Anda di halaman 1dari 5

URGENSI MEMBINA DAN TERBINA BAGI KADER KAMMI

Disusun Oleh:
Nona Fadilla

KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA


KOMISARIAT UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
Urgensi Membina dan Terbina bagi Kader KAMMI

Oleh: Nona Fadilla

KAMMI di bentuk bukan tanpa alasan. Pada tanggal 1 Dzulhijjah 1418 H atau
bertepatan dengan tanggal 29 Maret 1998 M KAMMI lahir dengan memberikan visi
dan misi yang lurus demi mencapai tujuan bersama umat muslim. Bahkan dalam visi
nya pun menyebutkan bahwa KAMMI sebagai organisasi penggerak mahasiswa
memiliki visi untuk melahirkan kader-kader pemimpin dalam upaya mewujudkan
bangsa dan negara Indoensia yang Islami. Hal ini harus menjadi perhatian bagi kader
KAMMI agar paham tujuan atau output kader KAMMI dimasa depan.
Yang menjadi pertanyaan adalah, melahirkan kader pemimpin yang seperti apa
hingga dapat mewujudkan bangsa dan negara yang Islami? dan aspek inilah yang
menjadikan kaderisasi di KAMMI sebagai jantung pergerakan yang harus selalu
berdetak kapanpun dan jangan sampai ketika jantung pergerakan itu mati maka yang
lainnya pun akan mati.
Permasalahan kuantitas kader adalah permasalaha linear dengan kualitas. Bagi
setiap organisasi kader adalah asset yang berharga agar organisasi tersebut tak hanya
sebagai jasad kosong tanpa nyawa yang tak mampu bergerak. Sementara kuantitas
dan kualitas kaderlah yang membuat efektif tidaknya gerakan wadah tersebut. Untuk
itu KAMMI sebagai organisasi pengkaderan tak akan pernah terlepas dari proses
pembinaan dengan modal formulasi pendidikan yang tertuang dalam manhaj
KAMMI.
KAMMI sangat menyadari, sebagai wadah para da’i yang akan meneruskan
langkah perjuangannya. Setiap kader harus memiliki kemampuan untuk menarik
objek dakwah (mad’u) dan merekrut mereka dengan segala perbedaan intelektual,
kejiwaan, status sosial dan lain sebagainya. Inilah yang disebut dengan Isti’ab.
Tingkat kemampuan dalam isti’ab (daya tampung) ibarat tingkat kemampuan bejana,
ada yang mampu menampung lebih banyak dibanding ratusan bejana yang lain.
Begitu pula da’i ada yang mampu menampung dan mendekati orang-orang yang tidak
mampu ditampung dan didekati oleh da’i lainnya.
Hubungan antara isti’ab dan keberhasilan jalan dakwah KAMMI sangat mendasar. Jika
KAMMI memiliki banyak da’i yang mempunyai kemampuan untuk menarik masyarakat
kepada Islam dan pergerakan yang ada, maka dakwah akan berhasil dan mampu
merealisasikan sasaran-sasarannya.

Isti’ab pun terbagi atas dua, dimana kemamapuan penguasaan terhadap orang-orang yang
berada di luar dakwah, di luar pergerakan, dan di luar organisas (eksternal) dan
penguasaan terhadap orang-orang yang berada berada di dalam organisasi (internal). Saat
setiap kadernya memahami hal ini, yakni urgensi untuk merekrut, maka membina dan
terbina jadi jawaban untuk menjaga kualitas kadernya agar dapat beramal sesuai dengan
koridor yang ditetapkan oleh KAMMI. (Yakan, Fathi.2005).

Dalam hal membina, sebagaimana tertuang dalam misi KAMMI Membina keislaman,
keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia. Dalam tubuh organisasi
KAMMI prosenya telah terstruktur rapi dan sistamatis. Proses ini sangat menguntungkan
bagi kader, ada dua keuntungan yang bisa diterima oleh kader, yaitu antra lain:

1. Dengan menjadi anggota KAMMI, kita di ajarkan untuk menjadi Pemimpin Masa
Depan.

2. Dengan menjadi anggota KAMMI, kita di ajarkan untuk lebih jauh mengenal
agama kita, baik sisi ukhrowinya maupun sisi duniawinya.

Proses pembinaan yang biasanya dilakukan yakni dalam majelis mentoring ataupun
halaqah-halaqah. Dari proses tersebut maka diharapkan akan terbentuk kepribadian
seorang kader yang tangguh, militan, dan memiliki pengetahuan islam yang cukup serta
mengamalkannya dalam perilaku-perilaku sehari-hari yang islami.

Berbagai majelis ilmu yang bisa dimanfaatkan dalam hal ini seperti dauroh, forum
diskusi, kajian-kajian, serta majelis ilmu yang lainnya. Tentu saja proses awalan ini
bukanlah proses yang singkat. Karena menghasilkan seorang kader itu bukanlah
pekerjaan yang instant, perlu berbagai tahapan-tahapan yang harus dilalui karena jangan
sampai kepemimpinan tersebut jatuh pada orang yang kurang tepat.
Setelah proses pembinaan awal yang panjang tersebut maka akan dihasilkan kader-kader
yang terbina segala aspek dan potensi yang ada dalam dirinya. Dalam proses pembinaan
diawal hukum seleksi alam pasti berlaku. Barang siapa yang tidak tahan dengan proses-
proses pembinaan maka dengan sendirinya dia akan gugur selangkah demi selangkah atau
dia hanya akan berjalan ditempat tanpa ada progress dan kemajuan berarti. Hal ini berarti
faktor dari dalam diri pribadi masing-masing menjadi faktor yang paling penting dalam
proses ini.

Hasan Al Banna menyebutkan bahwa ada 10 rukun baiat yaitu Al Fahmu, Al Ikhlas, Al-
Amal, Al-Jihad, Tadhhiyah, Taat, Tsabat, Tajarrud, Ukhuwah, dan Tsiqoh. Al-Fahmu
disini berarti memahami apa yang menjadi landasan-landasan perjuangan yang dilakukan.
Tanpa pemahaman yang syumul maka akan sangat susah untuk kita bertahan dalam garis
perjuangan barisan dakwah utamanya dalam KAMMI. Setelah memahaminya maka
diharapkan akan timbul rasa keikhlasan dalam diri yang terwujud dalam perbuatan-
perbuatan yang dilakukan semata-mata karena untuk meraih ridha Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Yakan, Fathi. 2005. Isti’ab: Meningkatkan Kapasistas Rekruetment Dakwah. Jakarta:


Robbani Press

Anda mungkin juga menyukai