Anda di halaman 1dari 16

MTA

(Majelis Tafsir Al-Quran)


Majelis Tafsir Al-Quran ( MTA )
Pembentukan : 19 September 1972
Pendiri : Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra
Jenis : Organisasi
Tujuan : Keagamaan dan Sosial Islam
Ketua Umum : Ust. Drs. Ahmad Sukina
Kantor Pusat : Surakarta, Indonesia
Wilayah Layanan : Indonesia
Keanggotaan : 10 juta orang
Latar Belakang Pembentukan
Sebagai seorang pedagang Al-Ustadz Abdullah Thufail Saputra
pernah berkeliling ke berbagai wilayah Indonesia sampai ke
pelosok-pelosok nusantara. Sehingga, dia melihat bahwa
amalan ummat Islam dimana-mana jauh dari tuntunan Islam.
Karena mereka hanya mengikuti amalan-amalan dari nenek
moyang mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak
bisa bersatu. Dia telah menempuh berbagai cara untuk
menyatukan kelompok-kelompok Islam namun tidak mendapat
tanggapan yang positif dari para tokoh di kalangan ummat
Islam. Akhirnya dia memutuskan untuk mendirikan lembaga
dakwah yang bertujuan mengajak ummat Islam kembali kepada
Al-Qur'an dan As-Sunnah yang kemudian diberi nama Yayasan
Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) di Surakarta.
Kegiatan MTA
1. Pengajian
 Pengajian Khusus
Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah
peserta) terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan
seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang,
dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat.
Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan
tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik
karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang laim, baik
karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi.
Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan
tanya jawab.
 Pengajian Umum
Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum,
siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materi pengajian lebih
ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama
sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapat diselenggarakan oleh
MTA Pusat yang diselenggarakan satu minggu sekali pada hari Minggu
pagi. Pengajian ini disiarkan secara live melalui radio MTA FM 102.2
yang bisa diakses melalui satelit palapa dan live streamiming di
website www.mta.or.id
2. Pendidikan
 Pendidikan Formal
Pendidikan formal yang telah diselenggarakan
terdiri atas TK, SMP, dan SMA. SMP dan SMA baru
dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat. SMP MTA
diselenggarakan di Gemolong, Kabupaten Sragen,
dan SMA MTA diselenggerakan di Surakarta.
Tujuan dari penyelenggaraan SMP dan SMA MTA
ini adalah untuk menyiapkan generasi penerus
yang cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu,
di samping memperoleh pengetahuan umum
berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh
Depdiknas, siswa-siswa SMP dan SMA MTA juga
memperoleh pelajaraan diniyah.
Kegiatan
MTA
Sumber Dana
MTA membiayai seluruh kegiatannya sendiri
karena warga MTA yang ingin berpartisipasi
dalam setiap kegiatan harus berani berjihad
bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi
anwal, karena memang demikianlah yang
diconthkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
Penyimpangan MTA
1. Tidak menggunakan qo’idah tafsir yang benar
2. Memalingkan makna sifat-sifat Allah dengan
tanpa hujjah yg benar.
3. Membuang sifat AL-HAYAA-U bagi Allah Azza
wa Jalla
4. Menolak Sifat Wajah bagi Allah Azza wa Jalla.
5. MTA meyaqini bahwa surga tempat tinggal
ADAM adalah di BUMI.
6. Menyelewengkan makna bahkan menginkari
syafa’at nabi.
7. Meyaqini bahwa yg haram hanya 4 saja yg
disebut dalam surat al an’am:145
8. Salah dalam mendudukkan ayat ayat utk
orang kafir dan disematkan kepada orang-
orang muslim.
9. Menganggap yg diharamkan Rasulullah hanya
makruh saja.
10. Menganggap hadits yg shahih bahkan
mutawatir disamakan dengan hadits syadz.
11. Mereka menghalalkan anjing buas, serigala ,
katak/kodok dll yg telah diharamkan
rasulullah.
12. Mereka mengingkari adanya jahannamiyuun.
13. bahwa petunjuk hadits nabi tidak harus
diikuti karena nabi adlah manusia biasa yang
bisa benar dan bisa SALAH.
14. . MTA tidak mempercayai/meyaqini bahwa
jin bisa masuk dalam tubuhmanusia.
15. Menganggap bahwa laki laki dan perempuan
semuanya wajib shalat jum’at scara mutlaq.
Alasan salah satu jama’ah MTA
keluar dari MTA
Abu Faris Bambang Surono ( mantan anggota MTA Cabang
Mojosongo Boyolali).
Sudah dua puluhan tahun Abu Faris Bambang Surono aktif di
MTA, tepatnya sejak bulan Oktober 1987 di Cabang
Mojosongo Boyolali.
Beliau sudah sering diberi kepercayaan untuk mengurusi
beberapa kegiatan di MTA yaitu menjadi ketua panitia kurban
beberapa kesempatan, ikut mewakili pertemuan-pertemuan
pengurus di MTA Pusat (Pertemuan Ahad Siang), menjadi
ketua Tim Janaiz (sempat menerbitkan buku), dilibatkan
dalam pembinaan calon Cabang di Cikampek (sekarang
Karawang) dari tahun 1997 dan yang terakhir sebelum beliau
keluar beliau sempat menjadi Koordinator Tim Dakwah dan
Koordinator Satgas untuk Jakarta dan sekitarnya.
Alasan beliau keluar dari MTA adalah
1. Masalah jama'ah, MTA memiliki Imam sendiri
yang dibai'at, dita'ati dan seterusnya, sebagaimana
LDII, Jama'atul Muslimin (Hizbullah), MMI, Ikhwani
dan lain-lain. Kalau mereka ini jama'ah
sebagaimana hadits Rasulullah, lantas mana firqah-
firqah yang banyak yang disebutkan Rasulullah.
Sudah sangat jelas mereka membangun wala dan
bara di atas kelompoknya. (bahkan di sebagian
tempat ada boikot terhadap orang yang keluar dari
MTA)
2. Masalah aqidah, MTA mengingkari syafa'at di
akhirat, mengimani kalau orang islam masuk neraka
ya selamanya sebagaimana pemahaman
khawarij/mu'tazilah (tidak ada jahanamiyyun),
mengingkari kesurupan jin, mengimani bahwa
malam lailatul qadr sudah tidak ada lagi, mengimani
bahwa Allah tidak menetapkan taqdir (tapi sebagai
sebab akibat murni, ini pemahaman qadariyah
mu'tazilah), tidak mengimani beberapa peristiwa
hari akhir antara lain turunnya Isa, munculnya
Dajjal, dan Imam Mahdi, beraqidah Asy'ariyah
dengan menakwilkan asma wa sifat Allah, istawa
nya Allah, wajah Allah, tangan Allah, Allah dimana-
mana, dan lain-lain
3. Masalah manhaj, metodologi MTA dalam
memahami agama adalah mendahulukan akal,
kadang mengesampingkan hadits shahih (bila
dianggap menyelisihi Al-Quran), apalagi atsar, atau
perkataan para 'ulama kibar. Dari metodologi ini
maka anjingpun jadi halal, sutera dan emas untuk
laki-laki juga mubah, atau paling banter jadi makruh
hukumnya.
4. Masalah fikh juga terjerumus dalam bid,ah,
padahal masalah memerangi bid'ah ini menjadi
jargon MTA. Sangat ironis memang! Contohnya,
menerapkan zakat tanpa memakai haul dan nishab,
orang safar boleh bertayamum (bahkan menjadi
kebiasaan sebagian besar warga MTA) walaupun di
depan mata ada air yang melimpah

Anda mungkin juga menyukai