Anda di halaman 1dari 22

C.

Masalah – masalah Utama UMKM

1. Permasalahan Menurut Ja’far

Pada umumnya permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dan


menengah (UKM) antara lain meliputi: (Jafar Hafsah, 2004)

a. Faktor Internal

▪ Kurangnya permodalan

Permodalan merupakan faktor utama yang


diperlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha.
Kurangnya permodalan UKM, oleh karena pada umumnya
usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan
atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang mengandalkan
pada modal dari sisi pemilik yang jumlahnya sangat
terbatas, sedangkan modal pinjaman dari bank atau
keuangan lainnya sulit diperoleh, karena persyaratan secara
administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat
dipenuhi.

▪ Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas

Sebagian besar usaha kecil tumbuh secara tradisional


dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun.
Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan
formal maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat
berpengaruh terhadap management pengelolaan usahanya,
sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan
optimal. Di samping itu dengan keterbatasan SDM-nya, unit
usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan
teknologi baru untuk meningkatkan daya saing produk yang
dihasilkan.
▪ Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi

Pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan


unit usaha keluarga, mempuanyai jaringan usaha yang
sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang
rendah, oleh karena penduduk yang dihasilkan jumlahnya
sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang
kompetitif. Berbeda dengan usaha yang telah mempunyai
jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi
yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang
baik.

b. Faktor Eksternal

• Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

Kebijaksanaan pemerintah untuk


menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan,
namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini
terlihat antara lain masih terjadinya persaingan yang kurang
sehat antara pengusaha-pengusaha kecil dengan pengusaha-
pengusaha besar.

• Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

Kurangnya informasi yang berhubungan dengan


kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan
sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya
sebagaimana yang diharapkan.

• Impikasi Otonomi Daerah


Dengan berlakunya Undang-Undang No.22 tahun
1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah
mempunyai otonomi untuk mengatur dan mengurus
masyarakat setempat. Perubahan system ini akan
mengalami implikasi terhadap pelaku bisnis kecil dan
menengah berupa pungutan-pungutan baru yang dikenakan
pada usaha kecil dan menengah (UKM). Jika kondisi ini
tidak segera dibenahi maka akan menurunkan daya saing
Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Di samping itu
semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan
kondisi yang kurang menarik bagi pengusaha luar daerah
untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.

• Implikasi Perdagangan Bebas

Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai


berlaku tahun 2003 dan APEC tahun 2020 yang
berimplikasi luas terhadap usaha kecil dan menengah untuk
bersaing dalam perdagangan bebas. Dalam hal ini, mau
tidak mau Usaha Kecil dan Menengah dituntut untuk
melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien,
serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan
frekuensi pasar global dengan standar kualitas.

• Sifat produk dengan Lifetime Pendek

Sebagian besar produk Industri kecil memiliki ciri


atau karakteristik sebagai produk-produk fasion dan
kerajinan dengan lifetime yang pendek.

• Terbatasnya Akses Pasar


Terbatsanya akses pasar akan menyebabkan produk
yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif
baik di pasar nasional maupun internasional.

• Aspek Permodalan UKM

Salah satu kelemahan dalam pemberdayaan UKM


di Indonesia umumnya bersifat parsial yaitu dibidang
permodalan, pemasaran atau bahan baku. Tetapi tidak
tertutup kemungkinan pada keseluruhan yang merupakan
proses dari kegiatan usaha tersebut. Namun karena
dimungkinkan oleh banyaknya masalah yang dihadapi
UKM serta pendidikan pengelola UKM umumnya rendah,
mereka hanya bisa menyebutkan masalah yang ada dalam
pikirannya itu sehingga hanya bisa menyebutkan seperti di
atas.2. Permasalahan Menurut Konsultan dan Pendamping
UMKM

2. Permasalahan Menurut Konsultan dan Pendamping UMKM

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman dalam memberikan


konsultasi atau pendampingan, terdapat beberapa jenis kendala atau
permasalahan yang sering dikeluhkan oleh UMKM, yaitu:

1. Permasalahan UMKM Paling Klasik adalah Soal Modal

Permasalahan UMKM yang paling sering ditemui adalah modal yang


terbatas. Para pelaku UMKM mungkin saja memiliki banyak ide bisnis
untuk mengembangkan usahanya, namun harus terhenti karena tidak
adanya modal tambahan. Jika ditelusuri ke belakang, banyak pelaku
UMKM yang kesulitan untuk mendapatkan modal tambahan dari
lembaga keuangan dikarenakan banyaknya persyaratan yang belum
terpenuhi. Hal ini senada dengan hasil survei yang dilakukan oleh
Pricewaterhouse Coopers, yang mana 74% UMKM di Indonesia belum
mendapatkan akses pembiayaan.

Perkembangan teknologi memberikan solusi baru bagi pelaku UMKM


dalam mendapatkan modal tambahan. Sebut saja kehadiran teknologi
finansial (fintech) melalui sistem urunan dana atau yang dikenal
dengan istilah crowdfunding. Cara pendanaan baru ini menjadi
tantangan bagi pelaku UMKM dalam meyakinkan khalayak umum
untuk mendanai usaha mereka.

Crowdfunding sendiri dibagi menjadi dua, yaitu reward dan equity.


Sistem crowdfunding berbasis reward mirip dengan bentuk sponsor,
yang mana seseorang berminat untuk mendanai usaha Anda kemudian
Anda menawarkan berbagai jenis imbalan. Sistem reward ini tidak
mengharapkan keuntungan finansial.

Sedangkan yang kedua merupakan crowdfunding berbasis equity yang


mirip dengan investasi konvensional dalam bentuk saham yang
sifatnya profit sharing. Investor yang tertarik untuk meminjamkan
modal akan mendapatkan saham perusahaan sekaligus mendapatkan
keuntungan perusahaan sesuai dengan banyaknya saham mereka di
perusahaan tersebut.

Meski begitu, Anda sebagai pelaku UMKM juga perlu memperhatikan


berbagai persyaratan ketika ingin mengajukan dana di
lembaga crowdfunding, salah satunya untuk besaran bunga pinjaman.
Selain itu, pastikan jika lembaga crowdfunding yang Anda pilih sudah
terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) agar lebih
aman. Ditambah lagi OJK baru saja menerbitkan peraturan terkait
layanan urun dana pada 31 Desember 2018 lalu dalam Peraturan OJK
No. 37/POJK.04/2018.

2. Permasalahan UMKM Lainnya Terkait Urusan Perizinan


Masih banyak UMKM di Indonesia yang belum memiliki badan
hukum yang jelas. Tidak adanya izin usaha resmi mendatangkan efek
domino bagi pelaku UMKM karena akan menghambat laju usaha
mereka sendiri, salah satunya saat ingin mengajukan modal. Sehingga
sulit bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan usaha mereka
menjadi lebih besar lagi.

Untuk itu, sebaiknya Anda sudah mengantongi Surat Izin Usaha


Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan berdasarkan domisili usaha.
Keberadaan SIUP penting dimiliki oleh pelaku UMKM agar usaha
yang dijalankan memiliki bukti yang sah dari pemerintah. Perihal SIUP
diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.
46/2009 tentang Perubahan Atas Permendag No. 36/2007 mengenai
Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

SIUP dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan skala usaha yang dijalankan,


yaitu:

 SIUP Mikro termasuk kategori usaha sangat kecil atau mikro


dengan modal usaha dan kekayaan bersih tidak lebih dari Rp50
juta dan tidak termasuk tanah serta bangunan tempat usaha.
 SIUP Kecil memiliki cakupan modal dan kekayaan bersih
antara Rp50 juta sampai dengan Rp500 juta serta tidak
termasuk tanah dan tempat usaha.
 SIUP Menengah dimiliki bagi pelaku UMKM dengan modal
dan kekayaan bersih antara Rp500 juta sampai dengan Rp10
miliar  serta tidak termasuk tanah dan tempat usaha.
 SIUP Besar merupakan kategori terakhir yang wajib memiliki
SIUP karena modal dan kekayaan bersihnya lebih dari Rp10
miliar dan tidak termasuk tanah serta bangunan tempat usaha.

Untuk bisa mendapatkan SIUP, Anda bisa mengajukan


secara online maupun offline. Jika ingin mengurus secara online,
akses melalui situs resmi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (Dinas PM & PTSP) masing-masing daerah.
Kemudian cari informasi seputar SIUP yang sesuai dengan skala
usaha Anda. Jika ingin mengurus secara offline, Anda bisa
mendatangi langsung kantor pelayanan Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Daerah Tingkat II di masing-masing kabupaten atau
kotamadya Anda.

Dokumen yang dibutuhkan untuk bisa mendapatkan SIUP


diantaranya sebagai berikut :

1. Formulir pendaftaran yang sudah diisi dan ditempelkan


materai Ro6.000, dibuat fotokopi 2 rangkap.
2. Fotokopi KTP yang masih berlaku sebanyak 3 lembar.
3. Fotokopi Kartu Keluarga sebanyak 3 lembar.
4. Fotokopi NPWP sebanyak 3 lembar.
5. Surat perjanjian sewa-menyewa tanah /bangunan jika tanah
atau bangunan disewa.
6. Surat pernyataan bermaterai Rp6.000 dari pemilik
tanah/bangunan yang digunakan.
7. Fotokopi KTP pemilik tanah  atau bangunan.
8. Pas foto berwarna ukuran 3×4 sebanyak 2 lembar.
9. Surat pernyataan bersedia mengurus IMB dalam jangka
waktu 1 tahun.

Pembuatan SIUP juga gratis tanpa dipungut biaya jadi para


pelaku UMKM diwajibkan untuk memiliki SIUP.

3. Rendahnya Kesadaran untuk Membayar Pajak Juga Jadi


Permasalahan UMKM di Indonesia

Selain perizinan, regulasi lain yang kerap diabaikan oleh pelaku


UMKM adalah soal pembayaran pajak. Dari sekitar 60 juta pelaku
UMKM di Indonesia, hanya 2,5% saja atau sekitar 1,5 juta pelaku
UMKM yang melaporkan pajaknya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
semua pelaku UMKM paham akan cara menghitung pajak yang
menjadi kewajiban mereka. Efek terburuk yang bisa menimpa pelaku
UMKM adalah usaha mereka bisa mengalami gulung tikar karena
modal yang ada habis dipakai untuk membayar sanksi pajak yang telat
dibayarkan.

Pemerintah pun menurunkan tarif PPh Final atau yang sering disebut
sebagai pajak UMKM dari 1% menjadi 0,5% yang tertuang dalam
Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan
atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. Selain itu, yang menjadi WP
adalah mereka dengan usaha yang memiliki omzet sampai dengan
Rp4,8 miliar dalam satu tahun.Kebijakan penurunan tarif ini bisa
dimanfaatkan oleh pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya
menjadi lebih baik lagi.

Cara menghitung pajak UMKM ialah Rumus sederhananya adalah


omzet per bulan x tarif PPh Final. Kemudian PPh Final dibayarkan
paling lambat pada tanggal 15 setiap bulannya.

Untuk menghindari sanksi keterlambatan pembayaran pajak PPh Final,


Anda bisa melakukannya secara otomatis melalui aplikasi PPh Final
yang dimiliki oleh OnlinePajak. Di sini Anda diberikan kemudahan
dalam membuat ID billing dan menyetor PPh Final 0,5% hanya dalam
1 klik saja. Semuanya dilakukan secara otomatis dan praktis. Setor
pajak dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun

4. Kurangnya Inovasi Jadi Permasalahan UMKM yang Tidak Bisa


Terelakkan

Jumlah UMKM di Tanah Air yang terus bertambah bagai 2 sisi mata
uang. Di satu sisi, geliat masyarakat Indonesia yang tinggi dalam
membuat bisnis sendiri sangat baik dalam membantu mendorong
perekonomian nasional. Di sisi lain, banyak juga yang mendirikan
usaha hanya karena ikut-ikutan tren atau latah.

Alasan terakhir inilah yang membuat banyak pelaku UMKM jalan di


tempat dalam mengembangkan usahanya karena minimnya inovasi.
Akhirnya banyak usaha yang hanya bertahan selama 1-2 tahun,
kemudian bangkrut karena produk atau jasa yang ditawarkan tidak kuat
atau kalah bersaing. Banyak pelaku UMKM di Indonesia yang hanya
menjalankan bisnis berdasarkan ikut-ikutan tanpa melihat potensi diri
yang dimilikinya.

Tidak mengherankan jika produk UMKM lokal yang berhasil


menembus pasar internasional terbilang masih sedikit. Jika
dibandingkan dengan produk sejenis dari negara luar, produk UMKM
Indonesia kalah saing baik dari segi kualitas dan harga. Produk yang
lahir dari latah atau ikut-ikutan tren ini tidak muncul dari konsep yang
matang dan memiliki kemiripan satu sama lain dengan produk sejenis.
Di awal, permintaan dan barang ditawarkan sama-sama banyak, namun
lama-kelamaan permintaan menjadi turun karena konsumen yang
sudah bosan dengan barang sejenis.

Untuk itu, pelaku UMKM diharapkan mampu untuk berpikir kritis


sekaligus inovatif dalam memproduksi barang dan jasa. Meski barang
yang ditawarkan sejenis, tetapi jika masing-masing memiliki perbedaan
yang signifikan membuat konsumen mempunyai banyak pilihan.
Pelaku UMKM dapat melakukan riset terhadap perilaku konsumen
sekaligus trial and error untuk mengetahui formula yang tepat bagi
produk yang dihasilkan. Perkembangan teknologi yang ada juga
membuka peluang bagi Anda untuk mengikuti pelatihan
atau workshop yang bermanfaat bagi kelangsugan usaha Anda. Selain
memperhatikan kualitas produk, peningkatan layanan juga penting
untuk diperhatikan terutama bagi pelaku UMKM di bidang jasa.
Karena inovasi justru terlahir tidak dengan sendirinya, melainkan
melalui sebuah proses panjang yang membuahkan hasil yang manis.

5. Permasalahan UMKM Juga Lahir dari Banyaknya Pelaku UMKM


yang Masih Gagap Teknologi

Familiar dengan istilah gagap teknologi atau yang sering disingkat


dengan gaptek? Ya, istilah ini merupakan sebutan bagi individu yang
tidak tahu-menahu tentang kemajuan teknologi serta tidak bisa
mengoperasikannya. Kondisi gagap teknologi ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya kondisi ekonomi, kondisi lingkungan,
lokasi wilayah, dan lain sebagainya.

Kaitannya antara gagap teknologi dengan permasalahan UMKM adalah


Perkembangan teknologi yang terjadi sekarang ini melahirkan geliat
ekonomi digital yang justru membawa banyak manfaat bagi pelaku
UMKM, tidak hanya dalam memasarkan produknya tetapi juga
memudahkan proses produktivitas para pelaku UMKM. Kehadiran
saluran marketplace dan media sosial membuka peluang bagi pelaku
UMKM dalam mengenalkan produk mereka ke ranah yang lebih luas.
Selain itu, produktivitas pegiat UMKM semakin lebih mudah dan
efisien berkat adanya perkembangan teknologi, mulai dari melakukan
pembukuan secara digital, membayar pajak melalui sistem aplikasi, dan
lain-lain.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, salah satu faktor yang menjadi
kendala adalah tidak meratanya penyebaran informasi di Tanah Air
yang menyebabkan munculnya virus gaptek ini. Selain itu, generation
gap antara pelaku UMKM yang diwakilkan oleh generasi X dan pelaku
UMKM dari generasi milenial melahirkan jarak soal permasalahan
UMKM ini.

Ada baiknya pelaku UMKM di usia muda turut mengajarkan atau


memberikan penyuluhan terkait teknologi terkini terhadap pelaku
UMKM di usia senior. Mereka yang lebih tua juga diharapkan tidak
segan untuk bertanya mengenai update terkini di dunia bisnis.

3. Permasalahan Menurut Pelaku UMKM

a. Meningkatnya Harga Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan pokok yang digunakan dalam mengolah


suatu jenis bahan menjadi produk yang dapat dihasilkan dengan
kreatifitas dan inovasi semaksimal mungkin. Kenaikan harga baku ini
tentu saja mempengaruhi harga penjualan, apalagi bahan baku
diperoleh dari supply, sehingga mereka memerlukan biaya yang lebih
dibandingkan jika mendapatkan bahan baku dari kebun sendiri. Inilah
yang menjadi kendala karena mereka hanya akan mensuplai bahan
baku sesuai budget yang mereka miliki. Otomatis produksi yang
dihasilkan akan terbatas padahal permintaan pasar cukup banyak.

b. Sumber Daya Manusia yang Terbatas

Sumber daya manusia adalah aspek terpenting dalam melakukan usaha.


Dari hasil penelitian, mayoritas ilmu pengetahuan serta keterampilan
diturunkan dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu dari segi
kreatifitas mereka kurang bisa mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya.

c. Memiliki Permasalahan dalam Permodalan

Modal adalah faktor terpenting dalam membuka usaha. Karena UMKM


merupakan usaha rumahan yang mengandalkan modal sendiri, maka
dalam permodalan ini memerlukan bantuan dari pemerintah.

d. Kurangnya Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal penting dalam menunjang


pengembangan UMKM. Karena itu, sarana dan prasarana dalam
melakukan usaha harus mendukung. Seperti sarana dalam pemasaran
produk atau sarana dalam proses pembuatan produk. Pengusaha
mengaku kurang memiliki lahan yang luas dalam proses produksi.
Karena menurut mereka dengan lahan yang luas akan dapat menambah
produksi yang dihasilkan. Kendala inilah yang membuat hasil produksi
mereka terbatas.

e. Kurangnya Akses Pemasaran Produk

Persaingan di dalam pemasaran produknya merupakan hal yang wajar


terjadi. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi jika pengusaha mampu
meningkatkan kreativitas mereka dengan memproduksi bahan baku
menjadi aneka produk berbeda. Tetapi disini pengusaha kurang dapat
mengeksplor segala kreativitas yang dimiliki untuk menunjang
kemajuan dalam mengembangkan usahanya. Karena dengan adanya
persaingan seperti itu mereka akan semakin sulit untuk memasarkan
hasil produknya. Inilah yang menjadi kendala mereka di dalam
memasarkan hasil produknya.

Kendala Pengembangan UMKM

Masalah yang masih krusial dihadapi oleh UMKM di antaranya adalah masih
rendahnya permodalan. UMKM masih menghadapi kendala dalam menambah
permodalan, baik untuk modal kerja maupun modal investasi. Dalam hal ini
terdapat keengganan pihak perbankkan dalam memberikan kredit kepada
UMKM. Untuk membantu permodalan bagi UMKM ini pemerintah telah
mewajibkan kepada perbankan untuk menyalurkan Kredit Usaha Rakyat
(KUR). KUR ditujukan untuk memperluas akses kredit Perbankan bagi
UMKM yang produktif, layak namun belum bankable. Ketentuan dalam
Program KUR untuk Usaha Mikro (Menteri Koperasi dan UMKM, 2010)
adalah:

1. KUR Mikro dengan plafon kredit maksimal Rp 5 juta.


2. Suku bunga KUR Mikro maksimal 22%
3. KUR Mikro tidak diwajibkan memakai agunan
4. KUR Mikro tidak diperlukan pengecekan Sistem Informasi Debitur
5. Pemerintah mentargetkan penyaluran KUR Rp 20 triliun per tahun
sampai dengan Tahun 2014.

Kesulitan dalam masalah permodalan, membawa ke masalah mendasar yang


mempengaruhi proses inovasi dan transformasi UMKM, mengimbas pula pada
kesulitan dalam pemasaran terutama dari segi pengenalan pasar, penentuan
harga, negosiasi, serta jalur distribusi dan penjualan (Lincolin Arsyad, 2003).
Di samping itu, pengusaha kecil pada umumnya tidak dapat mempromosikan
produknya melalui media massa, karena volume pendapatan produksi yang
tidak mampu menutup biaya promosi. Apabila terdapat biaya promosi, media
yang dipilih biasanya yang muruah dan mencakup daerah yang sempit, seperti
radio swasta daerah, selebaran, atau mobil dengan megaphone (Theresia
Trisanti, 2001).

Kendala lain yang cukup krusial adalah kesulitan bahan baku, terutama
UMKM di sektor processing, dan manufacturing. Hal ini dapat terjadi akibat
minimnya modal kerja sehingga semua transaksi harus dilaksanakan dalam
bentuk uang tunai. Misalnya pengusaha garmen kesulitan untuk memperoleh
benang atau pengusaha kecap kesulitan bahan baku kedelai, karena sedikitnya
penawaran atau kalau ada harganya relative mahal. Di sisi lain, fasilitas
perlengkapan produksi seperti control kualitas, gudang tempat penyimpanan,
alat distribusi sering tidak dimiliki oleh pengusaha UMKM. Akibat
perlengkapan yang kurang lengkap ini berdampak pada terbatasnya jumlah,
jenis dan variasi produk yang dihasilkan sehingga produk yang dihasilkan
menjadi statis dan tidak mampu lagi untuk bersaing di pasar (Hershkovich dan
Harper, 2005).

Berbagai kendala lainnya yang masih sering ditemui pada UMKM adalah
masih rendahnya kualitas SDM, yang tercermin dari kurang berkembangnya
perilaku kewirausahaan, lemahnya kaderisasi, kreativitas, disiplin, etos kerja,
dan profesionalisme. Berbagai kendala tersebut, menyebabkan sangat
rentannya UMKM dalam menghadapi persaingan. Pengalaman menunjukkan
bahwa eksistensi UMKM yang teramcam bahkan mati sebelum bersentuhan
dengan iklim liberalisasi perdagangan dunia.

Tantangan UMKM

Lingkungan ekonomi internasional di saat ini dan mendatang berubah sangat


cepat. Dengan dikembangkannya Teknologi Informasi (TI), seperti internet,
CD-rom, komunikasi satelit, maka informasi dari satu negara ke negara lain
dalam sekejab dapat berpindah. Dampak dari percepatan informasi ini, dapat
dirasakan dalam kehidupan ekonomi, keuangan, dan jasa telekomunikasi.

Dengan demikian, melalui TI usaha bisnis lebih berpeluang meningkatkan


daya saing sekaligus memenangkan persaingan yang semakin ketat.
Persoalannya, masih sedikit UMKM yang memanfaatkan TI. Menurut Eko
Wahyudi (Direktur Pembinaan Koperasi dan UMKM Bappenas), menyatakan
bahwa dari 245 ribu unit UMKM potensial di Indonesia, hanya 12% saja yang
sudah memanfaatkan TI. Lemahnya akses terhadap TI mengakibatkan banyak
peluang bisnis tidak bias dimanfaatkan.

Tantangan lain yang dihadapi oleh UMKM adalah liberalisasi ekonomi dan
globalisasi. Secara formal liberalisasi di tingkat Asia Tenggara (AFTA) pada
tahun 2003, di tingkat Asia Pasifik (APEC) pada tahun 2010, dan di tingkat
dunia pada tahun 2020. Hal ini membawa sejumlah tantangan bagi
pengembangan UMKM, yaitu:

Semakin ketatnya persaingan pasar domestic. Produk UMKM akan semakin


bersaing dengan produk luar negeri. Pesaing luar negeri relative memiliki
keunggulan dalam manajemen, penguasaan teknologi, sumberdaya manusia,
keuangan, akses pasar, dan akses lainnya.

Persaingan tidak hanya di pasar output tetapi juga di pasar input. Dengan
segala keunggulannya, para ekspatriat lebih mudah memanfaatkan kekayaan
sumberdaya alam Indonesia, sehingga kekayaan alam kita lebih banyak
dinikmati oleh asing dari pada bangsa sendiri.
Pemerintah tidak bias bertindak melakukan intervensi guna melindungi
UMKM, baik melalui pemberian subsidi ataupun proteksi lainnya.

Menteri Koperasi dan UMKM dalam Sidang Pleno ISEI di Bandung (2010)
mengemukakan bahwa tantangan yang dihadapi UMKM adalah:

 Adanya Globalisasi, dimana persainagn semakin tajam, termasuk


dalam memperoleh sumberdaya.
 Pengembangan UMKM bersifat lintas sektoral/ multidimensi, sehingga
membutuhkan perencanaan yang sistemik dan partisipatif.
 Menjaga daya saing UMKM sebagai industry kreatif dengan desain
dan kualitas produk melalui aplikasi iptek dan kewirausahaan.
 Perlu diversifikasi output dan stabilitas pendapatan Usaha Mikro, agar
tidak “jatuh” ke kelompok masyarakat miskin.

Mengembalikan koperasi sebagai pilihan kelembagaan usaha produktif


masyarakat yang: (1) mengayomi kepentingan bersama; dan (2) memberikan
nilai tambah, perbaikan posisi tawar dan peningkatan akses terhadap
sumberdaya produktif.

Kendala UMKM di Indonesia

Permasalahan utama UMKM di Indonesia adalah kendala yang bersifat


internal. Menurut Bank Indonesia, kendala internal meliputi masalah modal,
SDM, hukum, dan akuntabilitas. Dari sini, kendala internal yang sangat sering
dialami pelaku UMKM adalah keterbatasan modal dan keterbatasan SDM.

Keterbatasan modal menyebabkan pelaku UMKM mengalami kesulitan dalam


mengembangkan usaha yang dimiliki. Tanpa modal yang cukup, produk yang
dapat diproduksi menjadi sangat terbatas. Dengan terbatasnya jumlah
produksi, cakupan pasar yang bisa diraih pun juga ikut terbatas. Pada akhirnya,
potensi UMKM tidak dapat dikembangkan dengan maksimal.

Keterbatasan SDM mempengaruhi banyak hal dalam pelaksanaan bisnis, baik


dari segi kualitas, daya saing, maupun jangkauan produk yang dimiliki.
Contoh rendahnya kualitas SDM dalam proses produksi adalah rendahnya
manajemen kontrol. Manajemen kontrol yang rendah dapat mengakibatkan
inkonsistensi dalam hasil produksi dan mengakibatkan rendahnya kualitas
produk. Rendahnya kreativitas SDM dalam proses pengemasan (packaging)
akan mengakibatkan kemasan yang kurang menarik dan kurang tahan lama
sehingga produk UMKM tak bisa bersaing dengan produk-produk dari usaha
besar yang ada. Rendahnya pengetahuan pelaku UMKM dalam penggunaan
teknologi juga akan mengakibatkan terbatasnya cakupan pasar pada wilayah
sekitar operasi perusahaan saja. Pada dasarnya, keterbatasan SDM dapat
menjadi alasan tidak majunya atau bahkan gagalnya sebuah usaha.

Selain kendala internal, bisnis UMKM juga mengalami kendala-kendala


eksternal. Menurut Bank Indonesia (2015), kendala eksternal yang dialami
oleh UMKM meliputi iklim usaha, infrastruktur, dan akses. Kendala-kendala
yang dihadapi oleh UMKM, baik internal maupun eksternal, hendaknya
dibantu oleh pemerintah agar UMKM yang ada dapat berkembang dan
bersaing dengan lebih baik.

Solusi Penyelesaian Kendala UMKM di Indonesia

Pendampingan merupakan solusi yang tepat untuk menjawab kendala modal


maupun kendala SDM. Dengan menyediakan pendamping yang berkualitas
dan berpengalaman di bidangnya, pelaku UMKM dapat memperoleh arahan
yang tepat, baik untuk mendapatkan tambahan modal, mengelola usaha yang
dimiliki, hingga peningkatan skill SDM untuk menciptakan produk yang
berdaya saing.

Saat ini, kebanyakan layanan yang disediakan hanyalah berupa pelatihan. Jenis
kegiatan pelatihan memang sangat diperlukan, namun kegiatan pendampingan
juga sama pentingnya. Karena dengan adanya pendampingan, pemerintah
dapat melakukan tindak lanjut (follow-up) dari kegiatan pelatihan yang ada.
Pelatihan seyogyanya tak hanya di kelas, tetapi sampai pada aplikasi di
masyarakat.
Perlu pembenahan serius dalam kegiatan pendampingan yang ada saat ini
untuk dapat mencapai tujuan pendampingan yang sesungguhnya. Pelaku
UMKM juga memerlukan pendamping yang berasal dari individu yang telah
berpengalaman di bidang usaha yang sama. Tujuannya tak lain agar
menghasilkan UMKM yang tangguh dan mandiri.

Terlebih setelah masuknya revolusi industri 4.0, pemerintah berharap pelaku


UMKM dapat bersaing pada skala besar dengan upaya transformasi digital
pada bisnis UMKM meskipun nyatanya banyak kendala yang dihadapi oleh
pelaku bisnis mikro dan menengah. Kendala pelaku bisnis UMKM di era
digital dan pandemi saat ini yaitu :

1. Kendala Digitalisasi

Hadirnya e-commerce seakan menjadi angin segar bagi pelaku UMKM di


Indonesia, namun ternyata pada pelaksanaannya masih terdapat kendala dalam
menjalankan upaya digitalisasi. Dikutip dari CNBC Indonesia, bahwa hanya
terdapat 13% UMKM yang terhubung dengan online marketplace dan pasar
digital. Masih banyak pelaku usaha yang belum berhasil melakukan digitalisasi
pada bisnis mereka. Hal ini tentu saja disayangkan, mengingat Indonesia
tengah mengupayakan adaptasi masyarakat terhadap revolusi industri 4.0.

2. Keamanan data digital

Kondisi tersebut nyatanya masih menjadi permasalahan bisnis digital saat ini,
karena masih belum adanya regulasi dari pemerintah mengenai aturan
keamanan data dan informasi digital. Terlebih sejak munculnya berbagai berita
mengenai kebocoran data digital, masyarakat Indonesia dan juga berbagai
bisnis kecil dan menengah yang terdaftar secara digital pun tentu merasa
dirugikan sedangkan pemerintah pun masih belum sigap untuk menghadapi
kondisi tersebut. 

3. Rendahnya literasi ekonomi digital


Ekonomi digital merupakan berbagai aktivitas ekonomi yang dilakukan pada
platform digital. Namun faktanya adalah informasi mengenai teknologi
ekonomi digital yang masih belum merata pada masyarakat. Salah satu syarat
berhasilnya upaya digitalisasi ekonomi adalah tingginya literasi mengenai
ekonomi digital guna meningkatkan tingkat transaksi serta berbagai aktivitas
ekonomi digital.

Tantangan UMKM di masa pandemi

UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) merupakan salah satu yang secara
langsung merasakan dampak negatif dari hadirnya pandemi di Indonesia.
Berdasarkan informasi yang didapatkan pada tahun 2019, UMKM
diperkirakan mampu menyumbang 65% dari produk domestik bruto (PDB)
nasional atau sekitar Rp2.394,5 triliun.

Akibat dari kemunculan pandemi, dampak yang dirasakan oleh para pelaku
bisnis kecil dan menengah dari berbagai sektor adalah bisnis tidak beroperasi
secara maksimal, keberlangsungan mereka pun terancam.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Katadata, hanya 5,9% bisnis kecil dan
menengah yang mampu bertahan di tengah pandemi. Namun disisi lain,
terdapat 82,9% pelaku usaha yang terkena dampak negatif pandemi. Bahkan
63,9% mengalami penurunan omzet hingga lebih dari 30%. Hal demikian tentu
saja membuat para pelaku bisnis kecil dan menengah Indonesia semakin resah
karena semakin lama pendapatan yang dihasilkan semakin menurun di masa
pandemi.

Pelaku bisnis kecil dan menengah tentu berharap adanya solusi yang datang
dari pemerintah guna mengatasi berbagai kendala yang dihadapi karena
dampak pandemi. 

Seperti yang dilansir pada KPMG,  pemerintah telah merencanakan beberapa


upaya guna menyelamatkan nasib UMKM Indonesia di masa pandemi. Salah
satunya adalah hadirnya program pemulihan ekonomi sebesar Rp 150 triliun
yang rencananya akan digelontorkan sebagai upaya perbaikan bagi debitur
yang kesulitan membayar hutang. Rencana bantuan pemerintah ini bisa berupa
pengurangan bunga, perpanjangan jangka waktu kredit, hingga mengubah
hutang menjadi saham perusahaan.

Namun sayangnya pemberian pinjaman ini nyatanya masih belum tepat


sasaran. Masih banyak UMKM yang belum terdaftar maupun paham akan
mekanisme peminjaman tersebut.

Peran Chatbot dalam perjuangan UMKM

Upaya transformasi digital yang perlu dilakukan oleh UMKM adalah


memanfaatkan teknologi artificial intelligence guna meningkatkan efisiensi
serta efektivitas kegiatan jual-beli digital, terlebih di masa pandemi seperti saat
ini. Salah satu upaya yang dapat diterapkan yaitu dengan memanfaatkan
layanan chatbot. Vutura tentu dapat membantu memudahkan para pemilik
usaha kecil dan menengah untuk memiliki chatbot impian yang sesuai dengan
bisnisnya. Upaya yang dapat dilakukan oleh chatbot untuk membantu UMKM
yaitu :

1. Meningkatkan efektivitas layanan konsumen

Chatbot tentu saja mampu berperan dalam memudahkan proses transaksi


maupun mengundang konsumen baru, sehingga para pelaku bisnis tidak perlu
repot lagi untuk merespon dan memberikan layanan kepada konsumen satu
persatu. Permudah layanan konsumen Anda dalam genggaman dengan
menggunakan chatbot 

2. Dapat diakses 24/7

Konsumen tidak perlu ragu untuk menghubungi bisnis Anda pada jam tertentu.
Sehingga konsumen dapat dengan mudah mencari informasi mengenai produk
ataupun melakukan transaksi belanja kapanpun. Karena chatbot dapat
digunakan kapan saja tanpa terpatok jam operasional bisnis Anda.

3. Mudah untuk digunakan


Pelaku UMKM tentu dapat dengan mudah membangun percakapan chatbot
untuk bisnis tanpa perlu memahami coding. Dengan Vutura, Anda dapat
dengan mudah membangun percakapan dan juga memberikan informasi yang
sesuai dengan bisnis Anda hanya dengan menggunakan Dashboard Vutura.

Berikut 5 Tantangan Utama Transformasi Digital Bagi UMKM:

1) Pengetahuan Teknologi Masih Rendah

Tantangan pertama yang sering menghambat pelaku UMKM go digital adalah


terbatasnya kemampuan dan pengetahuan mereka dalam memanfaatkan
teknologi serta platform digital.

Pelaku UMKM umumnya belum mengetahui cara mengunduh aplikasi untuk


berjualan, mengunggah informasi dan foto terkait produk mereka di situs e-
commerce, serta memaksimalkan ragam fitur yang dihadirkan situs online.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pelaku usaha harus belajar secara


bertahap. Proses belajar ini bisa dilakukan mulai dari bergabung dengan
komunitas UMKM, mencari mentor, hingga mengikuti ragam kelas online atau
webinar. 

2) Menemukan Platform Digital

Saat melakukan transformasi digital, sering kali pelaku usaha kebingungan


terhadap platform mana yang harus mereka manfaatkan guna menjangkau
konsumen lebih luas.

Namun, sebelum menentukan platform digital yang digunakan, pelaku usaha


harus terlebih dahulu menentukan target konsumennya. Hal ini kerap disebut
mencari persona (profiling persona) yang tepat untuk disasar.

Dengan adanya persona, pelaku usaha bisa mengetahui berbagai informasi


mengenai target market, mulai dari gender, usia, lokasi, kebiasaan, hingga
penghasilan mereka. Informasi ini bisa membantu UMKM menentukan
platform digital yang hendak digunakan, seperti email, telepon, blog, atau
media sosial.

3) Strategi Pemasaran Digital

Strategi pemasaran digital atau digital marketing juga jadi salah satu tantangan
yang harus dihadapi UMKM dalam perjalanan transformasinya.

Sebenarnya, bila pelaku usaha sudah memiliki pengetahuan lebih terhadap


teknologi dan telah menentukan platform digital yang digunakan sesuai
persona konsumennya, mereka akan lebih mudah menentukan strategi
pemasaran.

4) Rekrut Karyawan Bertalenta

Hal ini menjadi tantangan terbesar dari tantangan lainnya, mengingat UMKM
membutuhkan banyak sumber daya sementara jika merekrut anggota baru
yang minim kualifikasi juga bukan solusi. Bukannya untuk memudahkan
justru menyulitkan mengingat proses mengajar dan pengenalan yang memakan
banyak waktu dan bisa saja uang yang digunakan cukup besar.

5) Pelanggan

Selain modal dan karyawan masalah yang timbul selanjutnya adalah


mendapatkan undangan, lakukan strategi yang tepat untuk membuka peluang
datangnya pelanggan.

Permasalahan umum yang perlu dicermati antara lain adalah kapasitas SDM,
serta kontribusi yang terbatas. Kondisi ini juga menunjukkan kontribusi
UMKM dalam peningkatkan nilai tambah di sektorsektor produktif masih
rendah, partisipasi UMKM dalam ekspor masih rendah dan kontribusinya
dalam ekspor terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir dan
kontribusi UMKM dalam investasi masih lebih rendah dibandingkan dengan
usaha besar (Prabowo dan Wardoyo, 2003).
Menurut Ansharullah (2017), permasalahan terbesar dari perkembangan
UMKM yakni lemahnya strategi pemasaran, peralatan dan perlengkapan yang
digunakan dalam produksi masih teknologi tradisional atau sangat sederhana
juga masih kurangnya sumber daya manusia dalam mengelola usaha secara
bisnis sehingga peluang-peluang pasar belum diisi secara optimal. Prasetyo
(2008) menambahkan, peran pemerintah belum optimal dalam pengembangan
UMKM dari segi SDM, produksi dan pemasaran, pembiayaan, kelembagaan
dan iklim usaha seperti, rendahnya efektivitas pelaksanaan kebijakan dan
program yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah karena koordinasi dan
sinergi baik dalam pelaksanaan, pemantauan kebijakan dan program belum
dilaksanakan dengan baik.

Permasalahan-permasalahan tersebut perlu ditangani secara komprehensif


dengan memperhatikan masalah-masalah spesifik terkait SDM, produksi dan
pemasaran, pembiayaan, kelembagaan dan iklim usaha. Kebijakan juga
diperlukan untuk memberikan perlindungan, kepastian berusaha, dan fasilitas
yang memadai untuk pemberdayaan UMKM, teknologi, permodalan, serta
iklim usaha. Usaha kecil, dan menengah perlu diberdayakan dengan cara
penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan UMKM.

Anda mungkin juga menyukai