaimana telah dibuktikanoleh Bell Lab dan IBM. Yang
diperlukannya, bagaimanapun juga adalah sistematika. Kewiraswastaan perlu dikelola. Dan
lebih-lebih lagi, kewiraswastaan perlu didasarkan pada inovasi yang mempunyai tujuan jelas.

7. INOVASI YANG MEMPUNYAI TUJUAN TERTENTU DAN TUJUH


SUMBER PELUANG INOVASI
Wiraswastaan Berinovasi. Inovasi merupakan alat alat spesifik kewiraswastaan. Inovasi
adalah tindakan yang memberi sumberdaya kekuatan dan kemampuan baru untuk
menciptakan kesejahteraan. Memang, inovasi mencciptakan sumberdaya. Tidak ada
sesuatupun yang menjadi “sumberdaya” sampai orang menemukan manfaat dari sesuatu yang
terdapat dialam, sehingga memberinya nilai ekonomis. Sebelum itu, setiap tanaman tidak lebih
dari rumput liar, dan setiap mineral tidak lebih dari jenislain batu karang. Sedikit lebih satu abad

13
yang lalu, minyak mineral yang keluar dari perut bumi ataupun bauksit, biji-biji aluminium,
adalah bukan sumberdaya. Semua itu malah dianggap merusak dan mengganggu, karena
membuat tanah menjadi tidak subur. Begitu pula hal dibidang sosial dan ekonomi. Tidak ada
sumber daya yang lebih besar dalam perekonomian daripada “daya beli”. Tetapi daya beli
adalah hasil ciptaan dari wiraswastawan yang melakukan inovasi.

8. DILUAR DUGAAN
 SUKSES DILUAR DUGAAN
Tidak ada bidang lain yang menyediakan peluang yang lebih berharga bagi inovasi yang
berhasil selain dari sukses diluar dugaan. Dalam bidang lain dimanapun juga, tidak terdapat
peluang inovasi yang risikonya lebih kecil dan pencairannya tidak begitu sulit. Namun sukses
diluar dugaan hamper-hampir diabaikan sama sekali lebih buruk lagi, manajemen bahkan
berkecenderungan untuk menolaknya. Sukses diluar dugaan bisa menyakitkan hati. Dapat
dibayangkan perusahaan yang telah bekerja dengan tekun dalam mengadakan modifikasi
dan menyempurnakan sebuah produk lama, produk yang selama ini telah menjadi
“pembawa bendera” perusahaan selama bertahun-tahun, produk yang menjadi lambang
“mutu”. Pada waktu yang bersamaan dengan perasaan yang amat berat, perusahaan harus
melaksanakan pekerjaan yang dianggap sebagai pekerjaan modefikasi yang sia-sia atas
sebuah produk tua, usang dan “bermutu rendah”. Hal ini mereka lakukan semata-mata
hanya karena pengaruh dari salah seorang wiraniaga ( salesman ) terkemuka perusahaan,
atau karena permintaan mendesak dari salah seorang pelanggan baik yang sulit untuk
ditolak. Tetapi tidak seorang pun mengharapkan barang itu laku, dan nyatanya tak seorang
pun menghendakinya laku. Dan kemudian “barang remeh” ini menyelonong sendiri kepasar
dan bahkan menghasilkan penjualan yang sebenarnya direncanakan dan diramalkan untuk
produk “prestise” dan “bermutu”. Tidak heran bila setiap orang terkejut dan memandang
sukses itu sebagai “Mendapat Durian Runtuh”. Setiap orang mungkin akan menunjukkan
reaksi seperti komisaris utama R.H. Macy ketika ia mengetahui bahwa alat rumah tangga
yang tidak disukai dan tidak diinginkan nya mengambil alih kedudukan barang yang
dicintainya. Di mana ia sendiri telah menghabiskan masa kerja dan energinya.

 KEGAGALAN DILUAR DUGAAN


Kegagalan tidak seperti keberhaslan ( sukses ). Kegagalan jarang dianggap sebagai gejala
dari peluang. Sejumlah besar kegagalan tentu saja tidak lain dari kesalahan, akibat

14
keserakahan, kebodohan, ikut-ikutan tanpa piker atau ketidakmampuan dalam
perencanaan ataupun pelaksanaan. Namun, jika sesuatu gagal meskipun sudah
direncanakan masak-masak dirancang dengan hati-hati, dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh, kegagalan itu adakalanya memperlihatkan adanya perubahan yang mendasar, dan
perubahan itu merupakan peluang.

Asumsi yang melandasi barang atau jasa, rancangannya ataupun strategi pemasarannya
mungkin tidak sesuai lagi dengan realita. Pelanggan bisa jadi merubah nilai dan prepsinya.
Sekalipun mereka masih tetap membel “ barang” yang sama, tetapi mereka sebenarnya
membeli “nilai” yang sangat berbeda. Atau barangkali yang selama ini merupakan satu
pasar satu kegunaan akhir, sekarang sedang terbagi menjadi dua atau lebih, masing-masing
menuntut perlakuan yang berbeda. Setiap perubahan yang seperti ini adalah peluang untuk
inovasi.

Suatu golongan minoritas kelas menengah yang tidak banyak jumlahnya, tetapi
berkembang pesat dikota, membutuhkan kunci sesungguhnya. Bahwa gembok itu tidak
cukup kuat untuk kebutuhan mereka, merupakan penyebab utama menurunnya penjualan
gembok itu pada mulanya. Tetapi, gembok baru yang sudah diperbaiki mutunya itu masih
belum sesuai dengan keinginan mereka.

9. BISNIS WIRASWASTA
Bisnis besar jangan berinovasi, menurut kebijaksanaan konvensional. Kedengarannya
cukup masuk akal juga. Benar inovasi besar pada abad ini memang tidak datang dari bisnis lama
yang besar pada masanya. Kereta api tidak menelurkan mobil atau truk. Bahkan mereka
mencoba pun mereka tidak. Dan meskipun perusahaan mobilpernah mencoba. Demikian pula
industry farmasi raksasa sekarang ini, adalah perusahaan kecil atau sama sekali belum ada pada
lima puluh tahun yang lalu. Ketika obat-obat modern yang pertama mulai dikembangkan.
Bidang tersebut didominasi oleh IBM, perusahaan yang belum tergolong menengah dan dapat
dikatakan tidak termasuk teknologi tinggi empat puluh tahun yang lalu.

Dan sekalipun nyaris diyakini secara luas bahwa bisnis besar tidak boleh dan tidak bisa
mengadakan inovasi, hal ini tidak hanya kurang benar tetapi merupakan kesalah pengertian.
Alasan pertama banyak sekali kekecualiannya, banyak perusahaan besar yang berhasil sebagai
wiraswastawan dan inovator. Di AS terdapat Jonshon & Jonshon yang bergerak dalam bidang
higiena dan perawatan kesehata dan 3M dalam bidang barang berteknik tinggi untuk pasar
industry dan pasar konsumen.

15
Modifikasi dari produk yang ada variasinya bahkan pembangunan dari produk yang ada
ke pasar yang barudan kegunaan akhir yang baru-atau tanpa modefikasi. Tetapi usaha yang
benar-benar baru cenderung memiliki waktu tempuh yang lebih lam. Bisnis yang berhasil, isnis
yang hari ini berada dalam pasar yang tepat dengan barang atu jasa yang tepat, mungkin
sepuluh tahun mendatang memperoleh tiga perempat pendapatannya dari barang atau jasa
yang ada hari ini atau dari hasil modefikasinya. Dalam kenyataannya jika barang atau jasa yang
ada sekarang, tidak menghasilkan arus penghasilan yang benar dan berkesinambungan, maka
perusahaan tidak akan mampu membuat investasi yang berarti untuk hari esok yang
dibutuhkan oleh inovasi.

Tegasnya bisnis yang ada untuk dapat menjadi wiraswasta dan inovatif, diperlukan
upaya khusus. Tindakan yang “normal” adalah yang mengalokasikan sumberdaya produktif
pada bisnis yang ada, pada krisis sehari-hari dan pada upaya untuk mendapatkan lebih dari
yang sudah diperoleh. Godaan dalam bisnis yang ada selalu adalah membuat kenyang hari
kemarindan membuat mati kelaparan hari esok.

Sudah pasti godaan itu sifatnya mematikan. Perusahaan yang tidak melakukan inovasi
tidak terelakkan lagi, pasti menjadi cepat tua dan akan mengalami kemerosotan. Dan dalam
periode perubahan pesat seperti sekarang ini, sebuah periode kewiraswastaan, kemerosotan
akan berlangsung denga cepat sekali. Sekali sebuah perusahaan atau industri mulai mengalami
kemunduran, pemulihan yang amat sulit, jika tidak mustahil sama sekali tetapi rintangan yang
dihadapi oleh kewiraswastaan dan inovasi, yang merupakan sukses dari bisnis sekarang, benar-
benar nyata. Masalahnya justru karena perusahaan demikian berhasil, sehingga tampak “sehat’
bukannya mengalami kemerosotan yang disebabkan oleh birokrasi dan sikap cepat merasa
puas.

Inilah yang membuat contoh bisnis yang ada yang benar-benar berhasil mengadakan
inovasi menjadi sedemikian penting, dan terutama contoh bisnis besar dan menengah yang
ada, yang juga merupakan wiraswastawan dan innovator yang berhasil. Semua bisnis ini
menunjukan bahwa rintangan keberhasilan, rintangan dari yang ada, sebenarnya dapat diatasi
sedemikian rupa sehingga baik usaha yang sudah ada maupun yang baru, yang sudah dewasa
maupun yang masih bayi, dapat memperolehmanfaat dan berkembang. Perusahaan besar yang
merupakan wiraswastawan dan innovator yang berhasil Jonshon & Jhonson, Hoechst, ASEA,
3M, atau seratus perusahaan mengengah yang “tumbuh” itu pasti sudah tahu bagaimana cara
mengatasinya.

Kekeliruan dan kebijaksanaan konvensional itu adalah dalam berasumsi bahwa


kewiraswastaan dan inovasi adalah alamiah, kreatif dan spontan. Jika kewiraswastaan dan
inovasi tidak berfungsi dengan baik dalam sebuah organisasi, pasti ada sesuatu yang
merintanginya. Bahwa hanya sekelompok kecil dan bisnis yang berhasil bersifat wiraswasta dan

16
inovatif, telah dipandang sebagi bukti yang nyata bahwa bisnis yang ada mematikan semangat
wiraswasta.

Namun kewiraswastaan tidak bersifat “Alamiah” tidak “Kreatif”. Kewiraswastaan adalah


karya. Sebab itu kesimpulan yang benar dari bukti tersebut bertentangan dengan yang biasa
ditarik orang. Bahwa banyak dari bisnis yang ada, diantaranya terdapat sejumlah besar bisnis
menengah, besar, dan sangat besar, berhasil sebagai wiraswastawan dan innovator,
menunjukkan bahwa kewiraswastaan dan inovasi dapat dicapai oleh setiap bisnis dimanapun
juga. Tetapi harus diusahakan dengan penuh kesadaran. Semua itu dapat dipelajari, tetapi ia
mengkhendaki kesungguhan. Bisnis wiraswasta merupakan kewiraswastaan sebagai suatu
tugas. Khususnya, manajemen wiraswasta menghendaki kebijakan dan praktek dalam 4 bidang
pokok, yaitu :

 Organisasi harus dibuat agar reseptif terhadap inovasi dan siap untuk menerima
perubahan sebagai sebuah peluang dari pada sebuah ancaman. Ia harus diorganisasikan
untuk dapat melakukan kerja keras sebagai wiraswastawan. Kebijakan dan praktek
diperlukan untuk menciptakan iklim wiraswasta.
 Pengukuran yang sistematis, atau setidak-tidaknya penilaian terhadap prestasi
perusahaan sebagai wiraswastawan dan inovator, merupakan suatu keharusan, begitu
pula halnya dengan upaya belajar untuk meningkatkan prestasi.
 Manajemen wiraswasta membutuhkan praktek-praktek tersendiri mengenai struktur
keorganisasian, mengenai penyusunan staf dan manajemen, dan mengenai kompensasi,
perangsang dan penghargaan.
 Terdapat beberapa “larangan” beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam
manajemen wiraswasta.

INOVASI DAN KEWIRASWASTAAN YANG TIDAK BERHASIL


Prioritas utama dalam pembicaraan mengenai kebijakan umum dan langkah pemerintah
yang dibutuhkan dalam masyarakat wiraswasta adalah menetapkan apa yang tidak akan dapat
berhasil-terutama karena kebijakan yang tidak berhasilbegitu popular sekarang ini.

“Perencanaan” dalam pengertian biasa sebenarnya tidak sesuai untuk masyarakat


wiraswasta dan perekonomian wiraswasta. Inovasi harus memiliki tujuan yang jelas dan
kewiraswastaan harus dikelola. Namun inovasi, sudah merupakan ketentuan, harus
didesentralisasikan, khususnya harus bersifat otonom, spesifik dan mikro-ekonomi. Inovasi

17
sebaiknya mulai dari kecil, bersifat sementara dan mudah menyesuaikan diri. Memang, peluang
–peluang bagi inovasi pada umumnya ditemukan secara tiba-tiba. Peluang inovasi tidak
ditemukan sekaligus secara besar-besaran sehingga perencana dapat menyusunnya, tetapi
justru dalam bentuk penyimpangan yang diluar dugaan, ketidakserasian. Pada waktu
penyimpangan itu menjadi “signifikan dengan statistik”dan dengan demikian terlihat oleh
pembuat rencana, hal itu sudah terlambat. Peluang bagi inovasi memang tidak datang dengan
peraha tetapi dengan menyelinap secara diam-diam.

Sudah menjadi keyakinan umum sekarang ini, khususnya di Eropa, bahwa sebuah
Negara dapat memiliki “kewiraswastaan teknologi tinggi” sendiri. Perancis, Jerman Barat,
bahkan Inggris, mendasarkan kebijakan nasionalnya pada pemikiran itu. Tetapi hal itu hanyalah
suatu impian kosong. Memang suatu kebijakan untuk memajukan teknologi tinggi, dan semata-
mata teknologi tinggi-dan yang sebaliknya menunjukkan sikap bermusuhan terhadap
kewiraswastaan seperti yang masih terdapat di Prancis, Jerman Barat bahkan inggris bahkan
sama sekali tidak akan menghasilkan teknologi tinggi. Paling-paling yang akan terjadi adalah
kegagalan mahal lainnya, kegagalan besar pesawat supersonik Concorde dalam bentuk yang
lain, kemeriahan kecil yang menimbulkan lautan utang, yang tidak menghasilkan lapangan
pekerjaan ataupun kepemimpinan teknologi.

Pertama kali teknologi tinggi – dan hal itu tentu saja merupakan salah satu dasar
pemikiran dari buku, hanyalah salah satu bidang inovasi dan kewiraswastaan. Bagian besar dari
inovasi terletak dalam bidang lain. Disamping itu juga, kebijakan teknologi tinggi akan menemui
hambatan dalam bidang politik, yang dalam aktu singkat akan dapat menjadi ganjalan yang
akan menyebabkan kegagalan. Dalam kaitannya dengan penciptaan lapangan kerja, teknologi
tinggi adalah penentu hari esok bukannya penentu hari ini. Seperti telah kita lihat sebelumnya
( dalam bagian pendahuluan ), teknologi tinggi di Amerika Serikat selama periode 1970-1985,
menciptakan lapangan kerja tidak lebih dari yang hilang dalam industry “cerobong asap” dalam
periode 1970-1985 kira-kira lima sampai enam juta. Seluruh tambahan lapangan kerja dalam
perekonomian Amerika selama periode tersebut 35 juta semuanya diciptakan oleh proyek baru
yang tidak tergolong “teknologi tinggi” tetapi “teknologi menengah”, “teknologi rendah” atau
yang sama sekali “bukan teknologi”. Namun, Negara-negara Eropa akan berada dibawah
tekanan yang makin berat untuk mendapatkan tambahan lapangan kerja baru bagi angkatan
kerja yang terus bertambah. Dan bila kemudian inovasi dan kewiraswastaan dititikberatkan
dalam bidang teknologi tinggi, maka tuntunan agar pemerintah melepaskan kebijakan teknologi
tinggi yang mengorbankan kebutuhan hari ini, mendukung raksasa industry yang sakit-sakitan
demi harapan yang tidak pasti dari masa depan teknologi tinggi, akan menjadi tidak terbendung
lagi. Di Prancis misalnya, hal itu merupakan isu yang dijadikan alasan oleh kaum komunis dalam
menarik diri dari cabinet presiden Mitterand tahun 1984, dan membangkitkan kegelisahan dan
rasa tidak puas dari sayap kiri partai Sosialis MItterand sendiri.

18
Usaha sesungguhnya, bukan spekulatif

Usaha sesungguhnya ( Real business ) adalah samudra luas yang digeluti seorang
wirausaha. Dia tidak mengenal jalan pintas, apalagi cara-car cepat menjadi kaya. Lagi pula, kaya
bukanlah tujuan sebagai wirausaha. Kaya adalah akibat dari perilaku berusaha yang jujur, hasil
dari bekerja keras, dan kepercayaan. Semua itu didapat dari upaya yang menuntut waktu dan
kesungguhan. Tujuan hidup seorang wirausaha adalah hidup yang mandiri dan bahagia.

Dan bisa mengatur waktunya dengan bebas, mengambil keputusan, menentukan arah
masa depan, dan melihat begitu banyak orangyang tertolong karena memiliki penghasilan.
Namun dilain pihak, dia bekerja dan berpikir setiap saat. Dia menanggung risiko dan menembus
batas-batas kesulitan. Dia melayani orang karena bila tanpa keinginan itu, dia tak akan
mendapatkan pelanggan.

Usaha sesungguhnya ini berbeda dengan usaha spekulatif yang dipenuhi jargon “cara
cepet kaya” tengoklah Facebook, email, dan SMS anda. Selalu ada orang yang menawarkan cara
cepat mendapatkan uang. Tinggal buka rekening, bayar, lalu tunggu uang transfer masuk. Tak
perlu kerja keras, tapi dapat uang THR atau bonus begitu singkat. Itulah usaha bodoh-bodohan
yang didasari prinsip Win-lose dan spekulatif. Usaha-usaha spekulatif ditujukan untuk mengejar
kekayaan dalam waktu singkat, tanpa kerja keras. Kekayaan bagi kelompok ini adalah tujuan
sehingga bagi mereka kesejahteraan adalah kaya. Dalam bahasa bisnis ini desebut sebagai
illusionary wealth karena kaya yang demikian biasanya tidak menyejahterakan, tidak
menimbulkan kebahagiaan.

Dalam banyak hal, usaha spekulatif malah membahayakan pemiliknya sendiri. Mereka
menjadi serakah, tak pernah merasa puas, banyak melakukan perbuatan tidak etis, merugikan
banyak orang, menjadi buronan polisi, dan dihujat banyak orang. Mereka tak memperoleh
respek dan tak meraih kebahagiaan.

Kini usaha spekulatif itu juga banyak ditawarkan melalui media dan menjerat banyak
calon sarjana karena menjanjikan cara-cara instan. Diantara usaha-usaha spekulatif adalah
money games dengan cara mencari downline sebanyak-banyaknya dan menarik uang tunai dari
mereka yang dijanjikan akan memperoleh imbalan besar dalam waktu singkat. Bentuk money
games sangat luas, mulai dari sekedar tabungan, memakai media voucher telepon, pakaian,
payung, emas batangan, sampai bebek, dan pertanian didalam pegunungan.

19
Usaha-usaha spekulatif itu bukanlah area seorang wirausaha sebab mereka tak
membutuhkan kerja keras, nama baik, atau mengejar kebahagiaan. Bagi mereka, yang penting
diri mereka kaya dan diperoleh dalam tempo singkat.

MEMIKIRKAN USAHA BARU

 Jika anda diberikan kesempatan untuk berwirausaha, tentukan jenis usaha yang akan
dijalankan, uraikan, dan tetapkan langkah-langkahnya.
 Sederhanakan pikiran mengenai bisnis dan langkah-langkah hanya dengan lima baris
kalimat.
 Detail usaha ( pendiri, bidang usaha, sistem operasi, dan lain-lain )
 Lingkup usaha
 Tanggapan masyarakat
 Opini pribadi

MODAL UTAMA BERWIRAUSAHA

Bukan pada uang melainkan keyakinan untuk menang. Seringkali pikiran kita
terbelenggu oleh batasan-batasan materi ( uang, tempat usaha, produk ) untuk memulai suatu
usaha. Dan kita terlalu fokus pada batasan-batasan itu sehingga kita tidak bergerak maju. Ada
modal lain yang memiliki pengaruh yang dahsyat pada kesuksesan usaha, yaitu keyakinan untuk
menang ( mindset ). Konsentrasikan pikiran pada perubahan pola piker. Ingatlah untuk meraih
kemenangan pun harus berjiwa pemenang.

Bersahabat dengan ketidakpastian. Menjadi wirausaha berarti anda siap bersahabat


dengan ketidakpstian. Siap akan hal-hal yang tidak pasti, tidak terencana, dan mungkin saja
tidak terukur. Ketidakpastian tidak untuk dihindari, hadapi ketidakpastian dengan riset, data
dan intuisi wirausaha. Dekati dan beradaptasi dengan ketidakpastian.

Buka pikiran, pelajari hal-hal baru. Terjun menjadi wirausaha akan menjadikan anda
berada dilingkungan baru yang serba asing. Lingkungan tidak saja dapat membentuk menjadi
wirausaha sukses, tetapi juga mampu menjegal langkah untuk maju. Pelajari dan amati tingkah
laku lingkungan baru anda. Milikilah kemampuan Fast learner untuk tetap bertahan.

20
Be ready, persiapkan diri anda dengan baik. Tampilkan wajah yang enak dilihat, bangun
Network. Kurangi risiko dengan dukungan data, informasi-informasi, juga kemampuan-
kemampuan teknis.

21

Anda mungkin juga menyukai