Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok ke-4

Week 9/ Sesi 13
Baca uraian kasus berikut, kemudian jawab pertanyaan di bawahnya.

Sisi Buruk dari Kuku yang Indah


Bagi banyak orang, pergi ke salon kuku untuk manikur atau pedikur adalah kemewahan kecil
yang terjangkau dan cara yang menyenangkan untuk bersantai. Namun, bagi para pekerja di
salon-salon ini, ceritanya seringkali kurang glamor: gaji rendah, kondisi kerja yang buruk, dan
paparan terus-menerus terhadap bahan kimia berbahaya yang mengancam kesehatan mereka.

Pada 2015 di Amerika Serikat, popularitas perawatan kuku naik. Wanita dan pria menghabiskan
lebih dari $ 8 miliar setahun untuk perawatan kuku di sekitar 200.000 salon kuku di seluruh
negeri. Penerbit majalah Nails menjelaskan fenomena tersebut sebagai berikut: “Perawatan kuku
bukan hanya tentang perawatan lagi; tapi ekspresi diri. Seperti tato yang telah menjadi arus
utama, seni kuku juga.” Inovasi teknis seperti gel polish, yang bertahan lebih lama dan lebih
mudah dihilangkan, juga mendorong tren tersebut naik. Bagi sebagian besar pelanggan, harga
layanan — rata-rata kurang dari $ 20 untuk manikur — mudah disesuaikan dengan anggaran
mereka.

Siapakah manicurist dan pedicurist yang mengerjakan semua perawatan angan dan kaki ini?
Menurut majalah Nails, 380.000 orang bekerja di salon kuku di Amerika Serikat pada tahun
2014. Sembilan puluh empat persen adalah wanita. Lebih dari setengahnya adalah orang
Vietnam, meskipun etnis bervariasi menurut lokasi; di New York City, misalnya, orang Korea
mendominasi industri tersebut. Banyak pekerja memiliki kemampuan bahasa Inggris yang
terbatas, dan sebagian besar adalah imigran tidak berdokumen.

Gaji mereka sangat rendah. Menurut data pemerintah, upah tahunan rata-rata untuk seorang
manikur adalah $ 19.620. Hanya seperempat dari 100 pekerja yang diwawancarai oleh reporter
The New York Times mengatakan bahwa mereka telah dibayar setara dengan upah minimum di
negara bagian tersebut. Eksposur The Times juga melaporkan bahwa terkadang para pekerja
tidak dibayar sama sekali; banyak pekerja baru diharuskan membayar apa yang disebut dengan
biaya pelatihan dan bekerja tanpa upah selama masa magang. Gaji lembur "hampir tidak pernah
terdengar," kata surat kabar itu, meskipun mereka bekerja sepanjang hari, bahkan di akhir pekan.
Majalah Nails melaporkan bahwa lebih dari seperlima pendapatan pekerja salon kuku berasal
dari tip, yang sepenuhnya bergantung pada niat baik pelanggan.

Kebanyakan salon kuku ini berukuran bisnis kecil. Hambatan untuk masuk rendah: seseorang
dapat mendirikan bisnis dengan menyewa etalase dan menginvestasikan beberapa ribu dolar
untuk perabotan, peralatan, dan persediaan. Delapan puluh satu persen ahli manikur dan
pedikuris bekerja di sebuah toko dengan tiga atau kurang teknisi. Industri ini sangat kompetitif,
dan salon sering keluar masuk bisnis.

Teknisi kuku bekerja dengan pemoles, pelarut, pengeras, dan perekat yang menyebabkan
penyakit pernapasan dan kulit, kerusakan reproduksi, dan bahkan kanker. Meskipun kesehatan
kerja di salon kuku belum sepenuhnya diteliti, tiga bahan kimia paling berbahaya yang
digunakan di sana diyakini adalah toluena (yang membuat cat meluncur mulus), dibutyl
phthalate (yang membuatnya lentur), dan formaldehida (yang mengeras). Pekerja juga
menghirup debu akrilik; mendapatkan infeksi jamur dari tangan dan kaki pelanggan; dan melukai
punggung, leher, dan bahu mereka karena gerakan berulang yang konstan. Nails melaporkan
bahwa lebih dari setengah teknisi kuku mengatakan mereka menderita penyakit terkait pekerjaan.

Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Amerika Serikat menetapkan standar untuk
paparan di tempat kerja terhadap banyak bahan kimia yang digunakan di salon kuku, dan
mendesak pekerja untuk memakai alat pelindung seperti sarung tangan dan masker dan untuk
memberi ventilasi yang benar ke salon mereka. Mereka juga menetapkan aturan keselamatan dan
kesehatan. Tetapi sebagai masalah praktis, aturan ini secara rutin diabaikan, dan inspeksi
dilakukan hanya untuk menanggapi keluhan tertentu.

Di New York, setelah eksposur yang diterbitkan oleh The New York Times, para pejabat
bergegas untuk mengumpulkan satuan tugas untuk menangani kondisi di industri dan
mengatakan mereka akan memasang "tagihan hak" manikur dalam 10 bahasa di setiap salon,
menjelaskan undang-undang upah minimum dan langkah-langkah keamanan yang diperlukan.
“Kami tidak akan berdiam diri karena pekerja tidak mendapatkan upah yang diperoleh dengan
susah payah dan hak-hak mereka yang paling mendasar,” kata Gubernur New York. Tetapi tidak
jelas seberapa besar dampak dari langkah-langkah ini. Seorang pejabat mengamati bahwa ahli
manikur sangat enggan untuk bekerja sama dengan penyelidik, dengan mengatakan, "Mereka
benar-benar ketakutan dalam industri ini."

Sumber: “The Price of Nice Nails,” The New York Times, May 7, 2015; “Perfect Nails, Poisoned Workers,” The
New York Times, May 8, 2015; “Cuomo Orders Emergency Measures to Protect Workers at Nail Salons,” The New
York Times, May 11, 2015; “New York Salons Now Required to Post Workers’ Bill of Rights,” The New York Times,
May 29, 2015; California Health Nail Salon Collaborative, Overexposed and Underinformed: Dismantling Barriers
to Health and Safety in California Nail Salons (April 2009); and 2014–2015 Nails Big Book, at
http://files.nailsmag.com/site/NAILS-Magazine-Big-Book-2014.pdf. Wage data are from the Bureau of Labor
Statistics at www.bls.gov.
Group 4 TOEA
1. Azriel Akbar Hermansyah 2440107166
2. Adriana Sinta Anarita 2502044062
3. Syahda ahadiansari 2440124960
4. Nasywa Rana Syauqi 2401963512
5. Oktananda Rizki Utama 2502059392

Pertanyaan Diskusi:

1. Pembahasan topik ke-9 menjelaskan tentang "hak di tempat kerja". Manakah dari
hak tersebut yang dilanggar di industri salon kuku di Amerika Serikat, dan apa
bukti yang Anda miliki tentang hal ini?

Melihat dari artikel tersebut, dapat dilihat ada beberapa hal pelanggaran hak-hak bagi
para pekerja di industri salon manikur berupa beberapa hal sebagai berikut :

a. Pelanggaran dalam upah minimum menunjukan bahwa perusahaan membayar karyawan


di bawah upah minimum dari pemerintah daerah yang sebesar USD 19.625.
b. Pelanggaran hak atas tempat bekerja yang sehat. Konsistensi terhadap paparan zat kimia
dari pemoles, peluntur, dan pengeras cat juga obat-obatan yang ada di salon kuku tersebut
dapat menimbulkan gangguan kesehatan karyawan.
c. Pelanggaran hak atas tempat kerja yang aman. Ketakutan para karyawan salon tersebut
atas intervensi petugas imigrasi, mengingat sebagian besar karyawan adalah imigran yang
tidak legal.
d. Pelanggaran diskriminasi. Disini terlihat terdapat dilema sosial yang menimbulkan
permasalahan diskriminasi. Akibat tuntutan dalam pencapaian profit yang tinggi,
mendorong perusahaan mempekerjakan tenaga kerja imigran yang lebih murah.
Murahnya gaji karyawan imigran menunjukan kemampuan dominasi dari pihak
mayoritas terhadap kondisi tenaga kerja imigran yang juga menghadapi dilematis antara
kondisi negatif yang mereka miliki dalam bertahan hidup.

2. Menurut Anda, sejauh mana usaha para pemilik di industri salon kuku dapat
memperbaiki kondisi, dan mengapa menurut Anda demikian?

Untuk mengatasi masalah upah pekerja, pemilik usaha dapat membuka program
magang perusahaan, dimana menurut saya ini merupakan solusi saling menguntungkan
antara dua belah pihak.

Pemilik usaha dapat menghemat pengeluaran (upah pekerja) dengan mengatur jadwal
kerja secara shift (part time), sedangkan dari sisi pekerja mereka tentu akan mendapatkan
pengalaman dengan program tersebut dan meminimalisir adanya kerja lembur karena
mereka bekerja sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh pemilik usaha tersebut.

Untuk mengatasi masalah kesehatan, pemilik usaha harus memperhatikan Personal


Hygiene yaitu suatu tindakan yang dilakukan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahtaraan fisik dan psikis. Hal ini dapat diatasi dengan
cara menghindari kandungan berbahaya pada cat kuku dan produk perawatan kuku
lainnya seperti formaldehyde, toluene, dan dibutyl phthalate. Mengenakan pakaian kerja
sesuai standar operasional prosedur seperti: celemek/apron, penutup kepala (hair net),
masker, sarung tangan dan sepatu kedap air.

3. Faktor-faktor apa yang mempersulit para pekerja di industri kuku untuk


berorganisasi guna memperbaiki kondisi mereka sendiri, dan bagaimana faktor-
faktor ini dapat diatasi?

Ada beberapa faktor yang mempersulit para pekerja untuk berorganisasi, yaitu
lingkungan kerja, kesehatan dan mental fisik pekerja, serta pelatihan pekerja.

Lingkungan kerja yang dibangun di atas prinsip kerja sama, persaingan yang sehat, dan
empati, pekerja akan sangat termotivasi dan bersemangat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.

Pemberian reward juga berdampak pada produktivitas, dengan reward yang diberikan
pekerja tentu akan lebih semangat dalam melakukan pekerjaannya.

4. Faktor apa yang membuat para pembuat kebijakan dan regulator pemerintah sulit
untuk membuat aturan untuk industri kuku dan menegakkannya? Bagaimana
faktor-faktor ini dapat diatasi?

Faktor faktor yang menyebabkan pemerintah sulit dalam menegakkan aturan mengenai
hal tersebut, antara lain :
a. Mayoritas karyawan yang bekerja di bidang ini merupakan imigran dengan
dokumen yang tidak jelas.
b. Bisnis ini termasuk ke dalam bisnis kecil yang kemungkinan besar belum dapat
teregulasi dengan baik.

Solusi yang dapat diberikan adalah :


a. Melakukan pendataan dan pendaftaran sebagai warga negara agar para imigran ini
mendapatkan perlindungan hukum sesuai perundang undangan yang berlaku di
Amerika Serikat.
b. Membuat regulasi yang dapat mengakomodir bisnis kecil
5. Menurut Anda, apa cara terbaik untuk meningkatkan kondisi pekerja di industri
kuku?

Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kondisi pekerja di industri kuku adalah :
a. Melakukan pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalitas
dari pekerja
b. Mengkaji kembali remunerasi (gaji) dari para karyawan.
c. Menerapkan sistem bonus, lembur, dll untuk meningkatkan semangat kerja dari
karyawan
d. Membuat regulasi yang dapat meningkatkan taraf hidup dari karyawan
e. Membentuk serikat pekerja sebagai wadah untuk berkomunikasi antara pekerja
dengan perusahaan maupun pekerja dengan pemerintah

6. Buat laporan hasil observasi kasus pelanggaran hak-hak pekerja yang melibatkan
perusahaan atau industri di Indonesia. Anda dapat mencari informasi di media online dan
cetak atau dari press release resmi. Dalam laporan Anda, harus memuat informasi
tentang:
a. Kapan dan dimana kasus tersebut terjadi?

b. Bagaimana kronologis terjadinya kasus tersebut?

c. Perusahaan atau industri apa yang terlibat?

d. Bagaimana kasus pelanggaran hak pekerja tersebut terjadi? Apa dan siapa yang
dirugikan dari adanya kasus tersebut? Apakah kasus tersebut sudah selesai secara
hukum?

e. Bagaimana perusahaan dan pemerintah/ regulator menangani kasus tersebut?

f. Bagaimana perusahaan mempertahankan loyalitas dan kepercayaan konsumen


dan masyarakat terhadapnya setelah terjadi kasus tersebut?

g. Menurut Anda, apakah penanganan kasus pelanggaran hak-hak pekerja sudah


sesuai? Jika belum, bagaimana seharusnya kasus tersebut diselesaikan? Berikan
alasan untuk apapun jawaban Anda.
Teks Laporan Hasil Observasi

Pelanggaran Hukum dan HAM terhadap Karyawan PT Freeport

I. Pendahuluan

Pada tahun 1995 Freeport baru secara resmi mengakui menambang emas di Papua.
Sebelumnya sejak tahun 1973 hingga tahun 1994, Freeport mengaku hanya sebagai
penambag tembaga. Jumlah volume emas yang ditambang selama 21 tahun tersebut
tidak pernah diketahui publik, bahkan oleh orang Papua sendiri. Panitia Kerja
Freeport dan beberapa amggota DPR RI Komisi VII pun mencurigai telah terjadi
menipulasi dana atas potensi produksi emas Freeport. Mereka mencurigai jumlahnya
lebih dari yang diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton emas. DPR juga
tidak percaya atas dana kandungan konsentrat yang diinformasikan sepihak oleh
Freeport. Anggota DPR berkesimpulan bahwan negara telah dirugikan selama lebih
dari 30 tahun akibat tidak adanya pengaawasn yang serius. Bahkan Departemen
Keuangan melalui Dirjen Pajak dan Bea Cukai mengaku tidak tahu pasti berapa
produksi Freeport berikut penerimaannya.

Disisi lain, pemiskinan juga berlangsung di wilayah Mimika, yang penghasilannya hanya sekitar
$132/tahun, pada tahun 2005. Kesejahteraan penduduk Papua tak secara otomatis terkerek naik
dengan kehadiran Freeport, sebagian besar penduduk asli berada di bawah garis kemiskinan dan
terpaksa hidup mengais emas yang tersisa dari limbah Freeport. Selain permasalahan
kesenjangan ekonomi, aktivitas pertambangan Freeport juga merusak lingkungan secara masif
serta menimbulkan pelanggaran HAM.
II. Isi

Kronologi kerjadian
Kantor Hukum dan HAM, mengecam pelanggaran hak-hak pekerja PT. Freeport Indonesia
dalam 7 bulan terakhir. Berdasarkan sejumlah laporan dan pengaduan yang kami terima
mengungkapkan berbagai pelanggaran serius hak asasi manusia yang dilakukan oleh PT.
Freeport Indonesia terhadap karyawan, baik atas protes atas kebijakan Furlough (dirumahkan)
dengan cara perundingan, pemogokan dan tindakan kriminalisasi pemimpin serikat pekerja /
buruh, Sdr. Sudiro. Kontan, bahwa rangkaian tindakan ini setidaknya mencakup pelanggaran hak
mogok, pelanggaran terhadap kebebasan berserikat, pelanggaran hak atas perundingan bersama,
dan pelanggaran kebebasan berpendapat, hak tenaga kerja dan jaminan hak atas kesehatan.
Hingga saat ini setidaknya 8000an karyawan, baik karyawan langsung pada PT Freeport
Indonesia (PT FI) maupun pada Karyawan perusahan kontraktor PT FI terjebak pada situasi
diatas.

Sementara, PT. Freeport Indonesia berdalih adanya penurunan produksi sebagai landasan
kebijakan Furlough. Ditambah lagi, masih belum adanya kesepakatan Pemerintah RI dengan PT
FI, dalam soal alih kerjasama dari Kontrak Karya ke Izin Usaha Produksi. Atas alasan ini, PT FI
menolak berunding, berdialog atau taat pada aturan hukum Ketenagakerjaan, ataupun pada
Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Instrumen yang digunakan adalah pasal 4 pada PKB, bahwa
Furlough, meskipun tidak diatur dalam hukum, dianggap sebagai sebuah kebijakan strategis yang
tidak perlu di diskusikan dengan Karyawan.

Akibat dari situasi diatas, setidaknya 7 pekerja telah meninggal dunia karena tidak dapat
mengakses asuransi kesehatan. Hal ini terjadi karena BPJS menutup akses layanan para
karyawan dan keluarganya. Beberapa diantaranya ada yang bunuh diri. Beberapa hari ini kami
juga mendapati, satu orang dalam keadaan hilang, Martinus Baenal. Masih sedikit informasi atas
kehilangan ini.

Sementara pihak Pemerintah masih minim reaksinya. Komnas HAM, Kementerian Tenaga Kerja
dan Kepolisian, sangat lambat, sekedar membuat rekomendasi dan tidak ada kontribusinya pada
upaya pemulihan para Karyawan.

Upaya penyelesaian dari PT Freeport :


- Pasal-pasal yang tercantum dalam PKB tersebut sudah mengakomodasi aspirasi pekerja.
Salah satunya adalah dengan adanya kenaikan upah pokok sebear 40% dalam 2 tahun.
Angka ini sudah jauh diatas ketentuan rata-rata kenaikan upah pokok sebesar 40% dalam
2 tathun. Angka in sudah jauh diatas ketentuan rata-rata kenaikanupah pokok nasional
sebesar 10-11% per tahun.
- Sebagai upaya mencegah hal0hal yang tidak diinginkan pada perusahaan, perusahaan
sudah membentuk Crisis Management Committee, yaitu guna menciptakan lingkungan
kerja yang damai dan harmonis, PTFI dan pimpinan SPSI PTFI pun telah membentuk
Crisis Management Committee.
Bagaimana perusahaan mempertahankan loyalitas dan kepercayaan konsumen dan masyarakat
terhadapnya setelah terjadi kasus tersebut?

Loyalitas dan kepercayaan konsumen merupakan factor yang penting bagi suatu perusahaan contohnya
Freeport. setelah kasus yang dihadapi, Freeport harus melakukan beberapa hal untuk mendapatkan dua
factor tersebut kembali seperti salah satunya menegakkan HAM bagi seluruh karyawan dan juga petinggi,
memberi asuransi kesehatan dan juga bpjs kepada karyawan dengan begitu karyawan yang bekerja di
Freeport akan terasa aman saat bekerja. Setelah Freeport dapat menegakan keadilan bagi para pekerja,
langkah selanjutnya adalah untuk memastikan konsumen tentang langkah tersebut. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui media, artikel dan masih banyak lagi. Freeport juga harusnya melakukan permohonan
maaf bagi seluruh stake holder yang dirugikan atas kasus tersebut.

Apakah penanganan kasus pelanggaran hak-hak pekerja sudah sesuai?

Menurut kami penanganan kasus pelanggaran hak pekerja belum sesuai dikarenakan sering diabaikankan
nya kasus seperti ini dan pemerintah pun tidak melakukan tindakan tegas kepada oknum-oknum tersebut.
Seharusnya kasus ini diselesaikan melalui jalur hukum dan diberikan sanksi berat berupa pembayaran
denda sesuai dengan kerugian yang dialami korban.

III. Penutup

Anda mungkin juga menyukai