Anda di halaman 1dari 11

TEAM ASSIGNMENT KE-1 – KELOMPOK 2 – KELAS DVEA

Abdillah Solihin Muhammad Zaid - 2301929581

Chindy Era Chysara - 2301927701

Inastu Larasati - 2301938232

Novita Erma Putri Lestari - 2301944613

Rayina Triningsih D - 2301929184

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


LATAR BELAKANG

Perjanjian kerjasama merupakan perjanjian tidak bernama yang diatur di luar KUHPerdata,
tetapi terjadi di dalam masyarakat. Lahirnya perjanjian kerjasama di dalam praktek adalah
berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata. Berdasarkan Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata,
ketentuan ini berbunyi “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya”.

Kata “semua” berarti meliputi seluruh perjanjian, baik yang namanya dikenal maupun yang
tidak dikenal oleh undang-undang. Asas kebebasan berkontrak berhubungan dengan isi
perjanjian, yaitu kebebasan menentukan “apa” dan dengan “siapa” perjanjian itu diadakan dan
mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Asas kebebasan
berkontrak mengandung pengertian bahwa “setiap orang bebas mengadakan perjanjian, baik
perjanjian yang diatur oleh KUHPerdata maupun perjanjian yang tidak diatur dalam
KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Definisi perjanjian itu sendiri dalam
ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata berbunyi “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan
mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih.
Perjanjian yang diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata dapat dinilai secara materiil atau dinilai
dengan uang. Perjanjian yang dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak tidak begitu saja
dapat dilakukan, karena masih dibatasi undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
Tidak sedikitnya perjanjian dibentuk dari antara 2 perusahaan besar yang ada di Indonesia,
salah satu contohnya adalah perusahaan PT.Indomarco Prismatama salah satu perusahaan retail
besar di Indonesia bekerjasama atau memutuskan satu perjanjian dengan PT.IBU perusahaan
produksi beras yang biasanya di sebut dengan “Beras Maknyuss” dan berbagai macam produk
beras lainnya. PT. Indomarco Prismatama dengan PT.IBU telat menyepakati adanya kontrak
yang mengatur pasokan beras dengan mutu, varietas dan kemasan tertentu. Namun, kualitas
mutu beras yang dipasok oleh PT.IBU berada jauh di bawah kesepakatan dan varietasnya tidak
sesuai. Dalam perjanjian kerjasama yang telah disepakati adalah kualitas mutu dua, tapi
ternyata PT. IBU menggunakan kelas mutu lima yang jauh dari kualitas yang telah disepakatai
pada awal perjanjian itu dibuat. Tindakan ini tentunya sangat merugikan perusahaan retail
tersebut karena telah memberikan citra buruk dan selain itu juga memberikan kualitas produk
yang tentunya menyimpang dari hak konsumen dalam mendapatkan produk atau kualitas yang
baik. Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar
Martinus Sitompul mengatakan bahwa PT.IBU diduga telah melakukan tiga kecurangan

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


terhadap konsumen diantaranya adalah tidak mencantumkan kelas mutu beras pada label
Standar Nasional Indonesia (SNI) 2008, memproduksi beras yang tidak sesuai dengan kualitas
SNI yang dicantumkan, serta memberikan informasi yang menyesatkan terkait dengan
informasi angka kecukupan gizi (AKG).

Berdasarkan hasil penyidikan, Trisnawan bertanggung jawab atas dugaan pelanggaran pidana
yang dilakukan PT IBU. Ia akan dijerat dengan Pasal 382 bis KUHP, Pasal 144 Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 62 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari
kegiatan perdagangan. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan
keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di Indonesia saat ini
perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik karena menyangkut aturan untuk
menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen
dapat menciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur.

Dalam Pasal 28 J ayat 1 perubahan yang kedua Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
tahun 1945 mengatur mengenai “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.” Sebagaimana diketahui
dengan adanya globalisasi dan perkembangan perekonomian yang terjadi secara pesat dalam
era perekonomian modern telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi barang dan atau jasa
yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat.

Secara umum dan mendasar hubungan antara produsen (perusahaan penghasil barang dan atau
jasa) dan konsumen (pemakai akhir dari barang dan atau jasa untuk diri sendiri atau
keluarganya) merupakan hubungan yang terus menerus atau berkesinambungan. Hubungan
tersebut terjadi karena keduanya memang saling menghendaki dan mempunyai tingkat
ketergantungan yang cukup tinggi antara yang satu dengan yang lainnya. Produsen sangat
membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan konsumen sebagai pelanggan. Tanpa
dukungan konsumen, tidak mungkin produsen dapat terjamin masyarakat kelangsungan
usahanya.

Berdasarkan uraian di atas,maka penelitian ini akan mengkaji perjanjian yang terjadi antara
PT. Indomarco Prismatama dengan PT. IBU dalam hal perjanjian dan undang-undang hak
konsumen.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Dengan merumuskan judul: “Deskripsi Perjanjian Pengadaan Beras Berkualitas Antara
PT.IBU dengan PT.Indomarco Prismatama”.

ANALISIS DARI TEORI DAN ASAS-ASAS HUKUM BISNIS

 KONTRAK DAN PERIKATAN


Suatu perikatan timbul karena undang-undang maupun karena kontrak atau perjanjian. Karena
itu kontrak merupakan perikatan.

Contoh perikatan berdasarkan undang-undang :

1. Perikatan yang menimbulkan kewajiban-kewajiban tertentu diantara penghuni


pekarangan yang saling berdampingan;
2. Perikatan menimbulkan kewajiban mendidik dan memelihara anak;
3. Perikatan karena adanya perbuatan melewat hukum (onrecht matigedaad);
4. Perikatan yang timbul karena perbuatan sukarela (zaakwaarneming), sehingga
perbuatan sukarela tersebut harus dituntaskan;
5. Perikatan yang timbul dari perikatan wajar (naturlijke verbintenisen)

Menurut dari asas kontrak dan peritakatan PT. IBU telah melakukan kecurangan dari kontrak
yang telah di buat dengan PT. Indomarco Prismatama tentang perjanjian mutu beras. Hal ini di
lakukan oleh PT. IBU yang menjadi supplier berah tidak memenuhi perjanjian atas kualitas
mutu beras yang jauh berada di bawah kesepakatan yang telah di buat dengan PT. Indomarco
Prismatama dan memasukan varietas yang tidak sesuai dengan perjanjian. Penurunan kualitas
atas barang yang sudah di janjikan membuat PT. Indomarco Prismatama menjadi pihak yang
di rugikan oleh PT. IBU dengan ketidak sesuaiannya kontrak yang berlaku dan berjalan dengan
seharusnya,

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


 ASAS-ASAS KONTRAK
Asas hukum dalam suatu kontrak adalah :

1. Asas kontrak sebagai hukum mengatur;


Hukum mengatur adalah peraturan-peraturan hukum yang berlaku bagi subjek hukum,
misalnya para pihak dalam suatu kontrak.

2. Asas sebagai Kebebasan Berkontrak;


Asas kebebasan berkontrak merupakan konsekuensi dari asas berkontrak sebagai hukum
mengatur; maksudnya bahwa para pihak dalam suatu kontrak pada prinsipnya bebas untuk
membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga kebebasan untuk mengatur kontrak
tersebut. Asas kebebasan berkontrak dibatasi oleh rambu-rambu;

1. Harus memenuhi syarat sebagai suatu kontrak


2. Tidak dilarang undang-undang
3. Tidak bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku
4. Harus dilaksanakan dengan itikad baik
5. Asas pacta sunt servanda

 ASAS KONSENSUALISME
Menurut asas konsensualisme dapat disimpulkan melalui Pasal 1320 ayat 1 BW. Bahwa salah
satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak. Dengan adanya
kesepakatan oleh para pihak, jelas melahirkan hak dan kewajiban bagi mereka atau biasa juga
disebut bahwa kontrak tersebut telah bersifat obligatoir yakni melahirkan kewajiban bagi para
pihak untuk memenuhi kontrak tersebut. Sedangkan dalam kasus ini PT. IBU tidak
melaksanakan kewajiban yang harus mereka jalankan dan PT. Indomarco Prismatama tidak
mendapatkan hak yang seharusnya mereka terima. Disini perlakuan PT. IBU telah melanggar
perjanjian dan menyimpang dari asas konsensualisme.

 ASAS PACTA SUNT SERVANDA

Asas pacta sunt servanda atau disebut juga sebagai asas kepastian hukum, berkaitan dengan
akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga
harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


sebuah undang-undang, mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak
yang dibuat oleh para pihak.

Asas pacta sunt servanda didasarkan pada Pasal 1338 ayat 1 BW yang menegaskan “perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang.”

Menurut kepala bagian penerangan umum divisi humas porli komisaris besar Martinus
Sitompul mengatakan bahwa PT. IBU diduga melakukan tiga kecurangan terhadap konsumen.
PT. IBU juga merupakan produsen dari beras merek ‘Maknyuss’ dan ‘Ayam Jago’ yang
beredar di pasaran. Selain itu, PT. IBU juga diduga melakukan tiga kecurangan lain terhadap
konsumen dengan tidak mencantumkan mutu beras pada lebel Standar Nasional Indonesia
(SNI) 2008, lalu mereka juga memproduksi beras yang tidak sesuai dengan kualitas SNI yang
dicantumkan sebagaimana harusnya dan mereka memberikan informasi gisi yang menyesatkan
terkait dengan informasi Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang tidak sesuai dengan produk yang
sesungguhnya.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR PERMASALAHAN


KASUS PT IBU

PT IBU dan PT. Indomarco Prismatama melakukan sebuah perjanjian sebagaimana


dimaksud pada pasal 1313 KUHperdata. Pasal 1313 KUHPerdata menjelaskan bahwa suatu
persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap
satu orang lain atau lebih.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas terdapat syarat-syarat sahnya perjanjian sebagaimana
dimaksud pada pasal 1320 KUHPerdata, sebagai berikut:

1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak

PT IBU dan PT Indomarco telah menyepakati kontrak yang mengatur pasokan beras
dengan mutu, varietas, dan kemasan tertentu. Dalam hal ini juga terdapat akibat hukum
bagi para pihak yang bersepakat.

2. Cakap untuk membuat perikatan

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Para pihak mampu membuat suatu perjanjian, dalam hal ini tidak tekualifikasi sebagai
pihak yang tidak cakap hukum untuk membuat suatu perikatan sebagaimana diatur dalam
Pasal 1330 KUHPer. Dalam hal suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak yang tidak cakap
sebagaimana tersebut diatas, maka Perjanjian tersebut batal demi hukum (Pasal 1446
KUHPer).

3. Suatu hal tertentu

Sebagaimana Pasal 1332 KUHPer menentukan bahwa hanya barang-barang yang dapat
diperdagangkan yang dapat menjadi obyek perjanjian. Selain itu, berdasarkan Pasal 1334
KUHPer barang-barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi obyek
perjanjian kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas. Adapun produk beras
yang disuplai PT IBU ke Indomaret antara lain merek Rojo Lele dan Pandan Wangi.
Dimana dalam perjanjian kerja sama disepakati kalau kualitas yang akan digunakan adalah
kelas mutu dua.

4. Suatu sebab atau causa yang halal

Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian dibuat. Perjanjian
tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali ditentukan lain oleh undang-
undang. Sebagaimana Pasal 1335 KUHPer menyatakan suatu perjanjian yang tidak
memakai suatu sebab yang halal, atau dibuat dengan suatu sebab yang palsu atau terlarang,
tidak mempunyai kekuatan hukum

Selain syarat sah perjanjian dimaksud perjanjian yang dilakukan juga sudah memenuhi syarat
berupa;

1. Bahwa perjanjian kerjasama dilakukan oleh minimal dua subjek huku (orang/badan
hukum).
2. Bahwa atas dasar perjanjian dimaksud terdapat akibat hukum atas para pihak karena
adanya hak dan kewajiban.

Berdasarkan penjelasan mengenai perjanjian di atas antara PT IBU dengan PT.


Indomarco Prismatama, PT IBU diduga melakukan tiga kecurangan terhadap konsumen
yakni :

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


1. Tidak mencantumkan kelas mutu beras pada label Standar Nasional Indonesia
(SNI) 2008.
Sehingga sesuai dengan (Pasal 382 bis KUHP) di mana

“Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil


perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan
curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seorang tertentu, diancam, jika
perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkuren-konkurennya atau
konguren-konkuren orang lain, karena persaingan curang, dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu
lima ratus rupiah”

2. Memproduksi beras yang tidak sesuai dengan kualitas SNI yang dicantumkan.
Dalam pelaksanaannya kontrak yang sudah dibuat antara perusahaan (Indomaret)
dengan PT IBU, dalam produksinya diselewengkan atau ditentukan grade berbeda
(mutu, varietas, dan kemasan tertentu) dari kontrak yang seharusnya oleh PT IBU.
Sehingga sesuai dengan Pasal 62 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen di mana
“Pasal 62 (1) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17, ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf c, huruf e,, ayat (2), dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar
rupiah). (2) Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat (1), Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat (1) huruf d
dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Terhadap
pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau kematian
diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.”

3. Memberikan informasi yang menyesatkan terkait dengan informasi angka


kecukupan gizi (AKG).

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


Indomaret meminta PT IBU menyediakan produk beras level dua. Akan tetapi, beras
yang dikirim justru kualitas di bawah level lima atau bahkan lebih rendah. Demikian
juga dengan varitas. Varitas umpan beras Rojolele di dalam kontraknya diminta
varitasnya Rojolele. Namun, ternyata isinya bukan varitas Rojolele. Setelah dilakukan
uji laboratorium terkait kualitas beras PT IBU di dua tempat berbeda. Hasilnya, PT IBU
terbukti melanggar dan membohongi kesepakatan kontrak dengan pemesan.
Sehingga sesuai dengan Pasal 144 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan di mana
“Pasal 144 Setiap Orang yang dengan sengaja memberikan keterangan atau pernyataan
yang tidak benar atau menyesatkan pada label sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).”

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari permasalahan ini, adanya pelaporan oleh PT Indomarco
Prismatama (pemilik merek dagang Indomaret) kepada PT Indo Beras Unggul (IBU)karena
telah melanggar perjanjian mutu beras.PT IBU diduga melakukan tiga kecurangan terhadap
konsumen yakni tidak mencantumkan kelas mutu beras pada label Standar Nasional Indonesia
(SNI) 2008, memproduksi beras yang tidak sesuai dengan kualitas SNI yang dicantumkan,
serta memberikan informasi yang menyesatkan terkait dengan informasi angka kecukupan gizi
(AKG).

Berdasarkan hasil penyidikan, Trisnawan selaku Direktur Utama PT IBU bertanggung jawab
atas dugaan pelanggaran pidana yang dilakukan PT IBU. Ia dijerat dengan Pasal 382 bis
KUHP, Pasal 144 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, Pasal 62 UU Nomor
8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pengadilan Negeri Bekasi memvonis 1 tahun
4 bulan penjara terhadap Trisnawan.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan dari permasalahan ini adalah :

- Pemerintah Indonesia wajib melakukan analisa untuk mengintervensi pasar pangan


yang menurut KPPU sudah tidak kompetitif lagi, bukan hanya Kementerian
Pertanian saja tapi Kementerian Perdagangan juga turut memantau permasalahan
seperti ini.
- Menentukan standar produk yang sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia)
dan juga standar yang diberikan oleh negara mitra, namun disesuaikan dengan
kemampuan produsen.
- Menentukan regulasi yang efektif dengan sistem yang berlaku di Indonesia untuk
pencegahan masalah serupa bisa terjadi.
- Mengkaji dan menyesuaikan apakah sumber-sumber daya yang ada di Indonesia
sudah mumpuni untuk memenuhi kebutuhan pasar.

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic


DAFTAR PUSTAKA

 cnnindonesia.com. (2017, 25 Agustus). Indomaret Laporkan PT IBU Langgar


Perjanjian Mutu Beras. Diakses pada 10 Desember 2019 dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170825134816-12-237241/indomaret-
laporkan-pt-ibu-langgar-perjanjian-mutu-beras
 jdih.keprinprov.go.id. (2013, 19 Desember). Perjajian Kerjasama. Diakses pada 13
Desember 2019 dari https://jdih.kepriprov.go.id/artikel/tulisanhukum/29-perjanjian-
kerjasama
 https://uu.direktorimu.com/. Diakses pada 13 Desember 2019. Kumpulan Undang-
undang dan Peraturan di Indonesia. https://uu.direktorimu.com/kuhp/buku-kedua/bab-
25-perbuatan-curang/ .
 https://luk.staff.ugm.ac.id/ . Diakses pada 13 Desember 2019. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU18-2012Pangan.pdf .
 http://ylki.or.id/. Diakses pada 13 Desember 2019. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. http://ylki.or.id/wp-
content/uploads/2015/04/UNDANG-UNDANG.pdf .
 http://alyaza26.blogspot.com/ , Diakses pada 15 Desember 2019. Teori Tentang
Hukum Kontrak. http://alyaza26.blogspot.com/2011/03/teori-teori-tentang-hukum-
kontrak_16.html
 https://datakata.wordpress.com , Diakses pada 15 Desember 2019. Hukum Perjanjian
Dalam Aspek Hukum Bisnis (Kontrak).
https://datakata.wordpress.com/2014/11/12/hukum-perjanjian-dalam-aspek-hukum-
bisnis-kontrak/

LAWS6095 – Legal Aspect in Economic

Anda mungkin juga menyukai