0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
82 tayangan16 halaman
MTA didirikan pada 1972 untuk menyatukan umat Islam dan mengajak mereka kembali ke Al-Quran dan Sunnah. MTA melakukan pengajian, pendidikan, dan dakwah di seluruh Indonesia dengan 10 juta anggota. Namun, beberapa anggota keluar karena perbedaan pandangan dalam bidang aqidah, fikih, dan manajemen organisasi.
MTA didirikan pada 1972 untuk menyatukan umat Islam dan mengajak mereka kembali ke Al-Quran dan Sunnah. MTA melakukan pengajian, pendidikan, dan dakwah di seluruh Indonesia dengan 10 juta anggota. Namun, beberapa anggota keluar karena perbedaan pandangan dalam bidang aqidah, fikih, dan manajemen organisasi.
MTA didirikan pada 1972 untuk menyatukan umat Islam dan mengajak mereka kembali ke Al-Quran dan Sunnah. MTA melakukan pengajian, pendidikan, dan dakwah di seluruh Indonesia dengan 10 juta anggota. Namun, beberapa anggota keluar karena perbedaan pandangan dalam bidang aqidah, fikih, dan manajemen organisasi.
Majelis Tafsir Al-Quran ( MTA ) Pembentukan : 19 September 1972 Pendiri : Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra Jenis : Organisasi Tujuan : Keagamaan dan Sosial Islam Ketua Umum : Ust. Drs. Ahmad Sukina Kantor Pusat : Surakarta, Indonesia Wilayah Layanan : Indonesia Keanggotaan : 10 juta orang Latar Belakang Pembentukan Sebagai seorang pedagang Al-Ustadz Abdullah Thufail Saputra pernah berkeliling ke berbagai wilayah Indonesia sampai ke pelosok-pelosok nusantara. Sehingga, dia melihat bahwa amalan ummat Islam dimana-mana jauh dari tuntunan Islam. Karena mereka hanya mengikuti amalan-amalan dari nenek moyang mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak bisa bersatu. Dia telah menempuh berbagai cara untuk menyatukan kelompok-kelompok Islam namun tidak mendapat tanggapan yang positif dari para tokoh di kalangan ummat Islam. Akhirnya dia memutuskan untuk mendirikan lembaga dakwah yang bertujuan mengajak ummat Islam kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah yang kemudian diberi nama Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) di Surakarta. Kegiatan MTA 1. Pengajian Pengajian Khusus Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat. Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang laim, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi. Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Pengajian Umum Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat yang diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Minggu pagi. Pengajian ini disiarkan secara live melalui radio MTA FM 102.2 yang bisa diakses melalui satelit palapa dan live streamiming di website www.mta.or.id 2. Pendidikan Pendidikan Formal Pendidikan formal yang telah diselenggarakan terdiri atas TK, SMP, dan SMA. SMP dan SMA baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat. SMP MTA diselenggarakan di Gemolong, Kabupaten Sragen, dan SMA MTA diselenggerakan di Surakarta. Tujuan dari penyelenggaraan SMP dan SMA MTA ini adalah untuk menyiapkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, di samping memperoleh pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Depdiknas, siswa-siswa SMP dan SMA MTA juga memperoleh pelajaraan diniyah. Kegiatan MTA Sumber Dana MTA membiayai seluruh kegiatannya sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi anwal, karena memang demikianlah yang diconthkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Penyimpangan MTA 1. Tidak menggunakan qo’idah tafsir yang benar 2. Memalingkan makna sifat-sifat Allah dengan tanpa hujjah yg benar. 3. Membuang sifat AL-HAYAA-U bagi Allah Azza wa Jalla 4. Menolak Sifat Wajah bagi Allah Azza wa Jalla. 5. MTA meyaqini bahwa surga tempat tinggal ADAM adalah di BUMI. 6. Menyelewengkan makna bahkan menginkari syafa’at nabi. 7. Meyaqini bahwa yg haram hanya 4 saja yg disebut dalam surat al an’am:145 8. Salah dalam mendudukkan ayat ayat utk orang kafir dan disematkan kepada orang- orang muslim. 9. Menganggap yg diharamkan Rasulullah hanya makruh saja. 10. Menganggap hadits yg shahih bahkan mutawatir disamakan dengan hadits syadz. 11. Mereka menghalalkan anjing buas, serigala , katak/kodok dll yg telah diharamkan rasulullah. 12. Mereka mengingkari adanya jahannamiyuun. 13. bahwa petunjuk hadits nabi tidak harus diikuti karena nabi adlah manusia biasa yang bisa benar dan bisa SALAH. 14. . MTA tidak mempercayai/meyaqini bahwa jin bisa masuk dalam tubuhmanusia. 15. Menganggap bahwa laki laki dan perempuan semuanya wajib shalat jum’at scara mutlaq. Alasan salah satu jama’ah MTA keluar dari MTA Abu Faris Bambang Surono ( mantan anggota MTA Cabang Mojosongo Boyolali). Sudah dua puluhan tahun Abu Faris Bambang Surono aktif di MTA, tepatnya sejak bulan Oktober 1987 di Cabang Mojosongo Boyolali. Beliau sudah sering diberi kepercayaan untuk mengurusi beberapa kegiatan di MTA yaitu menjadi ketua panitia kurban beberapa kesempatan, ikut mewakili pertemuan-pertemuan pengurus di MTA Pusat (Pertemuan Ahad Siang), menjadi ketua Tim Janaiz (sempat menerbitkan buku), dilibatkan dalam pembinaan calon Cabang di Cikampek (sekarang Karawang) dari tahun 1997 dan yang terakhir sebelum beliau keluar beliau sempat menjadi Koordinator Tim Dakwah dan Koordinator Satgas untuk Jakarta dan sekitarnya. Alasan beliau keluar dari MTA adalah 1. Masalah jama'ah, MTA memiliki Imam sendiri yang dibai'at, dita'ati dan seterusnya, sebagaimana LDII, Jama'atul Muslimin (Hizbullah), MMI, Ikhwani dan lain-lain. Kalau mereka ini jama'ah sebagaimana hadits Rasulullah, lantas mana firqah- firqah yang banyak yang disebutkan Rasulullah. Sudah sangat jelas mereka membangun wala dan bara di atas kelompoknya. (bahkan di sebagian tempat ada boikot terhadap orang yang keluar dari MTA) 2. Masalah aqidah, MTA mengingkari syafa'at di akhirat, mengimani kalau orang islam masuk neraka ya selamanya sebagaimana pemahaman khawarij/mu'tazilah (tidak ada jahanamiyyun), mengingkari kesurupan jin, mengimani bahwa malam lailatul qadr sudah tidak ada lagi, mengimani bahwa Allah tidak menetapkan taqdir (tapi sebagai sebab akibat murni, ini pemahaman qadariyah mu'tazilah), tidak mengimani beberapa peristiwa hari akhir antara lain turunnya Isa, munculnya Dajjal, dan Imam Mahdi, beraqidah Asy'ariyah dengan menakwilkan asma wa sifat Allah, istawa nya Allah, wajah Allah, tangan Allah, Allah dimana- mana, dan lain-lain 3. Masalah manhaj, metodologi MTA dalam memahami agama adalah mendahulukan akal, kadang mengesampingkan hadits shahih (bila dianggap menyelisihi Al-Quran), apalagi atsar, atau perkataan para 'ulama kibar. Dari metodologi ini maka anjingpun jadi halal, sutera dan emas untuk laki-laki juga mubah, atau paling banter jadi makruh hukumnya. 4. Masalah fikh juga terjerumus dalam bid,ah, padahal masalah memerangi bid'ah ini menjadi jargon MTA. Sangat ironis memang! Contohnya, menerapkan zakat tanpa memakai haul dan nishab, orang safar boleh bertayamum (bahkan menjadi kebiasaan sebagian besar warga MTA) walaupun di depan mata ada air yang melimpah