Anda di halaman 1dari 2

Film Bend It Like Beckham memperlihatkan berbagai perbedaan dan juga persamaan antara budaya tradisional Barat dan

Timur. Di saat yang bersamaan, film ini juga berkutat dengan berbagai isu yang dialami remaja, seperti eksplorasi identitas diri, mengikuti dan melawan tradisi dan stereotype, reputasi sosial, hubungan dengan keluarga, cinta, persahabatan, dan orientasi seksual. Disutradarai oleh Gurinder Chadha, dan dibintangi Parminder Nagra dan Keira Knightley, film ini berkisah tentang seorang remaja gadis beretnis India bernama Jes, dan mengikuti kisah perjuangannya untuk mempertahankan hobi yang ia cintai; bermain sepak bola. Keluarga Jes merupakan imigran dari India dan memiliki nilai-nilai hidup yang sangat tradisional dan ketat; mereka tidak menyetujui impian Jes untuk menjadi pemain sepak bola profesional. Selain jalan cerita Jes, juga terdapat kisah Jules, teman Jes yang juga gemar bermain sepak bola; Joe, pelatih sepak bola tim Jes dan Jules; Pinky, kakak perempuan Jes; dan cerita-cerita pendukung lainnya. Saat pertama menyaksikan film ini, para penonton mungkin akan lebih memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada di antara budaya Timur dan Barat yang ditunjukkan oleh keluarga Jes dan Jules. Jes, yang memiliki orang tua dengan pandangan sangat tradisional bahwa perempuan seharusnya tidak boleh terlibat di bidang olah raga secara profesional, terpaksa berbohong terus menerus kepada keluarganya agar dapat lanjut bermain sepak bola, sedangkan Jules dapat dengan terbuka mengekspresikan minatnya dan mengikuti tim sepak bola, karena orang tuanya mendukung bakat Jules. Terutama, keluarga Jes masih memiliki gender stereotype kuat bahwa remaja perempuan seharusnya belajar menjadi istri yang baik, yang pintar memasak berbagai hidangan India, dan selalu mendorong Jes untuk mencari pacar beretnis India. Keluarga Jes juga bersifat collectivist culture; budaya collectivist ditandai oleh []. Hal ini dapat dilihat dalam sub-plot pernikahan Pinky; banyak sekali anggota keluarga yang membantu Pinky merencanakan acara pernikahannya, dan pernikahan Pinky dipenuhi dengan berpuluhan tamu dan berbagai upacara yang melibatkan anggota keluarga. Di sisi lain, keluarga extended Jules sama sekali tidak muncul atau dibicarakan; ini menunjukkan budaya individualistic, di mana [], dan ditandai oleh kurang eratnya hubungan antar keluarga extended.

Selain itu, keluarga Jes juga menunjukkan kebudayaan Timur lain yang sangat kuat; menghormati orang tua. Jes seringkali ditegur dengan ketus saat mengumpat atau bersikap tidak sopan kepada orang tuanya, sedangkan Jules dapat mengatakan beberapa kata kasar di depan orang tuanya dan tidak ditegur. Keluarga Jes juga lebih spiritual dan relijius daripada keluarga Jules; keluarga Jes bahkan membuat altar kecil di ruang keluarga yang menghormati seorang figur agama, dan membuat Jes bersumpah atas nama figur tersebut saat ia dicurigai berbohong. Namun, bila penonton meneliti film ini lebih dalam, akan ditemukan berbagai persamaan yang ada di antara kebudayaan Timur dan Barat yang awalnya terlihat sangat bertolak belakang. Jes dan Jules keduanya memiliki ibu yang tidak menyetujui hobi sepak bola mereka; menurut para ibu, gadis-gadis seharusnya tertarik dengan mencari pacar dan membeli baju, bukan bertingkah seperti remaja lelaki dan terus bermain sepak bola. Kedua ibu mengkhawatirkan reputasi anak gadis dan keluarga mereka, dan masa depan anak-anak mereka jika berkarir sebagai pemain sepak bola. Dari ini, dapat dilihat adanya persamaan dalam budaya Timur dan Barat, di mana citra diri dan reputasi sosial merupakan hal yang penting dan sangat dijaga. Pada awalnya, hanya ayah-ayah Jes dan Jules yang mendukung hobi mereka, tetapi pada akhir film kedua orang tua Jes dan Jules akhirnya memberi persetujuan dan dukungan mereka kepada Jes dan Jules yang ingin berlatih untuk menjadi pemain sepak bola profesional. Ini menunjukkan bahwa dalam kedua budaya, cinta orang tua untuk anaknya lebih kuat daripada kekhawatiran tentang reputasi; dalam budaya apa pun, orang tua dari keluarga harmonis akan selalu mementingkan kebahagiaan anakanak mereka. Walaupun dari kebudayaan yang berbeda, Jes dan Jules mengalami masalah eksplorasi identitas yang sama; keduanya ditekan untuk mengikuti norma sosial dan harapan keluarga mereka, dan keduanya berjuang untuk melawan gender stereotype yang dipegang masyarakat tentang gadis remaja. Kegigihan yang dimiliki Jes dan Jules dalam mempertahankan hobi mereka menunjukkan bahwa mereka berkepribadian kuat, dan tidak mudah menyerah saat menghadapi masalah.

Anda mungkin juga menyukai