Anda di halaman 1dari 29

4.

Pembinaan Akhlaq

Pilar pertama : Adab (sopan-santun)

-Menananamkan adab pada anak-anak

-Contoh kehidupan salafus shalih

-adab yang diajarkan nabi untuk anak-anak

1.adab dengan orang tua

-berbicara kepada orang tua

-memandang kedua orang tua

2.adab terhadap ulama

-sopan santun terhadab ulama

-contoh adab anak-anak salafus-shalih terhadap ulama

3.adab menghormati dan menghargai orang lain

4.adab persaudaraan

5.adab bertetangga

6.adab meminta izin

7.adab makan

8.adab penampilan anak (adab potongan rambut dan adab pakaian)

9. adab mendengarkan Al-Quran

pilar kedua:jujur

pilar ketiga:menjaga rahasia

pilar keempat:amanah

pilar kelima:lapang dada,tidak mendengki


pengantar

yang dimaksud dengan akhlaq (al-khuluq) adalah perangi (as-

sajiyyah) dan tabiat ( at-thab) demikian seperti yang disebutkan dalam

kamus as-shihah. Qurthubi dalam tafsir nya mengatakan kata al khuluq

menurut bahasa adalahsesuatu yang menjadi kebiasaan seseorang yang

berupa adab .sebeb, ia menjadi seperti pembawaan (al-khilqah) yang da

pada dirinya .adapun adab yang menjadi tabiat nya disebut al-khim

(watak) yang berearti al-saqjjiyah (perangai) dan tabiat.dengan demikian,

yang disebut al khuluq (akhlaq) itu dalah tabiat yang bisa dibentuk

sedangkan al-khim adalah tabiat yang bersifat naluri .

bertolak dari definisi yang disampaikan oleh qurthubi di atas,anak

jelas sangat membutuhkan pembinaan akhlaq.hal itu dimaksudkan agar

gerakan kemasyarakatan anak yang telah di sebutkan di atas benar-benar

lurus .upaya ini harus dilakukan .sebeb,proses perpindahan dari tabiat

yang di usahakan menuju tabiat yang mengalir begitu saja adalah sulit

.waktu yang dibutuhkan cukup lama .ia harus terus meluruskan akhlaknya.

hal ini telah dinyatakan pula oleh salah seorang ulama besar ,di

antaranya dalah abu hamid al-ghazali,seperti yang telah disebutkan di

depan pada bagian awal buku ini .juga ibnul-qayyim dalam kitabnya ,

ahkam al-maulud .ibnul-qayyim mengatakan ,yang sangat dibutuhkan oleh

anak adalah perhatian terhadap akhlaq nya .ia akan tumbuh menurut apa

yang dibiasakan oleh pendidik nya ketika kecil.

jika sejak kecil ia terbiasa marah ,keras kepala,tergesa-gesa dan


mudah mengikuti hawa nafsu ,serampangan,tamak dan seterusnya, maka

akan sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi hal itu hingga dewasa

.perangi seperti ini akan menjadi sifat dan perilaku yang melekat pada diri

nya .jika ia tidak dibentangi betul dari hal itu ,maka pada suatu ketika nanti

sudah tentu semua perangi itu akan muncul .oleh karena itu kita temukan

kebanyakan manusia yang akhlaq nya menyimpang itu disebebkan oleh

pendidikan yang dilalauinya.

syaikh muhammad khadhar husain ,mantan rektor universitas al-

azhar ,memberikan dorongan mengenai pentingnya mengunakan masa

kanak-kanak untuk menambah kan adab dan akhlaq yang baik.beliau

mengatakan , anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah yang murni dan

perangi yang lurus .jika jiwa nya yang masih polos itu menerima perangi

apapun yang dipahatkan pada dirinya ,selanjutnya pahatan itu akan

meluas sedikit demi sedikit melekat padanya ,yang akan menantang

segala yang berawalan dengan nya .

buktinya,saya melihat seseorang yang bicaranya lembut,wajah nya

bersinar dan indah bila bertemu ,dan fikirannya terdidik . sehingga kami

tidak sangsi lagi bahwa ia termasuk orang yang ditumbuhkan secara baik

oleh Allah dalam rumah yang mulia dan utama.

sekarang tinggal ada satu pertanyaan : apa saja unsur-unsur pembinaan

akhlak ( moral) bagi anak ? ada pula pilar bagi pembinaan yang luhur ini ?

melalui penelusuran terhadap hadis-hadis nabi, kita temukan bahwa ia

terfokus pada lima pilar sebagai berikut.


PILAR KE 1

AL-HAFIZH ibnu hajar mengatakan, yang disebut dengan dab adalah

menggunakan perkataan atau perbuatan yang terpuji. Hal ini disebut juga

dengan akhlak yang mulia ( makarim al-akhlak ). Ada pula pendapat yang

mengatakan , prilaku yang baik. Ada lagi yang mengatakan ,

mengagungkan orang yang lebih tua dan lemah lembut kepada yang lebih

muda. Dan ada lagi yang mengatakan, ia diambil dari kata al-madubah ,

yaitu ajakan untuk makan. Dinamakan demikian karena ia mengajak untuk

itu. Al-junaid pernah ditanya mengenai adab, lalu beliau menjawab, adab

adalah pergaulan yang baik.

Oleh karena itu, urgensi adab ini tampak dengan jelas dalam

bermuamalah dan bergaul. Bahkan ia menjadi penampilan luar dari anak

muda maupun orang tua. Oleh karena itu, menanamkan adab yang baik

kepada anak merupakan prioritas dari pendidikan moral (akhlaq)


MENANAMKAN ADAB PADA ANAK-ANAK

Urgensi adab dan penamaanya pada anak terlihat lebih jelas lagi

mana kala kita lihat bahwa rasulullah memberikan perhatian besar

terhadapnya didalam pembinaan akhlaq. Sampai-sampai beliau

menjadikan penanaman adab pada anak dan membiasakan sehingga

menjadi salah satu tabiat dan perangainya, lebih utama dari pada

sedekah yang dapat memadamkan api. Padahal sedekah itu juga sangat

penting dalam islam

Imam tirmidzi meriwayatkan dari jabir bin samurah bahwa ia berkata,

rasulullah bersabda seorang bapak yang mendidik anaknya itu lebih baik

baginya dari pada bersedekah satu sha.

Rasulullah menjelaskan kepada kedua orang tua bahwa hadiah

terbesar bagi anak adalah adab dan warisan yang termahal baginya

adalah adab yang baik.

Tirmidzi meriwayatkan ari said bin ash bahwa rasulullah bersabda

tidaklah seorang ayah memberikan hadiah kepada anaknya yang lebih

utama dari hadiah adab yang baik

Oleh karena itu ali al-madini mengatakan , mewariskan adab (budi pekerti)

kepada anak-anak itu lebih baik bagi mereka dari pada mewariskan harta.

Adab bakal mendatangkan harta , kehormatan, cinta kepada sesama

saudara serta akan menghimpunkan bagi mereka kebaikan dunia dan

akhirat.
Namun ada sebagian orang yang melalaikan urgensi adab ini dan

menanggap nya sebagai sepele yang bisa di abaikan.ia tidak tau bahwa

sebenarnya yang demikian itu berarti menyaiapkan anak untuk berbuat

durhaka.ia tidak sadar bahwa menenamkan adab merupakan hak anak

atas bapak nya sebagai mana hak mereka untuk di beri makan dan

minum yang menjadi kewajiban kedua orang tua nya.

Ibnu majah meriwayatkan dari ibnu abas bahwa nabi bersabda, mulikan

lah anak-anak kalian dan perbaikilah adab mereka.

Kaum salafus shalih telah memberikan perhatian besar terhadap urgensi

adab ini. Mereka mendidik anak-anak mereka diatas adab tersebut .

seorang sahabat mulia,abdullah bin umar menyampaikan seruan nya

kepada orang tua dengan bahas yang sanggat lembut,didiklah anak mu

dengan adab,karena sesungguh nya engkau bertanggung jawab atas

yang enggkau didikan dan apa yang engkau ajarkan.sedangkan ia

bertanggung jawab menggenai kebaktian dan kepatuhan nya kepadamu.

Perhatian yang besar terhadap adab agar menjadi perangai

karakter pada diri anak ini,adalah karena adab yang baik akan menghasil

kan akal pikiran yang efektif; dari akal pikiran yang efektif akan lahir

kebiasaan yang baik; dari kebiasaan yang baik akan lahir karakter yang

terpuji ,dari karakter yang terpuji akan lahir amal sholih; dari amal sholih

akan di peroleh keridaan allah;dan dari keridaan allah akan muncul

kejayaan yang langgeng.sebaliknya,dari adab yang buruk akan lahir rusak

nya akal;rusak nya akal akan menimbulkan kebiasaan yang buruk; dari
kebiasaan yang buruk akan lahir karakter yang jaha; dari karakter yang

jahat akan lahir amalan yang buruk; dan kemurkaan allah itu

menyababkan kehinaan selama-lamanya. Demikan salafus shalih

membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka agar mempunyai adab

yang baik serta mewariskan hal ini kepada mereka.marilah kita sama-

sama mendengar, memperhatikan dan mempelajari kehidupan mereka .

CONTOH KEHIDUPAN SHALAFUS SHALIH

Ruwain bin ahmad al-bagdadi pernah berkata kepada puranya,

wahai anak ku,jadikan lah amalanmu seperti garam dan adab mu seperti

gandum!

Maksud nya,perbanyaklah adab mu sehingga banyak nya melebihi

amalan mu,sehingga bila di ibaratkan adalah seperti gandum yang cukup

di bubuhkan sedikit garam padanya sesungguh nya banyak nya adab

dengan sedikit amal sholih itu lebih baik dari pada banyak amal dengan

sedikit adab.kisah ini di sebutkan oleh imam al-qarafi dalam kitab nya, al-

furuq .

ibrahim bin habib bin syahid berkata bahwa ayah nya berkata

kepadanya , datangi lah para fuqoha dan para ulama dan belajarlah dari

mereka. Ambillah adab, akhlak dan petunjuk mereka, karena sesungguh

nya hal itu lebih aku sukai dari pada banyak bicara, salah seorang dari

kalangan salaf berkata pada putranya ,wahai anak ku, bilau engkau

mempelajari satu bab saja mengenai adab ,maka itu lebih aku sukai dari
pada engkau belajar tujuh puluh bab mengenai nilmu. Sedangkan abu

zakaria al-anbari mengatakan,ilmu tanda adab bagaikan api tanpa kayu

bakar,sedangkan adab tanpa ilmu adalah seperti ruh tanpa jasad. Sifat-

sifat terpenting macam apa yang di tekan kan rosulullah didalam

membimbing anak-anak dan menanamkan sifat-sifat itu pada diri mereka

? melalui penelaahan terhadap hadis-hadis nabi,maka kita temukan ada

sembilan macam adab terpenting sebagai berikut.

ADAB YG DIAJARKAN NABI UNTUK ANAK-ANAK

1.Adab dengan kedua orang tua

Imam nawawi dalam kitab al-adzkar membuat satu bab mengenai

larangan seorang anak atau murid untuk memanggil orang tua nya atau

guru dan syaikh nya dengan menggunakan namanya.

Ibnu Sunni meriwayatkan dari abu hurairah bahwa nabi pernah melihat

seseorang bersama anaknya. Nabi kemudian bertanya kepada anak

tersebut, Siapa Ini ? ia menjawab, Ayahku Nabi Muhammad bersabda,

kamu jangan berjalan di hadapan nya, jangan melakukan perbuatan yg

dapat membuatnya mengumpatmu karena marah, dan jangan duduk

sebelum ia duduk, serta jangan memanggil dengan menggunakan

namanya.

Dalam Kitab Majma Az-Zawaid Ibnu Hajar Al-HaitSami Menampilkan

Kisah Yg Serupa, Akan tetapi riwayatnya Mauquf pada Abu Hurairah.

Namun didalamnya banyak terdapat faidah yg baik sehingga perlu kami

sebutkan.
Abu Ghasssan Ad-Dhabbi mengatakan, Aku pernah berjalan kaki

bersama Ayahku pada siang hari yg panas lalu kami bertemu dengan Abu

Hurairah.

Ia berkata kepadaku, Siapa Orang Ini, Aku menjawab, Ayahku. Ia

berkata, jangan engkau berjalan di depan ayahmu, Akan tetapi berjalanlah

di belakang atau disampingnya. Jangan lah engkau panggil seseorang

yang memunculkan kerenggangan antara dirimu dengan dirinya jangan

berjalan di muka Ayahmu dan jangan makan balungan yang telah

dipandang oleh Ayahmu yang kiranya ia selera terhadapnya.

Adab berbicara kepada kedua orang tua

Imam Qurthubi dalam tafsir nya menampilkan riwayat bahwa Abu Al-

Baddah Ad-Tajibi berkata, Aku telah tanyakan kepada Said Bin Musaiid

segala hal yang terdapat di dalam Al-Quran berkenaan dengan masalah

Birrul-WaliDaini (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua) kecuali mengenai

firman Allah.

Ucapan kepada keduanya perkataan yang mulia. (Al-Isra:23).

Apa yang dimaksud dengan perkataan yg mulia ? Ibnu Musayyib

Menjawab,Yaitu seperti perkataan seorang hamba yang berbuat salah

kepada sangtuan yang sangat Bengis Dan Kejam.

Umar Bin Khatab Menafsirkan Perkataan Yang Mulia Didalam Ayat

Tersebut Dengan Mengatakan, Yaitu mengucapkan , Wahai Ayahku,

Wahai Bundaku.
Tajuddin As-Subki Berkata, Ketika Aku Sedang Duduk Di Bagian Koridor

Rumah Kami, Ada Anjing Yang Lewat Lalu Aku Usir,Huss! Dasar Anjing

Dan Anak Anjing ! Ayah Kemudian Menegurku Dari Dalam Rumah, Lalu

aku jawab, Bukankah Ia Memegang Anjing Anaknya Anjing ? Ayah

Berkata Ya, Tapi jangan menghina seperti itu. Saya Katakan, Baiklah.

Hendaklah yang diucapkan oleh anak ketika mereka belajar sesuatu dari

Kedua Orang Tua Mereka atau ketika mereka memperoleh manfaat dari

mereka adalah mengucapkan Baik! Ini dengan tujuan agar mereka

merasa senang dan gembira serta membiasakan diri untuk merendah

(Tawadhu).Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua.


Hal 314

Pembinaan Intelektual

Pengsntar

Dalam sejarah, tidak ditemukan suatu agama yang mendorong

pemeluknya untuk memberikan pengajaran kepada anak-anak seperti

agama Islam. Di dunia ini tidak ada pemikiran yang memberikan dorongan

yang begitu besar sebagaimana dorongan yang diberikan oleh Pemikiran

Islam. Hal ini juga diakui sendiri oleh musuh-musuh Islam sekalipun,

sebelum oleh yang lain

Dr. Arthur Arbery, seorang Profesor studi Islam di Universitas

Cambridge, mengatakan Islam mempunyai peran sangat mengagumkan

bagi umat manusia, yang harus sidyukuri. Kita punya banyak karya yang

menjelaskan tentang sumbangn yang diberikan oleh kaum muslimin

dalam memajukan kesenian, kesusasteraan,sains maupun politik.adalah

jelas sekali di mata kita,bahwa kaum muslimin itu tidak akan bisa

merealisasikan sasaran-sasaran keilimiahan yang sangat tinggi ini kalau

saja bukan karena antusias mereka yang sangat tinggi

Untuk belajar dan mengajar.Antusias inilahyang menjadikan mereka

sangat istimewa sepanjang sejarahnya yang panjang.Kaum pria maupun

wanitanya sama-samamemenuhi seruan rasulullah, Tuntutlah ilmu walau

sampai negeri cina.

Dalam melakukan pembinaan keilmuan dan pemikiran,maka pilar-

pilar yang dijadikan pijakan oleh keduaorang tua haruslahjelas.ini untuk


menjamin terwujudnya pembinaanyang sehat,keilmuan yang luasdan

pemikiran yang benar.sebab,pembinaan ini terhitung sebagai pembinaan

terpenting dalam membentuk kepribadian anak,karena ia merupakan

pembinaan akal. Jika akal itu sehat,maka ia adalah kebaikan dan kabar

gembira bagi kedua orang tua.jika tidak demikian ,maka kedua orang tua

berarti melahirkan musuh bagi keduanya,dimana ia akan memusuhi dari

dalam serta akan menghantarkannyamenuju nerakajahannam.Na udzu

billah,kita berlindung kepada Allah.

Melalui pilar pilar pembinaan keilmuan yang akan segera kita bahas

sebentar lagi, bisa kita catat bahwa ia mengarahkan anakm dari dalam

agar melangkah menuju ilmu belajar dan cinta kepada ulama demikian

juga terlihat dengan jelas betapa pentingnya peran kedua orang tua dalam

meilihkan guru yang pintar dan shalih yang menjadi cermin bagi hati dan

mentalitas si anak bila gurunya baik, maka murid akan meniru

kebaikannya. Oleh karena itu pilar-pilar yang dibutuhkan oleh kedua orang

tua, harus benar-benar diketahui

Pilar Ke-1

Menanamkan Kecintaan Kepada Ilmu dan Adab-adanya

Nabi telah meletakan kaidah mendasar dalam menggunakan fase anak-anak ini

untuk belajar dan menuntu ilmu yang terus bersambung ari generasi ke generasi.

Hal ini terus membangkitkan hasrat orang tua untuk memotivasi anak-anak

mereka agar terus menuntut ilmu dan mencintainya. Sebab, menuntut ilmu

merupakan kewajiban atas setiap muslim, tua maupun muda, pria maupun
wanita,anak laki-laki maupun perempuan. Menuntut ilmu merupakan ibadah

paling utama

Yang bisa dijadikan media oleh hamba untuk mendekatkan diri dengannya.

Demikian, masa anak-anak merupakan fase yang paling subur untuk melakukan

pembinaan keilmuan pada anak.

Thabrani meriwayatkan dari Abu Darda bahwa Rasulullah

bersabda,Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu di waktu kecil adalah

seperti memahat batu, sedangkan perumpamaan mempelajari ilmu ketika

dewasa adalah seperti menulis di atas air.

Ibnu Abidin dalam kitab Hasyiyah menampilkan beberapa bait sajak yang

didendangkan Nifthah kepada dirinya.

Sungguh aku tela lupa tentang ilmu yang aku pelajari ketika dewasa

Namun aku tidak lupa tentang apa yang aku pelajari ketika blia yang

namanya ilmu itu adalah yang dipelajari ketika muda

Sedangkan sedabaran itu adalajh menyabarkan diri ketika tua

Ilmu sesudah rambut beruban adalah tekanan

Ketika itu hati telah tumpul, bgitu juga pendngaran dan penglihatan

Sekiranya hati ini dibuka ketika masih muda

Maka ia akan melihat ilmu seperti mengukuir di atas Batu

Syakhawi dalam Al-Maqhashid Al-Hasanah mengemukakan

sejumlah hadits yang mendukung makna ini.

Abu Hurairah R.A. meriwayatkan secara marfu', "Siapa yang mempelajari

Al-Qur'an ketika masih muda, maka Al-Qur'an itu menyatu dengan daging

dan darahnya. Dan siapa mempelajarinya ketika dewasa, sedangkan ilmu


itu akan lepas darinya dan tidak melekat pada dirinya, maka ia

mendapatkan pahala dua kali. Diriwayatkan oleh Baihaqi, Dailami dan

Hakim.

Ibnu Abbas mengatakan, "Siapa yang membaca (hafal) Al-Qur'an sebelum

ia baligh, maka ia termasuk orang yang dianugerahi hikmah ketika masih

kecil."

Para sahabat dan tabi'in serta para ahli hadits menegaskan bahwa belajar

di waktu kecil itu memberikan pengaruh yang jauh lebih besar terhadap

perkembangan keilmuan anak. Di samping itu juga lebih kuat dan lebih

melekat di dalam ingatan.

Khathib Baghdadi menceritakan sejumlah kisah tentang kehidupan salafus

shalih dan perhatian mereka terhadap anak-anak. Hasan (Bashri) berkata,

"Bawa ke sini anak-anak kalian yang masih belia, karena sesungguhnya

mereka lebih longgar dadanya dan lebih (cepat) hafal terhadap apa yang

mereka dengar."

Sedangkan Sa'id bin Rahmat Al-Ashbahi mengatakan, "Akupernah datang

paling dahulu ke majelis ta'lim Abd aliah bin Mubarak bersama beberapa

teman dekatku sehari sebelum majelis itu dimulai, dan tidak ada seorang

pun yang mendahuluiku.


Beliau kemudian datang bersama orang-orang tua. Dikatakanlah kepada

beliau, Kami lebih layak untuk mendapat perhatian darimu daripada anak-

anakitu

Abdullah bin Mubarak kemudian berkata, "Justru mereka itu bagiku

membawa harapan daripada kalian. Kalian ini sudah hidup sekian lama

sedangkan mereka itu mudah-mudahan Allah masih memanjangkan usia

mereka. Said berkata, "Maka tidak ada seorang pun yang tersisa di sisi

beliau kecuali aku

A'masy menceritakan, "Aku pernah melihat Islamil bin Raja' datang

menemui anak-anak kecil yang ada di madrasah lalu menyampaikan

haddist kepada mereka agar ia tidak lupa akan hadits-hadits yang telah

dihafalnya.

Yahya bin Humaid At-Thawil berkata, "Kami pernah datang kepada

Hamad bin Salamah, sedangkan di depan beliau terdapat anak-

anak yang beliau menyampaikan hadits kepada mereka. Kami pun

kemudian duduk sampai akhirnya beliau selesai menyampaikan hadits

kepada anak-anak kecil itu.

Sesudah itu aku katakan kepadanya, 'Wahai Abu Salamah, kami ini

adalah orang-orang dewasa yang menjadi murid-muridmu. Kami telah

datang kepadamu, namun engkau justru membiarkan kami dan mengurusi

anak-anak itu.' Hamad kemudian menjawab, "Aku telah bermimpi seakan

aku sedang berada di tepi sungai dengan membawa

timba yang aku gunakan untuk mengambil air, lalu timba itu diambil
oleh anak-anak itu.

Adalah Yahya bin Yaman, jika didatangi anak yang belum dewasa, Beliau

memintanya untuk membacakan tujuh puluh ayat dari surat Al-Araf tujuh

puluh ayat dari surat Yusuf. Jika ia berhasil membacanya

Menghafalnya), maka ia baru menyampaikan hadits kepadanya, dan

jika tidak, maka ia tidak mau menyampaikannya."

Hasan bin Ali pernah mengatakan kepada anak-anaknya sendiri dan

kepada anak-anak saudarinya, "Belajarlah, karena sesungguhnya kalian

ini dalah anak-anak muda pada hari ini yang akan menjadi orang dewasa

esok hari. Siapa di antara kalian yang tidak hafal, maka hendaknya ia

menulis.

Athabin Abi Rabah pernah berkata kepada anak Menulislah Kalian !

Siapa di antara kalian yang belum bisa menulis, maka aku tuliskan. Dan

siapa yang tidak punya kertas, maka akan Aku beri.

Badiuz-Zaman Al-Hamdani pernah menulis surat kepada kepo-nakannnya

m&tiberikan dorongan agar giat di dalam menuntut ilmu. Dalam surat itu Ia

mengatakan, "Engkau akan selalu menjadi anaku selama engkau terus

menuntut ilmu, selama sekolahan adalah tempatmu, selama pena menjadi

teman dekatmu, dan selama buku menjadi sekutumu. Jika engkau tidak

demikian, maka aku tidak lagi menjadi pamanmu. Wassalam.

Ibnu Abdil-Barr dalam kitab Jami' Bayan Al-'llm wa Fadhlihi (1/103)

menyebutkan bahwa Luqman pernah berkata kepada anaknya, "Wahai

anakku, tingkatan hikmah (ilmu) macam mana yang telah engkau raih?"
Ia menjawab, "Aku tidak akan memaksakan diri terhadap sesuatu yang

tidak berguna bagiku."

Luqman berkata, "Wahai anakku, masih ada sesuatu yang lain. Banyak

bergaullah dengan para ulama, karena sesungguhnya Allah akan

menghidupkan hati yang mati dengan hikmah sebagimana Ia

menghidupkan (menyuburkan) tanah yang mati dengan air dari langit.

Wliiai anakku; janganlah engkau mempelajari ilmu karena tiga hal dan

jangan meninggalkannya karena tiga hal.

Janganlah engkau mempelajarinya untuk berdebat, untuk

menyombongkan diri dan untuk berbuat riya'. Janganlah pula

meninggalkan ilmu karena malas, karena malu kepada manusia dan

karena puas (menerima) kebodohan. Wahai anakku, janganlah engkau

mendebat para ulama dan jangan meremehkan mereka sehingga mereka

pun akan menolakmu. Jangan pula mendebat orang-orang bodoh

sehingga mereka akan membodohkanmu dan mencaci-maki dirimu. Tapi,

sabarkanlah dirimu menghadapi orang yang di atasmu dan kepada orang

yang ada di bawahmu. Sesungguhnya hanya orang bersabar terhadap

ulama yang bisa menyertai mereka sehingga bisa terus menyertai mereka

dan memetik ilmu mereka dengan penuh kelembutan. Wahai anakku,

sesungguhnya hanya hikmahlah yang bisa mendudukkan orang-orang

miskin di majelis-majelis para raja


Yahya bin Khalid pernah berkata kepada Putra nya, engkau harus

menimba setiap ilmu dan mendalaminya Karena seseorang itu adalah

musuh kebodohannya, dan aku tidak suka bila Engkau menjadi musuh

ilmu. Beliau selanjutnya melantunkan Sajak :

Belajarlah dan ambil setiap bidang ilmu

Seseorang itu akan tinggi kedudukannya manakala Ia berilmu

Engkau adalah musuh bagi kedodohan Mu

Dan engkau akan selamat selama engkau memiliki Ilmu

Abdulah bin Marwan pernah berkata kepada puteranya, Wahai anakku,

tuntutlah ilmu. Sebab, jika engkau menjadi seorang pembesar, maka

engkau akan tetap di jalur yang benar. Dan jika engkau menjadi orang

biasa, maka engkau tetap bisa hidup layak.

Tak ketinggalan, para sastrawan, para ahli hikmah dan para ulama

seluruhnya memberi nasihat kepada kaum ayah dan membimbing anak-

anak agar mencari ilmu dan pengetahuan sejak usia dini.

Ahmad Syauqi menyeru para pendidik umat dan para pembaharunya agar

memberikan perhatian terhadap masalah pendidikan anak-anak, karena

dari merekalah akan lahir generasi yang akan melakukan suatu keajaiban

dan membangunkan umat dari ticlurnya.

Betapa banyak orang kecil yang diberi pengajaran oleh kaumnya

Akhirnya menjadi orang yang mulia dan bisa melindungi orang banyak
Ia menjadi orang berguna dan kebanggaan bagi kaumnya

Andaikan ia meninggalkan ilmunya, maka cacat dan aiblah baginya

Maka ajarilah generasimu sesuai yang kau mampu

Mudah-mudahan ia menjadi generasi yang bisa melahirkan keajaiban

Jika kecintaan terhadap ilmu dan kecintaan untuk menuntutnya benar-

benar tertanam di dalam jiwa dan pikiran anak, maka dengan sendirinya ia

akan terus menuntutnya dengan segala kesulitan dan beban berat yang

harus dipikulnya dalam rangka mencari ilmu, la juga akan rela tidak tidur

malam untuk mendapatkan ilmu tanpa diperintah oleh kedua orang

tuanya.
Metode Pemikiran yang Berpengaruh terhadap Mental

Anak

Dasar Pertama : Membawakan Kisah

Dasar Kedua : Berbicara Langsung

Dasar Ketiga : Berbicara kepada Anak sesuai Kapasitas Akalnya

Dasar Keempat: Dialog

Dasar Kelima : Metode Pengalaman Praktis

Dasar Keenam : Mengajarkan Kepribadian Nabi

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya, "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan (Allah).Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar'.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKu-lah

kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah

kamu mengikuti keduanya, dan perlakukanlah keduanya di dunia dengan

baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepadaKu-lah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah

kamu kerjakan.

(Lucjman berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di

dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membatasinya).

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang

baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan

bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang

demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena

sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi

membanggakan diri.

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 13-19).


Dasar ke-1

Membawakan Kisah

Kisah bisa memainkan peran penting dalam menarik perhatian, kesadaran

pikiran dan akal anak. Nabi SAW. biasa membawakan kisah di hadapan

para sahabat, yang muda maupun yang tua. Mereka - Mendegarkan

dengan penuh perhatian terhadap apa yang dikisahkan beliau, berupa

berbagai peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu, agar bisa diambil

pelajarannya oleh orang-orang sekarang dan yang akan atang hingga hari

kiamat.

Yang penting untuk dicatat adalah bahwa kisah-kisah yang disampaikan

oleh Nabi itu bersandar pada fakta riil yang pernah terjadi di masa lalu.

Jauh dari khurafat dan mitos. Kisah-kisah tersebut bisa membangkitkan

keyakinan sejarah pada diri anak, di samping juga menambahkan spirit

pada diri anak untuk bangkit serta membangkitkan rasa keislaman yang

bergelora dan mendalam.

Kisah-kisah para ulama' 'amilin dan orang-orang mulia yang shalih

merupakan sebaik-baik sarana yang akan menanamkan berbagai

keutamaan dalam jiwa anak serta mendorongnya untuk siap mengemban

berbagai kesulitan dalam rangka meraih tujuan yang mulia dan tujuan-

tujuan yang luhur. Di samping itu juga akan membangkitkannya untuk

mengambil teladan orang-orang yang penuh pengorbanan sehingga ia

akan terus naik menuju derajat yang tinggi dan terhormat.


Bertolak dari sini, maka sebagian ulama berkata, "Kisah merupakan salah

satu tentara Allah yang Dia hembuskan ke dalam hati para kekasih-Nya.

Hal ini dikuatkan oleh firman Allah, "Semua kisah tentang rasul-rasul itu

Kami ceritakan kepadamu untuk meneguhkan hatimu dengannya. Dan

dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan

peringatan bagi orang-orang yang beriman." (Hud: 120)

Imam Abu Hanifah R.A berkata, "Kisah-kisah para ulama dan kebaikan-

kebaikan mereka jauh lebih aku sukai dari pada fikih. Sebab, kisah-kisah

itu merupakan adab mereka, dan hal itu diperkuat oleh firman Allah,

"Mereka itulah orang-orang yang diberipetunjuk oleh Allah, maka ikutilah

petunjuk mereka. (Al-An^am: 90)

Dan juga firman Allah, "Sungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat

pengajaran bagi orang-orang i0mg mempunyai akal. (Yusuf: 111) |

Di depan telah kita tampilkan sejumlah kisah, seperti kisah Ashdbul

Ukhdud, kisah Juraij sang ahli ibadah, kisah penghuni gua, dan kisah

Uwais Al-Qarni. Dan di sini akan kami tambahkan beberapa kisah lagi

agar menjadi bekal bagi para orang tua dan para pendidik, yaitu:

1. Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.

2. Kisah Al-Kifl

3. Kisah orang botak, orang buta, dan orang yang kena penyakit kusta.

4. Kisah orang yang berutang seribu dinar.


Dengan demikian total jumlah kisah yang kami tampilkan dalam buku ini

berjumlah delapan. Kisah-kisah ini bisa disampaikan kepada anak sebagai

santapan dan pendidikan bagi mereka.

1. Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas R.A bahwa ia

berkata, "Ibrahim membawa pergi Ummu Ismail dan anaknya, Ismail, yang

masih disusuinya sampai di suatu tempat. Di kemudian hari ia

meletakkannya di Al-Bait di sisi suatu pohon di atas Zamzam, di dekat

masjid (di kemudian hari). Ketika itu di Mekah tidak ada seorang pun, dan

juga tidak terdapat air.

Ibrahim menempatkannya di sana dan meletakkan wadah pada sisi

keduanya, yang berisi kurma dan geriba (siqd'; wadah air yang terbuat

dari kulit) yang berisi air. Ibrahim kemudian pergi dan diikuti oleh Ummu

Ismail dengan berkata, "Ke mana kamu pergi, sedangkan engkau

tinggalkan kami di lembah yang sama sekali tiada teman dan tidak ada

sesuatu apapun?" Kalimat ini dikatakannya berulang-ulang, namun

Ibrahim tidak juga menolehnya. Akhirnya ia berkata, "Allah-kah yang

menyuruhmu melakukan hal ini?" Ibrahim menjawab, "Ya." Ia berkata,

"Kalau begitu, Dia (Allah) tidak akan menyia-nyiakan kita,"

Akhirnya ia pun kembali, sedangkan Ibrahim A.S berangkat pergi. Ketika

telah sampai di suatu celah bukit yang tidak lagi bisa dilihat olehnya, ia
menghadapkan wajah ke Al-Bait dan berdoa dengan mengangkat kedua

tangannya,

"Ya Rabb kami, sesungguhnya aku telah meninggalkan sebagian

keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman yang dekat

dengan Rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb kami, yang

demikian itu agar mereka mendirikan slmlat. Maka jadikanlah hati

sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka

dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur." (Ibrahim: 37).

Ummu Ismail pun kemudian mulai menyusui Ismail dan minum dari air

yang telah disiapkan tersebut. Ketika air yang terdapat dalam geriba itu

telah habis, dan ia kehausan, demikian juga puteranya, ia mulai melihat

puteranya menggeliat. Dalam riwayat lain: menghentak-gentakkan

kakinya.

Ia pun segera pergi (mencari air) karena tidak ingin melihatnya seperti itu.

Ia menatap ke arah lembah untuk melihat-lihat apakah ada seseorang.

Namun ternyata ia tidak melihat apa-apa. Ia kemudian turun dari bukit

Shafa sampai ke lembah tanpa membawa hasil. Sesudah itu ia berjalan

cepat sambil terengah-engah melewati lembah kemudian pergi ke Marwah

dan berdiri di sana. Ia melihat-lihat adakah seseorang, namun ternyata ia

tidak melihat seorang pun. Hal itu ia lakukan sampai tujuh kali ke sana

kemari.

Ibnu Abbas mengatakan, "Nabi SAW. bersabda, "Karena itulah oran Haji

pun melakukan jalan cepat (sai) antara Shafa dan Marwah.


Ketika ia mendekati Marwah, ia mendengar suara, lalu ia berkata! "Diam !"

maksudnya menyuruh dirinya sendiri agar diam. Ia kemudian

mendengar-dengarkan, dan akhirnya ia mendengar lagi.

Ia berkata, "Aku telah benar-benar mendengar sesuatu, maka apakah

engkau akan menolong?" Ternyata ia sedang bersama seorang malaikat

di sisi Zamzam. Lalu malaikat menghentakkan tumitnya! atau dalam

riwayat lain mengibaskan sayapnya, sampai akhirnya^ muncullah air yang

membentuk kubangan kolam. Ia pun kemudian menciduk air untuk

dimasukkan ke dalam geribanya. Saat Ia menciduk itulah air memancar.

Ia kemudian minum dari air tersebut dan menyusui anaknya. Malaikat

berkata kepadanya, "Kamu jangan khawatir akan di sia-siakan.

Sesungguhnya di sini terdapat rumah Allah yang akan dibangun oleh anak

kecil ini dan ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan

'orang-orang'Nya."

Tempat yang dihuni itu adalah tanah yang tinggi seperti gundukan tanah

atau bukit kecil. Ketika Ummu Ismail masih berada di situ, ada orang-

orang dari Jurhum yang berjalan melewati wilayah bawah Mekah. Mereka

melihat melihat seekor burung yang sedang terbang berputar-putar.

Mereka lantas berkata, "Sesunguhnya burung itu tentu berputar-putar di

atas air. Kami yakin bahwa di lembah ini terdapat air."

Mereka kemudian menyuruh satu atau dua orang untuk mengeceknya.

Dan, memang benar terdapat air. Keduanya lalu kembali dan

mengabarkan keberadaan air tersebut. Mereka semua pun pergi ke


tempat air itu dan Ummu Ismail berada di sisi air tersebut. Mereka berkata,

"Apakah engkau mengizinkan kami untuk singgah di tempatmu?" Ia

menjawab, "Ya, silakan. Tapi tidak ada hak bagimu terhadap air." Mereka

berkata, "Ya."

Ibnu Abbas H menceritakan bahwa Nabi || bersabda, "Akhirnya Ummu

Ismail mendapati orang-orang turut tinggal di sekitar situ, sekalipun ia

tidak membutuhkannya. Mereka kemudian membentuk keluarga di tempat

tersebut".

Menganjak dewasa, Ismail belajar bahasa Arab kepada mereka.

Kemudian Ummu Ismail telah meninggal, dan Ismail telah menikah. Nabi

Ibrahim datang untuk melihat puteranya. Namun Nabi Ibrahim tidak

mendapatkannya. Ia pun menanyakan kepada isteri Ismail. Isterinya

menjawab, "Ia sedang pergi mencari keperluan kami." Dalam riwayat lain

disebutkan, "Ia sedang berburu."

Nabi Ibrahim kemudian menanyakan soal kehidupan dan keadaan j

mereka. Isteri Ismail menjawab, "Kami dalam keadaan buruk. Kami dalam

kesempitan."

Nabi Ibrahim berkata, "Jika suamimu telah tiba, maka sampaikah! salam

kepadanya dan katakan kepadanya, "Tanpa ambang pintumu."

Ketika Ismail datang, maka ia seakan merasakan keceriaan tersendiri. Ia

bertanya, "Apakah ada seseorang yang datang kepadamu?" Ia menjwab,

"Ya. Telah datang kepada kami seorang tua; cirinya begini dan begini.

Ia menanyakan dirimu dan aku pun menjawabnya. Ia |menanyakan


kepadaku bagaimana kehidupan kita, dan aku pun menjawabnya bahwa

kita dalam keadaan sulit dan terjepit." Ismail bertanya," Apakah ia

memberikan sua tu pesan (wasiat) kepadamu?" la menjawab, "Ya. la

menyuruhku agar menyampaikan salam kepadamu dan berkata

kepadamu 'tanpa ambang pintumu'." Ismail berkata, "Itulah ayahku, la

menyuruhku agar menceraikanmu. Ikutlah keluargamu lagi!"

Ismail kemudian menceraikannya dan menikah lagi dengan salah seorang

di antara mereka.

Beberapa waktu dan kemudian Nabi Ibrahim datang kembali, namun ia

juga tidak bertemu dengan Ismail. Nabi Ibrahim hanya bisa bertemu

dengan isteri Ismail (yang berarti menantunya yang baru) dan

menanyakan kepadanya. Ia menjawab, "Ismail pergi mencari nafkah buat

kami." Nabi Ibrahim kemudian menanyakan tentang kehidupan dan

keadaan mereka. Ia menjawab, "Kami dalam keadaan baik-baik saja.

Kami begitu longgar." EH samping itu ia memuji Allah . Nabi Ibrahim

menanyakan, "Apa makanan kalian?" Ia menjawab, "Daging." "Lalu apa

minuman kalian?", tanya Nabi Ibrahim lagi. la menjawab, "Air." Nabi

Ibrahim kemudian berdoa, "Ya Allah, berikan keberkahan kepada mereka

berkenaan dengan daging dan air."

Nabi % menceritakan, "Ketika itu belum ada biji-bijian. Andaikan saja

ketika itu sudah ada, tentu Ibrahim akan pula mendoakan keberkahan

padanya."
Nabi Ibrahim berkata kepadanya, "Jika suamimu nanti telah datang, maka

sampaikanlah salam kepadanya dan perintahkan ia agar tetap

berpegang pada ambang pintunya."

Ketika Ismail telah tiba, ia bertanya kepada isterinya, "Adakah seseorang

yang datang kepadamu?" Ia menjawab, "Ya. Telah datang kepadaku

seorang tua yang berpenampilan bagus. Ia menanyakan padaku tentang

dirimu dan kondisi kehidupan kita, dan aku pun}| menjawabnya bahwa

kita dalam keadaan baik " Ismail menanyakan I lagi, "Apakah ia

menyampaikan pesan kepadamu." la menjawab, j "Ia menyampaikan

salam untukmu dan menyuruhmu agar tetapi berpegang pada ambang

pintumu." Ismail kemudian berkata, fm adalah ayahku, dan engkau adalah

ambang pintu itu. Ia menyuruhku^ agar tetap memegangmu (sebagai

isteri) "

Anda mungkin juga menyukai