Anda di halaman 1dari 11

Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Pengertian Usaha Mikro 

 Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM
(Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini. 
 Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 
 Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan serta
memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses
pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta
berperan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama
ekonomi nasional yang medapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta
pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok usaha
ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik
pemerintah.
 Menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) usaha mikro adalah usaha yang memiliki
kurang dari 5 orang tenaga kerja.

Tujuan Usaha Mikro 


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro bertujuan menumbuhkan dan
mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan
ekonomi yang berkeadilan. 

Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan
upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.
Menurut Rudjito (2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk
miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga.
Besarnya kredit yang dapat diterima oleh usaha adalah Rp 50 juta. Usaha mikro adalah usaha
produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100 juta.

Kriteria Usaha Mikro 


Kriteria Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6, Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memiliki
kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak temasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta.

Ciri-ciri Usaha Mikro, yaitu:

1. Jenis barang usahanya tidak tetap,dapat berganti pada periode tertentu;


2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktu-waktu;
3. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak memisahkan
antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya manusia (pengusaha) belum
memiliki jiwa enterpreuner yang memadai;
4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah;
5. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke
lembaga keuangan non bank;
6. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyaratan legalitas lainnya termasuk
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Sumber:
Linda, (2012). Analisis Dampak Kredit Mikro Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Di Kota
Semarang. Skripsi S1, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Tahun 2012

http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2013/12/pengertian-umkm-usaha-mikro-kecil-dan.html
Definisi/ pengertian Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah

Buat seluruh lapisan masyarakat yang pingin tahu info tentang definisi UMKM dan batasannya.
bisa coba anda baca disini. Smoga info yang singkat ini dapat memberikan wawasan bagi anda
semua terutama para pelaku usaha untuk mengetahui apakah diri saya termasuk pengusaha
Mikro, Kecil atau Menengah. Smoga bermanfa'at... 

USAHA MIKRO adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha, atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300 juta
USAHA KECIL adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang Perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun Tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp
2,5 miliar.
USAHA MENENGAH adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10
miliar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2, 5 miliar sampai dengan paling banyak
Rp 50 miliar.
http://akuntansifreeline.blogspot.com/2013/05/definisi-pengertian-usaha-mikro-usaha.html
KRITERIA USAHA MIKRO,KECIL , dan MENENGAH
KRITERIA USAHA MIKRO,KECIL , dan MENENGAH

Seperti postingan saya sebelumnya, kita sudah mengetahui pengertian dan segala sesuatu
tentang UMKM tersendiri.  Berikut ini saya akan menjelaskan tentang kriteria UMKM tersebut
menurut beberapa sumber:

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008  tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) :

KRITERIA
No. URAIAN 
ASSET OMZET 

1 USAHA MIKRO  Maks. 50 Juta  Maks. 300 Juta 

> 300 Juta - 2,5


2 USAHA KECIL > 50 Juta - 500 Juta
Miliar

USAHA > 500 Juta - 10 > 2,5 Miliar - 50


3
MENENGAH Miliar Miliar

Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan sebuah istilah yang mengacu pada usaha
berskala kecil yang memiliki kekayaan bersih maksimal sekitar Rp 200.000.000, belum termasuk
tanah dan bangunan. UKM merupakan salah satu contoh dari badan usaha perseorangan dimana
didirikan dan dimiliki oleh satu orang saja.

Menurut Keppres  RI No. 99 tahun 1998, UKM merupakan kegiatan ekonomi rakyat
berskala kecil dimana tipe bidang usahanya bersifat heterogen serta perlu dilindungi oleh
pemerintah untuk mencegah persaingan yang tidak sehat.  Kriteria UKM menurut UU No. 9
tahun 1995, diantaranya memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah belum
termasuk tanah dan bangunan  tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
senilai 1 milyar rupiah, dan dimiliki oleh warga negara Indonesia.

Kemudian UKM merupakan usaha yang berdiri sendiri dan bukan anak dari suatu
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau bergabung secara langsung atau
tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. Salah satu badan usaha perseorangan
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum adalah koperasi.

Kriteria UKM menurut BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM adalah Usaha
Kecil adalah usaha perseorangan yang memiliki hasil usaha sampai dengan 1 milyar rupiah,
sementara Usaha Menengah berkisar antara 1 milyar hingga 50 milyar rupiah.

Sementara dari sisi perkembangannya Usaha Kecil Dan Menengah dapat dikelompokkan
dalam beberapa kriteria yaitu:

o    Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan untuk mencari nafkah,
atau lebih dikenal sebagai sektor informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.

o    Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang merupakan pengrajin produk tertentu
namun belum memiliki ciri kewirausahaan.

o    Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki ciri
kewirausahaan dan sudah menerima pekerjaan subkontrak dan melakukan ekspor

o    Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki ciri
kewirausahaan dan siap untuk melakukan transformasi menjadi Usaha Besar.

.
Definisi dan Kriteria UKM menurut Lembaga dan Negara Asing

Pada prinsipnya definisi dan kriteria UKM di negara-negara asing didasarkan pada aspek-
aspek sebagai berikut : (1) jumlah tenaga kerja, (2) pendapatan dan (3) jumlah aset. Paparan
berikut adalah kriteria-kriteria UKM di negara-negara atau lemabaga asing.

1. World Bank, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

1.1 Medium Enterprise, dengan kriteria :

1.    Jumlah karyawan maksimal 300 orang

2.    Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta

3.    Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta


1.2 Small Enterprise, dengan kriteria :
1.    Jumlah karyawan kurang dari 30 orang

2.    Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta

3.    Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta


1.3 Micro Enterprise, dengan kriteria :

1.    Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

2.    Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu

3.    Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu

2. Singapura mendefinisikan UKM sebagai usaha yang memiliki minimal 30% pemegang saham
lokal serta aset produktif tetap (fixed productive asset) di bawah SG $ 15 juta.
3. Malaysia, menetapkan definisi UKM sebagai usaha yang memiliki jumlah karyawan yang bekerja
penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau yang modal pemegang sahamnya kurang dari
M $ 2,5 juta. Definisi ini dibagi menjadi dua, yaitu :
3.1 Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5 – 50 orang atau jumlah modal saham
sampai sejumlah M $ 500 ribu

3.2 Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50 – 75 orang atau jumlah modal saham
sampai sejumlah M $ 500 ribu – M $ 2,5 juta.

4. Jepang, membagi UKM sebagai berikut :

4.1 Mining and manufacturing, dengan kriteria jumah karyawan maksimal 300 orang atau jumlah
modal saham sampai sejumlah US$2,5 juta.

4.2 Wholesale, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham
sampai US$ 840 ribu

4.3 Retail, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau jumlah modal saham sampai
US$ 820 ribu

4.4 Service, dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau jumlah modal saham sampai
US$ 420 ribu

5. Korea Selatan, mendefinisikan UKM sebagai usaha yang jumlahnya di bawah 300 orang dan
jumlah assetnya kurang dari US$ 60 juta.

6. European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :

6.1 Medium-sized Enterprise, dengan kriteria :


1.    Jumlah karyawan kurang dari 250 orang

2.    Pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta

3.    Jumlah aset tidak melebihi $ 50 juta


6.2 Small-sized Enterprise, dengan kriteria :

1.    Jumlah karyawan kurang dari 50 orang

2.    Pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta

3.    Jumlah aset tidak melebihi $ 13 juta


6.3 Micro-sized Enterprise, dengan kriteria :

1.    Jumlah karyawan kurang dari 10 orang

2.    Pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta

3.    Jumlah aset tidak melebihi $ 2 juta

Sumber:
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129

http://www.pupuk.or.id/index.php/berita/item/11-kriteria-dan-karakteristik-usaha-kecil-
menengah-ukm

http://infoukm.wordpress.com/2008/08/11/definisi-dan-kriteria-ukm-menurut-lembaga-
dan-negara-asing/#more-10
Definisi UMKM
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak
Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri
sendiri. Itulah yang disebut definisi UMKM, selanjutnya;

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak
sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah)
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak
dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Menengah atau Usaha Besar
5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan
usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Di Indonesia, jumlah UMKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih. Pemerintah Indonesia,
membina UMKM melalui Dinas Koperasi dan UMKM, di masing-masing Provinsi atau
Kabupaten/Kota. 

Kelebihan UMKM

Dengan ukurannya yang kecil – dan tentunya fleksibilitas yang tinggi, usaha kecil menengah
memiliki berbagai kelebihan, terutama dalam segi pembentukan dan operasional. UMKM
memiliki kontribusi besar bagi bergulirnya roda ekonomi suatu negeri, bukan hanya karena ia
adalah benih yang memampukan tumbuhnya bisnis besar, melainkan juga karena ia menyediakan
layanan tertentu bagi masyarakat yang bagi bisnis besar dinilai kurang efisien secara biaya.
Berikut adalah beberapa kelebihan UMKM:

1. Fleksibilitas Operasional

Usaha kecil menengah biasanya dikelola oleh tim kecil yang masing-masing anggotanya
memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini membuat UMKM lebih fleksibel
dalam operasional kesehariannya. Kecepatan reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan
(misalnya: pergeseran selera konsumen, trend produk, dll.) cukup tinggi, sehingga bisnis skala
kecil ini lebih kompetitif.

2. Kecepatan Inovasi

Dengan tidak adanya hirarki pengorganisasian dan kontrol dalam UMKM, produk-produk dan
ide-ide baru dapat dirancang, digarap, dan diluncurkan dengan segera. Meski ide cemerlang itu
berasal dari pemikiran karyawan – bukan pemilik – kedekatan diantara mereka membuat gagasan
tersebut cenderung lebih mudah didengar, diterima, dan dieksekusi.

3. Struktur Biaya Rendah

Kebanyakan usaha kecil menengah tidak punya ruang kerja khusus di kompleks-kompleks


perkantoran. Sebagian dijalankan di rumah dengan anggota keluarga sendiri sebagai pekerjanya.
Hal ini mengurangi biaya ekstra (overhead) dalam operasinya. Lebih jauh lagi, usaha menengah
kecil juga menerima sokongan dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan bank dalam
bentuk kemudahan pajak, donasi, maupun hibah. Faktor ini berpengaruh besar bagi pembiayaan
dalam pembentukan dan operasional mereka.

4. Kemampuan Fokus di Sektor yang Spesifik

UKM tidak wajib untuk memperoleh kuantitas penjualan dalam jumlah besar untuk mencapai
titik balik (break even point – BEP) modal mereka. Faktor ini memampukan usaha kecil
menengah untuk fokus di sektor produk atau pasar yang spesifik. Contohnya: bisnis kerajinan
rumahan bisa fokus menggarap satu jenis dan model kerajinan tertentu dan cukup melayani
permintaan konsumen tertentu untuk bisa mencapai laba.

Berbeda dengan industri kerajinan skala besar yang diharuskan membayar biaya sewa gedung
dan gaji sejumlah besar karyawan sehingga harus selalu mampu menjual sekian kontainer
kerajinan untuk menutup biaya operasional bulanannya saja. Di atas adalah 4
(empat) Kelebihan UMKM yang bisa dijadikan sumber motivasi dan selalu dipertahankan oleh
para pengelola usaha kecil menengah.

Kelemahan UMKM

Ukuran usaha kecil menengah selain memiliki kelebihan juga mengandung kekurangan yang
membuat pengelolanya mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya. Beberapa
permasalahan yang dihadapi dalam mengelola usaha kecil menengah antara lain:

1. Sempitnya Waktu untuk Melengkapi Kebutuhan

Sebab sedikitnya jumlah pengambil keputusan dalam usaha kecil menengah, mereka kerap
terpaksa harus pontang-panting berusaha memenuhi kebutuhan pokok bisnisnya, yakni:
produksi, sales, dan marketing. Hal ini bisa mengakibatkan tekanan jadwal yang besar, membuat
mereka tidak bisa fokus menyelesaikan permasalahan satu persatu.

Tekanan semacam ini bisa muncul tiba-tiba ketika bisnis mereka memperoleh order dalam
jumlah yang besar, atau beberapa order yang masuk dalam waktu hampir bersamaan. Lebih
dahsyat lagi jika suatu ketika ada lembaga bisnis besar yang merasa terancam dan mulai
melancarkan serangan yang tidak fair demi menyingkirkan pesaing potensialnya.

2. Kontrol Ketat atas Anggaran dan Pembiayaan

Usaha skala kecil umumnya memiliki anggaran yang kecil. Akibatnya, ia kerap kali dipaksakan
membagi-bagi dana untuk membiayai berbagai kebutuhan seefisien mungkin. Ketidakmampuan
untuk mengumpulkan modal yang lebih besar juga memaksa usaha kecil menengah menjalankan
kebijakan penghematan yang ketat, terutama untuk mencegah kekurangan pembiayaan
operasional sekecil apapun. Kekurangan pembiayaan operasional yang tidak dicegah bisa
mengakibatkan kebangkrutan, sebab kapasitas UMKM untuk membayar hutang biasanya hampir
tidak ada.

3. Kurangnya Tenaga Ahli

Usaha kecil menengah biasanya tidak mampu membayar jasa tenaga ahli untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu. Hal ini merupakan kelemahan usaha kecil menengah yang sangat serius.
Apalagi jika dibandingkan dengan lembaga bisnis besar yang mampu mempekerjakan banyak
tenaga ahli.

Kualitas produk barang atau jasa yang bisa dihasilkan tanpa tenaga ahli sangat mungkin berada
di bawah standar tertentu. Akibatnya, kemampuan persaingan bisnis skala kecil ini di pasar yang
luas bisa sangat kecil.

Begitulah 3 (tiga) kelemahan UMKM yang harus selalu diperhatikan dan dijadikan motivasi bagi
para pengelola usaha skala kecil. Tantangan terbesar yang harus dihadapi oleh semua jenis
usaha kecil menengah adalah: “Mewujudkan pertumbuhan modal di tengah berbagai
keterbatasan sumber daya, tanpa mengurangi kualitas produk atau layanan.”

Anda mungkin juga menyukai