Oleh karena itu, kami ingin juga sedikit berbagi manfaat dari buku
tersebut dalam racikan khusus berupa E-BOOK INI kepada Anda.
Silahkan baca seluruh ini E-Book ini dengan baik dan cermat J
Selamat menikmati,
7 JURUS JITU
Buku ini ditulis oleh aktivis yang telah melanglang buana dari Timur Indonesia
sampai di Barat Indonesia.Ditulis oleh pemuda yang kaya pengetahuan empirik
dalam gerakan dakwah kampus. Buku 7 Jurus Jitu Menggapai Kemenangan
Dakwah Kampus sangat menambah khazanah intelektual para aktivis dakwah
kampus untuk mematahkan jurus musuh Islam. Saya merekomendasikan buku
ini!!!
"Saya rasa buku ini menjadi rujukan penting dalam kita mengarungi dakwah di
kampus. Ini bukan buku biasa.Sebab untuk mereka yang mau menjadi luar biasa,
buku ini adalah tepat untuk dibaca dan dipahami."
Rizqi Awal
Founder Line Dakwah Islam
Ketua DKM UNPAD 2009-2010
Dakwah harus memiliki metode (thariqah) yang benar. Selain itu, kita juga
memerlukan berbagai cara (uslub) untuk meraih tujuan dakwah tersebut. Buku yang
Anda baca saat ini berisi berbagai cara dakwah yang sangat cocok untuk melengkapi
dakwah di kampus.
Alimudin Baharsyah
Koordinator Nasional BKLDK
Amunisi yang luar biasa untuk para pengemban dakwah kampus dengan latar
belakang yang bermacam-macam. Mampu menyadarkan para aktivis dakwah akan
mulia dan pentingnya dakwah kampus. Memompa kembali semangat perjuangan
yang mulai meredup. Bahkan mendorong semangat sel awal untuk membuat kutlah
dakwah demi tersebarnya dakwah Islam. Buku ini menggambarkan secara utuh dan
mendalam mengenai jurus-jurus apa saja yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang hakiki yakni kebangkitan Islam. Bukan sekedar teoritis, tapi juga secara
praktis. Sangat rekomended untuk para aktivis dakwah dengan latar belakang
apapun.
Buku ini sangat detail sekali menjelaskan tentang dakwah kampus, menjabarkan
tentang 7 Jurus Jitu Menggapai Kemenangan Dakwah Kampus yang harus
digunakan oleh mahasiswa dalam berdakwah untuk mencetak kader yang tangguh,
tim solid hingga pencapaian dakwah pada diri sendiri dan untuk umat Islam pada
umumnya. Dari kampuslah kita bergerak untuk peradaban Islam di muka bumi
ini.Dengan 7 JURUS JITU ini bisa menjadi motovasi kita dalam mencapai dakwah
kampus dalam era modern ini. Pergunakan waktumu di bangku kuliah dengan
sebaik mungkin. Hari kemarin adalah sejarah, hari ini adalah kenyataan dan hari
esok adalah impian.
Ayu Deswanti
Koordinator Akhwat FRM UI 2016
"Buku ini memaparkan berbagai cara dan tips penting secara teoritis hingga
aplikatif. Merupakan panduan praktis untuk menjalankan dakwah di kampus.
Semoga dengan hadirnya buku ini bisa memberikan sumbangsih besar bagi dakwah
kampus dan menginspirasi pergerakan mahasiswa Islam ideologis. Baca, pahami,
dan praktikkan isinya, semoga perjuangan bisa semakin joss dan terakselerasi
menuju kemenangan."
Mahasiswa Islam sudah seyogyanya memiliki pola pikir dan pola sikap yang
Islami. Di kampus, mahasiswa butuh wadah yang mampu membentuk karakter
tersebut. Lembaga Dakwah Kampus adalah wadah yang efektif untuk
menjawabnya. Buku ini merupakan referensi yang wajib dimiliki serta dipahami
oleh pengemban dakwah di kampusnya masing-masing. Selain bahasa yang intelek
dan lugas, konsep yang sistematis juga sangat menginspirasi mahasiswa yang baru
maupun yang sudah lama menggeluti dakwah kampus. Semoga bermanfaat.
Mohamad Fadhilah
Mahasiswa Aktivis Muhammadiyah
"Islam adalah kebenaran yang tidak singkat dalam zaman. Lahir dan dipertahankan
dengan salah satu jalan, yakni dakwah. Melalui kampus sebagai tempat
berkumpulnya masa depan manusia yang lebih baik, (sebagaimana bahasan di buku
ini) LDK menjadi jawaban untuk generasi pembaharu Islam dalam zaman."
Judul :
Rekonstruksi
Gerakan Mahasiswa&Dakwah Kampus
Penerbit:
Polymath Publishing
Marketing : 0852 1003 6336
Email : publishing.polymath@gmail.com
Daftar Isi
2
Di balik masalah-masalah yang dimiliki elemen ini, tidak sedikit mahasiswa
yang telah berkomitmen di jalan perjuangan. Mereka mampu menggambarkan
secara jelas perubahan yang dikehendakinya dengan baik. Hingga menghadapi
pemikiran dan politik yang berkembang.Hal ini ditunjang oleh kebiasaannya
berfikir, belajar, dan mengkaji sesuatu dari berbagai sumber. Kekuatan daya
tangkap, daya nalar, dan imajinasinya, mengantarkannya menjadi pemikir muda
yang potensial. Terlebih bila ia memang sengaja dididik, dibina, dikembangkan
dalam kerangka ideologi untuk tujuan tertentu. Maka ia akan sangat produktif dan
progresif untuk tumbuh menjadi kader yang tangguh, agen perubahan masyarakat
ke arah cita-cita yang diembannya.
Maka tak pelak lagi kampus dengan mahasiswanya memiliki posisi yang
amat strategis bagi perubahan masyarakat di masa mendatang. Terutama di mata
kaum yang berkepentingan memperjuangkan ideologi. Mereka sama-sama melihat,
di dalam kampus terdapat kader, tunas muda yang bisa dibina untuk menjadi
pengikut dan pejuang setia ideologi. Kampus ibarat tanah, adalah lahan paling
subur untuk menyebarkan suatu ideologi. Sehingga kelak suatu saat ia akan menuai
hasilnya berupa kader-kader yang tangguh. Kampus, sebagai lahan pertanian,
terbuka untuk segala macam benih yang saling bertentangan sifat hidupnya
sekalipun. Dalam konteks demikianlah kita mestinya menaruh perhatian pada
dakwah di kampus.
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) adalah bagian dari organisasi dakwah
yang memiliki paradigma diantaranya : Pertama, didirikan atas landasan Islam dan
ditujukan untuk mendakwahkan Islam. Kedua, aktivitas dakwah mengacu pada
uswah dakwah Rasulullah SAW. Ketiga, anggotanya terbuka bagi seluruh
mahasiswa muslim. Keempat, ikatan antar anggota harus disandarkan atas mabda
(ideologi) Islam.
Berawal dari dakwah kampus. Ya, dakwah kampus. Dari kampuslah para
pemuda yang penuh semangat dan potensi, yang memiliki kapasitas intelektual dan
daya juang yang tinggi membuat dakwah kian massif. Lembaga dakwah kampus
menjadi wadah yang tepat dan sangat kontributif dalam menyumbang keberhasilan
dakwah yang efektif dan efisien. Maka keberadaan lembaga dakwah kampus ini
tidak bisa dipandang remeh. Sebab, hasil yang diperoleh dari dakwah lembaga lebih
signifikan dibanding dakwah tanpa lembaga. Kita telah mendengar bahwa Allah
SWT menyukai kaum muslimin berjuang dalam barisan yang teratur, jika tidak,
maka kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak
terorganisir.
Sisi positif dakwah dari adanya LDK resmi ini adalah bisa dengan leluasa
mengadakan aktivitas dakwah di dalam kampus. LDK resmi juga bisa
menggunakan nama kampus, mendapat support kampus dalam berbagai bentuk. Ini
merupakan faktor plus dalam dakwah kampus. Sebab akan meminimalisir
penghambat dakwah, mengubah kekurangan menjadi kekuatan bagi dakwah.
Setidaknya ada beberapa macam format LDK/Lembaga Dakwah Kampus resmi di
sebuah kampus. Diantaranya:
Kesemua jenis lembaga ini merupakan bentuk lembaga dakwah resmi di
kampus yang dijalankan oleh mahasiswa. Untuk bentuk pertama hingga keempat,
bisa dilakukan oleh aktivis dakwah kampus yang ingin membentuk sebuah LDK di
kampusnya yang belum memiliki LDK resmi. Sementara format kelima, merupakan
bentuk yang bisa digunakan bila telah ada lembaga kerohanian di kampus dan tidak
ada lagi kesempatan untuk membentuk LDK baru. Maka para aktivis dakwah bisa
masuk ke dalamnya hingga bertahap akan menjalankan lalu memimpin LDK
tersebut agar dijalankan secara proaktif, produktif, dan progresif ke depannya.
Maka, dakwah kepada orang kafir disebut berhasil bila atas dorongan
dakwah ia mau berpindah aqidah, atau setidaknya tunduk di bawah kekuasaan
Islam. Sedang dakwah kepada orang Islam disebut berhasil bila setelah menerima
dakwah, terdapat peningkatan iman dan kecintaan pada Islam yang ditunjukkan
dengan kegairahan untuk mewujudkan aturan Islam dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat. Secara khusus, bila kaum muslimin hidup di dalam masyarakat Islam,
dakwah disebut berhasil bila mereka ridha (rela, suka dan bahagia) hidup di bawah
naungannya serta bersedia mempertahankan kelangsungan sistem itu. Bila
masyarakat Islam belum ada, maka dakwah disebut berhasil bila mampu
menyadarkan dan menggerakkan umat untuk mewujudkan masyarakat itu.
Adapun nilai dakwah sebagai amal muslim di sisi Allah, tidaklah dihitung
dari keberhasilan-keberhasilan tadi, melainkan dari segi motif (yang semestinya
ikhlas) dan dari segi metode/thariqah (yang semestinya sesuai tuntunan syara').
Bila kita sudah menjalankan dakwah dengan ikhlas dan sesuai tuntunan,
penilaiannya berada di tangan Allah. Keberhasilan tiap amal, termasuk dalam
dakwah, hanyalah nilai materi yang merupakan konsekuensi logis dari upaya
sungguh-sungguh, kerja keras dan pantang menyerah.
Bila sekarang belum ada daulah yang menaungi kehidupan Islam, dakwah
dijalankan secara fardiyah atau jamaiyah dengan tujuan menegakkan kehidupan
Islam (dakwah li isti'nafi al- hayat al islamiyyah). Sebab, selama kehidupan Islam
belum tegak, nilai-nilai utama Islam tidak akan sepenuhnya terwujudkan. Kaum
muslimin akan hidup dalam nilai-nilai jahiliy yang secara alami justru berefek
mendangkalkan aqidah dan mereduksi ketaatan pada aturan Islam. Akibat
selanjutnya, kebanyakan kaum muslimin, apalagi selain muslim, "sulit percaya"
kepada kebaikan Islam dan keharusan menerapkan aturan Islam. Fenomena
Islamophobia pada sebagian kalangan di negeri ini (yang juga beragama Islam)
sesungguhnya berakar dari situasi ini. Hal ini jelas semakin menyulitkan dakwah
dalam menegakkan Islam kembali. Karena dakwah bukan hanya berhadapan
dengan penghalang non muslim tapi juga dengan muslim sendiri.
Semua perubahan dan perbaikan hanya akan terwujud dengan adanya
pemimpin dan pejuang umat yang setia membina dan mengarahkan umat. Yakni
pemimpin dan pejuang yang tangguh, yang memiliki kekuatan ruhiyah (aqidah dan
kepribadian), kekuatan ma'nawiyah (ilmu dan strategi) serta kekuatan madiyah (fisik
dan materi).Salah satunya bersumber dari kampus.
Para pimpinan Ma'had Aliy dalam pertemuannya di Jakarta akhir tahun 1989,
sepakat meletakkan kampus sebagai salah satu sumber pemimpin umat. Untuk
mewujudkan semua itu diperlukan usaha yang keras dan sungguh-sungguh, sabar
dan terus menerus; mulai dari menyebarkan ide-ide, mencari kader-kader yang
berkualitas, membinanya terus-menerus, mengarahkan, sampai merangkaikannya
dalam jalinan langkah jamaah yang terpadu dan harmonis.Inilah prinsip arah
dakwah di kampus.
Dakwah di kampus pada negeri ini jelas memiliki andil bagi terbentuknya
basis kekuatan umat secara baru, melengkapi peran pesantren, majelis taklim, dan
perguruan Islam selama ini. Beberapa bukti bisa disebut menandai kesan
munculnya kekuatan Islam di kampus. Nafas dakwah Islam di berbagai kota besar
seputar tahun 80-an harus diakui sangat dipengaruhi kampus.
Berbicara dakwah Islam di Bandung misalnya, harus disebut peran Salman
ITB, Masjid Unpad dan lain-lain. Ramadhan di Kampus Jama'ah Shalahuddin UGM
memberi inspirasi munculnya Ramadhan di kampus-kampus lain, juga munculnya
Ramadhan di Kampung, di berbagai kampung di Yogyakarta. Bahkan IPB, karena
gencarnya proses 'islamisasi' di kampusnya, sering diplesetkan menjadi "Institut
Pesantren Bogor". Fenomena berhijab secara pesat muncul dari kampus. Cetusan
ketidakpuasan umat atas berbagai persoalan yang berkembang seakan terwakili
oleh aksi kampus. Protes jilbab lewat PMIB, demo monitor, aksi solidaritas Bosnia
adalah beberapa diantaranya.
Dari segi kepemimpinan, peran pemimpin Islam asal kampus juga mulai
menonjol. Pimpinan Muhammadiyah setelah KH. Azhar Basyir wafat, didominasi
dari kampus. Apalagi di ICMI, begitu juga jika kita menilik beberapa organisasi lain
seperti PBB, PKS, dan HTI tak dapat dilepaskan dari produk dakwah di kampus.
Kenyataan itu amat gamblang. Memang, kader asal kampus tersebut yang ada
sekarang adalah produk pembinaan tahun 60-70-an. Bagaimana produk tahun 2000-
an saat ini? Waktulah yang akan menjawabnya. Namun kini kita telah melihat aksi-
aksi nyata dan sumbangsih rill dari para alumni maupun kader dakwah kampus
aktif di berbagai sektor dan bidang.
Dakwah di kampus secara formal intra universiter selama ini
digerakkan oleh lembaga dakwah kampus (LDK) dengan
berbagai macam bentuknya (berupa unit kegiatan mahasiswa
Islam, masjid kampus dan sebagainya). Menilik perkembangan
LDK di berbagai kampus di Indonesia, ada beberapa karakter
menarik LDK yang dapat disebutkan di sini.
semua LDK, kecuali beberapa saja, berbasis di masjid kampus. Hal ini
membedakannya dengan OMI (organisasi mahasiswa Islam) ekstra kampus atau
dikenal juga dengan OMEK (organisasi mahasiswa ekstra kampus). Masjid sebagai
sentra kegiatannya menjadikan suasana LDK terasa lebih masjid dan Islami.
Jama'ah masjid yang terdiri dari berbagai kalangan, yakni mahasiswa, dosen,
karyawan, dan masyarakat sekitar kampus sebagai obyek binaannya. Dengan
demikian agak kurang pas sebenarnya, kalau dikatakan LDK berorientasi hanya
pada mahasiswa, meskipun mahasiswalah sasaran kaderisasinya yang menjadi
fokus rekruitmen. Sebab, objek di luar mahasiswa, termasuk dunia anak-anak juga
digarapnya. Ini menjadi kelebihan sekaligus sisi kelemahan LDK. Kelebihan, karena
LDK memiliki daya jangkau yang luas dan luwes. Dampak kegiatannya pun juga
luas, menembus batas kampus. Menjadi kelemahannya, karena obyek yang meluas
tentu pula membiaskan orientasi, yang akan berujung pada lemahnya penetrasi
pada objek.
keragaman. Hampir pasti tidak satu pun LDK yang sama dengan LDK yang lain.
Masing-masing LDK tumbuh menurut keyakinan masing-masing. Secara
organisatoris, satu dengan yang lain tidak ada hubungan.
Ciri yang ketiga inilah yang melahirkan Forum Silaturrahim Lembaga
Dakwah Kampus (FSLDK), serta lahir pula Badan Koordinasi Lembaga Dakwah
Kampus (BKLDK), dan lainnya. Kondisi obyektif masing-masing kampus memaksa
LDK selama ini berkembang dengan polanya sendiri. Banyaknya persoalan dakwah
di kampus menjadikan LDK lebih mengarahkan perhatiannya ke dalam kampusnya
sendiri. Akibatnya, kebersamaan gerak dakwah kurang mendapat perhatian.
Ujungnya berpengaruh pada lemahnya gerak dakwah secara global. Persoalan-
persoalan yang lebih besar pada tingkat regional, wilayah, dan nasional kurang
tergarap dan terpikirkan secara strategis.
Dari segi kepemimpinan, LDK yang hanya lokal tidak memiliki jenjang
sampai tingkat nasional sebagaimana OMI/OMEK.Sulit kita berharap muncul kader
nasional dari mekanisme pengkaderan LDK. Sebab itulah, adanya lembaga
koordinasi antara LDK memiliki peranan penting untuk mensinergikan gerak
dakwah kampus dari cakupan lokal hingga level nasional. Dengan demikian,
dakwah kampus menjadi lebih sinergis-terkoordinir, sistematis-terencana, hingga
dampaknya pun lebih besar dan dahsyat.
Dakwah di kampus tidak bisa dilepaskan dari peran LDK (Lembaga Dakwah
Kampus) yang ada di hampir setiap kampus perguruan tinggi di Indonesia.
Menurut khiththah LDK, LDK adalah suatu lembaga yang dikelola mahasiswa,
bergerak dalam dakwah Islam di kampus untuk menegakkan kalimat Allah dengan
amar ma'ruf nahi munkar. Civitas akademika kampus sebagai objek utamanya dan
mahasiswa merupakan unsur terpentingnya. Untuk mencapai tujuannya, LDK
setidaknya harus memainkan fungsi sebagai berikut:
Ini peran utama LDK dan yang selama ini telah kita mainkan. LDK memiliki
kedudukan strategis mengingat jangkauannya untuk melakukan aktivitas
pembinaan umum kepada civitas akademika secara luas dan masyarakat sekitar
kampus. Perlu penajaman arah mafhum yang hendak dituju sehubungan dengan
situasi masyarakat yang lebih terbuka dan kondusif bagi proses Islamisasi.
Keberhasilan dalam memainkan fungsi ini akan menentukan peran-peran
berikutnya. Sudah saatnya penyelenggaraan kegiatan dakwah yang asal-asalan
harus ditinggalkan.
Sebagai artikulator, LDK dapat berperan sebagai penyambung aspirasi umat,
baik dalam hal menyerukan yang ma'ruf maupun menghilangkan yang munkar.
Dalam beberapa kasus terbukti ternyata umat, khususnya kalangan mudanya, juga
memiliki apresiasi positif terhadap perlunya menegakkan yang ma'ruf dan
menghilangkan kemunkaran ; tetapi fakta juga menunjukkan bahwa apresiasi itu
baru muncul setelah ada orang atau lembaga yang mencetuskannya lebih dulu. Di
sini letak pentingnya LDK sebagai artikulator yang pada gilirannya akan menyeret
peran serta umat lebih besar. Akan tetapi perlu diingat, bahwa biar bagaimanapun,
LDK tetap terikat dengan sistem perkampusan.
Oleh karenanya, dalam pelaksanaan peran ini perlu ditempuh cara agar LDK
aman dari tuduhan melanggar sistem tersebut. Misalnya dengan mengedepankan
pendekatan ilmiah melalui pakar atau lembaga yang kredibel. Dalam hal tindakan
artikulasi (baik lisan, tulisan ataupun aksi) ini, demi kredibilitas, daya dorong dan
efek yang ditimbulkan, LDK perlu bahu-membahu dengan eksponen dakwah lain --
khususnya dengan kalangan pers Islam. Di sini mewujudkan kerjasama dengan
ICMI, MUI dan lembaga lain semakin penting artinya.
Dengan akses yang (mungkin) dimiliki, LDK dapat berperan sebagai
mediator antara umat pada satu sisi agar aspirasinya sampai, dengan pengambil
keputusan di pihak lain. Terkadang aspirasi umat macet disebabkan tidak
sampainya kepada pihak yang berkompeten. Sementara terdapat kebijakan
pemerintah yang tidak populer di kalangan umat karena kurang mengertinya
terhadap aspirasi umat. Peran mediasi (cultural and political broker) penting artinya.
Upaya mengayakan dan menguatkan akses menjadi mutlak karenanya.Dalam hal
tindakan mediasi ini, LDK tidak harus berjalan sendiri. Kerjasama dengan eksponen
dakwah lain juga mesti dilakukan.
sebagai konsekuensi dari 'transion people', interaksi mahasiswa di kampus
dengan dakwah berlangsung sangat singkat. Efektif 3-4 tahun. Yang menjadi
persoalan adalah bagaimana dalam waktu sependek itu tertanam dalam diri
mahasiswa kesadaran Islam, perlunya mendalami nilai-nilai perjuangannya.
Apalagi bila diingat, ibarat ladang terbuka tadi, pada waktu bersamaan yang lain
juga bekerja menyerukan selain Islam. Yakni dari kalangan sosialis, sekuleris,
liberalis. Melalui sistem pendidikannya, pikiran kapitalis-nasionalis-sekuler
berkembang. Berapa banyak sarjana berotak tidak Islami terlahir dari kampus tiap
tahunnya? Bila kampus menjadi garda terdepan dalam proses perubahan
perikehidupan dan perikepemimpinan masyarakat masa mendatang, bisa
dibayangkan corak masa depan seperti apa yang dibangun oleh mereka. Jadi
jelaslah, dakwah Islam berpacu dengan waktu dan bergelut dalam medan perang
pemikiran.
akibat interaksi yang pendek, fungsionaris LDK dengan cepat pula
mengalami pergantian. Sering terjadi, perbedaan mafhum dakwah - berarti
perbedaan orientasi dan prioritas dakwah - menimbulkan konflik antar generasi.
Hal ini tentu mengakibatkan ketidakberlanjutan dan ketidakkonsistenan langkah
dakwah. Pembinaan dengan sistem dan materi yang mantap akan menghilangkan
atau setidaknya mengurangi konflik tersebut.
Dakwah di kampus berhadapan dengan mad'u yang beragam, baik dari segi
tingkat pemahaman keislaman maupun umur. Dilihat tingkat pemahaman
keislamannya, objek dakwah kampus beragam. Mulai dari yang phobi terhadap
Islam sampai yang sudah termasuk pada kelompok penggerak kegiatan Islam. Dari
segi umur, mad'u di kampus dan sekitarnya dapat dibagi menjadi tiga, yakni dewasa
(mahasiswa dan civitas akademika lain), remaja (seusia SMA dan SMP) dan anak-
anak (seusia SD ke bawah).
Dalam kaitan dengan tujuan dakwah, mad'u di kampus dapat dibagi menjadi
dua, yaitu: umum dan khusus. Dakwah kepada mad'u umum lebih berbentuk
sebagai syiar Islam, dengan tujuan untuk menciptakan mahabah (kecintaan) kepada
Islam. Sehingga mereka bersedia menjadi musaa'idun (pendukung) dakwah Islam.
Artinya, orang yang tadinya phobi menjadi hilang phobinya dan menjadi cinta
kepada Islam, kemudian bergerak untuk mendalami, memahami, dan
mengamalkan. Atau dalam tahapan yang dikemukakan Fathi Yakan, dakwah pada
kelompok ini dilakukan untuk menanamkan iman, mendorongnya untuk beramal,
dan menjadikan amal Islam itu sebagai kebiasaannya. Syukur kalau sampai ia
tergerak untuk ikut memperjuangkan. Sementara dakwah kepada mad'u khusus
bertujuan untuk menciptakan kader-kader pengemban dakwah (hamalatuddakwah)
yang teguh dalam pendirian, kuat aqidahnya, tinggi ilmu Islamnya dan mulia
akhlaqnya, serta giat dalam perjuangan Islam.
Keberhasilan dakwah pada kelompok ini sangat dipengaruhi oleh materi dan
sistem pembinaan yang ada. Peran serta ulama dalam menghasilkan materi yang
handal sangat diperlukan. Prioritas dakwah khusus tidak harus dibenturkan dengan
dakwah umum. Perlu keseimbangan antar keduanya. Artinya, dakwah kepada
madu khusus saja akan menciptakan dakwah yang steril, tidak dinamis, serta tidak
mampu memberikan pengaruh pada kampus dan masyarakat sekitarnya. Oleh
karenanya tidak akan mengakar.
Dakwah serupa ini gagal memanfaatkan lembaga formal kemahasiswaan
untuk kepentingan perjuangan. Sebaliknya, bila dakwah melulu ditujukan untuk
umum, kader yang tangguh tidak akan terbentuk. Kelangsungan dakwah di kampus
terancam. Dalam jangka panjang tidak akan memiliki pengaruh perubahan di
tengah masyarakat karena tesis kampus sebagai sumber kader Islam tidak akan
menemukan perwujudannya.
Strategi dan taktik pada pokoknya diperlukan untuk empat hal, yakni:
pertama, untuk intern lembaga dakwah kampus; kedua, dalam hubungannya
dengan lembaga dan kepemimpinan intern kampus; ketiga, dalam hubungannya
dengan lembaga kemahasiswaan intra atau ekstra kampus; keempat, dalam
hubungannya dengan lembaga dakwah/umum ekstra kampus. Stratak yang tepat
akan mendukung keberhasilan dakwah di kampus.
Dari itu semua, sejatinya dakwah itu kian
harus digelorakan di mercusuar intelektual,
kampus. Sehingga kelak akan terlahir
para ulama intelektual atau
cendekiawan muslim ideologis
yang menjadi pejuang, inspirasi di tengah umat.
Aktivis dakwah kampus harus menjadi garda
terdepan dalam barisan dakwah Islam,
dengan segala potensi dan kelebihan yang dimiliki.
26
Buku 7 Jurus Jitu Menggapai Kemenangan Dakwah Kampus hadir bukan
semata bersifat teoritis yang hanya dibaca untuk memperkaya wawasan. Melainkan
kami mencurahkan segenap energi dan sumber daya yang dimiliki untuk
melahirkan karya ini sebagai salah satu referensi praktis strategis serta
implementatif inovatif dalam menggapai kemenangan dakwah kampus. Buku ini
tidak akan terlihat nilainya jika hanya sebatas dibaca. Maka untuk bisa menggapai
apa yang dikemukakan di buku ini, butuh adanya upaya mewujudnyatakan dalam
bentuk praktek langsung di lapangan dakwah kampus. Intinya, agar dakwah
kampus bisa menggapai yang dicita-citakan, dibutuhkan praktek, praktek, praktek.
28
Aktivitasnya di dakwah kampus mengantarkannya diamanahi
sebagai Pemimpin Redaksi dakwahkampus.com, setelah
sebelumnya sempat menjadi redaktur di buletin Dakwah Kampus.
Selama menjadi aktivis dakwah kampus, ia pernah menjadi pengisi
tetap dan narasumber tamu di beberapa media seperti RRI
Pro 2 Jakarta, Radio JIC, Tabloid Media Umat, dan beberapa
media lain. Ia dan beberapa rekan alumni dakwah kampus
melahirkan sebuah karya kisah inspiratif selama menjadi aktivis
dakwah kampus dalam bentuk buku berjudul: IDEAL.IS.ME,
Seri : Aktivis Dakwah Kampus.
29
Untuk mengenalnya lebih dekat, berdiskusi, sharing berbagai hal,
dan bermaksud mengundang sebagai pembicara bedah buku atau
training untuk keperluan dakwah, sosial maupun profesional, bisa
menghubunginya via: 081 343 243 827. Bisa juga melalui:
Facebook: @inshanyalfatah
Twitter: @inshanyalfatah
Instagram: @inshanyalfatah
Email: mahdi_alfatih@yahoo.com
30
Konsultasi dan Pelatihan dalam bentuk SEMINAR, WORKSHOP,
dan COACHING untuk Civitas Akademika maupun Pelajar dan
Institusi Terkait dalam rangka uprgading skill, motivasi, pengetahuan
dan internal recovery
3.Entrepreneurship
Membantu peserta training untuk menemukan potensi
entrepreneurnya dengan mengoptimasi peluang yang ada
6.Kepenulisan Buku
Mengetahui kiat-kiat dalam menulis buku serta
seluk-beluk penerbitan
31
7.Public Speaking
Menguasai kemampuan public speaking untuk keperluan mengajar,
orasi, pidato, dakwah hingga kepentingan profesional berbicara
di depan umum
0852 10013636
32