Oleh :
Dimas Kurniawan
Terhitung sejak penulis membuat essay ini, KAMMI akan memasuki usia yang
ke 23 tahun. Tentunya ini adalah usia yang cukup banyak mengalami fase-fase
pendewasaan di tubuh KAMMI, namum demikian semangat tujuan dan cita-cita dari
organisasi ini tetap sama sebagaimana tertuang dalam visi gerakan KAMMI yaitu :
“Wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam
upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami”. Dari visi tersebut
penulis mengambil dua kata kunci, yakni “Melahirkan kader-kader pemimpin” dan
“Mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami”.
Hal ini perlu digaris bawahi dan menjadi perhatian KAMMI dalam mewujudkan
visi tersebut. Melahirkan kader-kader yang seperti apa sehinga dapat mewujudkan
bangsa dan negara Indonesia yang Islami ? Aspek seperti inilah yang menjadikan
kaderisasi KAMMI begitu penting. Kaderisasi ibarat “jantung pergerakan” yang harus
selalu berdetak kapanpun dan dimanapun. Harus selalu hidup dan jangan sampai ketika
jantung pergerakan itu berhenti berdetak, maka yang lainnya pun akan mati.
Jika di dalam rumah produksi bahannya berupa material, maka rumah produksi
KAMMI menggunakan bahan baku berupa sumberdaya manusia yang KAMMI
namakan sebagai kader KAMMI. Jadi yang kami maksud dengan kader KAMMI adalah
anggota KAMMI yang mengikuti proses kaderisasi KAMMI. Kaderisasi ialah usaha
organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis, selaras dengan pedoman
(manhaj) kaderisasi nasional KAMMI, sehingga memungkinkan seseorang kader
KAMMI mencapai nilai-nilai dasar kader KAMMI yang ditetapkan melalui Indek Jati
Diri Kader (IJDK ) KAMMI.
Pada tulisan ini penulis akan memfokuskan pada salah satu sarana pembinaan di
KAMMI yaitu Madrasah KAMMI (MK), Madrasah KAMMI adalah sarana kaderisasi
bagi seluruh kader yang telah mengikuti DM (Dauroh Marhalah), yang dilakukan secara
berkesiambungan untuk meningkatkan kualitas kader sesuai IJDK. Madrasah KAMMI
diselesaikan sesuai dengan jenjang keanggotaan, MK 1 selama 8 bulan, MK 2 selama
10 bulan dan MK 3 selama 2 tahun.
Pentingnya Madrasah KAMMI juga secara jelas dapat kita ketahui bahwa,
Madrasah KAMMI ini menjadi salah satu yang paling berperan dalam mewujudkan
cita-cita dan tujuan KAMMI yang sebagaimana sudah kita bahas di atas. Namun
sebelum masuk ke Desain Pemandu yang Ideal dengan studi analisis penulis di
Komisariat LIPIA, penulis juga perlu menyisipkan ditulisan ini profil kampus dan
kondisi kader komisariat penulis.
Karena penulis bukanlah mahasiswa dari kampus LIPIA, jadi ada keterbatasan
penulis dalam memaparkan profil kampus dan kondisi kader di Komisariat LIPIA.
Dengan keterbatasan yang ada penulis memaparkan sesuai sudut padang penulis yang
penulis tahu dari kader KAMMI yang berkuliah di kampus LIPIA.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) adalah lembaga pendidikan
yang mengajarkan ilmu tentang agama Islam yang berada dibawah naungan Universitas
Islam Muhammad bin Saud Riyadh. Berlokasi di Jakarta Selatan didirikan pada tahun
1400 H/1980 M. Saat ini LIPIA Jakarta berlokasi di Jalan Buncit Raya No. 5A,
Ragunan, Jakarat Selatan, yang sebelumnya berada di Salemba Raya dan Raden Saleh.
Kampus ini memiliki 3 fakultas yaitu, Syari’ah, Ekonomi Islam, dan Sastra Arab
dengan gelar yang diperoleh Bachelor/Lc.
Beberapa tokoh alumni dari kampus ini yang penulis kenal adalah Ustadz
Ahmad Heryawan (Mantan Gubernur Jawa Barat 2 periode) dan Ustadz Anis Mata
(Ketum Partai Gelombang Rakyat). Hampir semua mahasiswa LIPIA yang penulis
kenal merupakan lulusan pondok pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia. Semua
perkuliahan yang di ajarkan di LIPIA disampaikan dalam Bahasa Arab, dan sekitar 80-
90 persen pengajarnya berasal dari Saudi Arabia dan negera-negara sekitarnya. Tak
ayal jika kampus ini jadi primadona bagi lulusan pondok pesantren di Indonesia.
KAMMI merupakan salah satu organisasi mahaiswa yang ada di LIPA, selain
yang penulis tahu ada Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Himpunan Mahsiswa
Islam (HMI). KAMMI Komisariat LIPIA berdiri sejak 1999 dan merupakan komisariat
tertua di Jakarta. Penulis bergabung di KAMMI Komisariat sejak tahun 2018 setelah
penulis mengikuti DM1 di Komisariat LIPIA.
Disini penulis akan memberikan Desain Pemandu Yang Ideal agar Komisariat
LIPIA dapat menjadi salah satu Komisariat di Indonesia yang berhasil mencetak
kader-kadernya menjadi pemimpin dan menjadika negara Indonesia yang Islami.
As-Siisi, Abbas. (2000). Bagaimana Menyentuh Hati. terj. Mahmud Mahfudz dan
Muhil Dhafir, Solo: Era Intermedia