Anda di halaman 1dari 8

PROFIL WIRAUSAHA SUKSES

Nama : Jody Brotosuseno


Tempat tanggal lahir : Jakarta, 03 Maret 1974
Profesi : Pengusaha
Agama : Islam

Istri : Siti Haryani

Anak : Yuga Adiaksa, Rasya Mutiara, Muhammad Narendra, Alya Ahsani

Nama Ayah : Suganda

Warga Negara : Indonesia

JENIS USAHA :
Kuliner, aneka menu masakan eropa terutama steak dengan cita rasa indonesia.
NAMA USAHA :
Waroeng Steak & Shake

SEJARAH SINGKAT
Kisah Pengusaha Sukses di Bidang Kuliner Jody Broto Suseno ialah seorang pendiri sekaligus
pemilik dari waroeng Steak n Shake, juga pencetus lahirnya rumah Tahfizh Indonesia.
Kira-kira 10 tahun lalu usaha yang dilakukan oleh orang ini telah didirikan, dan saat ini usaha
Mendengar kata steak akan teringat makanan khas Eropa yang mahal harganya. Namun, itu
tidak berlaku di Waroeng Steak and Shake miliknya. Hanya dengan merogoh kocek Rp 6.000
sampai Rp 45.000, aneka macam steak pun dapat dinikmati dengan cita rasa yang tak kalah
dengan steak di hotel berbintang. Semenjak lulus dari SMA pada tahun 1993, Jody banyak
sekali menjajal berbagai macam usaha, mulai bisnis parsel, susu segar, roti bakar. Namun
semua usahanya itu sia- sia ketika perlatannya banyak dicuri orang. Jodi lantas berjualan kaos
partai, dimana saat itu partai membengkak dari tiga jadi 48 partai. Alhasil menjual kaos partai
jadi prospek bisnis yang menguntungkan saat itu. Hasil penjualannya, akhirnya, ia bisa
mengontrak rumah sendiri di kawasan Demangan, Yogyakarta. Selepas pemilu, Jodi dan Anik
memutar otak kembali, apalagi dengan kehadiran putra pertama mereka, Yuda Adiaksa.
Pengalaman terakhir tahun 1997 adalah mengurusi usaha steak milik orang tuanya. Dari sinilah
ia mendapatkan inspirasi untuk membuat usaha kuliner steak dengan harga mahasiswa. Jody
pun mulai memikirkan cara menekan harga steak yang sejatinya memang mahal.

Diakui Jody, untuk mendirikan Waroeng Steak and Shake dibutuhkan modal awal yang cukup
besar. Namun ia memiliki sepeda motor yang merupakan pemberian dari sang orang tua, yang
akhirnya dijual sebagai modal usaha. Ia gunakan hasil penjualan itu untuk sewa tempat di
daerah Demangan Yogyakarta, sebagian lagi untuk peralatan usaha, dan sisanya untuk membeli
motor tua sebagai alat transportasi. Masa awal ini lebih banyak dukanya daripada sukanya.
Namun, yasaha ini tetap dia jalani. Jodi bertugas memasak di dapur dan istrinya melayani tamu
sekaligus menjadi kasir dan dua karyawanya menangani tugas lainnya.

Pada tahun pertama masih bisa menggaji karyawan dan memenuhi kebutuhan keluarga, meski
pas-pasan. Hubungan dengan para pelanggan dan masukan yang dilontarkan mereka membuat
Jody terus berlatih. Jody pun berinisiatif membuat daftar harga dan dipasang di depan warung
miliknya. Ternyata cara ini efektif. Tidak lama berselang, banyak pengunjung dari berbagai
kalangan memenuhi gerainya. Lalu pada tahun yang kedua, usahanya mulai menampakkan
hasil. Pengunjungnya semakin stabil, bahkan tidak mampu melayani seluruh pengunjung.
Maka ia pun mengajak keluarganya untuk berinvestasi mengembangkan usaha ini, mulai dari
ayah, ibu, saudara serta paman, dan keluarga lainnya diajak berinvestasi dengan bagi hasil 1:1.
Semakin hari usaha ini semakin berkembang hingga cabang ke-7 dengan sistem bagi hasil.
Barulah pada gerai ke-8 dan seterusnya Jody mampu mendanai sendiri gerainya, tanpa
menerapkan pola franchise. Dan akhirnya, sekarang usaha ini menjadi usaha yang berkembang
dan cocok dilidah semua kalangan masyarakat.
Sampai pada tahun 2017 ini, Waroeng Steak and Shake sekarang sudah mempunyai lebih dari
61 cabang gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Medan, Pekanbaru, Palembang, Lampung,
Bandung, Sumedang, Jakarta, Bogor, Semarang, Solo, Yogyakarta, Magelang, Bali, Surabaya,
Cirebon, Tegal dan Makassar serta telah memiliki 1500 lebih karyawan yang tersebar di
berbagai cabang di Indonesia. Yang menarik lagi dari bisnis kuliner ini adalah Waroeng Steak
and Shake tidak difranchise-kan alias diwaralabakan.

ASPEK PASAR
1. Place
Waroeng steak and shake sendiri mempunyai strategi yang cukup strategis, terletak di
pusat kota, dekat dengan kantor pemerintahan, dekat dengan universitas yang
merupakan segmen maupun target dari usaha ini sendiri. Lokasi yang dekat dengan
kawasan kost, ini merupakan target dari usaha ini sendiri. Kalangan mahasiswa, karena
itulah mengapa lokasi menjadi faktor yang mampu mempengaruhi permintaan akan
waroeng steak and shake.
2. Product
Produk yang di jual oleh Waroeng Steak and Shake adalah berbagai macam steak mulai
dari daging ayam, sapi sampai seafood, dan juga minuman-minuman segar lainya yang
melengkapi menu di Waroeng Steak and Shake ini.
3. Price
Untuk makanan yang dijual di Waroeng Steak and Shake ini berkisar mulai dari Rp
6000 Rp 45.000 dan untuk minumannya berkisar dari Rp 2500 Rp 17000.
4. Promotion
Pada awal berdirinya waroeng steak and shake dipromosikan melalui iklan diberbagai
media cetak,media elektronik dan menyebarkan pamflet. Seiring berkembangnya
waroeng steak & shake menyebar dari mulut ke mulut oleh pelanggan setia waroeng
steak & shake.
ASPEK KEPRIBADIAN WIRAUSAHA
1. Disiplin
Kedisiplinan yang dimiliki oleh pemilik waroeng steak & shake ini membuat waroeng
steak & shake semakin ramai dan diminati oleh pengunjung.
2. Inovatif
Dalam membuat menu makanan jody brotosuseno sangat inovatif.
3. Kreatif
Dalam menjalankan bisnis kuliner ini jody sangat kreatif untuk membuat steak dengan
cita rasa indonesia yakni bumbunya ditambah dengan bumbu rempah.
4. Inisiatif
Berawal dari pengalamannya sebagai pegawai di obong steak ia kemudian terpancing
untuk bisnis steak dengan harga mahasiswa dan cita rasa khas indonesia.

ANALISA SWOT

1) Strenght (Kekuatan)
a. Harganya relatif terjangkau di bandingkan dengan rumah makan atau restoran restoran
steak dengan menu makanan barat yang kualitasnya sama.
b. Memiliki ruangan outdoor memiliki tempat duduk lesehan, sehingga para customer bisa
berselonjoran kakinya.
c. Adanya percampuran antara menu barat dengan menggunakan bumbu rempah
Indonesia.
d. Memiliki tempat Ibadah
2) Weakness (Kelemahan)
a. Tidak semua lidah orang Indonesia menyukai dan terbiasa dengan steak
b. Harga daging sapi yang semakin mahal membuat harga jual harus disesuaikan
c. Tempat penyajiannya bukan piring mendatar, supaya memotong dagingnya cepat
dan tidak susah.
d. Belum ada pesan antar
3) Opportunity (kesempatan)
a. Perkembangan Teknologi dan Komunikasi dapat digunakan sebagai sarana untuk
mempromosikan Waroeng Steak and Shake dengan cara membuat website dan adanya
sarana wifi.
b. Mengadakan promosi berupa penurunan harga pada waktu tertentu
c. Menyajikan menu baru
d. Adanya kesematan untuk membuka outlet waroeng steak, karena namanya sudah cukup
terkenal di kalangan pelajar maupun mahasiswa.
e. Menciptakan menu menu khusus bagi anak-anak.
4) Threats (Ancaman)
a. Persaingan yang ketat karena banyaknya restoran atau rumah makan yang menyajikan
makanan yang sejenis.
b. Adanya persaingan harga yang kompetitif.
c. Selera masyarakat yang cepat berubah dapat menyebabkan kemunduran apabila tidak
melakukan inovasi inovasi baru
d. Kenaikan harga BBM, pemadaman listrik dan langkanya gas elpiji.
e. Melonjaknya harga daging sapi

KESIMPULAN
Dari profil dan ulasan singkat pengusaha sukses Jody Brotosuseno kita dapat simpulkan
bahwa usaha yang dimiliki Jody Brotosuseno saat ini merupakaan hasil kerja keras dan
kesabarannya menapaki satu persatu tangga bisnis. Memiliki jiwa pantang menyerah dan tidak
putus asa meski ia pernah gagal dalam bisnis yang dijalankan namun itu tak membuatnya putus
asa ia mencoba bisnis baru. Jody Brotosuseno juga mengajarkan bahwa tidak segan untuk
meminta bantuan dari keluarga untuk mengembangkan usaha yang sedang berkembang dan
menerima saran dari pengunjung walaupun usaha yang dirintis belum besar sehingga ia
memiliki pelanggan setia dan dapat membantu untuk mempromosikan usahannya dari mulut
ke mulut.

Dalam melakukan suatu usaha kesabaran itu adalah kunci utama. Seorang yang mau
berwirausaha seharusnya memiliki kesabaran dan membangun jiwa integritas agar dapat
mencuri hati pasar. Selain modal sebagai seorang wirausaha harus punya tekad kemauan dan
kerja keras dalam menekuni bidangnya jangan mudah putus asa.
SUMBER
https://id.wikipedia.org/wiki/Jody_Brotosuseno
https://id.wikipedia.org/wiki/Waroeng_Steak_%26_Shake
http://www.mariofirmansyah.my.id/2014/03/tugas-kewirausahaan-menganalisa-
warung_20.html
https://prezi.com/btbpvsfxjggk/profil-usaha/
https://umamiwidyaningrum.wordpress.com/2015/08/13/kisah-pengusaha-sukses-di-bidang-
kuliner-jody-broto-suseno-pemilik-woroeng-steak-n-shake-dan-pendiri-rumh-tahfizh/
Waroeng Steak & Shake
Menjadi pengusaha berarti berani membuat trobosan baru. Dibutuhkan ide- ide segar,
tak cuma berpatok apa yang tersedia di bumi Indonesia. Menjadi pengusaha dibidang kuliner
butuh keunikan. Perlunya identitas kuat untuk membedakan kamu dengan binsnis kuliner lain.
Jika menjadi pengusaha bakso sudah umum ada disekitar, maka bagaimana jika jadi pengusaha
steak. Tak perlu memanggil chef asing cukup kamu belajar keras untuk membuat menu itu
menjadi nyata.
Kisah kali ini datang dari pasangan Jody Brotosuseno dan Siti Hariyani. Kisah jatuh
bangun membangun berbagai usaha sudah dilakoninya. Pengusaha Sukses di Bidang Kuliner
Jody Broto Suseno dan ialah seorang pendiri sekaligus pemilik dari waroeng Steak n Shake,
juga pencetus lahirnya rumah tahfizh indonesia.Peluang aneka kuliner sudah mereka coba, dari
roti bakar, berjualan susu, sampai bisnis kaos partai, yang cuma musiman. Semua usaha mereka
jalani tapi tak bertahan lama. Belum ketemu chemistry -nya kalo kata orang. Nah, karena
memang sudah mendarah daging, keduanya lantas memulai bisnis lagi.
Mengawali kesuksesan bisnisnya di tahun 2000, Jody dan Anik cuma membuka usaha
warungan. Bukan lah juga warung biasa keduanya membuka warung steak. Ya, makan ala barat
itu mampu diolahnya jadi usaha di warung makan. Hasilnya, mengejutkan, usaha yang
mengawali semuanya di teras rumah. Keduanya sepakat membuka usaha warung steak pertama
di jalan Cendrawasih nomor 30 Demangan Yogyakarta. Mereka mencoba sesuatu cuma
bermodal jiwa entrepreneurship. Waroeng Steak n Shake, atau terkenalnya bernama WS, hanya
dibangun di pekarangan rumahnya. Idenya jika steak makanan barat itu cuma untuk orang
tertentu, WS mencoba menghadirkannya. Tak kan lagi jadi makanan mahal khas hotel karena
WS mencoba membuat sedemikian mungkin. Jody dan Anik, keduanya telah membuat satu
gebrakan baru.

Mereka mencoba menawarkan steak dan shake di warung pinggir jalan. Tak ada kesan
mewak ketika kita menyambangi pusat atau cabangnya. Semua cuma bermodal 5 hotplate, 5
buah meja makan, dan sebuah ruang berdaya tampung 20 orang, kini usahanya tumbuh pesat.
Usut- punya usut ternyata sosok Jodi sendiri bukanlah orang susah seperti kita akan bayangkan.
Ayah Jodi, Sugondo dikenal pemilik jaringan restoran Obonk Steak dan Ribs.
Berlatar belakang pengusaha sukses, kaya, tak membuatnya jadi anak orang kaya manja. Justru
dia sangat pekerja keras. Dia pernah berkuliah Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
tapi berhenti ditengah jalan. Jadilah ia hanya berijasah SMA saja. Karena tak melanjutkan
pendidikan Jodi harus putar otak untuk bekerja. Sayangnya, tak mudah bekerja dengan ijasah
SMA saja. Mau- tak mau dia akhirnya memilih untuk bekerja di restoran ayahnya.
Ketika itu ia cuma bekerja menjadi pegawai biasa. Gajinya tak sanggup memenuhi kebutuhan,
apalagi setelah ia memutuskan untuk menikah dengan Siti Hariani atau Aniek pada 1998.
Gajinya itu dirasa tak lagi cukup. Jodi pun tak merengek meminta jabatan. Justru ia makin getol
berusaha sendiri. Pertama kali usaha, ia mulai dengan berjualan aneka makanan sambil bekerja
di Obonk. Awalnya ia berjualan susu segar, roti bakar, dan jus buah.

Namun semua usahanya itu sia- sia ketika perlatannya banyak dicuri orang. Jodi lantas
berjualan kaos partai, dimana saat itu partai membengkak dari tiga jadi 48 partai. Alhasil
menjual kaos partai jadi prospek bisnis yang menguntungkan saat itu. Hasil penjualannya,
akhirnya, ia bisa mengontrak rumah sendiri di kawasan Demangan, Yogyakarta. Selepas
pemilu, Jodi dan Anik memutar otak kembali, apalagi dengan kehadiran putra pertama mereka,
Yuda Adhiaksa.Akhirnya pasangan pengusaha ini memilih berbisnis steak. Tapi tak mau
mencontoh bisnis milik ayahnya. Jodi memilih usaha steak warungan. Usaha pertamanya
dibuka di teras rumah karena tak punya modal menyewa tempat. Jodi memilih kata "waroeng"
agar menegaskan apa yang dijualnya tidak mahal. Namun usaha baru itu terbentur modal
dimana Jodi dan Aniek cuma punya 100.000 dikantong. Akhirnya ia menjual motor satu-
satunya untuk modal.

Pertama- tama Jodi mengerjakan dapur dan melayani pembeli, sang istri bekerja
sebagai kasir. Warungnya itu tak langsung sukses. Pernah dalam sehari mereka cuma menjual
30.000. Pembeli masih sepi karena memang konsep bisnisnya sangatlah baru. Siapa yang
berpikir bahwa steak itu murah waktu itu. Beberapa pembeli pun ikut memberi saran agar
warungnya lebih ramai. Sarannya, ia lantas membuat spanduk besar berwarna mencolok di
depan warung steaknya.Di spanduk itu dituliskan harga steak yang murah itu. Ia juga
mempromosikan melalui selebaran. Dari semua usaha promosi itulah, warung milik Jodi mulai
ramai, utamanya mereka dari kalangan mahasiswa dan pelajar. "Malah kami mulai kewalahan,"
ungkapnya. Meski sudah ramai, nyatanya, Jodi cuma punya 10 hotplate di meja. Jadilah orang-
orang sampai harus mengantri untuk dilayani di mejanya. Untuk mengatasi hal itu Jodi pun
mengambil hotplate dari meja. Prinsipnya habis pakai, cuci, langsung digunakan lagi untuk
pelanggan lain. Pelan tapi pasti Waroeng Steak mulai menambah peralatan. Ia juga merekrut
pegawai untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Setahun ia telah berbisnis di Demangan, ia
lantas membuka cabang. Gerai kedua tak begitu sulit. Kerabatnya mau untuk ikut menanamkan
modal. Dengan konsep bagi hasil jalanlah gerai keduanya.Pola yang sama digunakan hingga
ke 8 gerai tercatat dibuka. Selanjutnya Jodi bisa mendanai sendiri gerai ke 9 dan
seterusnya."Asal bisa menyesuaikan inovasi dengan kebutuhan pasar, bisa berkembang terus.
Masukan pelanggan selalu kami perhatikan, tuturnya.Masukan menjadi ciri khas WS untuk
berkembang hingga sekarang. Jodi selalu bertanya apa keinginan dari mereka para pelanggan.
Menu- menu baru pun disuguhkan menyesuaikan permintaan. Meski warungnya itu
mengusung menu steak dan shake, Jodi masih menyediakan menu nasi. Jika biasanya kamu
ketemu steak dan kentang tidak khusus untuk Waroeng Steak. Saat usahanya makin
berkembang ia pun yakin memilih untuk konsentrasi dibisnisnya.

Sejak 2002, ia terus fokus menambah jumlah gerai di seluruh penjuru Indonesia. Total
ada lebih dari 61 gerai telah ia buka di sejumlah kota. Jodi pun membuka gerai aneka makanan
berbendera Festival Kuliner. Konsep ini ia sebut sebagai konsep dimana tidak hanya ada WS,
ada pula Waroeng Penyetan dan Bebaqaran serta ada delapan gerai waralaba lain. Untuk
ekspansi lain, diluar bisnis kuliner, Jodi memilih membuka arena futsal. Sukses Waroeng Steak
menariknya tak menerapkan konsep waralaba. Ya, tak ada waralaba Waroeng Steak, namun
untuk pangsa luar negeri, Jodi memilih mewaralabakan produk miliknya. Wajarlah jika ia
sanggup membangun bisnisnya sendiri. Untuk satu gerai, di wilayah Yogyakarta contohnya, ia
mampu mengantongi 500 juta. Jumlah cabangnya mencapai lebih dari 10 gerai yang tersebar
di Jakarta, Medan, Bogor, Bandung, Semarang, Malang, Solo, Palembang, Yogya, Bali dan
terakhir ada di Pekanbaru.

Sumber : http://www.pengusaha.us/2015/01/biografi-waroeng-steak-jodi-brotosuseno.html
ANALISIS PENGUSAHA SUKSES
WAROENG STEAK & SHAKE
Di susun guna memenuhi tugas praktek mata kuliah Kewirausahaan
Dosen pengampu:
Prasko,S.SiT,M.H

Disusun Oleh:
Sulistianingsih Dwiyanti (P1337425214003)
Semester 7 ( kelas 4C )

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN GIGI


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
SEMARANG
2017

Anda mungkin juga menyukai