Anda di halaman 1dari 7

Tugas Kelompok ke-2

Week 4/ Sesi 5

Nama Anggota Kelompok / Group / Team 4

2101785253 – Andiriana

2201848444 – Nadira Ananda Putra Utama

2402009626 – Henny Yulienty

2402009954 – Musa Ahnaf Alakbar

2402012122 – Decky Harianto

“Dahulu, misi kelembagaan dan visi strategis ditinjau setiap empat tahun; sekarang, mereka
ditinjau setiap kali seseorang memposting ke Facebook, berkomentar di blog, atau membuka
akun Twitter baru.”

—Dana Allen-Greil dan rekan-rekannya

Media sosial sendiri dapat memicu perubahan organisasi yang dramatis, serta menciptakan
saluran komunikasi baru sehubungan dengan perubahan lainnya. Misalnya, media sosial
mengubah cara museum berinteraksi dengan publik, dan juga cara staf museum berkomunikasi
dan bekerja satu sama lain. Dana Allen-Greil dan rekan (2011) berpendapat bahwa, jika
digunakan secara efektif, media sosial dapat memajukan misi organisasi dan mendorong budaya
organisasi yang lebih gesit dan kolaboratif. Ada banyak tekanan budaya, politik, dan sosial yang
lebih luas yang mendorong keterbukaan dan kolaborasi. Media sosial menawarkan seperangkat
alat baru yang dapat digunakan organisasi untuk merespons tekanan tersebut.

Allen-Greil dan rekan-rekannya mempelajari tiga museum: Museum Nasional Sejarah Amerika
Smithsonian (NMAH); Monticello, sebuah rumah bersejarah dan lembaga penelitian; dan J. Paul
Getty Trust (Getty). Museum-museum ini telah mengadopsi pendekatan berbeda dalam
penggunaan media sosial.

MGMT6162–Change Management-R3
Di NMAH, media sosial berkontribusi pada program publik, berfokus pada pendidikan dan
layanan pengunjung, melengkapi buletin email, situs web, dan komunikasi online lainnya yang
ada. Di Monticello, fokusnya terletak pada pembangunan hubungan, dan khususnya pada
peningkatan “jangkauan media sosial” organisasi. Ini berarti menggunakan media sosial untuk
meningkatkan jumlah “pengunjung online”. Sebaliknya, Getty menggunakan media sosial untuk
"turun dari bukit." Getty memiliki reputasi tidak dapat diakses, karena terletak di atas bukit di
atas jalan bebas hambatan 405, dan pengunjung harus naik trem seperempat mil untuk sampai
kesana. Media sosial dengan demikian memungkinkan Getty untuk "mengambil koleksi dan
program ke dalam komunitas" dan untuk mempromosikan pekerjaan pendidikan dan penelitian
mereka.

Terkadang Hal Terbaik yang Dapat Dilakukan Manajer adalah Keluar dari Jalan
Staf yang telah berkolaborasi dalam proyek media sosial di museum-museum ini telah
menciptakan saluran komunikasi baru dan cara berpikir baru serta bekerja sama satu sama lain.
Kepemimpinan inisiatif ini sebagian besar bersifat “bottom-up”, dan tidak bergantung pada pakar
manajemen senior. Allen-Greil dan rekan mencatat bahwa “kolaborasi yang efektif berarti
anggota staf perlu melintasi garis yang secara tradisional ditarik antara kelompok kerja yang
berbeda, dan mungkin melintasi garis yang ditarik antara tingkat hierarki dalam institusi.” Media
sosial dengan demikian dapat mengarah pada hierarki yang lebih datar dan "kerja horizontal."
Studi ini juga menemukan bahwa peningkatan tingkat keterlibatan online dengan publik
menyebabkan peningkatan percakapan tatap muka di antara staf. Mengapa? Staf proyek media
sosial harus bertemu dengan rekan-rekan di seluruh organisasi: sumber daya manusia,
departemen hukum, pendaftar, penerbit, pendidik. Para penulis berpendapat: “Media sosial
mendorong kita bersama dengan cara yang sangat pribadi. Percakapan baru antara anggota staf
yang tidak pernah memiliki alasan untuk berbicara sebelumnya membangun hubungan baru dan
jalur keterlibatan baru.”

MGMT6162–Change Management-R3
Keadaan Pikiran yang Selalu Beta
Manajer senior perlu mendorong staf untuk bereksperimen dengan media sosial untuk
mengembangkan proses yang lebih efisien dan efektif. Namun, di Getty, penggunaan platform
media sosial yang berbeda oleh kelompok staf yang berbeda berarti bahwa inisiatif sering kali
tidak terkoordinasi, dan beberapa bahkan bersaing satu sama lain: “Dalam institusi hierarki yang
besar, pengujian semacam ini, pembuatan prototipe cepat, dan pengambilan risiko mendorong
batas-batas proses pengembangan konten yang biasa dan sangat terkontrol.” Meskipun menarik
bagi staf, eksperimen spontan mungkin tidak berkelanjutan. Namun, Allen-Greil dan rekan
meminta kami untuk mempertimbangkan: “Seperti apa jadinya jika kami dapat bekerja dalam
kondisi pikiran yang terus-menerus beta? Jika kita bisa mencoba, gagal, dan mencoba lagi? Kami
lebih dekat dari yang Anda kira karena itu sudah terjadi di setiap museum yang menggunakan
media sosial.”

Sekarang setelah Anda membaca kasus ini, pertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut:


1. Dengan cara apa aplikasi media sosial dapat berkontribusi pada misi organisasi Anda?
(bobot 20)
JAWABAN :
Media sosial adalah media daring yang digunakan untuk kebutuhan komunikasi jarak
jauh, proses interaksi antara user satu dengan user lain, serta mendapatkan sebuah
informasi melalui perangkat aplikasi khusus menggunakan jaringan internet. Tujuan
dari adanya sosial media sendiri adalah sebagai sarana komunikasi untuk
menghubungkan antar pengguna dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

Aplikasi media sosial dapat berkontribusi pada sebuah organisasi dengan berbagai macam
cara, antara lain:
- Sebuah organisasi dapat memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan misinya,
produk atau jasa, dan meningkatkan kesadaran terkait isu-isu yang sedang dihadapi.
Dengan media sosial, organisasi juga dapat menjangkau lebih banyak orang dan
memperluas jangkauannya.

MGMT6162–Change Management-R3
- Aplikasi media sosial dapat menghubungkan organisasi dengan pendukung dan
organisasi lain yang memiliki nilai-nilai tujuan yang sama. Dengan cara
mempromosikan sebuah acara, kampanye dan berbagai kegiatan.
- Media sosial juga digunakan untuk berinteraksi dengan audiens dan mendapatkan
umpan balik. Organisasi dapat meminta pendapat, nilai dan masukan kepada audiens
dan membangun keterlibatan audiens dengan menyediakan konten yang menarik dan
informatif.
- Organisasi dapat menggunakan media sosial untuk membangun reputasi yang positif
dengan cara berinteraksi, membagikan cerita dan informasi tentang hasil kerja dan
pencapaiannya.

2. Bagaimana media sosial dapat mengubah atau memperkuat budaya organisasi Anda,
terkait dengan perluasan kolaborasi dan menjadi lebih gesit dan responsif? (bobot 20)
JAWABAN :
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk teknologi komunikasi dan
informasi yang terakumulasi di dalam media telah membuat jarak dan waktu menjadi
tidak terbatas (tanpa batas) antara satu tempat dengan tempat lainnya dan antara waktu
yang satu dengan waktu lainnya.

Perubahan tersebut harus dikendalikan agar arah dan tujuan perubahan sosial tidak lepas
dari arah dan tujuan Organisasi. Karenanya peran media sosial yang dapat
memberi/menyampaikan berita/pesan kepada seluruh masyarakat/individu, adalah
sangat penting dalam mengemban pengendalian sosial (social control) kepada
penggunanya secara bijak dan bertanggungjawab.

Sosial media sejatinya memang sebagai media sosialisasi dan interaksi, serta menarik orang lain
untuk melihat dan mengunjungi tautan yang berisi informasi mengenai produk dan lain-lain.
Jadi wajar jika keberadaannya dijadikan sebagai media pemasaran yang paling mudah dan
murah (lowcost) oleh perusahaan. Hal inilah yang akhirnya menarik para pelaku usaha untuk
menjadikan media sosial sebagai media promosi andalan dengan ditopang oleh website/blog

MGMT6162–Change Management-R3
perusahaan yang dapat menampilkan profile perusahaan secara lengkap. Bahkan tidak jarang
para pelaku usahahanya memiliki media sosial saja namun tetap eksis dalam persaingan.
Perusahaan juga dapat melakukan kolaborasi melalui media sosial.

Media sosial dapat memegang peranan sebagai Integrated Marekting Communication (IMC).
Media sosial mampu melakukan fungsi bauran promosi secara terpadu, bahkan sampai
terjadinya proses transaksi, dimana ketika pelanggan telah menjadi user yang tergabung
dalam akun media sosial yang dimiliki oleh perusahaan, baik itu pertemanan atau fan page
(dalam facebook), follower (dalam Instagram) atau istilah lain yang digunakan oleh beberapa
penyedia media sosial. Maka perusahaan akan secara otomatis dapat menjalin komunikasi
secara terus menerus, sehingga perusahaan dapat melakukan komunikasi secara persuasif dan
memperkenalkan produk-produknya di kemudian hari.

3. Sejauh mana silo dan hierarki organisasi Anda saat ini akan menghambat peluang
komunikasi dan kolaborasi yang dibuka oleh media sosial? Atau, akankah media sosial
membantu Anda memecah silo dan hierarki tersebut, dan mendorong lebih banyak “kerja
horizontal”? (bobot 20)
JAWABAN :
Secara umum, silo dan hierarki dalam organisasi dapat menghambat peluang komunikasi
dan kolaborasi yang dibuka oleh media sosial. Silo dalam organisasi terjadi ketika
departemen atau divisi bekerja secara terpisah dan tidak berinteraksi secara efektif
dengan departemen atau divisi lain. Hal ini dapat mempersulit komunikasi dan kolaborasi
antara karyawan dari departemen yang berbeda. Hierarki organisasi juga dapat membatasi
komunikasi dan kolaborasi horizontal karena karyawan lebih sering berkomunikasi
dengan atasan atau bawahan mereka daripada dengan karyawan dari level yang sama.

Namun, media sosial dapat membantu organisasi untuk memecah silo dan hierarki
tersebut, dan mendorong lebih banyak "kerja horizontal". Media sosial memungkinkan
karyawan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi secara langsung tanpa harus melewati
rantai komando yang panjang. Selain itu, media sosial juga dapat memfasilitasi

MGMT6162–Change Management-R3
pertukaran informasi dan ide antar-departemen, sehingga mempromosikan kerja sama
antar-divisi dan inovasi.

Di sisi lain, penggunaan media sosial juga memerlukan kebijakan dan tata kelola yang
jelas agar terhindar dari potensi risiko seperti keamanan dan privasi data. Selain itu,
penggunaan media sosial juga harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan
disiplin, sehingga tidak mengganggu produktivitas karyawan dan citra organisasi.

4. Bagaimana organisasi Anda harus menyeimbangkan kebutuhan akan kontrol manajemen


dengan keinginan untuk membuka percakapan lebih luas di seluruh organisasi untuk
mendorong eksperimen dengan media sosial? (bobot 20)
JAWABAN :
Menurut kami, jika kontrol manajemen di imbangin oleh percakapan di media social. Tentunya
tidak akan mencakup percakpan yang lebih luas karena di batasi oleh kontrol manajemen. Tidak
ada jalan keluar, tetapi bisa dilakukan dengan melakukan SEIRI “ Membedakan antara yang
diperlukan dan yang tidak diperlukan serta membuang yang tidak diperlukan.” dengan
memilah dan memilih percakapan maka akan terjadi keseimbangan antara kontrol manajemen dan
percakapan di mediasosial.

5. Dalam penilaian Anda, apakah organisasi Anda akan diuntungkan atau dirugikan karena
bekerja dalam kondisi pikiran “beta terus-menerus”, terus-menerus bereksperimen,
belajar—dan meningkatkan—dari kesalahan? (bobot 20)
JAWABAN :
Organisasi jika bekerja dalam pikiran atau mindset “beta terus-menerus” perlu
mempunyai Top Manajerial/Manajer Senior yang tidak anti atau takut dengan adanya
adaptasi dan eksperimen yang cepat tentu proses ini memiliki tujuan menuju komunikasi
dan cara kerja yang efektif dan efisien. Manajer Senior perlu melihat atas peristiwa dan
kejadian yang akan terjadi dari para layer pekerja seperti seberapa cepat inisiatif dan
koordinasi yang baik antar pekerja.

MGMT6162–Change Management-R3
MGMT6162–Change Management-R3

Anda mungkin juga menyukai