Karakteristik UMKM di Indonesia tidak jauh berbeda dengan karakteristik di Negara transisi lainnya. Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktifitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Secara umum, dalam menjalankan usahanya UMKM memiliki karakteristik bisnis sebagai berikut: 1. Umumnya sektor usaha kecil dan menengah memulai usahanya dengan modal sedikit dan keterampilan yang kurang dari pendiri dan pemiliknya. 2. Terbatas sumber-sumber dana yang dapat dimanfaatkan untuk membantu kelancaran usahanya, seperti dari kredit pemasok (supplier) dan pinjaman bank dari bank yang ingin melayani usaha kecil dan menengah. 3. Kemampuan memperoleh pinjaman kredit perbankan relative rendah. Penyebabnya antara lain karena kekurangmampuan untuk menyediakan jaminan, pembeukuan dan lain sebagainya. 4. Banyak dari pelaku ekonomi UMKM belum mengerti pencatatan/akutansi. Bagi mereka yang telah menggunakan pencatatan keuangan, masih mengalami masalah dalam penyusunan laporan keuangan. 5. Umumnya sektor UMKM kurang mampu membina hubungan dengan perbankan. Oleh karena itu, dengan menyadari betapa pentingnya UMKM (paling tidak secara potensial) seperti yang diuraikan diatas tersebut, tidak heran kenapa pemerintah sudah sejak lama mempunyai berbagai macam program, dengan skim- skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM. Tidak hanya itu, lembaga-lembagan internasional pun seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia dan Organisasi Dunia untuk industry dan Pembangunan (the united Nation Industry and Development/UNIDO) dan banyak negara donor lewat kerjasama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam upaya-upaya pengembangan ( capaticy building).
B. Karakteristik UMKM Berdasarkan Skala Usaha.
Selain itu karakteristik berikut di bawah ini menjadi pembeda antara pelaku usaha sesuai skala usahanya yaitu: 1. Karakteristik Sesuai Skala Usaha Mikro Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu-waktu dapat berganti Tempat usahanya tidak selalu menetap ; sewaktu-waktu dapat pindah tempat Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhanya sekalipun Tidak memisahkan keuangan usaha dan keuangan keluarga Umumnya Sumber Daya Manusia (SDM) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah Umumnnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembangan keuangan non bank. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas termasuk NPWP. Contoh: Usaha tani, Peternak, Industri pandai besi, Warung makanan, Usaha-usaha jasa ( perbengkelan, usaha kecantikan), Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang dipasar. Usaha Mikro mempunyai karakter positif yang tidak selalu dimiliki oleh oleh usaha kecil menengah, antara lain: a. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi. Kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang b. Tidak sensitif terhadap suku bunga. c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter. d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. 2. Karakteristik Sesuai Skala Usaha Kecil Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah Pada umunya sudah melakukan admistrasi keuangan walaupun masih sederhana Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga Sudah membuat neraca usaha Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP Sumber daya manusia (SDM) memiliki pengalaman dalam berwirausaha Sebagian sudah akses keperbankan dalam keperluan modal Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Contoh: Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja, pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya, pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubel kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan, peternakan ayam, itik dan perikanan; koperasi berskala kecil. 3. Karakteristik Sesuai Skala Usaha Menengah Pada umumnya sudah memiliki manejemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran, dan bagian produksi. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan dalam audit dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuan, telah ada di Jamsostek, pemeliharaan kesehatan, dan lain-lain. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain: izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP dan upaya pengelolaan lingkungan. Pada umumnya telah memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlatih dan terdidik.
C. Karakteristik UMKM berdasarkan Aspek Komoditas
Selain itu berdasarkan Aspek Komoditas yang dihasilkan, UMKM juga memiliki karakteristik tersendiri antara lain: 1. Kualitasnya belum standar. Karena sebagian besar UMKM belum memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Produk yang dihasilkan biasanya dalam bentuk handmade sehingga standar kualitasnya beragam 2. Desain produknya terbatas. Hal ini dipicu keterbatasan pengetahuan dan pengalaman mengenai produk. Mayoritas UMKM bekerja berdasarkan pesanan,belum banyak yang berani mencoba berkreasi desain baru. 3. Jenis pokoknya terbatas.Biasannya UMKM hanya memproduksi beberapa jenis produk saja. Apabila ada permintaan model baru,UMKM sulit untuk memenuhinya. Kalaupun menerima, membutuhkan waktu yang lama. 4. Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas. Dengan kesulitan menetapkan kapasitas produk dan harga membuat konsumen kesulitan. 5. Bahan baku kurang terstandar. Karena bahan bakunya diperoleh dari sumber yang berbeda. 6. Kontinuitas jenis produk tidak terjamin dan tidak sempurnah. Karena produksi belum teratur maka biasanya produk-produk yang dihasilkan sering apa adanya. Dalam dimensi lainnya dapat pula dikelompokkan mengenaii UMKM dalam 2 pemahaman yaitu : 1. Ukuran dari usaha atau jenis kewirausahaan (tahap pengembangan usaha) maka UMKM diklasifikasikan atas dasar: a. Self-imployment perorangan b. Self-imployment kelompok c. Industri rumahtangga yang berdasarkan jumlah tenaga kerja dan modal usaha. Tahap perkembangan usaha UMKM dapat silihat dari aspek pertumbuhan menurut pendekaran efisiensi dan produktivitasnya yaitu: a. Tingkat survival menuru ukuran ( self-imployment perorangan hingga industry rumah tangga). b. Tingkat konsilidasi menurut penggunaan teknologi tradisional yang diikuti dengan keterkaitannya dengan struktur ekonomi maupun industry. c. Tingkat akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti keterkaintannya dengan struktur ekonomi maupun industri 2. Tingkat penggunaan Teknologi UMKM terdiri atas penggunaan teknologi tradisional (yang nantinya akan meningkat menjadi teknologi modern) dan usaha UMKM yang menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguatnya keterkaitan dengan struktur ekonomi secara umum, dan struktur ekonomi secara khusus.
D. Karakteristik Berdasarkan Batasan UMKM
Berikut ini adalah karakteristik berdasarkan batasan UMKM menurut beberapa organisasi dan peraturan yang berlaku: 1. Undang-undang No. 20/2008 Tentang UMKM Batasan usaha Usaha Mikro,Kecil dan Menengah menurut undang-undang No.20/2008 adalah: a. Usaha Mikro. Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak RP50.000.000(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan banguan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak RP300.000.000 (tiga ratus juta rupiah). b. Usaha Kecil. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai paling banyak RP500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak RP2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). c. Usaha Menengah. Usaha ekonomi produk yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih lebih RP500.000.00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak RP10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari RP2.500.000.000 (dua miliyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak RP50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah). 2. Badan Pusat Statistik Batasan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Badan Pusat statistic adalah sebagai berikut: a. Usaha Mikro. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 5 orang, termasuk tambahan anggota keluarga yang tidak dibayar. b. Usaha kecil. Usaha yang memiliki pekerja 5 sampai 19 orang pekerja c. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 19 sampai 99 orang pekerja. 3. Bank Indonesia Batasan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Bank Indonesia adalah: a. Usaha Mikro. (SK.Direktur BI No,31/24/Kep/DER tanggal 5 Mei 1998). Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki oleh keluarga sumber daya local dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry. b. Usaha Kecil. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian bail langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memiliki kekayaan bersih dari Rp50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai paling banyak Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). c. Usaha Menengah (SK Dir. BI No. 30/45/Dir/Uk tgl 5 Jan 1997). Omzet tahunan < 3 Milyar Asset =Rp5 milyar untuk sektor industri Asset = Rp600 juta di luar tanah dan bangunan untuk sektor non industry manufacturing. 4. Bank Dunia Batasan usaha mikro, kecil dan menengah menurut Bank Dunia adalah: a. Usaha Kecil. Usaha yang memiliki pekerja kurang dari 20 orang b. Usaha Menengah. Usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 250 orang atau asset=US$ 500 ribu di luar tanah dan bangunan.
E. Kelebihan dan Kelemahan UMKM
Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. Dengan ukurannya yang kecil dan tentunya fleksibelitas yang tinggi, usaha kecil dan menengah memiliki berbagai kelebihan, terutama dalam segi pembentukan dan operasional. UMKM memiliki kontribusi besar bagi bergulirnya roda ekonomi di suatu negeri, bukan hanya ia dalam benih yang memampukan tumbuhnya bisnis besar, melainkan juga karena UMKM menyediakan layanan tertentu bagi masyarakat yang bagi bisnis besar dinilai kurang efisien secara biaya. Berikut adalah beberapa kelebihan UMKM: 1. Fleksibilitas Operasional Usaha kecil menengah biasanya dikelolah oleh tim kecil yang masing-masing anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini membuat UMKM lebih fleksibel dalam operasional kesehariannya. Kecepatan reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan (misalnya pergeseran selera konsumen, tren produk dll) cukup tinggi sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif. 2. Kecepatan Inovasi Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan control dalam UMKM, produk-produk dan ide-ide baru dapat dirancang, digarap dan diluncurkan dengan segera. Meski ide cemerlang ini berasal dari pemikiran karyawan bukan pemilik. Kedekatan antara mereka membuat gagasan tersebut cenderung lebih mudah didengar, diterima dan dieksekusi.
3. Struktur Biaya Rendah
Kebanyakan usaha kecil menegah tidak mempunyai ruang kerja khusus dikompleks-kompleks perkantoran. Sebagian dijalankan di ruang dengan anggota keluarga sendiri sebagai pekerjanya. Hal ini mengurangi biaya ekstra (overhead) dalam operasinya. Lebih jauh lagi, usaha menengah kecil juga menerima sokongan dari pemerintah, organisasi non pemerintah dan bank dalam bentuk kemudahan pajak, donasi maupun hibah. Faktor ini berpengaruh besar bagi pembiayaan dalam pembentukan dan operasional mereka. 4. Kemampuan Fokus di sektor yang Spesifik UMKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah besar untuk mencapai titik baik (break even point – BEP) modal mereka. Faktor ini memampukan usaha kecil menengah untuk fokus di sektor produk pasar yang spesifik. Contohnya: bisnis kerajinan rumahan bias fokus menggarap satu jenis dan model kerajinan tertentu dan cukup melayanin permintaan konsumen tertentuk untuk bias mencapai laba. Berbeda dengan industri kerajinan skala besar yang diharuskan membayar biaya sewa gedung dan gaji sejumlah besar karyawan sehingga harus selalu mampu menjual sekian kontainer kerajinan untuk menutup biaya operasional bulanannya saja. Di atas adalah 4 (empat) Kelebihan UMKM yang biasa di jadikan sumber motivasi dan selalu dipertahankan oleh para pengelola usaha kecil. Ukuran usaha kecil menengah selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan yang membuat pengelolaannya mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Beberapa permasalah yang dihadapi dalam mengelola usaha kecil menengah antara lain: 1. Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan Sebab sedikitnya jumlah pengambilan keputusan dalam usaha kecil menengah, mereka kerap terpaksa harus pontang-panting berusaha memenuhi kebutuhan pokok bisnisnya, yakni: produksi, seles, dan marketing. Hal ini bisa mengakibatkan tekanan jadwal yang besar, membuat mereka tidak bisa fokus menyelesaikan permasalahan satu persatu. Tekanan semacam ini bisa muncul tiba-tiba karena bisnis meraka memperoleh order dalam jumlah yang besar, atau beberapa order yang masuk dalam waktu hamper bersamaan. Lebih dahsyat lagi jika suatu ketika ada lembaga bisnis besar yang merasa terancam dan mulai melancarkan serangan yang tidak fair demi menyingkirkan pesaing potensialnya. 2. Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan Untuk skala kecil umumnya memiliki anggaran yang kecil. Akibatnya, ia kerap kali dipaksakan membagi-bagi dana untuk membiayai berbagai kebutuhan seefisien mungkin. Ketidak mampuan untuk mengumpulkan modal yang lebih besar juga memaksa usaha kecil menengah menjalankan kebijakan penghemat yang ketat, terutama untuk mencegah kekurangan pembiayaan operasional sekecil apapun. Kekurangan pembiayaan operasional yang tidak di cegah bisa mengakibatkan kebangkrutan, sebab kapasitas UMKM untuk membayar hutang biasanya hamper tidak ada. 3. Kekurangan Tenaga Ahli Usaha kecil menengah biasanya tidak mampu membayar jasa tenaga ahli untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan usaha kecil menengah yang sangat serius. Apalagi jika di bandingkan dengan lembagan bisnis besar yang mampu memperkerjakan banyak tenaga ahli. Kualitas produk barang atau jasa yang bisa di hasilkan tanpa tenaga ahli sangat mungkin berada di bawah standar tertentu, Akibatnya, kemampuan persaingan bisnis skala kecil ini di pasar yang luas bisa sangat kecil. Begitulah 3 (tiga) kelemahan UMKM yang harus selalu diperhatikan dan dijadikan motivasi bagi para pengelola usaha skala kecil. Tantangan besar yang harus dihadpi oleh semua jenis usaha kecil menengah adalah: “Mewujudkan pertumbuhan modal di tengah berbagai keterbatasan sumber daya, tanpa mengurangi kualitas produk atau layanan.”
DAFTAR PUSTAKA
E.Listiyaningsih & A. Alonsari, 2020. Kontribusi UMKM Terhadap