Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

STRATEGI PENGEMBANGAN PMII

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mengikuti


Pelatihan Kader Lanjut)

Disusun Oleh :
SAFARI ALROSID

PELATIHAN KADER LANJUT PENGURUS CABANG METRO


PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa biasanya berasal dari kota kecil dan memiliki pola pikir pedesaan, yang
berdampak pada perkembangan PMII. Karakteristik dan perilaku masyarakat mengenai
teologi, tradisi, dan budaya dipengaruhi oleh faktor geografis, demografi, dan
sosiologis.Kesadaran akan spiritualitas muncul dari apresiasi terhadap masyarakat adat
yang menjunjung tinggi keberagaman dan keharmonisan hubungan antar umat
beragama.Doktrin Aswaja yang dibangun sebagai manhaj al-fikr membayangi pemahaman
teologi. Pemahaman keagamaan berkorelasi positif dengan realitas nilai dan norma agama
tradisionalis yang telah mendarah daging di lingkungan keluarga dan masyarakat
(khususnya pesantren), dan norma tersebut turut membentuk karakter keagamaan kader.
Pembinaan keagamaan kader PMII kaya akan pemahaman teologis Asy'ariyah yang
menjunjung tinggi kerukunan, persatuan, dan ketenangan dalam bertindak dan kepribadian
masyarakat sebagai perwujudan kehidupan bermasyarakat.Karena dogmatisme tradisi dan
ajaran seringkali berasal dari nafas agama, maka doktrin teologis yang tercipta
menawarkan makna keagamaan yang agak beku sehingga menjadikan agama terkesan
relevan untuk ritual namun kurang memberikan jawaban atas realitas kehidupan.
Disadari atau tidak, PMII merupakan organisasi kader yang sangat dibutuhkan oleh
bangsa dan negara Indonesia, khususnya dari Nahdlatul Ulama.Hal ini juga akan menjadi
kekuatan kemajuan masyarakat dan pemimpin bagi negara Indonesia.Tantangan yang
dihadapi PMII tidaklah sederhana karena dalam kurun waktu yang sangat lama, PMII yang
mayoritas beranggotakan mahasiswa nahdliyyin yang menganut ideologi Islam
Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) harus berhadapan dengan paham puritanisme Islam,
radikalisme agama, ekstrim dan tidak dapat ditolerir.tindakan yang dilakukan atas nama
agama, serta penanganan benih-benih terorisme.meninggalkan lingkungan kampus.
Selain itu, zaman sangat cepat bergerak dan berkembang, terbukti dunia sudah
memasuki Revolusi Industri 4.0 yang nantinya menekankan pada sistem otomasi dan
pertukaran data, serta tidak heran terkait istilah big data, cloud computing, internet of things
(iot), data analytics, artificial intelligence, machine learning dan sebagainya.
Faktanya, Jepang meluncurkan Society-5.0 pada tahun 2019, yang menggunakan
teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Era 4.0 yaitu era pertukaran informasi dan konsep ini sebenarnya tidak jauh
berbeda.Di era revolusi industri keempat, teknologi informasi lebih ditekankan sebagai
“pemain utama” dalam bisnis dan usaha manusia.Society 5.0, sementara itu, menekankan

1
bahwa manusia adalah “pemain utama” dalam memajukan ilmu pengetahuan dan
membantu masyarakat.
Untuk mentransformasi Aswaja di bidang perubahan ekonomi, politik, sosial, dan
agama, kader PMII harus mampu menguasai tantangan yang akan datang. Selain itu juga
sebagai bentuk pengamalan pernyataan bahwa “ilmu bukan hanya untuk ilmu, tetapi ilmu
untuk diamalkan di masyarakat” yang dianjurkan oleh Ketua Umum NU di awal berdirinya
PMII, KH.Chalid Idham. PMII banyak berkembang dan mempunyai massa yang banyak
utamanya di perguruan tinggi yang berbasis Islam, baik negeri maupun swasta seperti
UIN/IAIN/STAIN, perguruan tinggi di pesantren-pesantren, dan perguruan tinggi berbasis
Islam lainnya. Sedikit kader PMII yang ada di perguruan tinggi umum, untuk perguruan
tinggi seperti UGM, UNSOED, UNDIP, IPB, UNAIR, UNPAD, UI, UNY, UB, ITB, ITS dan
perguruan tinggi favorit negeri dan swasta lainnya jumlah kader PMII sangatlah sedikit
dibandingkan dengan di perguruan tinggi berbasis Islam. Padahal, yang dibutuhkan NU
bukan hanya kader yang mengurusi “kementerian agama” saja, namun juga mengurusi
serta ahli di bidang-bidang keilmuan, profesi, dan latar belakang lainnya.
Perlunya Pengembangan Kaderisasi PMII di Kampus Umum PMII sampai saat ini
menjadi satu-satunya organisasi resmi yang dilahirkan dari rahim NU untuk mewadahi ide,
gagasan, dan sebagai arena bergerak kader-kader NU di Perguruan Tinggi. Sebagai
organisasi yang mengemban misi intelektual, PMII berkewajiban untuk turut serta
bertanggung jawab terkait komitmen keislaman dan keindonesiaan demi meningkatkan
harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan,
kebodohann dan keterbelakangan baik spritual maupun material dalam segala bentuk
(AD/ART PMII).
PMII di kampus umum, sering kali berhadapan dengan organisasi dan gerakan Islam
puritan, gerakan aktivis lembaga dakwah kampus, dan gerakan organisasi ekstra kampus
lainnya yang bertentangan paham dengan PMII terkait keislaman dan keindonesiaan.
Pertentangan itu terlihat karena gerakan mereka yang membawa symbol simbol Islam,
mengatasnamakan Islam untuk menghalalkan segala kepentingan mereka, menyetujui
pandangan dan tindakan fundamentalisme Islam, radikal, ekstrim dan intoleran, serta
setuju dengan ide khilafah islamiyah untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara yang
berlandaskan agama Islam (dengan menafikan keberadaan agama lainnya), merubah
sistem kenegaraan dan hukum menjadi syariah Islam, dan bagi PMII hal tersebut
bertentangan dengan asas organisasinya yaitu Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Strategi pengembangan PMII di fakultas/kampus yang masih minim PMII-nya?

2
C. Tujuan Pembahasan
Agar mengetahui dan memahami tentang Strategi pengembangan PMII di
fakultas/kampus yang masih minim PMII-nya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Berbicara mengenai strategi pengembangan PMII, bukanlah persoalan yang lugas


dan sederhana, melainkan sesuatu yang sangat kompleks pada kenyataannya. Mengingat
banyaknya faktor yang harus diperhatikan dan dipraktikkan agar nantinya mampu
mengembangkan PMII, maka proses panjang di PMII tidak serta merta membuat PMII bisa
dikembangkan dengan baik.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau sering disebut PMII merupakan
gerakan mahasiswa yang bergerak dengan semangat perjuangan. Setelah melalui
beberapa jalan memutar, akhirnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia resmi berdiri
pada tanggal 17 April 1960.Namun karena terlalu lugas dan sudah banyak dimuat dalam
literatur terbitan, maka penulis tidak akan membahas tentang sejarah berdirinya Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia dalam makalah ini.
Dari sudut pandang seorang kader yang mengikuti PMII, penulis akan membahas
PMII pada makalahl kali ini. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah organisasi
kader di mata saya. Ketika kita membahas organisasi kader, kita harus berhadapan dengan
dua hal yang mutlak: kader dan kader. Dari sini terlihat jelas bahwa PMII adalah organisasi
yang berbasis massa, padahal tujuan yang dicanangkannya adalah “pembentukan
kepribadian umat Islam Indonesia”, yang sebenarnya berarti PMII adalah wadah untuk
menggembleng diri agar suatu saat kelak menjadi organisasi yang berbasis massa. siap
menghadapi tantangan zaman .Namun di PMI kami tidak hanya berproses saja atau
menggembleng sendiri saja; kita akan bersama-sama dalam proses, belajar dan menempa
diri kita sendiri.
Oleh karena itu, untuk bisa berproses di PMII sebagai kader, misalnya di tingkat
paling bawah, yakni rayon, seseorang harus sudah mempunyai pengalaman dan
keterampilan yang diperlukan. Kader juga diperlukan sebagai manusia yang haus ilmu dan
manusia kader yang kaya akan pengalaman. Seseorang yang menyebut dirinya kader tidak
boleh terkesan sekadar membodohi atau mengagung-agungkan PMII tetapi tanpa ada bukti
nyata bahwa hal itu bisa diwujudkan. Hendaknya ia berbicara secara luas agar kelak ketika
ia berbicara di hadapan orang-orang yang akan dikadernya, ia tidak kehabisan kata-kata
atau menimbulkan kesan bahwa kata-kata yang diucapkannya hanyalah kata-kata kosong
belaka.
Maka kader, kalau bicara kader, adalah orang yang selalu mau belajar dan mencari
pendapat dari pihak-pihak yang pantas untuk didengarkan. Ketika kita masih menjadi kader,
kita akan mempunyai banyak waktu untuk beraktivitas seperti membaca buku dan

4
berdiskusi hingga nanti kita bisa mengambil tindakan. Hal-hal inilah yang harus kita lakukan
ketika menjadi kader. Ini adalah waktu terbaik untuk belajar dan menginspirasi diri kita
sendiri. Dari dua sudut pandang diatas sepertinya cukup menjelaskan kenapa PMII adalah
organisasi yang berbasis kaderisasi, yang simpel nya adalah hari ini kita disiapkan
kemudian hari kita menyiapkan, itulah kaderisasi. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
berusaha menggali nilai-nilai ideal- moral, lahir dari pengalaman dan keberpihakan insan
warga pergerakan dalam bentuk rumusan-rumusan yang diberi nama Nilai Dasar
Pergerakan (NDP) PMII. NDP adalah nilai-nilai yang secara mendasar merupakan
sublimasi persamaan/tawazun/al- musawa, keadilan/ta’adul, toleran/ tasamuh) dan ke-
Indonesia-an (keberagaman suku, agama dan ras; beribu pulau; persilangan budaya)
dengan kerangka pemahaman Ahlusunnah wal Jamaah yang menjiwai berbagai aturan,
memberi arah, mendorong serta penggerak kegiatan-kegiatan PMII.
Upaya pengembangan PMII di kampus umum bertitik tolak pada kemampuan
anggota dan kader PMII dalam merumuskan ide dan gerakan PMII secara individual dan
secara kolektif. Tentunya, penguatan kemampuan dasar terkait pemahaman Islam Aswaja,
Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII, Ke-PMII-an, serta Analisis Diri dan Analisis Sosial
haruslah dikuasai. Itu masih kemampuan dasar yang menjadi modal awal, selain itu juga
bertumpu pada kemampuan organisasi dalam mengelola dan memberdayakan sumber
daya yang ada di PMII.
Mengelola sumber daya di PMII bentuknya seperti mendorong kajian-kajian
fakultatif menurut bidang keilmuan masing-masing kader disetiap fakultas, membuat
kelompok studi atau kelompok kerja yang berisi anggota dan kader berbagai disiplin ilmu,
baik eksakta maupun sosial humaniora untuk berkolaborasi bersama. Kajian- kajian kultural
amaliyah Aswaja seperti tahlil, yasinan, sholawatan, ziarah, dan kajian kitab-kitab pesantren
juga tetap digerakkan. Selain itu, masih ada kursus-kursus atau pelatihan fast track yang
sifatnya untuk upgrading kemampuan kader, misalnya seperti training social media, design
graphic, penulisan ilmiah, atau kursus bidang teknologi informasi, serta kursus lainnya
terkait perkembangan zaman agar pergerakan PMII lebih dinamis, transformatif, dan
progresif memasuki berbagai sektor untuk menyelesaikan persoalan organisasi dan
masyarakat.
Sebagai mahasiswa dan kader PMII, sikap yang paling utama dipertahankan
adalah idealisme dalam menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan intelektual. Oleh
karena basis di dalam ruang lingkup kampus adalah nilai intelektual, maka meningkatkan
intelektual kader PMII merupakan suatu keharusan. Sedangkan nilai- nilai moral merupakan
harapan nyata untuk kelak menjadi ruh bagi masyarakat1.
1
[Hafi, A. (2006). Strategi Pengembangan PMII. BLOG YUSUF SETIAWAN, 2. TAWWIR, P. P. (2015). Strategi

5
Kegiatan-kegiatan PMII utamanya berujung tombak pada Rayon dan Komisariat.
Rayon sebagai ujung tombak harus merancang dan mengelola sumber daya yang ada
untuk menyajikan kegiatan kaderisasi, berbagai macam bentuk baik pelatihan, kursus
singkat, kajian-kajian keilmuan, kesenian, dan kegiatan lainnya sebagai upgrade diri para
kader PMII.
Upaya Rayon dan Komisariat, pertama harus melakukan usaha perekrutan
anggota, meningkatkan jumlah kader untuk menambah amunisi gerakan, bukan hanya
sebagai agenda rutinitas organisasi belaka, tapi sebagai upaya untuk mengakomodasi
aspirasi mahasiswa agar tidak terpapar fundamentalisme, radikalisme, dan ekstrimisme
agama.
Kedua, menjalin kerjasama dengan stake holder kampus, tingkat universitas,
fakultas, maupun jurusan, serta menjalin kerjasama dengan organisasi ekstra dan intra
kampus (HMJ, DEMA, UKM) yang tidak bertentangan dengan prinsip, asas, serta
tujuan PMII. Ketiga, mendorong kader PMII untuk menguasai bidang keilmuan masing-
masing ditiap fakultas, seperti peningkatan prestasi akademik, prestasi softskill dan
hardskill lainnya yang diharapkan mampu menarik simpati mahasiswa di luar PMII untuk,
paling tidak, setuju denganide, gagasan, dan gerakan PMII lalu menjadi simpatisan PMII
atau kalau beruntung bisa bergabung menjadi bagian dari PMII.
Komisariat sebagai struktur yang lebih tinggi dari Rayon, melakukan pembagian-
pembagian tugas antara Rayon dengan Rayon, Rayon dengan Komisariat, dan Komisariat
dengan Cabang. Semata-mata kegiatan Komisariat sebagian besar digunakan untuk
mengawal dan mendorong proses kegiatan PMII yang ada di Rayon. Pengurus Cabang dan
Komisariat selain itu dapat melakukan tindakan-tindakan strategis untuk organisasi. Jika
Pengurus Cabang, maka dapat menjalin hubungan dengan elemen ditingkat kabupaten/
kota atau provinsi, sedangkan Komisariat dapat menjalin kerjasama dengan stake holder di
dalam kampus maupun dengan jaringan PMII lainnya. Kesemuanya itu, jika dilakukan
dengan baik atas dasar kesadaran dan itikad baik dari internal PMII sendiri, maka akan
tercipta resonansi gerakan yang lebih luas dan lebih masif.
Upaya pengembangan PMII di kampus umum bertitik tolak pada kemampuan
anggota dan kader PMII dalam merumuskan ide dan gerakan PMII secara individual dan
secara kolektif. Islam Ahlussunnah wal Jamaah di PMII adalah sebagai metodologi berpikir
(manhaj al-fikr) dan juga sebagai metode gerakan (manhaj al- harakah), sehingga bukan
semata-mata hanya sebagai doktrin teologis atau sebuah mazhab saja, namun sebagai
metode berpikir dan bergerak untuk menyelesaikan persoalan masyarakat dengan prinsip-
prinsip tawasut (moderat), tawazun (netral), ta’adul (keseimbangan) dan tasamuh (toleran).
Pengembangan PMII.

6
Secara kelembagaan PMII merupakan organisasi intelektual yang menawarkan
berbagai macam format gerakan, mulai keislaman, kebudayaan, pers, wacana, ekonomi,
dan gerakan massa. PMII cukup mewadahi pluralitas potensi, minat dan kecenderungan
otentitas individu. Sehingga diharapkan gerakan-gerakan PMII di kampus umum semakin
dinamis dan beraga
Sebagai contoh Pengembangan PMII di Komisariat Jurai Siwo Metro, pada 2021
sedang melonjak naik, salah satu faktornya adalah karena banyaknya organisasi
mahasiswa yang dipimpin oleh kader-kader PMII. Pencapaian ini tentu saja perlu di
pertahankan, bahkan di tingkatkan. Pencapaian ini tentu tidak terlepas dari strategi dan
langkah penyebaran PMII yang dilakukan oleh kader dan anggoota PMII, penyebaran PMII
merupakan hal yang wajib dilakukan dan hal yang harus terus dijalankan supaya organisasi
tetap hidup.
Dalam melakukan penyebaran PMII kader PMII harus memahami arah strategi
pengembangan PMII, yang dimana strategi penyebaran PMII harus sesuai dengan
perkembangan dunia mahasiswa dan perkembangan perguruan tinggi tempat kader PMII
melakukan penyebaran PMII. Penyebaran itu harus progresif dan maju. Untuk
meningkatkan eksistensi melaui ORMAWA, maka PMII dan kampus tidak boleh
berseberangan, dalam arti ketentuan-kentuan yang terdapat dalam Perguruan Tinggi harus
bisa dibaca dan diimplementasikan ke dalam pilihan pengembangan PMII.
PMII harus menjadikan kader yang sudah ada menjadi sosok figur dikampus,
dengan cara kader tersebut harus memiliki Indeks Prestasi yang tinggi, memang benar IP
tinggi tidak menjamin mahasiswa itu lebih baik atau lebih cerdas dari mahasiswa yang
memeiliki IP rendah. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa Indeks Prestasi
merupakan cerminan dari sebuah ketekunan, kegigihan dan prestasi mahasiswa pada studi
perkuliahannya. Biasanya penilaian dosen terhadap mahasiswa dilihat dari keaktifan
selama kuliah berlangsung, kerjasama, prestasi akademik serta hubungan yang baik
dengan dosen, dan kehadiran pada perkuliahan. Ini jarang diperhatikan oleh kader PMII,
terkadang kita sadar bahwa PMII dijadikan musuh bersama didalam kampus tersebut
karena penilaian orang terhadap kelakukan PMII yang dikenal anarkis, sering aksi, jarang
masuk kuliah, jarang sholat dan kummel namun itu semua sering dikesampingkan oleh
kader PMII. Maka dari itu kader PMII harus mampu mengimbangi antara organisasi dengan
akademisi agar penilaian orang terhadap kader PMII tidak lagi buruk, sehingga kader PMII
bisa dengan mudah memperoleh kepercayaan baik dari dosen maupun mahasiswa lainya.
Dan agar kader PMII dapat menduduki posisi strategis ORMAWA yang biasanya memiliki
ketentuan minimum IP.
Tercatat ada Beberapa Dema Fakultas, dan Ketua UKM, Yang berhasil di duduki oleh

7
kader- kader PMII pada saat MUHIMA SEMA/DEMA atau Reorganisasi Ormawa tahun 2021.
Seperti himpunan mahasiswa yang banyak di pegang saat ini, banyak yang menggunakan
strategi dengan membuat kegiatan-kegiatan yang dimana itu dapat menjadi tempat kader-
kader PMII untuk belajar mengenai ORMAWA, mengajukan proposal, bahkan mengajukan
LPJ. Harapan saya ketika menjadi pengurus himpunan sering mengadakan pertemuan,
anggota dan kader PMII yang menjadi pengurus himpunan yang tadinya tidak aktif di PMII
menjadi aktif kembali. Bahkan adanya agenda ketika ada mahasiswa baru itu akan menjadi
ajang untuk mengenalkan bahkan meningkatkan eksistensi PMII.
Di ORMAWA-ORMAWA inilah tempat yang paling tepat untuk melakukan
doktrinisasi tentang organisasi PMII, memberikan penjelasan bahwa PMII tidak seperti apa
yang mereka dengar dan apa yang mereka pikirkan dari cerita orang-orang yang tidak suka
dengan PMII. Masuki dulu organisasi nya baru kamu akan mengetahui nyata nya, bukan
katanya.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Target2 pencapaian ini harus didukung dengan proses implementasi yang lebih
operasional. Dibutuhkan agen untuk mensososialisasikan apa yang dimiliki PMII kepada
basis-basis sosial baik internal maupun eksternal. Pertama, kelompok strategis sebuah
kekuatan yang memiliki bergaining position. Dalam wilayah PMII bisa dipetakan pada
wilayah internal dan eksternal. Keberadaan struktur kepengurusan dalam sebuah
organisasi memiliki konsekuensii terhadap jalannya organisasi. Dalam PMII pengurus
sebagai pengelola organisasi memiliki kewenangan untuk menjadi agen sosialisasi
wacana dan sekaligus di dalamnya sebagai penggerak dari ide-ide yang hendak
diaktualisasikan. Oleh karena itu pengawalan terhadap institusi dan memberikan
penguatann menjadi sangat penting. Visi harus sama yang dimanefestasikan pada pola-
pola kerja-kerja keorganisasian. Visi yang tidak sama akan menggulingkan organisasi
pada perjalanan yang tidak terarah. Selain organ di dalam PMII, organ di luar PMII
merupakan wilayah yang harus dirambah dalam pola strategi gerakan sebagai agen.

B. Saran
Menjadi kader PMII adalah menjadi seorang intelektual, yang harus siap berdebat dan
siap berbeda, namun tetap harus bersatu. Menjadi kader PMII adalah menjadi penggerak
bagi organisasi dan masyarakat, menemukan titik temu solusisolusi permasalahan
organisasi lalu secara individu dan bersama- sama mengeksekusinya.

2
[DIMYATI, M. A. (2020). PMII DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KADERISASI DI KAMPUS UMUM. BLOG
YUSUF SETIAWAN,

9
DAFTAR PUSTAKA

DIMYATI, M. A. (2020). PMII DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KADERISASI DI KAMPUS


UMUM. BLOG YUSUF SETIAWAN, 1.

Hafi, A. (2006). Strategi Pengembangan PMII. BLOG YUSUF SETIAWAN, 2. TAWWIR, P. P.


(2015). Strategi Pengembangan PMII. 1.

10

Anda mungkin juga menyukai