Oleh :
Dimas Kurniawan
Komisariat LIPIA
Daerah Jakarta Selatan
DAUROH MARHALAH 2
KAMMI DAERAH SERAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2. ISI................................................................................................................3
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
Berdirinya saya bersama barisan ini memandang ada kesamaan ideologi dan
visi besar akan perubahan terhadap negeri ini. Setelah setahun membersamai
gerakan ini, masih ada pertanyaan-pertanyan akan kesamaan pandangan saya
sebagai kader baru dalam gerakan ini. Seperti apakah saya dibentuk?, apakah
KAMMI perwujudan ekspetasi saya terhadap negara ini ?.
1
3. Memahami KAMMI dalam membentuk Negarawan yang
berintelektual profetik.
2
BAB 2. ISI
3
akidah dan syariah tetap menjadi aspek yang tsawabit (tetap, tak berubah).
Mengindonesia juga berarti ikut berpikir keras tentang sistem negara ini, berbagai
kasus yang terjadi dan mencoba menawarkan solusi persoalan bangsa. Jangan
hanya asal beda, namun memberikan rekomendasi berbasis kajian yang cermat
dan mendalam. Memperhatikan seluruh aspek, mengakomodir kepentingan dan
tidak terburu mengadili satu pihak. Itu sikap negarawan. Persis pada pendiri
negara yang berdebat keras di Sidang Konstituante tapi berdamai dan senda gurau
di luar forum sidang.
Dalam ayat itu, dinyatakan adanya aspek hasil pengamatan realitas (tanda-
tanda alam), dan aspek hasil interpretasi intrinsik (proses) sebagai hasil proses
fikir dan zikir. Di dalam konsep ini, kata ulil albab berarti ada kesinambungan
antara kemampuan berfikir, merenung dan membangun teori ilmiah dari realitas
alam yang empiris dengan metode induktif dan deduktifnya namun sekaligus
mampu mempertajam analisisnya dengan mengasah hati dan rasa melalui berzikir.
4
Artinya, kerja intelektual bukan hanya kerja berfikir. Harus ada bagian intuisi—
selain logika—yang berfungsi sebagai pengawal etik logika. Di sinilah peran
agama yang kemudian terkenal dalam ungkapan Albert Einstein bahwa “ilmu
tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh” (Keith Ward, 2002).
5
pengetahuan dan pemikiran yang mapan, (3) idealis dan konsisten, (4)
berkontribusi pada pemecahan problematika umat dan bangsa, serta (5) mampu
menjadi perekat komponen bangsa pada upaya perbaikan.
1. Dauroh Marhalah
2. Dauroh Siyasi
6
7
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
9
TENTANG PENULIS
10