Anda di halaman 1dari 2

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL DAN POLITIK DUMPING SEBUAH OPINI

NAMA : OKE KISTIYANTO


NIM : 206110101033
MK : Bisnis Internasional (PFE423)

Dumping adalah praktik dagang yang dilakukan eksportir dengan menjual komoditi di
pasaran internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada
harga barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual kepada negara lain, pada
umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen
pesaing di negara pengimpor. Contoh praktek Dumping yang terjadi di Indonesia diantaranya
adalah : Jepang yang menjual produk mobil, motor, dan alat-alat elektronik lainnya dengan
harga mahal di dalam negeri, namun sangat murah di luar negeri. Tujuan Jepang melakukan
hal ini bisa karena untuk mengatasi produksi yang berlebihan, menguasai pasar luar negeri dan
untuk mencapai target pemasaran dan penjualan. Pada penjualan handphone dengan merek
Xiaomi yang memiliki harga lebih murah di Indonesia dibandingkan harga jual Xiaomi di
negara asalnya yaitu Cina. Contoh-contoh politik dumping di atas menyadarkan kita bahwa
perdagangan internasional tidak selalu berdampak baik untuk sisi perekonomian dalam negeri.
Persaingan yang tidak sehat, jika tidak diawasi dan ditangani dengan tepat, dapat justru
mengganggu produk dalam negeri untuk menjadi tuan rumah di negara sendiri dan
menjadi contoh ancaman non militer di bidang ekonomi.

Menurut opini saya, dumping lahir atas dasar kesepakatan dua negara atau banyak
negara, perjanjian ini biasa di sebut sebagai perjanjian bilateral dan multilateral. Namun dengan
adanya embargo globalisasi yang dimulai abad 20, setelah dibukanya semua akses dan negara-
negara modern mulai bekerja sama demi kemajuan dan kemakmuran, tetapi di beberapa negara
di dunia, mayoritas belum siap terhadap menuju perubahan yang disebut "modern" kebijakan
dumping memberikan tidak banyakan manfaat akhirnya kebijakan ini banyak di kritik oleh
akademisi dan negarawan yang disebut sebagai anti dumping.

Sementara itu, Indonesia menempati posisi kedelapan di dunia sebagai negara eksportir
yang paling sering dituduh melakukan dumping. Berdasarkan data yang sama, Indonesia telah
dituduh sebanyak 280 kali oleh negara mitra dagangnya. Dari 280 itu Indonesia dikenakan
sampai 130 bea masuk anti dumping. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat anti
dumping Indonesia berada di bawah negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan
2

China. Berdasarkan data World Trade Organization (WTO) per 1995-2017 Indonesia berada
di posisi ke-15 sementara AS dan China masing-masing di posisi dua dan enam.1

Namun Sikap restriktif dalam membuat kebijakan dagang internasional serta kurangnya
kemampuan dalam menangani kasus sengketa dagang menjadi penyebab utama Indonesia lebih
banyak kalah di sidang World Trade Organization (WTO). Faktanya Sepanjang 2014—2018,
terdapat 8 sengketa dagang melibatkan Indonesia yang berakhir di meja WTO melalui panel
Dispute Settlement Body (DSB). Dari 8 kasus itu, 5 di antaranya telah diputuskan, dan hanya
1 kasus yang dimenangkan oleh Indonesia.2 Dari sisi pelaku usaha, sering kalahnya Indonesia
ketika digugat di WTO dikhawatirkan membawa dampak merugikan bagi industri domestik.
Banyak aturan, kebijakan atau undang-undang di Indonesia yang belum selaras atau malah
berlawanan dengan WTO menjadi salah satu penyebab mengapa kita hampir selalu kalah
ditambah Indonesia sendiri belum punya orang yang memang benar-benar jago untuk
menangani hukum perdagangan internasional.

Opini saya meski masuk dalam sektor ekonomi, namun praktik dumping dalam
perdagangan internasional ini juga bernuansa politis. Negara-negara yang melakukan dumping
umumnya ingin menguasai pangsa pasar luar negeri, mencapai target pemasaran, dan
mencegah penimbunan barang alias cuci gudang. Bagi mereka, menjual barang dengan harga
murah akan lebih menguntungkan dibandingkan hanya menimbunnya dan tidak menghasilkan
uang. Apa pun alasannya baik ekonomi maupun politik, praktik dumping dalam perdagangan
internasional bukanlah suatu tindakan yang dibenarkan dan tidak sesuai etika bisnis
internasional. Selain menimbulkan kerugian juga bisa berpotensi merusak tatanan harga baik
di dalam maupun luar negeri. Tak hanya itu, dumping juga memicu terjadinya persaingan yang
tidak sehat dan tak adil.

(Lhokseumawe, 24 April 2021)

1
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3680174/ri-di-posisi-8-negara-paling-sering-dituduh-lakukan-
dumping
2
https://ekonomi.bisnis.com/read/20180813/12/827494/ri-sering-kalah-di-sidang-wto-apa-penyebabnya

Anda mungkin juga menyukai