Anda di halaman 1dari 12

MEMBENTUK NEGARAWAN YANG BERMORAL, TEGUH PADA

PRINSIP DAN MAMPU MENTRANSFORMASIKAN MASYARAKAT


MELALUI GERAKAN INTELEKTUAL PROFETIK

Oleh :
Dimas Kurniawan
Komisariat LIPIA
Daerah Jakarta Selatan

DAUROH MARHALAH 2
KAMMI DAERAH SERAN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................1

BAB 2. ISI................................................................................................................3

2.1 Makna Negarawan dan Intelektual profetik........................................................3

2.2 Hubungan Negarawan dengan intelektual profetik.............................................3

2.2.1 Sudut Pandang Negarawan................................................................3

2.2.2 Sudut Pandang Intelektual Profetik....................................................4

2.3 KAMMI Membentuk Negarawan yang berintelektual profetik..........................5

BAB 3. PENUTUP..................................................................................................8

3.1 Kesimpulan........................................................................................................8

3.2 Saran..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berharap di negeri ini yang mengadopsi ideologi Kapitalis-sekulerisme akan


muncul negarawan seperti Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, Umar bin Abdul
Aziz, Manshur al-Hajib, Harun ar-Rasyid, al-Mustanshir, Abdul Hamid II dan
sebagainya itu. Memimpin negeri ini dengan seadil-adilnya menegakkan syariat
tanpa mengkriminalisasi suatu kelompok.

Berdirinya saya bersama barisan ini memandang ada kesamaan ideologi dan
visi besar akan perubahan terhadap negeri ini. Setelah setahun membersamai
gerakan ini, masih ada pertanyaan-pertanyan akan kesamaan pandangan saya
sebagai kader baru dalam gerakan ini. Seperti apakah saya dibentuk?, apakah
KAMMI perwujudan ekspetasi saya terhadap negara ini ?.

Maka izinkan menjelaskan studi saya dengan judul “Membentuk


Negarawan Yang Bermoral, Teguh Pada Prinsip Dan Mampu
Mentransformasikan Masyarakat Melalui Gerakan Intelektual Profetik”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa makna dari Negarawan dan Intelektual Profetik ?


2. Apa hubungan Negarawan dengan Intelektual Profetik ?
3. Bagaimana KAMMI membentuk Negarawan yang berintelektual
profetik ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui makna Negarawan dan Intelektual Profetik.


2. Mengetahui hubungan Negarawan dengan Intelektual Profetik.

1
3. Memahami KAMMI dalam membentuk Negarawan yang
berintelektual profetik.

2
BAB 2. ISI

2.1 Makna Negarawan dan Intelektual profetik

Negarawan menurut KBBI adalah orang yang ahli dalam kenegaraan


(pemerintahan) ; pemimpin politik yang secara taat asas menyusun kebijakan
negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan
kebijaksanaan dan kewibawaan.

Intelektual adalah cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu


pengetahuan sedangkan profetik adalah berkenaan dengan kenabian atau sifat dari
seorang nabi. Secara filosofis, nabi diidentifikasikan sebagai manusia yang
bergerak atas dimensi kecerdasan intelektual dan spiritual dengan misi
mentransformasikan wahyu dalam kehidupan sosial.

Intelektual profetik merupakan kolaborasi antara ilmu dan agama, antara


saintis dengan teologis, antara orientasi dunia dan akhirat, antara keinginan
manusia dengan takdir Allah yang semuanya merupakan hasil penalaran akal dan
penalaran wahyu.

2.2 Hubungan Negarawan dengan intelektual profetik

Negarawan adalah seorang pemimpin yang adil terhadap keamjemukan dan


bijak menghadapi konflik. Sedangkan intelektual profetik itu sikap yang dimiliki
seorang negarawan dalam memimpin negara melalui hasil berpikir dan berzikir.

2.2.1 Sudut Pandang Negarawan

Praktek keislaman KAMMI makin mengindonesia. Ini sebuah keniscayaan


ketika gerakan ini meneguhkan diri sebagai Muslim Negarawan. Menjadi
negarawan berarti menguasai konsep kekhilafahan terhadap umat. Kepemimpinan
dan sikap adil terhadap kemajemukan. Idealnya, budaya organisasi ini makin
plural, bijak menghadapi konflik. Namun, tetap memperhatikan hal-hal
fundamental dan asasi yang tidak boleh goyah meski oleh modernisasi. Dasar

3
akidah dan syariah tetap menjadi aspek yang tsawabit (tetap, tak berubah).
Mengindonesia juga berarti ikut berpikir keras tentang sistem negara ini, berbagai
kasus yang terjadi dan mencoba menawarkan solusi persoalan bangsa. Jangan
hanya asal beda, namun memberikan rekomendasi berbasis kajian yang cermat
dan mendalam. Memperhatikan seluruh aspek, mengakomodir kepentingan dan
tidak terburu mengadili satu pihak. Itu sikap negarawan. Persis pada pendiri
negara yang berdebat keras di Sidang Konstituante tapi berdamai dan senda gurau
di luar forum sidang.

2.2.2 Sudut Pandang Intelektual Profetik

Bagaimana konsep intelektual menurut Islam? Dari konsep intelektual


Islam, terlebih dahulu perlu dikaji konsep ulil albab. Istilah ulil albab di dalam al-
Quran terdapat pada beberapa ayat. Salah satu ayat tertera pada Surat Ali Imran
ayat ke 190-191:

“Sesungguhnya, dalam (proses) penciptaan langit dan bumi, dan (proses)


pergantian malam dan siang, adalah tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi ulil albab
(orang-orang yang berfikir [menggunakan intelek mereka]). Yaitu orang-orang
yang berzikir (berlatih diri dalam mencapai tingkat kesadaran akan kekuasaan
Allah) dalam keadaan berdiri, duduk, dan dalam keadaan terlentang, dan
senantiasa berfikir tentang (proses) penciptaan langit dan bumi, (sehingga mereka
menyatakan) wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan semua ini dalam
keadaan siasia. Maha suci Engkau, peliharalah kami dari siksa api neraka.”

Terjemahan di atas mengambil pendapat dari Ahmad Muflih Saefuddin dalam


bukunya, Desekulerisasi Pemikiran: Landasan Islamisasi.

Dalam ayat itu, dinyatakan adanya aspek hasil pengamatan realitas (tanda-
tanda alam), dan aspek hasil interpretasi intrinsik (proses) sebagai hasil proses
fikir dan zikir. Di dalam konsep ini, kata ulil albab berarti ada kesinambungan
antara kemampuan berfikir, merenung dan membangun teori ilmiah dari realitas
alam yang empiris dengan metode induktif dan deduktifnya namun sekaligus
mampu mempertajam analisisnya dengan mengasah hati dan rasa melalui berzikir.

4
Artinya, kerja intelektual bukan hanya kerja berfikir. Harus ada bagian intuisi—
selain logika—yang berfungsi sebagai pengawal etik logika. Di sinilah peran
agama yang kemudian terkenal dalam ungkapan Albert Einstein bahwa “ilmu
tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh” (Keith Ward, 2002).

2.3 KAMMI Membentuk Negarawan yang berintelektual profetik

Konsep pembentukan Negarawan yang dilaksanakan KAMMI untuk


Menciptakan Negarawan yang berintelektual profetik dengan melalui pendidikan
politik yang dilaksanakan oleh KAMMI. Benar memang, politisi dan negarawan
adalah dua konsep yang berbeda. Tetapi, menjadi negarawan biasanya selalu
diawali dengan kepandaian politik yang memadai. Seorang politisi berpikir
tentang negara dan masyarakatnya. Mungkin awalnya hanya untuk konstituennya,
namun seiring pendewasaan, politisi itu menjelma menjadi negarawan.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) adalah salah satu


organisasi ekstra kampus yang menjadi sarana pendidikan politik bagi mahasiswa.
Karakter organisasi KAMMI adalah organisasi Pengkaderan (harokatuttajnid) dan
organisasi pergerakan (harokatulamal). Sebagai organisasi kader, KAMMI
melakukan pendidikan politik kepada kadernya dalam upaya melahirkan generasi
muda yang kelak diharapkan mampu menjadi pemimpin bangsa dengan membawa
karakter KAMMI. Sesuai dengan visi KAMMI yaitu sebagai “wadah perjuangan
permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya
mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami”.

Tujuan diilaksanakannya pendidikan politik oleh KAMMI adalah untuk


menciptakan seorang kader yang memiliki profil sebagai Muslim Negarawan.
Dalam Risalah Kaderisasi Manhaj 1427 H—dokumen konstitusi resmi—yang
dirumuskan oleh Tim Kaderisasi KAMMI Pusat, ada beberapa poin penting yang
menjadi titik tekan dalam mendesain kader. Poin penting tersebut adalah:
KAMMI mampu menciptakan kader yang berorientasi pada profil muslim
negarawan. Profil muslim negarawan dalam definisi risalah tersebut adalah kader
KAMMI yang memiliki (1) basis ideologi Islam yang mengakar, (2) basis

5
pengetahuan dan pemikiran yang mapan, (3) idealis dan konsisten, (4)
berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa, serta (5) mampu
menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan.

Munculnya sosok Muslim Negarawan dibutuhkan tiga syarat utama yaitu :


(1) mereka yang terlahir dari gerakan Islam yang tertata rapi, (2) semangat
keimanan yang kuat dan (3) kompetensi yang tajam. Hal-hal tersebut telah
dilaksanakan oleh KAMMI melalui program-programnya, beberapanya yaitu :

1. Dauroh Marhalah

Daurah marhalah adalah training berjenjang yang diselenggara-kan


untuk merekrut calon anggota baru. Daurah Marhalah dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu: DM1, DM2, dan DM3. Dilaksanakan oleh departemen
kaderisasi dan disesuaikan dengan level struktur KAMMI. Sedangkan
untuk konsep daurah dan materi telah diatur dalam Buku Manhaj
Kaderisasi KAMMI yang digunakan sebagai acuan dalam daurah.

2. Dauroh Siyasi

Daurah siyasi adalah suplemen dalam pembentukkan wawasan dan skill


siyasi bagi kader AB1 KAMMI. Daurah siyasi ini bertujuan untuk
mewujudkan kader yang memahami aspek-aspek pembentukkan Negara
dan memiliki skill siyasi dalam menyikapi problem-problem sosial
politik. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, studi kasus,
pemutaran film, diskusi buku.

3. MANTUBA (Manhaj Tugas Baca)

Mantuba adalah sarana kaderisasi bagi seluruh kader yang telah


mengikuti DM1, yang dilakukan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan kualitas kader sesuai dengan IJDK KAMMI melalui
membaca buku. Mantuba diselesaikan minimal selama 10 bulan.

6
7
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Studi ini menjawab bahwa KAMMI mampu untuk Menciptakan Negarawan


yang berintelektual profetik dengan melalui pendidikan politik yang dilaksanakan
oleh KAMMI yang melahirkan kader yang berorientasi pada profil Muslim
Negarawan dalam definisinya adalah kader KAMMI yang memiliki basis ideologi
Islam yang mengakar, basis pengetahuan dan pemikiran yang mapan, idealis dan
konsisten, dan mampu berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan
bangsa, serta mampu menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan.

3.2 Saran

Dalam perwujudan Muslim Negarawan yang bermoral, teguh pada prinsip


dan mampu mentransformasikan masyarakat melalui gerakan intelektual profetik
maka hendaknya kader KAMMI perlu memahami betul makna Intelektual
Profetik dan filosofi sebagai Muslim Negarawan. Meletakkan suatu nilai yang
baik dan memberikan gagasan kenegarawanan yang luar biasa harus didasarkan
pada nilai-nilai islam pada risalah yang dibawakan Nabi Muhammad SAW.
dengan cara membawa nilai-nilai islam di dalam menjalankan sebuah negara,
serta mempunyai idealisme seorang muslim sejati, yang tidak rela jika agamanya
digadaikan, dan tidak rela jika negaranya hancur.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Sudarsono, Amin. 2016. Ijtihad Membangun Basis Gerakan. Surabaya : Pustaka


Saga.

Saefuddin, A.M. 1993. Desekulerisasi Pemikiran : Landasan Islamisasi. Bandung


: Mizan.

GBHO KAMMI : Muktamar X KAMMI Sumatera Utara 10 – 16 Desember 2017


:: Siapkan Generasi Jayakan Indonesia

Tim Kaderisasi KAMMI. 2011. Manhaj Kaderisasi KAMMI 1433 H. Jakarta: PP


KAMMI

9
TENTANG PENULIS

Dimas Kurniawan, lahir di pekanbaru 3 Mei 2000. Pernah


tinggal di Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau. Lulus
dari SMA Negeri 4 Karimun di tahun 2018 melanjutkan
studi di Politeknik Negeri Media Kreatif-Jakarta, hingga
saat ini. Jurusan yang diambil ialah Desain Grafis,
Konsentrasi Multimedia. Organisasi menjadi list dalam
hobi penulis, sejak di SMP pernah menjadi Ketua OSIS di
SMP Negeri 3 Tebing, kemudian tak lama setelah tamat di
SMP Negeri 3 Tebing di amanahkan sebagai Ketua Umum IKA SMP Negeri 3
tebing sekaligus pendiri IKA di tahun 2015. Penulis juga aktif di OSIS SMA
Negeri 4 Karimun, dan Rohis SMA Negeri 4 Karimun hingga menjadi Ketua
Umum di tahun 2017, bersama teman-teman Rohis di kecamatan Tebing,
Karimun. Penulis ikut bersama mendirikan Aliansi Rohis. Terakhir, sebelum
merantau ke Jakarta penulis juga diamanahi sebagai Ketua Pengurus Provinsi
Kepulauan Riau Komunitas ODOJ. Motto hidup yang insyallah penulis selalu
tanamkan dalam setiap menjalani aktivitas dan sebagai pengingat diri sendir yaitu
Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam. Sejak dari SMA penulis mengenal lingkungan tarbiyah dan
pertamakalinya di ceritakan tentang KAMMI dan kehidupan kampus oleh Abang-
abang alumni SMA penulis dan senior-senior aktivis rohis. Hingga saat ini berada
di barisan gerakan ini bersama para Muslim Negarawan lainnya.

10

Anda mungkin juga menyukai