Anak yang menjadi dambaan setiap keluarga adalah rizki sekaligus ujian
dari Allah Taala kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan
AllahTaala menyebutkan dalam firman-Nya bahwa anak adalah salah satu
kesenangan dan perhiasan dunia,
.
Artinya: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (Qs.
Al-Kahfi: 46)
Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan amanah yang
sangat besar bagi kedua orang tuanya. Oleh karenanya, para orang tua
dituntut untuk senantiasa memperhatikan perkembangan jasmani dan
rohani sang buah hati. Namun, belakangan sering kita temui peristiwaperistiwa memilukan yang menimpa anak-anak akibat perbuatan orang
tuanya.
Misalnya saja, seorang wanita yang berdomisili di Bandung dan pernah
mengecap pendidikan di salah satu Universitas ternama di kota tersebut,
dengan begitu tega membunuh ketiga buah hati yang telah susah payah
dikandungnya, hanya karena kekhawatirannya yang tidak beralasan.
Hal serupa juga menimpa seorang bayi mungil di daerah Sulawesi yang
dibanting ayah kandungnya sendiri hingga tewas, hanya karena ayahnya
kesal mendengar tangisan anaknya yang tidak kunjung berhenti. Dan
peristiwa yang baru-baru ini terjadi adalah seorang anak lelaki di daerah
Jakarta yang dihajar oleh ayah kandungnya sendiri hanya karena anaknya
tersebut lupa mematikan air yang sedang dimasak.
Kisah-kisah ini merupakan tragedi dalam sejarah pendidikan dan
perkembangan anak. Tidak sedikit orang tua yang masih memiliki
anggapan bahwa kekerasan dapat menjadi cara yang ampuh agar
membuat anak menjadi faham akan sesuatu hal. Jadi, berapa banyak lagi
kisah-kisah serupa yang harus dialami anak-anak dengan dalil
pendidikan??? Bukankah tubuh mungil itu seharusnya mendapatkan
limpahan kasih sayang???
Setiap rumah tangga haruslah memiliki keinginan untuk mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Dan untuk menjalankan
peringatan dan arahan dari orang tua yang dapat difahami oleh si anak
dengan baik dan sesuai dengan pertumbuhan akal si anak.
Metode pendidikan terbaik bagi anak dalam usia sebelum tamyiz dan
sesudah tamyiz adalah dengan jalan mendengar dan menyimak. Karena
pada usia tersebut, seorang anak memiliki ingatan yang amat kuat
terhadap segala hal yang dilihat dan didengarnya. Itulah sebabnya, anakanak pada zaman dahulu diketahui memiliki hafalan yang luar biasa,
sebut saja seperti Imam Asy-Syafii, Imam Bukhari, dan yang lainnya.
[Lihat Menanti Buah Hati, hal. 346]
BEGINILAH CARA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA
SALLAMMENDIDIK ANAK
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merupakan uswah bagi orangorang beriman. Untuk itulah, kita diperintahkan untuk mencontoh beliau
dalam berbagai perkara syariat, salah satunya adalah tarbiyatul aulad
(mendidik anak).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua,
berkaitan dengan pendidikan anak, antara lain:
1. Memberikan pendidikan agama kepada anak, terutama aqidah yang
akan menjadi pondasi ke-Islamannya. Perhatikan bagaimana perkataan
Luqman kepada anaknya,
,
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, Hai
anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah. Sesungguhnya kesyirikan
itu merupakan kezhaliman yang besar. (Qs. Luqman: 13)
Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengajarkan hal ini kepada
Abdullah bin Abbas radhiyallahuanhuma, beliau bersabda,
:
.
.
.
Artinya: Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu
beberapa kalimat. Jagalah (hak-hak) Allah, niscaya Allah akan
.
Artinya: Suruhlah anak-anakmu untuk melaksanakan shalat pada usia
tujuh tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya pada
usia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka. [Hadits
shahih, diriwayatkan oleh Ahmad (II/ 180, 187), Abu Dawud (no. 495), AlHakim (I/197), Al-Baihaqi (III/84), Ibnu Abi Syaibah (no. 3482), AdDaruquthni (I/230), Al-Khathib (II/278), dan Al-Uqaili (II/167), dari
Abdullah bin Amr radhiyallahuanhuma. Lihat jugaShahihul Jami (no.
5868)]
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi berkaitan dengan pukulan
kepada anak ini, yaitu:
a. Anak mengerti atas alasan apa dia dipukul.
b. Orang yang memukulnya adalah walinya, misalkan ayahnya.
c. Tidak boleh memukul anak secara berlebihan.
d. Kesalahan yang dilakukan oleh sang anak memang patut untuk
mendapatkan hukuman.
e. Pukulan dimaksudkan untuk mendidik anak, bukan untuk melampiaskan
kemarahan.
[Lihat Al-Qaulul Mufid (II/473-474) dan Bekal Menanti Si Buah Hati(hal. 5556, cat. kaki no. 89)]
Adapun pukulan yang dimaksud adalah:
a. Pukulan yang dapat diterima oleh si anak, yakni pukulan yang ringan,
b. Pukulan yang tidak menimbulkan bekas atau luka pada tubuh si anak,
c. Pukulan di bagian tubuh, kecuali wajah.
[Lihat Menanti Buah Hati, hal. 347-348)
6. Bersikap adil kepada semua anak dan bersabar dalam menghadapi
mereka. Orang tua terkadang memiliki kecenderungan pada salah satu
atau sebagian anak dibandingkan dengan anak-anak lainnya, baik dalam
hal materi maupun imateri. Padahal, sikap orang tua yang demikian itu
tidak akan memberikan dampak yang baik bagi kejiwaan anak-anaknya.
Sebab akan ada anak yang merasa tidak disayangi dan tersisihkan,
sementara dia melihat saudaranya mendapatkan perlakuan berbeda dari
orang tuanya. Hal seperti ini akan sangat mungkin untuk memicu
perselisihan bahkan permusuhan antar sesama saudara. Dan sikap seperti
ini juga berarti menzhalimi mereka. [Lihat Ensiklopedi Adab Islam (I/201)]
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda,
.
Artinya: Aku tidak mau menjadi saksi atas perbuatan zhalim, bertakwalah
kalian kepada Allah dan bersikap adillah kepada anak-anak kalian.
[Hadits shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (no. 2586, 2587) dan Muslim
(no. 1623), dari Numan bin Basyir radhiyallahuanhu]
Selain itu, orang tua juga harus menyadari bahwa anak adalah fitnah
(ujian) bagi orang tua maka hendaknya orang tua dapat bersabar dalam
menghadapi gangguan dari anak-anaknya. Allah Azza wa Jallaberfirman,
Artinya: Dan ketahuilah! Sesungguhnya harta-hartamu dan anak-anakmu
adalah fitnah (ujian/cobaan bagimu). Dan sesungguhnya Allah (yang)
disisi-Nyalah terdapat ganjaran yang besar. (Qs. Al-Anfal: 28)
Artinya: Hanya saja harta-hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah
Artinya: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada
mukmin yang lemah [Hadits shahih, diriwayatkan oleh Muslim (no.
2664), Ahmad (II/366, 370) dan Ibnu Majah (no. 79, 4168), dari Abu
Hurairah radhiyallahuanhu]
Itulah beberapa hal yang harus menjadi perhatian orang tua terkait
dengan pendidikan anak. Tidak hanya menjadi bahan perhatian orang tua
saja, tetapi juga menjadi kewajiban bagi orang tua, karena apa yang telah
diuraikan diatas dapat dikategorikan sebagai hak anak yang harus
dipenuhi oleh orang tuanya.
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
miskin. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga
kepadamu (Qs. Al-Isra: 31)
Meskipun ayat diatas menyebutkan tentang larangan membunuh anak
karena takut miskin, akan tetapi Allah Tabaraka wa Taala telah
menegaskan dalam ayat yang sama bahwa Allah-lah yang memberikan
rizki kepada orang tua dan anak tersebut maka tidak ada alasan bagi
setiap orang tua untuk mengabaikan hak anak dan hanya memberikan
wewenang pada instansi formal untuk memberikan pendidikan kepada
anak, tanpa orang tua turut terlibat di dalamnya, hanya karena alasan
perekonomian.
Jadi, sesibuk apa pun aktifitas kedua orang tua, hendaknya orang tua
dapat meluangkan waktu bersama anak untuk mengetahui sejauh mana
pendidikan yang telah diterimanya dan mengamati hal-hal apa saja yang
harus diperbaiki, ditambah, atau mungkin dikurangi dari porsi
pendidikan si anak. Dengan demikian, hubungan antara orang tua dan
anak tidak lagi berada dalam dua dunia yang berbeda dan terpisahkan
oleh jurang yang sangat jauh dan dalam. Dan dalam hal ini diperlukan
pendekatan yang komunikatif antara keduanya.
Sepatutnya anak mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari kedua
orang tua dan kerabatnya. Dan yang terpenting dari semuanya adalah
pendidikan yang menjadi hak anak dan prioritas bagi setiap orang tua,
karena Allah Taala telah berfirman,
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu (Qs. At-Tahrim: 6)
Ali bin Abi Thalib radhiyallahuanhu menegaskan bahwa maksud dari ayat
diatas adalah mendidik dan mengajari keluarga. [Lihat Tafsir Al-Quranil
Azhim(IV/408) dan Bekal Menanti Si Buah Hati (hal. 52)]
Demikianlah, risalah ini tersusun dengan maksud untuk mengingatkan
kepada setiap orang tua, bahwasanya anak adalah titipan yang harus
dijaga. Dan titipan itu juga harus dikelola sebaik mungkin agar kelak
menjadi aset yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Maka tidakkah setiap orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi
anak-anak yang shalih agar kelak dapat mendoakannya ketika tidak ada
lagi satupun simpanan yang dimilikinya.
.
Artinya: Apabila manusia telah meninggal, maka terputuslah amalnya,
kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak
shalih yang mendoakan kebaikan baginya. [Hadits shahih,
diriwayatkan oleh Muslim (no. 1631), Ahmad (II/372), Bukhari dalamAlAdabul Mufrad (no. 38), Abu Dawud (no. 2880), An-Nasai (VI/251),
Tirmidzi (no. 1376), dan Al-Baihaqi (VI/278) dari Abu
Hurairahradhiyallahuanhu]
dengan
menggunakan
metode
yang
tepat
dan
sesuai
dengan
Artinya: Serulah (manusia) kepadajalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang Iebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dan jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. AnNahl
(l6):125)[5]
Dengan melihat ayat di atas maka, sebagai guru harus dapat memilihkan
metode yang tepat bagi anak didiknya, terutama anak usia dini. Diantara metodemetode yang dapat digunakan dalam Pendidikan Agama Islam pada anak usia dini
adalah:
a.
Metode teladan
Dalam Al-Quran kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah, yang
kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang artinya teladan yang baik.[6]
Metode teladan ini sangat penting bagi anak, supaya ia dapat meniru dan
menyamakan diri dengan orang lain. Karena pada umumnya anak terutama yang
masih usia dini perilakunya cenderung meniru orang-orang yang disekitarnya atau
lingkungannya. Oleh karena itu sebagai guru hendaknya memberikan teladan atau
contoh yang baik bagi anak.
Dalam A1-Quran juga ditegaskan bahwa contoh teladan yang baik itu adalah
penting sekali, dari hal tersebut dapat dilihat pada diri Rasulullah yang merupakan
contoh yang utama. Sebagaimana dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21 sebagai benikut:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab (33):21)[7]
Menurut Asnelly Ilyas dalam penjelasan tentang metode teladan dalam
bukunya Mendambakan Anak Saleh bahwasanya :
Dalam praktek pendidikan dan pengajaran, metode mi dilaksanakan dalam dua cara,
yaitu secara langsung (direct) dan tidak langsung (indirect). Secara langsung
maksudnya bahwa pendidik atau orang tua itu harus benar-benar menjadikan dirinya
sebagai contoh teladan yang baik terhadap anak. Sedangkan secara tidak langsung
dimaksudkan melalui cerita dan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar,
pahlawan dan para syuhada. Melalui kisah dan riwayat-riwayat di diharapkan anak
akan menjadikan tokoh-tokoh ini sebagai uswatun hasanah.[8]
b.
Ayat tersebut diatas mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam Al-Quran
merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai paedagogis. Kisah atau
cerita yang ada dalam Al-Quran banyak sekali diantaranya adalah kisah Firaun,
nabi Nuh, nabi Yusuf dan sebagainya, yang pada nantinya pendidik atau orang tua
dapat menyesuaikan antara kisah dan materi yang akan disampaikan. Kalimat yang
dipakaipun harus sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa anak.
Biasanya cerita disampaikan kepada anak pada waktu menjelang tidur
dimalam hari. Kisah atau cerita bisa juga dialihkan pada gambar atau bacaanbacaan yang mudah difahami oleh anak. Kalau anak dapat memahami isi atau cerita
yang disampaikan, berarti itu merupakan cara dalam menyampaikan aspek
keimanan dan akhlak yang mengacu pada timbulnya kesadaran moral dan dapat
hidup sesuai dengan perintah Allah dan juga bisa disebut hidup secara Islami yang
hakiki.
c.
Metode Nasehat
Secara bahasa nasehat mengandung pengertian yang menunjukkan kepada
keterlepasan
dan
segala
kotoran
dan
tipuan.[12] Dalam
Al-Quran
juga
Seperti yang tertera diatas, maka tenaga pendidik atau dalam hal ini guru
ataupun orang tua dalam menasehati anak hendaklah dengan nada lemah-lembut,
dan mengarahkan anak untuk berkata dengan kata-kata yang baik dan jujur. Yang
nantinya dapat dirasakan sebagai obat dalam menyembuhkan penyakit rohani, yang
menverang anak-anak agar tidak terlepas dan jalur ajaran agama Islam.
d.
Metode Pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam kamus
Berkaitan dengan pendidikan Agama Islam pada anak usia dini, maka
metode pembiasaan dapat dikatakan sebuah cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran
agama islam.[16] Metode pembiasaan ini adalah menanamkan rasa kepada anak
untuk dikerjakan secara berulang-ulang dengan tujuan supaya pengalaman yang
dikerjakan anak dapat menjadi bagian dan diri anak, sehingga anak akan merasa
terbiasa melaksanakannya.
Pembiasaan dalam pendidikan usia dini misalnya anak disuruh supaya
membiasakan membaca basmalah sebelum makan atau sebelum melakukan
aktititas yang lain, dan membaca hamdalah sesudah makan atau sesudah
mengerjakan aktifitas yang lain. Selain itu, anak bisa dibiasakan mengucapkan
salam serta cium tangan kepada kedua orang tuanya sebelum berangkat sekolah.
Pembiasaan ini dirasa sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap
peserta didik yang berusia kecil. Karena memiliki rekaman ingatan yang kuat dan
kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan
kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai
awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif
dalam melaksanakan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak.[17]
e.
peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang berlaku bagi
semua orang disuatu masyarakat (negara); b) undang-undang, peraturan, dan
sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat. Dalam bahasa Arab
hukuman
diistilahkan
dengan iqab,
artinya
Dengan adanya pemberian hukuman ini merupakan jalan yang terakhir dan
harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama
pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dan kesalahan-kesalan
yang ia 1akukan.[19]
Sedangkan metode ganjaran akan dijelaskan berikut ini. Ganjaran dalam
kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa ganjaran adalah: a) hadiah
(sebagai pembalas jasa): b) hukuman, ba1asan.[20] Dan definisi mi dapat difahami
bahwa ganjaran dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik
maupun balasan yang buruk.
Sementara itu, dalam bahasa Arab ganjaran diistilahkan dengan tsawab.
Kata tsawab bisa juga berarti: pahala, upah, dan balasan.[21] Maka dalam
kaitannya dengan pendidikan Islam ganjaran adalah alat pendidikan preventif dan
represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar
bagi anak. Selain itu ganjaran juga merupakan hadiah terhadap perilaku baik dan
anak didik dalam proses pendidikan.[22]
Demikianlah metode ganjaran dilaksanakan, dan hal mi dimaksudkan agar
pemberian ganjaran tersebut berpengaruh besar pada jiwa anak didik untuk
melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif, serta penyemangat agar
proses belajar anak dapat lancar dan tercapai tujuan pendidikannya.
Metode diatas (hukuman dan ganjaran) dimaksudkan agar dalam diri anak
tumbuh atau tertanam rasa disiplin. Biasanya hukuman diberikan kepada orang yang
melanggar peraturan, sedangkan ganjaran diberikan kepada orang yang patuh dan
menunjukkan perbuatan baik. Hal tersebut semata-mata untuk kedisiplinan anak
yang kelak akan menjadi pribadi muslim yang baik.
f.
Metode Ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuah
materi pendidikan agama dengan cara penuturan lisan kepada anak.[23] Metode
ceramah mi dekat dengan kata tabligh yaitu menyampaikan sesuatu ajaran. Katakata balagh atau tabligh didalam AI-Quran misalnya pada Q.S. Yaasin ayat 17 yaitu:
Artinya: Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah)
dengan jelas(Q.S. Yaasin (36): 17).[24]
[1] Jamal Maruf Asmani, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta :Diva
Press.2009), 100
[2] Zuhairini, Metodik, Pendidikan Agama, 79.
[3] Ibid, 80
[4] Zuhairini, Metodik, Pendidikan Agama , 82
[5] Depag RI. Al Quran dan Terjemahanya., 421.
[6] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam., 95.
[7] Depag RI. Al Quran dan Terjemahanya., 670.
[8] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh (bandung: Al-Bayan, 1995), 39-40.
[9] Armay Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 160
[10] H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), 214.
[11] Depag RI. Al Quran dan Terjemahanya., 348.
[12] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak., 36.
[13] Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam., 98
[14] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Saleh., 37-38.
[15] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa.,
113.
[16] Armay Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam , 110.
[17] Ibid
[18] Abd. Bin Nuh dan Oemar Bakry, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Mutiara, 1971)., 105.
[19] Ibid., 131.
[20] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa.,253
[21] lbid., 125
[22] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa,127.
[23] Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, 74.
[24] Depag RI, Al Quran dan Terjemahannya., 708.
http://banjirembun.blogspot.co.id/2012/11/metode-pendidikan-agamaislam-pada-anak.html
sedang sang guru sebagai sebabnya yang kekal. Karena gurulah yang menunjukkan
murid kepada jalan yang mendekatkan diri kepada Allah Taala (Halim, dkk, 2005:3).
Begitu besar pengaruh guru terhadap jiwa anak, sehingga segala perbuatan dan
tingkah laku guru lebih mewarnai kehidupan sehari-hari anak, biasanya anak lebih
menurut bila gurunya memberi nasihat daripada orang tuanya sendiri, lebih-lebih
anak di bawah usia lima tahun.
Anak didik Taman Kanak-kanak akan selalu memperhatikan setiap gerak laku guru,
kemudian mencontohnya dan akan dikerjakannya setiap ada kesempatan. Sosok
gurunya adalah sosok yang menjadi idola bagi anak Taman Kanak-kanak lebih
banyak diwarnai oleh pribadi gurunya, karena itulah amatlah penting peranan
seorang guru Taman Kanak-kanak dalam pembinaan dan pengembangan mental
anak didiknya, lebih-lebih dalam masalah pendidikan agama dan budi pekerti.
Untuk itu, seorang guru Taman Kanak-kanak harus pandai dalam segala bidang ilmu
pengetahuan sehingga mereka dapat menyampaikan materi atau bahan pengajaran
di dalam proses belajar mengajar setiap harinya. Di samping mereka harus
menguasai metode dan teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan anak (Halim, dkk, 2005:3).
Karena Pendidikan adalah merupakan suatu usaha sadar dan teratur serta
sistematis, yang dilakukan oleh Orang-orang yang bertanggung Jawab, untuk
mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita
pendidikan. (Amin, 1992:1).
Kemudian berdasarkan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya pendidikan
dimulai sejak anak usia dini yang terbagi ke dalam 4 tahapan yaitu
1)
Masa bayi usia 0-12 bulan.
2)
Masa toddler (balita) usia 1-3 tahun.
3)
Masa Pra Sekolah usia 3-4 tahun.
4)
Masa kelas awal SD usia 6-8 tahun. (Sopenaryo, 2004: 6).
Dan di Taman Kanak-kanak (TK), seorang guru di TK tersebut telah memberikan
pembelajaran pendidikan agama Islam pada anak usia dini. Karena pendidikan
agama Islam merupakan segala usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan
asuhan terhadap anak agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agamanya serta menjadikannya
sebagai way of life (jalan kehidupan) sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi
maupun sosial kemasyarakatan.
Anak usia dini diberi bekal tentang pendidikan agama Islam karena pendidikan
agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan orang dewasa terhadap anak
didik menuju tercapainya manusia beragama (manusia yang bertaqwa kepada Allah
Tuhan Yang Maha Esa).
Memang pada dasarnya pendidikan agama Islam ditanamkan bagi anak-anak sejak
usia kecil atau usia dini sampai ketika besar nantik agar anak tersebut dapat
mengetahui tentang ajaran-ajaran Islam.
Karena itulah di tengah zaman globalisasi ini di mana informasi-informasi negatif dari
barat yang mempengaruhi anak-anak yang hendak menjauhkan kita dari Islam tiada
henti-hentinya membanjiri Anak-anak TK, karena itu untuk mengajak generasi Islami
anak usia dini diarahkan anak-anak kita menjadi generasi yang sholeh yang akan
mengembalikan kejayaan Islam dan yang akan menolong kedua orang tuanya ketika
sudah meninggal dunia
http://blog.uad.ac.id/wahid1400005280
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Tujuan Pembahasan........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidikan Agama Islam.................................................................. 2
1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam.......................................... 2
2.
Tujuan Pendidikan Agama Islam................................................ 4
3.
Asas-Asas Pendidikan Agama Islam.......................................... 6
B. Pendidikan Anak Usia Dini.............................................................. 6
1. Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini................................. 6
2. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini..................................... 7
C. Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Anak Usia Dini..... 8
1.
Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Anak Usia Dini 8
2.
Perilaku Pencerminan Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Anak Usia Dini
9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam sangat erat sekali kaitannya dengan pendidikan pada umumnya.
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan anak didik terhadap Allah
SWT. dan mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlakul karimah. Adapun
tujuan utamanya adalah pembentukan akhlak yang sanggup menghasilkan orang-orang yang
bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, bercita-cita benar, dan berakhlak mulia. Faktor
kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan
keberhasilan pendidikan yang menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusiamanusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan akhirat.
Kehidupan manusia melalui beberapa tahap perkembangan, diantaranya adalah masa
anak usia dini. Telah diakui oleh banyak ahli, masa anak usia dini merupakan golden age bagi
perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan yang optimal. Disitulah peran
Pendidikan Agama Islam muncul, yakni menciptakan generasi-generasi muslim yang hebat
dan bermanfaat bagi umat. Dalam arti, generasi yang tidak hanya cerdas intelektual tapi juga
cerdas dari sisi sosial, emosi, dan spiritual. Peran tersebut dapat berhasil, jika dari usia dini
telah ditanamkan nilai-nilai pendidikan Islami pada diri anak.
B. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian, tujuan, dan asas Pendidikan Agama Islam,
2. Untuk mengetahui permasalahan dan pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini, dan
3. Untuk memahami peran Pendidikan Agama Islam dalam perkembangan Anak Usia Dini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Pendidikan Agama Islam
Kata Islam dalam Pendidikan Agama Islam menunjukkan pendidikan tertentu, yaitu
pendidikan yang berwarna dan benuansa Islam, dalam arti pendidikan yang berdasarkan
agama Islam. Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai pengertian Pendidikan Agama
Islam, terlebih dahulu kita membahas mengenai arti dari pendidikan itu sendiri.
Para ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian pendidikan. Adapun
pengertian pendidikan secara umum adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya menuju
suatu kehidupan yang bermakna. Dalam definisi tersebut, terkesan bahwa aspek pembinaan
pendidikan itu luas sekali meliputi pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.[1] Pendidikan dalam pengertian yang lain adalah usaha sadar dan terencana
untuk proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.[2]
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari beberapa pengertian di atas adalah pendidikan
merupakan usaha atau aktifitas pembelajaran manusia untuk mengembangkan aspek
kepribadian mereka dan sebagai bentuk kesiapan, baik berupa potensi, moral, dan intelektual
dari diri mereka sendiri serta dapat berguna bagi masyarakat.
Kesimpulan tersebut dikuatkan oleh pengertian pendidikan yang telah disampaikan oleh
Drs. Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju kepribadian
yang utama.[3]
Beberapa pengertian di atas, dalam susunan kalimatnya mungkin memang berbedabeda, tapi dalam esensi dan substansinya masih tetap sama. Sedangkan dalam pengertian
Pendidikan Agama Islam sendiri, merupakan suatu sistem pendidikan yang berlabelkan
agama, maka dari itu pendidikan Islam memiliki tujuan spiritual yang lebih nyata dalam
proses pengajarannya. Dalam pengertiannya, juga memiliki beberapa definisi pokok. Berikut
beberapa pengertian dari Pendidikan Agama Islam menurut beberapa ahli, diantaranya:
1.
Menurut Zakiah Daradjat
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu,
ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama Islam
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak.
2.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam,
yang mengacu kepada pembentukan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam,
memilih, dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai Islam.[4]
Sejalan dengan berbagai definisi atau pengertian di atas, maka dapat kami ambil
pengertian bahwa Pendidikan Agama Islam merupakan sarana pendidikan dan pengajaran
individu agar menjadi manusia yang mendapatkan derajat tinggi menurut ukuran Allah yang
sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, serta memiliki kepribadian luhur sebagai generasi penerus
bangsa yang memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan
datang.
DR. Muhammad A. Ibrahimy, sang pakar pendidikan mengungkapkan pengertian
Pendidikan Agama Islam yang berjangkauan luas, yakni sebagai berikut:
Islamic education in true sense of the term, is a system of education which enables a
man to lead his life according to the Islamic ideology, so that he may easily mould his life in
accordance with tenets of Islam. And thus peace and prosperity may prevail in his own life as
well as in the whole world. These Islamic scheme of education is, of necessity an all
embracing system, for Islam enchomphasses the entire gamut of Moslems life. It can justly
be said that all branches of learning which are not Islamic are included in the Islamic
education. The scope of Islamic education has been changing at different times. In view of
the demands of the age and the development of science and technology, its scope has also
widened.[5]
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai cakupan
yang sama luasnya dengan pendidikan umum bahkan melebihinya. Dengan demikian, maka
apa yang kita kenal dengan Pendidikan Agama Islam di negri kita merupakan bagian dari
pendidikan Islam.
2.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam sedunia pada tahun 1980 di Islamabad
menunjukkan makin kompleksnya tugas Ilmu Pendidikan Agama Islam, karena harus
diarahkan kepada tujuan yang komprehensif paripurna, yakni sebagai berikut:
Education aims at the balanced growth of total personality of man trough the training
of mans spirit intellect, the rasional self, feeling, and bodily sense. Education should
therefore, cater for the growth of man in all these aspects, spiritual, intellectual, imaginative,
physical, scientific, linguistic, both individually, and collectivelly, and motivate all these
aspects toward goodness and attainment of perfecion. The ultimate aim of education lies in
the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and
humanity at large.[6]
Terkait dengan rumusan tersebut menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam
mempunyai tujuan yang luas, yakni membina dan mengembangkan pendidikan agama, titik
beratnya terletak pada internalisasi nilai Iman, Islam, dan Ihsan dalam pribadi manusia
muslim yang berilmu pengetahuan luas.
Secara umum, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.[7]
Berbicara tentang manusia muslim, tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk
manusia muslim yang sempurna dalam perincian sebagai berikut:
1.
Muslim yang jasmaninya sehat serta kuat,
2.
Akalnya cerdas serta pandai,
3.
Hatinya takwa kepada Allah,
4.
Mampu menyelesaikan masalah secara cepat, tepat, ilmiah, dan filosofis, serta
5.
Memiliki dan mengembangkan sains, teknologi, dan filsafat.[8]
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa uraian mengenai tujuan tersebut adalah
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk mendapatkan nilai rohaniah Islami dan berorientasi
kepada kebahagiaan hidup di akhirat, serta mewujudkan kehidupan sejahtera dan bermanfaat
di dunia.
Hal ini diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Prof. H. Muzayyin Arifin, M. Ed.
bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam itu meliputi nilai-nilai dasar ilmu agama Islam yang
diajarkan pada anak didik itu dapat diamalkan berdasarkan syariat Islam secara benar pada
kehidupan berbangsa dan bernegara.[9]
3.
Asas-asas Pendidikan Agama Islam
Berkenaan dengan asas-asas Pendidikan Agama Islam, disini dapat dibagi menjadi 6 asas,
yaitu:
1.
Asas-asas historis,
2.
Asas-asas sosial,
3.
Asas-asas ekonomi,
4.
Asas-asas politik dan administrasi,
5.
Asas-asas psikologis, dan
6.
Asas-asas filsafsat.[10]
B. Pendidikan Anak Usia Dini
1.
Permasalahan Pendidikan Anak Usia Dini
Memasuki abad XXI dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar.
Pertama, sebagai akibat dari multikrisis yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997, dunia
pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang
telah dicapai. Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Ketiga, sejalan dengan
diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem
pendidikan.
Adapun dampak permasalahan yang muncul akibat tantangan tersebut adalah
ketidaksiapan bangsa Indonesia menghadapi ketiga tantangan tersebut disebabkan rendahnya
mutu
sumber
daya
manusianya.
Upaya yang diperlukan untuk menghadapi tantangan itu adalah melalui pendidikan sejak
dini yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran
akan potensi diri dan dapat mengembangkannya bagi kebutuhan diri, masyarakat, dan bangsa
sehingga dapat membentuk masyarakat madani.[12]
2.
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu,
setiap warga negara wajib mengikuti jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Dalam mengawali proses masuk ke
lembaga pendidikan sering kali warga Indonesia mengabaikan pendidikan usia dini, padahal
untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak, pendidikan sejak usia dini
mutlak diperlukan.[13]
Seiring berjalannya waktu, saat ini para orang tua semakin sadar bahwa pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu,
tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu cepat-cepat
memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini dengan tujuan dan harapan agar cepat
menjadi
pandai.
Sementara itu, pentingnya pendidikan anak usia dini telah menjadi perhatian dunia
Internasional. Dalam Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal telah
menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan dan salah satu butirnya adalah
memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini,
terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai salah
satu anggota forum tersebut terikat untuk melaksanakan komitmen ini.[14]
C. Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Anak Usia Dini
1.
Implementasi Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Ernest Harms, penerapan Pendidikan Agama Islam dalam perkembangan Anak
Usia Dini dapat dilaksanakan melalui beberapa fase atau tingkatan, yaitu:
a.
The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini, konsep
agama mengenai Tuhan misalnya, lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga
ia dapat menggapai agama tetapi masih menggunakan konsep fantastik yang diliputi oleh
dongeng-dongeng.
b.
The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkatan ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga ke usia adolensen. Pada
masa ini, ide Ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan realitas
atau kenyataan. Konsep ini timbul dari lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama
dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini, ide keagamaan anak dapat didasarkan atas
dorongan emosional hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis.
Berdasarkan hal itu, maka pada masa ini mereka tertarik dan senang pada lembaga yang
mereka lihat dikelola oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindakan
keagamaan mereka ikuti dan pelajari dengan minat.
c.
The Individual Stage (Tingkat Individu)
Pada tingkat ini, anak mempunyai kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan
perkembangan usia mereka, konsep keagamaan yang individualis ini terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu:[15]
1) Konsep Ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil
fantasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh pengaruh luar.
2)
Konsep Ketuhanan yang lebih murni dan dinyatakan dalam pandangan yang
bersifat personal.
3) Konsep Ketuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada
diri mereka dalam menghayati ajaran agama.[16]
Jadi, perubahan setiap tingkatan ini dipengaruhi oleh faktor intern, yaitu perkembangan
usia dan faktor ekstern berupa pengaruh luar yang dialaminya. Dapat disimpulkan pula,
bahwa penerapan Pendidikan Agama Islam dalam usia 3-6 tahun dapat dilakukan dengan cara
memberikan dongeng-dongeng keagamaan, pada usia adolensen dengan cara mendirikan
lembaga-lembaga bimbingan belajar agama dan di usia menuju dewasa, anak dapat
menghayati agama dengan sendirinya berdasarkan ajaran-ajaran agama yang telah
diterimanya.
2.
Perilaku Pencerminan Pendidikan Agama Islam dalam Perkembangan
Anak Usia Dini
Religiositas anak adalah hasil dari suatu proses perkembangan yang berkesinambungan
dari lahir sampai menjelang remaja. Dalam proses tersebut, berbagai faktor intern dan ekstern
ikut berperan, diantaranya:
a. Peran Kognisi dalam Perkembangan Religiositas Anak
Konsep tentang nilai-nilai keagamaan yang digunakan sebagai dasar pembentukan
religiositas masuk ke dalam diri anak melalui kemampuan kognisi. Pengetahuan dan
pengalaman yang masuk pada diri individu anak akan terserap sesuai dengan tingkat
kemampuan kognisinya, demikian juga dengan kemampuan keagamaannya.
Menurut Piaget, perkembangan kognisi pada usia anak mengalami empat dari lima fase
perkembangan berikut ini, yaitu:
1)
Period of Sensorimotor Adaption pada usia kurang dari 2 tahun,
2)
Development of Simbiolic and Preconceptual Thought 2-4 tahun,
3)
Period of Intuitive Thought 4-7 tahun,
4)
Period of Formal Operation 7-12 tahun, dan
5)
Period of Concreate Operation 12- thought adulescence.
b. Peran Hubungan Orang Tua dengan Anak dalam Perkembangan Religiositas Anak
Hubungan orang tua dan anak memiliki peran yang sangat besar dalam proses peralihan
nilai agama yang akan menjadi dasar-dasar nilai dari religiositas anak.
c. Peran Conscience,
Guilt, dan Shame
dalam Perkembangan
Religiositas
Anak
Conscience, Guilt, dan Shame adalah tiga keadaan kejiwaan yang berkembang secara
berurutan. Conscience adalah kemampuan yang muncul dari jiwa yang terdalam untuk
mengerti tentang benar dan salah. Guilt adalah perasaan bersalah yang muncul bila ia
berperilaku yang tidak sesuai dengan kata hatinya. Shame adalah reaksi emosi yang tidak
menyenangkan terhadap perkiraan penilaian dari orang lain pada dirinya.
d. Peran Interaksi Sosial dalam Perkembangan Religiositas Anak
Interaksi sosial adalah kesempatan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan di luar
rumah, peran ini merupakan aspek penting dalam perkembangan religiositas anak.[17]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan
merupakan usaha manusia untuk menyiapkan dirinya menuju suatu kehidupan yang
bermakna. Jadi, pengertian Pendidikan Agama Islam adalah sarana pendidikan dan
pengajaran individu agar menjadi manusia yang mendapatkan derajat tinggi menurut ukuran
Allah yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, serta memiliki kepribadian luhur sebagai
generasi penerus bangsa yang memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada
masa yang akan datang. Sedangkan, tujuan dari Pendidikan Agama Islam adalah untuk
mendapatkan nilai rohaniah Islami dan berorientasi kepada kebahagiaan hidup di akhirat,
serta mewujudkan kehidupan sejahtera dan bermanfaat di dunia. Berkenaan dengan asas
Pendidikan Agama Islam dalam perkembangan Anak Usia Dini, tentu hal itu didasarkan pada
asas psikologi yang meliputi sebagian ilmu tingkah laku, biologi, dan komunikasi yang sesuai
untuk memahami proses pembelajaran, kematangan, kemampuan, dan kecerdasan.
Pada perkembangan anak usia dini, pendidikan merupakan aset terpenting yang
bertujuan untuk membiasakan dan mengembangkan pola pikir pada anak. Namun, dalam
menjalankan peranannya, pendidikan mengalami permasalahan, yaitu adanya tuntutan untuk
mempertahankan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai, tuntutan untuk mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas, dan tuntutan untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian sistem pendidikan. Adapun dampak permasalahan yang muncul akibat tantangan
tersebut adalah ketidaksiapan bangsa Indonesia menghadapi ketiga tantangan tersebut
disebabkan rendahnya mutu sumber daya manusianya. Oleh karena itu, upaya yang
diperlukan adalah melalui pendidikan sejak dini yang mampu meletakkan dasar-dasar
pemberdayaan manusia.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu pendidikan yang berusaha
mengembangkan pola pikir anak usia dini. Adapun implementasi Pendidikan Agama Islam
dalam perkembangan anak usia dini dapat dilakukan dengan cara memberikan dongengdongeng keagamaan pada usia 3-6 tahun, mendirikan lembaga-lembaga bimbingan belajar
agama untuk usia adolensen anak, dan di usia menuju dewasa, anak akan dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan agama dengan sendirinya berdasarkan ajaran-ajaran agama
yang telah diterimanya. Dalam menjalankan peranannya untuk mendidik perkembangan anak
usia dini, Pendidikan Agama Islam didukung pula oleh kemampuan anak, peran orang tua,
dan interaksi sosial atau peran masyarakat. Dari sini, kita dapat mengetahui pengaruh positif
Pendidikan Agama Islam dalam masa emas perkembangan anak usia dini, sehingga
diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berintelektual luas dan berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir, Ahmad. 1996. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Zuhairini, dkk. 1992. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin, Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Muhaimin, dkk. 2002. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Langgulung, Hasan. 2003. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru.
Anwar dan Ahmad, Arsyad. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.
Jalaluddin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Starawaji. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Berbagai Pakar,
dari http://Starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islammenurut-berbagai-pakar/, diakses 3 Januari 2012.
Hidayat,
Syamsul.
Pentingnya
Pendidikan
Anak
Usia
Dini,
dari http://www.ikip=jember/index.php?option=jember/index.php?
option=com_content&view= article&id=46&Itemid=28, diakses 4 Januari 2012.
Nasihuddin, Rofiq. Implikasi Pendidikan Agama dalam Perkembangan Rasa Agama Pada
Usia Anak dan Remaja, dari
http://rofiqnasihudin.blogspot.com/2010/10/implikasi-pendidikan-agama-dalam_3283.html,
diakses 4 Januari 2012.
[11]Anwar dan Arsyad Ahmad, Pendidikan Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 3.
[12]Ibid., h. 4.
[13]Syamsul Hidayat, Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini, artikel diakses pada 4
Januari
2012
darihttp://www.ikip-jember.org/ikip-jember/index.php?
option=com_content&view= article&id=46&Itemid=28
[14]Anwar dan Arsyad Ahmad..... Ibid., h. 6-7.
[15]Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 67.
[16]Ibid., h. 68.
[17]Rofiq Nasihudin, Implikasi Pendidikan Agama dalam Perkembangan Rasa Agama pada
Usia Anak dan Remaja, artikel diakses pada 4 Januari 2012 dari
http://rofiqnasihudin.blogspot.com /2010/10/implikasi-pendidikan-agama-dalam_3283.html
http://izza-allyve.blogspot.co.id/2012/11/pai-dalam-perkembanganaud.html