Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)


Oleh Idah Idris

A. Karakteristik UMKM Secara Umum


Karakteristik UMKM di Indonesia tidak jauh berbeda dengan karakteristik
di Negara transisi lainnya. Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi
faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang
bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Secara umum, dalam menjalankan
usahanya UMKM memiliki karakteristik bisnis sebagai berikut:
1. Umumnya sektor usaha kecil dan menengah memulai usahanya dengan modal
sedikit dan keterampilan yang kurang dari pendiri dan pemiliknya.
2. Terbatas sumber-sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk membantu
kelancaran usahanya, seperti dari kredit pemasok (supplier) dan pinjaman bank
dari bank yang ingin melayani usaha kecil dan menengah.
3. Kemampuan memperoleh pinjaman kredit perbankan relative rendah.
Penyebabnya antara lain karena kekurangmampuan untuk menyediakan
jaminan, pembeukuan dan lain sebagainya.
4. Banyak dari pelaku ekonomi UMKM belum mengerti pencatatan/akutansi.
Bagi mereka yang telah menggunakan pencatatan keuangan, masih mengalami
masalah dalam penyusunan laporan keuangan.
5. Umumnya sektor UMKM kurang mampu membina hubungan dengan
perbankan.
Oleh karena itu, dengan menyadari betapa pentingnya UMKM (paling
tidak secara potensial) seperti yang diuraikan diatas tersebut, tidak heran kenapa
pemerintah sudah sejak lama mempunyai berbagai macam program, dengan skim-
skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting untuk mendukung
perkembangan dan pertumbuhan UMKM. Tidak hanya itu, lembaga-lembagan
internasional pun seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Organisasi
Dunia untuk industry dan Pembangunan (the united Nation Industry and
Development/UNIDO) dan banyak negara donor lewat kerjasama bilateral juga
sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya pengembangan ( capaticy building).

B. Karakteristik UMKM Berdasarkan Skala Usaha.


Selain itu karakteristik berikut di bawah ini menjadi pembeda antara
pelaku usaha sesuai skala usahanya yaitu:
1. Karakteristik Sesuai Skala Usaha Mikro
 Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu-waktu dapat berganti
 Tempat usahanya tidak selalu menetap ; sewaktu-waktu dapat pindah
tempat
 Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhanya sekalipun
 Tidak memisahkan keuangan usaha dan keuangan keluarga
 Umumnya Sumber Daya Manusia (SDM) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai
 Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah
 Umumnnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses
ke lembangan keuangan non bank.
 Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas termasuk
NPWP.
 Contoh: Usaha tani, Peternak, Industri pandai besi, Warung makanan,
Usaha-usaha jasa ( perbengkelan, usaha kecantikan), Usaha perdagangan
seperti kaki lima serta pedagang dipasar.
 Usaha Mikro mempunyai karakter positif yang tidak selalu dimiliki oleh
oleh usaha kecil menengah, antara lain:
a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi. Kemampuannya menyerap
dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih
tetap berjalan bahkan terus berkembang
b. Tidak sensitif terhadap suku bunga.
c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter.
d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
2. Karakteristik Sesuai Skala Usaha Kecil
 Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah
 Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah
 Pada umunya sudah melakukan admistrasi keuangan walaupun masih
sederhana
 Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga
 Sudah membuat neraca usaha
 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP
 Sumber daya manusia (SDM) memiliki pengalaman dalam
berwirausaha
 Sebagian sudah akses keperbankan dalam keperluan modal
 Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business planning.
 Contoh: Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki
tenaga kerja, pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul
lainnya, pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel
kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi
dan industri kerajinan tangan, peternakan ayam, itik dan perikanan;
koperasi berskala kecil.
3. Karakteristik Sesuai Skala Usaha Menengah
 Pada umumnya sudah memiliki manejemen dan organisasi yang lebih
baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang
jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian
produksi.
 Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem
akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan dalam audit dan
penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan.
 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuan,
telah ada di Jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain.
 Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain: izin tetangga,
izin usaha, izin tempat, NPWP dan upaya pengelolaan lingkungan.
 Pada umumnya telah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang
terlatih dan terdidik.

C. Karakteristik UMKM berdasarkan Aspek Komoditas


Selain itu berdasarkan Aspek Komoditas yang dihasilkan, UMKM juga
memiliki karakteristik tersendiri antara lain:
1. Kualitasnya belum standar. Karena sebagian besar UMKM belum memiliki
kemampuan teknologi yang memadai. Produk yang dihasilkan biasanya dalam
bentuk handmade sehingga standar kualitasnya beragam
2. Desain produknya terbatas. Hal ini dipicu keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman mengenai produk. Mayoritas UMKM bekerja berdasarkan
pesanan,belum banyak yang berani mencoba berkreasi desain baru.
3. Jenis pokoknya terbatas.Biasannya UMKM hanya memproduksi beberapa jenis
produk saja. Apabila ada permintaan model baru,UMKM sulit untuk
memenuhinya. Kalaupun menerima, membutuhkan waktu yang lama.
4. Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas. Dengan kesulitan menetapkan
kapasitas produk dan harga membuat konsumen kesulitan.
5. Bahan baku kurang terstandar. Karena bahan bakunya diperoleh dari sumber
yang berbeda.
6. Kontinuitas jenis produk tidak terjamin dan tidak sempurnah. Karena produksi
belum teratur maka biasanya produk-produk yang dihasilkan sering apa adanya.
Dalam dimensi lainnya dapat pula dikelompokkan mengenaii UMKM
dalam 2 pemahaman yaitu :
1. Ukuran dari usaha atau jenis kewirausahaan (tahap pengembangan usaha) maka
UMKM diklasifikasikan atas dasar:
a. Self-imployment perorangan
b. Self-imployment kelompok
c. Industri rumahtangga yang berdasarkan jumlah tenaga kerja dan modal
usaha.
Tahap perkembangan usaha UMKM dapat silihat dari aspek pertumbuhan
menurut pendekaran efisiensi dan produktivitasnya yaitu:
a. Tingkat survival menuru ukuran ( self-imployment perorangan hingga
industry rumah tangga).
b. Tingkat konsilidasi menurut penggunaan teknologi tradisional yang diikuti
dengan keterkaitannya dengan struktur ekonomi maupun industry.
c. Tingkat akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti
keterkaintannya dengan struktur ekonomi maupun industri
2. Tingkat penggunaan Teknologi
UMKM terdiri atas penggunaan teknologi tradisional (yang nantinya akan
meningkat menjadi teknologi modern) dan usaha UMKM yang menggunakan
teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguatnya keterkaitan
dengan struktur ekonomi secara umum, dan struktur ekonomi secara khusus.

D. Karakteristik Berdasarkan Batasan UMKM


Berikut ini adalah karakteristik berdasarkan batasan UMKM menurut
beberapa organisasi dan peraturan yang berlaku:
1. Undang-undang No. 20/2008 Tentang UMKM
Batasan usaha Usaha Mikro,Kecil dan Menengah menurut undang-undang
No.20/2008 adalah:
a. Usaha Mikro. Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
RP50.000.000(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan banguan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
RP300.000.000 (tiga ratus juta rupiah).
b. Usaha Kecil. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai paling banyak
RP500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan lebih dari Rp300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak RP2.500.000.000 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah. Usaha ekonomi produk yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih RP500.000.00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak RP10.000.000.000 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari RP2.500.000.000 (dua miliyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak RP50.000.000.000
(lima puluh milyar rupiah).
2. Badan Pusat Statistik
Batasan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Badan Pusat statistic
adalah sebagai berikut:
a. Usaha Mikro. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang, termasuk
tambahan anggota keluarga yang tidak dibayar.
b. Usaha kecil. Usaha yang memiliki pekerja 5 sampai 19 orang pekerja
c. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 19 sampai 99 orang
pekerja.
3. Bank Indonesia
Batasan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Bank Indonesia adalah:
a. Usaha Mikro. (SK.Direktur BI No,31/24/Kep/DER tanggal 5 Mei 1998).
Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki
oleh keluarga sumber daya local dan teknologi sederhana. Lapangan usaha
mudah untuk exit dan entry.
b. Usaha Kecil. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian bail langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih dari
Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai paling banyak
Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah (SK Dir. BI No. 30/45/Dir/Uk tgl 5 Jan 1997). Omzet
tahunan < 3 Milyar Asset =Rp5 milyar untuk sektor industri Asset = Rp600
juta di luar tanah dan bangunan untuk sektor non industry manufacturing.
4. Bank Dunia
Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Dunia adalah:
a. Usaha Kecil. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 20 orang
b. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 250 orang atau
asset=US$ 500 ribu di luar tanah dan bangunan.

E. Kelebihan dan Kelemahan UMKM


Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan
dan kekurangan UMKM itu sendiri. Dengan ukurannya yang kecil dan tentunya
fleksibelitas yang tinggi, usaha kecil dan menengah memiliki berbagai kelebihan,
terutama dalam segi pembentukan dan operasional. UMKM memiliki kontribusi
besar bagi bergulirnya roda ekonomi di suatu negeri, bukan hanya ia dalam benih
yang memampukan tumbuhnya bisnis besar, melainkan juga karena UMKM
menyediakan layanan tertentu bagi masyarakat yang bagi bisnis besar dinilai
kurang efisien secara biaya. Berikut adalah beberapa kelebihan UMKM:
1. Fleksibilitas Operasional
Usaha kecil menengah biasanya dikelolah oleh tim kecil yang masing-masing
anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini
membuat UMKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya. Kecepatan
reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan (misalnya pergeseran selera
konsumen, tren produk dll) cukup tinggi sehingga bisnis skala kecil ini lebih
kompetitif.
2. Kecepatan Inovasi
Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan control dalam UMKM,
produk-produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap dan diluncurkan
dengan segera. Meski ide cemerlang ini berasal dari pemikiran karyawan
bukan pemilik. Kedekatan antara mereka membuat gagasan tersebut
cenderung lebih mudah didengar, diterima dan dieksekusi.

3. Struktur Biaya Rendah


Kebanyakan usaha kecil menegah tidak mempunyai ruang kerja khusus
dikompleks-kompleks perkantoran. Sebagian dijalankan di ruang dengan
anggota keluarga sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra
(overhead) dalam operasinya. Lebih jauh lagi, usaha menengah kecil juga
menerima sokongan dari pemerintah, organisasi non pemerintah dan bank
dalam bentuk kemudahan pajak, donasi maupun hibah. Faktor ini berpengaruh
besar bagi pembiayaan dalam pembentukan dan operasional mereka.
4. Kemampuan Fokus di sektor yang Spesifik
UMKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah
besar untuk mencapai titik baik (break even point – BEP) modal mereka.
Faktor ini memampukan usaha kecil menengah untuk fokus di sektor produk
pasar yang spesifik. Contohnya: bisnis kerajinan rumahan bias fokus
menggarap satu jenis dan model kerajinan tertentu dan cukup melayanin
permintaan konsumen tertentuk untuk bias mencapai laba.
Berbeda dengan industri kerajinan skala besar yang diharuskan
membayar biaya sewa gedung dan gaji sejumlah besar karyawan sehingga
harus selalu mampu menjual sekian kontainer kerajinan untuk menutup biaya
operasional bulanannya saja. Di atas adalah 4 (empat) Kelebihan UMKM yang
biasa di jadikan sumber motivasi dan selalu dipertahankan oleh para pengelola
usaha kecil. Ukuran usaha kecil menengah selain memiliki kelebihan juga
memiliki kelemahan yang membuat pengelolaannya mengalami kesulitan
dalam menjalankan tugasnya. Beberapa permasalah yang dihadapi dalam
mengelola usaha kecil menengah antara lain:
1. Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan
Sebab sedikitnya jumlah pengambilan keputusan dalam usaha kecil
menengah, mereka kerap terpaksa harus pontang-panting berusaha
memenuhi kebutuhan pokok bisnisnya, yakni: produksi, seles, dan
marketing. Hal ini bisa mengakibatkan tekanan jadwal yang besar,
membuat mereka tidak bisa fokus menyelesaikan permasalahan satu
persatu. Tekanan semacam ini bisa muncul tiba-tiba karena bisnis meraka
memperoleh order dalam jumlah yang besar, atau beberapa order yang
masuk dalam waktu hamper bersamaan. Lebih dahsyat lagi jika suatu
ketika ada lembaga bisnis besar yang merasa terancam dan mulai
melancarkan serangan yang tidak fair demi menyingkirkan pesaing
potensialnya.
2. Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan
Untuk skala kecil umumnya memiliki anggaran yang kecil. Akibatnya, ia
kerap kali dipaksakan membagi-bagi dana untuk membiayai berbagai
kebutuhan seefisien mungkin. Ketidak mampuan untuk mengumpulkan
modal yang lebih besar juga memaksa usaha kecil menengah menjalankan
kebijakan penghemat yang ketat, terutama untuk mencegah kekurangan
pembiayaan operasional sekecil apapun. Kekurangan pembiayaan
operasional yang tidak di cegah bisa mengakibatkan kebangkrutan, sebab
kapasitas UMKM untuk membayar hutang biasanya hamper tidak ada.
3. Kekurangan Tenaga Ahli
Usaha kecil menengah biasanya tidak mampu membayar jasa tenaga ahli
untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan
usaha kecil menengah yang sangat serius. Apalagi jika di bandingkan
dengan lembagan bisnis besar yang mampu memperkerjakan banyak
tenaga ahli. Kualitas produk barang atau jasa yang bisa di hasilkan tanpa
tenaga ahli sangat mungkin berada di bawah standar tertentu, Akibatnya,
kemampuan persaingan bisnis skala kecil ini di pasar yang luas bisa sangat
kecil.
Begitulah 3 (tiga) kelemahan UMKM yang harus selalu diperhatikan
dan dijadikan motivasi bagi para pengelola usaha skala kecil. Tantangan besar
yang harus dihadpi oleh semua jenis usaha kecil menengah adalah:
“Mewujudkan pertumbuhan modal di tengah berbagai keterbatasan sumber
daya, tanpa mengurangi kualitas produk atau layanan.”

DAFTAR PUSTAKA

E.Listiyaningsih & A. Alonsari, 2020. Kontribusi UMKM Terhadap


Ksesejahtraan Masyarakat. Yogyakarta: CVAndi Offset

Nurmaliah, H., Saparuddin, M., & M,Indah.2019. Mudah Memahami Usaha


Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Jawa Timur: Uwais Inspirasi
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai