Anda di halaman 1dari 6

ESSAY

Desain Pemandu Yang Ideal


Studi Analisi Kader KAMMI Komisariat Lipia

Oleh :

Dimas Kurniawan

Komisariat LIPIA Jakarta

Daerah Jakarta Selatan


Sebelum penulis memaparkan desain pemandu yang ideal, ada baiknya penulis
mengulas terlebih dahulu profil dari gerakan ini yakni Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia (KAMMI), dan juga mengetahui terlebih dahulu tujuan atau cita-cita
dari gerakan ini serta analisis penulis terhadap kader KAMMI di Komisariat penulis,
Komisariat Lipia Jakarta.

Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia yang selanjutnya disebut KAMMI


adalah salah satu organisasi kemahasiswaan di Indonesia. KAMMI sebagai organisasi
mahasiswa muslim lahir di era reformasi pada tanggal 29 Maret 1998 yang bertepatan
dengan 01 Dzulhijah 1418 H di Kota Malang, Jawa Timur. KAMMI muncul sebagai
salah satu kekuatan alternatif Mahasiswa yang berbasis mahasiswa muslim dengan
mengambil momentum pelaksanaan Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus
(FS-LDK) X
se-Indonesia yang diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
KAMMI lahir didasari sebuah keprihatinan yang mendalam terhadapa krisis nsional
tahun 1998 yang melanda Indonesia. Krisis kepercayaan terutama pada sektor
kepemimpinan telah membangkitkan kepekaan para pemimpin aktivis dakwah kampus
di seluruh Indonesia yang saat itu berkumpul di UMM-Malang.

Terhitung sejak penulis membuat essay ini, KAMMI akan memasuki usia yang
ke 23 tahun. Tentunya ini adalah usia yang cukup banyak mengalami fase-fase
pendewasaan di tubuh KAMMI, namum demikian semangat tujuan dan cita-cita dari
organisasi ini tetap sama sebagaimana tertuang dalam visi gerakan KAMMI yaitu :
“Wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam
upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami”. Dari visi tersebut
penulis mengambil dua kata kunci, yakni “Melahirkan kader-kader pemimpin” dan
“Mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami”.

Hal ini perlu digaris bawahi dan menjadi perhatian KAMMI dalam mewujudkan
visi tersebut. Melahirkan kader-kader yang seperti apa sehinga dapat mewujudkan
bangsa dan negara Indonesia yang Islami ? Aspek seperti inilah yang menjadikan
kaderisasi KAMMI begitu penting. Kaderisasi ibarat “jantung pergerakan” yang harus
selalu berdetak kapanpun dan dimanapun. Harus selalu hidup dan jangan sampai ketika
jantung pergerakan itu berhenti berdetak, maka yang lainnya pun akan mati.
Jika di dalam rumah produksi bahannya berupa material, maka rumah produksi
KAMMI menggunakan bahan baku berupa sumberdaya manusia yang KAMMI
namakan sebagai kader KAMMI. Jadi yang kami maksud dengan kader KAMMI adalah
anggota KAMMI yang mengikuti proses kaderisasi KAMMI. Kaderisasi ialah usaha
organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis, selaras dengan pedoman
(manhaj) kaderisasi nasional KAMMI, sehingga memungkinkan seseorang kader
KAMMI mencapai nilai-nilai dasar kader KAMMI yang ditetapkan melalui Indek Jati
Diri Kader (IJDK ) KAMMI.

Proses pembinaan kaderisasi di KAMMI ini disandarkan kepada sebuah sistem


yang dinamakan Manhaj Kaderisasi KAMMI. Turunan dan penjabaran dari Manhaj ini
adalah kader KAMMI memiliki sepesifikasi sesuai IJDK, yang diferivikasikan dengan
beberapa kompetensi berikut, yaitu : 1) Aqidah, 2) Fikrah dan Manhaj Perjuangan,
3) Akhlaq, 4) Ibadah, 5) Tsaqofah Ke-Islaman, 6) Wawasan Ke-Indonesiaan,
7) Kepakaran dan Profesionalitas, 8) Kemampuan Sosial-politik, 9) Pergerakan dan
Kepemimpinan, 10) Pengembangan Diri.

Pada tulisan ini penulis akan memfokuskan pada salah satu sarana pembinaan di
KAMMI yaitu Madrasah KAMMI (MK), Madrasah KAMMI adalah sarana kaderisasi
bagi seluruh kader yang telah mengikuti DM (Dauroh Marhalah), yang dilakukan secara
berkesiambungan untuk meningkatkan kualitas kader sesuai IJDK. Madrasah KAMMI
diselesaikan sesuai dengan jenjang keanggotaan, MK 1 selama 8 bulan, MK 2 selama
10 bulan dan MK 3 selama 2 tahun.

Pentingnya Madrasah KAMMI juga secara jelas dapat kita ketahui bahwa,
Madrasah KAMMI ini menjadi salah satu yang paling berperan dalam mewujudkan
cita-cita dan tujuan KAMMI yang sebagaimana sudah kita bahas di atas. Namun
sebelum masuk ke Desain Pemandu yang Ideal dengan studi analisis penulis di
Komisariat LIPIA, penulis juga perlu menyisipkan ditulisan ini profil kampus dan
kondisi kader komisariat penulis.

Karena penulis bukanlah mahasiswa dari kampus LIPIA, jadi ada keterbatasan
penulis dalam memaparkan profil kampus dan kondisi kader di Komisariat LIPIA.
Dengan keterbatasan yang ada penulis memaparkan sesuai sudut padang penulis yang
penulis tahu dari kader KAMMI yang berkuliah di kampus LIPIA.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) adalah lembaga pendidikan
yang mengajarkan ilmu tentang agama Islam yang berada dibawah naungan Universitas
Islam Muhammad bin Saud Riyadh. Berlokasi di Jakarta Selatan didirikan pada tahun
1400 H/1980 M. Saat ini LIPIA Jakarta berlokasi di Jalan Buncit Raya No. 5A,
Ragunan, Jakarat Selatan, yang sebelumnya berada di Salemba Raya dan Raden Saleh.
Kampus ini memiliki 3 fakultas yaitu, Syari’ah, Ekonomi Islam, dan Sastra Arab
dengan gelar yang diperoleh Bachelor/Lc.

Beberapa tokoh alumni dari kampus ini yang penulis kenal adalah Ustadz
Ahmad Heryawan (Mantan Gubernur Jawa Barat 2 periode) dan Ustadz Anis Mata
(Ketum Partai Gelombang Rakyat). Hampir semua mahasiswa LIPIA yang penulis
kenal merupakan lulusan pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Semua
perkuliahan yang di ajarkan di LIPIA disampaikan dalam Bahasa Arab, dan sekitar 80-
90 persen pengajarnya berasal dari Saudi Arabia dan negera-negara sekitarnya. Tak
ayal jika kampus ini jadi primadona bagi lulusan pondok pesantren di Indonesia.

KAMMI merupakan salah satu organisasi mahaiswa yang ada di LIPA, selain
yang penulis tahu ada Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Himpunan Mahsiswa
Islam (HMI). KAMMI Komisariat LIPIA berdiri sejak 1999 dan merupakan komisariat
tertua di Jakarta. Penulis bergabung di KAMMI Komisariat sejak tahun 2018 setelah
penulis mengikuti DM1 di Komisariat LIPIA.

Setiap Kampus atau Komisariat punya kebutuhannya permasalahannya


pembinaan kadernya masing-masing sehingga dalam mendeasain pemandu yang ideal
haruslah sesuai kebuthan Kampus atau Komisariatnya masing-masing. Disini penulis
memaparkan Desain Pemandu yang Ideal menurut penulis berdasarkan karakter dan
kebutuhan Komisariat penulis, Komisariat Lipia.

Berkaitan dengan pembinaan kader KAMMI di Komisariat LIPIA yang penulis


amati, Agenda-agenda pembinaan yang berjalan berfokus kepada pengembangan
ruhiyah dan fikriyah kader. Seperti Diskusi Mantuba, TDO, Malam Bina Iman dan
Taqwa (MABIT), dan Kajian Dakwah Tauhid. Namu, pembinaan melalui Madrasah
KAMMI belum berjalan karena terkendala kurang pakemnya Pemandu dalam
mengelola kelompok-kelompoknya.

Disini penulis akan memberikan Desain Pemandu Yang Ideal agar Komisariat
LIPIA dapat menjadi salah satu Komisariat di Indonesia yang berhasil mencetak
kader-kadernya menjadi pemimpin dan menjadika negara Indonesia yang Islami.

1. Memiliki Akhlak yang Baik


Pada hakikatnya dakwah adalah menawarkan sebuah risalah dan landasan pola
pikir yang tercermin dalam akhlak, kepribadian, dan penampilan. Maka disini
kemampuan pemandu dalam menjadi pribadi-pribadi yang faham tentang
Agama, teladan yang baik, sabar, lemah lembut dan tawadhu’, murah senyum
dan segaka hal yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
kepada kader-kader menjadi penting.
2. Pemahaman Syari’ah dan Ilmu lainnya yang seimbang
Seorang pemandu juga harus memiliki pemahaman syariah dan ilmu lainnya
yang seimbang. Kedua ilmu ini haruslah seimbang, jika hanya memiliki wawsan
yang luas tetapi sangat sedikit pemahan tentang syari’ah akan kesulitan dalam
membina kader dengan baik. Begitujuga sebaliknya. Karena dalam berberapa
kasus akan menemukan benturan-benturan pada diskusi yang berkaitan problem
kekinian dan juga setiap kader tidaklah sama dalam menerima dan memahami
konteks yang di sampaikan oleh pemandu.
3. Mampu Menciptakan Kelompok yang Dinamis
Metode ceramah agak membosankan bukan, maka perlu seorang pemandu lebih
kreatif dalam menghidupkan kelompoknya, misalnya dengan menggunakan
media interkatif dalam menyampaikan materi, atau diselingi soft games dalam
materinya. Pemandu juga harus memahami situasi kelompok atau kadernya
setiap pertemuan, jika perlu adakan evaluasi setelah beberapa kali pertemuan.
Sesekali mengadakan agenda Outdoor. Ini akan menambah semnagat kader dan
menjadi nyaman dengan dengan kelompoknya.
Daftar Pustaka
Sudarsono, Amin. (2010). Ijtihad Membangun Basis Gerakan. Surabaya: Pustaka Saga

As-Siisi, Abbas. (2000). Bagaimana Menyentuh Hati. terj. Mahmud Mahfudz dan
Muhil Dhafir, Solo: Era Intermedia

Mahmud, Ali Abdul Halim (1999). Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin.


terj. Wahdi Ahmadi, Fakhruddin Nursyam, dan Khozin Abu Faqih, Solo : Era
Intermedia

Tim Kaderisasi PP KAMMI, (2011). Manhaj Kaderisasi KAMMI 1433 H.


Jakarta Timur : Departemen Kaderisasi PP KAMMI

Anda mungkin juga menyukai