Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Menjadi prinsip dalam kehidupam rumah tangga adalah mencapai keselamatan dan
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Keselamatam yang ingin dicapai adalah keselamatan 5
aspek, yaitu :
1. Selamat Jiwa : untuk menjaga jiwa manusia agar tetap bersih dan tidak dikotori
berbagai hal yang dapat merusak, maka manusia diharamkan memakan yang tidak halal,
membunuh, membiarkan dalam diri penyakit iri, dengki, dendam sombong, serta
berbagai bentuk perbuatan yang dapat merusak ketentraman jiwa seperti serakah, takut
yang berlebihan dan selalu bimbang.
2. Selamat akal : menghindari diri dari makan dan minum yang dapat merusak akal
manusia, fungsi otak dapat terganggu bila mengkonsumsi minuman keras dan
sejenisnya.
3. Selamat Keturunan : adalah untuk menjaga keturunan agar jelas orang tua dari anak
yang dilahirkan dan yang akan bertanggungjawab bagi pendidikan dan nafkahnya,
sebab itulah diharamkan zina, pergaulan bebas, bank sperma, dan lain-lain yang
menjurus kepada ketidakjelasan asal usul manusia yang terlahir di dunia ini.
4. Selamat harta : harta adalah anugerah Tuhan yang dititipkan kepada manusia, maka
manusia diwajibkan mencari harta dengan cara yang halal.
5. Selamat Martabat : manusia tidak diperbolehkan untuk merendahkan orang lain
sekalipun berbeda jenis, bangsa, suku, warna kulit, pendidikan, jabatan dan harta
maupun kecantikan atau bentuk tubuh, serta tidak dibenarkan adanya diskriminasi.

B.

Deskripsi Singkat
Pernikahan atau berumah tangga adalah mengikat kedua bani Adam pria dan wanita
dengan akad nikah dengan tata cara sesuai dengan ajaran agama.
Adapun tujuan perkawinan adalah sebagai berikut :
1. Membina kehidupan keluarga yang tenang dan bahagia
2. Hidup saling mencintai dan mengasihi
3. Melanjutkan dan memelihara keturunan
4. Bertaqwa kepada Allah SWT dan membentengi dari perbuatan maksiat atau dengan kata
lain menyalurkan naluri seksual secara halal.
5. Membina hubungan kekeluargaan dan mempererat silatrrahmi antar keluarga.

C.

Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum: setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta dapat
memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan teknik mengelola rumah tangga
secara baik dan benar agar tercipta keluarga bahagia dan sejahtera

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari modul ini peserta:
a) Mampu menguraikan tentang Manajemen Rumah Tangga serta mengenal pola-pola
manajemen yang sesuai
b) Mampu mengidentifikasi problematika yang terjadi di dalam rumah tangga dan
mampu memecahkan permasalahannya.
c) Mampu memjelaskan dan membuat stimulasi tentang menajemen rumah tangga.
D.

Pokok Bahasan Dan Sub Pokok Bahasan


1. Pokok Bahasan
a) Bagaimana melaksanakan manajemen rumah tangga yang mudah dipahami dan
diaplikasikan dalam kehidupan rumah tangga setiap harinya.
b) Mengelola sumber-sumber daya rumah tangga yang ada, serta menempatkan fungsifungsi manajemen untuk tujuan suci dan ideal dari sebuah rumah tangga.
2. Sub Pokok Bahasan
a) Manajemen rumah tangga masyarakat pada umumnya
b) Rumah tangga yang ideal dan yang terjadi dalam realita
c) Permasalah yang timbul dan upaya pemecahannya

BAB II
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
KONSEP RUMAH TANGGA YANG SUKSES
A.

Pengertian dan Tujuan Rumah Tangga


Pengertian manajemen, menurut system informasi manajemen nasional (SIMNAS)
Lemhanas adalah: Usaha pendinamisasian, pengarahan, pengkoordinasian, proses
pengambilan keputusan, penata laksana, pengendalian, pemeliharaan dan pengembangan
suatu organisasi dengan cara yang berdaya guna dan berhasil guna untuk mewujudkan
organisasi.
Pendapat lain menyebutkan bahwa manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari
bagaimana mangatur dan memimpin serta menggerakkan orang yang mencapai suatu tujuan
tertentu.
Manajemen mengandung aneka macam kegiatan antara lain:
1. Perencanaan (planning) artinya: membuet rencana kerja, jalan atau usaha-usaha yang
akan ditempuhserta menetepkan tujuan yang akan dicapai.
2. Pengorganisasian (organizing) yaitu:pengaturan dan tata kerjadalammelaksanakan
rencana pekerjaan termasuk meresapi adanya adanya tujuan bersama, adanya pola yang
menetapkan pembagian tugas wewenag serta hubungn antara kerja dengan petugas,
menaati peraturan, disiplin dan herarchidalam pekerjan dan sebangainya.
3. Pengarahan (Directing / Leading) artinya:pemimpin dan kepemimpinan yang akan
memimpin dan mengatur jalannya semua rencana.
4. Pengawasan (Controlling) yaitu: mengontrol dan mengendalikan apakah semua rencana
berjalan lancar atau apakah hasil pekerjaan sesuai dengan standar yang diinginkan
ataukah ada halangan dan rintangan atau terdapat kelainan-kelainanyang harus
diperbaiki. Dalam hal ini harus ada kemampuan untuk mengetahui letak kesalahan
sehingga tindakan koreksi dapat dilakukan sedini mungkin.
5. Koordinasi (Coordinating) yaitu kerjasama dengan pembagian tugas dan wewenang
yang rapi harus terjalin dengan baik, tanpa koordinasi antara unsur-unsur yang
berkepentingan semua rencana tak mungkin berjalan lancar dan tujuan yang menjadi
sasaran tak mungkin tercapai dengan berhasil.
Pengertian
Pengertian rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI) adalah :
Suatu yang berkenaan dengan urusan kehidupan di rumah atau yang berkenaan dengan
keluarga .
Pendapat lain mengatakan dalam sebuah rumah tangga mempunyai nilai-nilai yang
sangat agung dan luhur karena di dalam rumah tanggalah individu-individu dibina sejak
awal untuk menjadi generasi yang diharapkan untuk siap menjadi penerus dan pejuang di
muka bumi.
Pengertian rumah tangga disini adalah keluarga yang ditinggal dalam satu atap. Kata
keluarga itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Kula yang berarti famili dan Warga

yang berarti anggota. Jadi Keluarga adalah anggota famili yang terdiri dari Ibu (Istri),
Bapak (suami), dan anak yang tinggal dalam satu rumah tangga. Dari bahsa Jawa Kuno
disebutkan bahwa Keluarga terdiri dari dua kata : Kawulo dan Wargo. Kawulo artinya
menghambakan diri, sedangkan Wargo artinya anggota. Jadi maksudnya bahwa seseorang
yang dalam lingkungannya mempunyai hak dan kewajibannya terhadap terselenggaranya
sesuatu yang baik bagi lingkungannnya. Keluarga merupakan suatu kesatuan (kelompok )
yang anggota-anggotanya mengabdikan diri kepada kepentingan-kepentingan kelompok
tersebut.
Dalam setiap masayarakat pasti akan dijumpai adanya keluarga karena keluarga
merupakan bagian / unit terkecil dari masyarakat. Secara antropologis (kultural
antropologi), keluarga dibedakan menjadi keluarga inti (nuclear family ) dan keluarga luas
(extended family). Kedudukan rumah tangga dalam suatu masyarakat menjadi sangat
penting dan menentukan keutuhan, kelangsungan tatanan masyarakat itu sendiri. Kalau
keluarga itu baik maka masyarakatpun akan menjadi baik, dan demikian sebaliknya. Oleh
karena itu setiap orang merasa berkepentingan untuk menciptakan tatanan keluarga / rumah
tangga yang baik, kuat dan mandiri.
Tujuan
Sebagaimana lazimnya bahwa tujuan perkawinan adalah mewujudkan suatu
kehidupan keluarga yang aman tentram, rukun, damai, bahagia dan sejahtera yang
dipatrikan dengan rasa cinta dan kasih sayang (happy family life).
Kaitan dengan manajemen, maka diantaranya prinsip manajemen adalah menetapkan
tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dalam berumah tangga yaitu :
1.
2.
3.
4.

Membina kehidupan keluarga yang rukun, tenanag dan bahagia


Hidup saling mencintai dan kasih mengasihi
Melanjutkan dan memelihara keturunan manusia
Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan membentengi diri dari perbuatan maksiat
atau dengan kata lain menyalurkan naluri seksual secara halal.
5. Membina hubungan kekeluargaan yang akrab dan mempererat silaturahmi antara
keluarga.
B.

Hak Dan Kewajiban


Hak dan kewajiban suami-istri menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
tercantum dalam Pasal 30 dan 31.
Dalam Pasal 30 dinyatakan bahwa suami-istri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Kemudian dalam Pasal 31
(1) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hal dan kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(3) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.
Mengenai kewajiban suami-istri selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 33: Suami-istri
wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan memberi bantuan lahir-batin
yang satu kepada yang lain.

Dalam Pasal 34 dinyatakan :


(1) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
(2) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
(3) Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-msing, dapat mengajukan
gugatan kepada pengadilan.
Mengenai rumah tangga sebagai tempat kediaman suami-istri dijelaskan dalam Pasal
32 sebagai berikut :
(1) Suami-istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap
(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suamiistri.
Hak dan kewajiban suami istri diatur oleh masing-masing hukum agama. Contohnya
sebagaimana didalam agama Islam, hak dan kewajiban suami istri diatur sebagai berikut:
Hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga
1. Hak Istri
a. Hak mengenai harta,yaitu mahar atau maskawin dan nafkah.
b. Hak mendapatkan perlakuan yang baik dari suami.
Agar suami menjaga dan memelihara istrinya dengan maksud agar rnampu menjaga
kehormatan istri, tidak menyia-nyiakannya (diberi nafkah) maupun membimbing
untuk selalu melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhkan diri dari segala
larangan-Nya.
2. Hak Suami
Ketaatan istri kepada suami dalam melaksanakan urusan rumah tangga termasuk di
dalamnya memelihara dan mendidik anak, selama suami menjalankan ketentuanketentuan Tuhan yang berhubungan dengan kehidupan suami-istri.
3. Hak Bersama Suami-Istri
Hak-hak bersama di antara kedua suami-istri adalah:
a. Halalnya pergaulan mereka sebagai suami-istri dan kesempatan saling menikmati
atas dasar kerjasama dan saling mernerlukan.
b. Sucinya hubungan perbesanan.
Dalam hal ini istri haram bagi laki-laki dari pihak keluarga sebagaimana suami
haram bagi perempuan pihak keluarga istri.
c. Berlaku hak pusaka-mempusakai

Apabila salah seorang diantara suami-istri meninggal maka salah satu berhak
mewarisi, walaupun keduanya belum bercampur.
d. Pelakuan dan pergaulan yang baik.
Menjadi kewajiban suami-istri untuk saling berlaku dan bergaul dengan baik,
sehingga suasana menjadi tenteram rukun dan penuh dengan kedamaian.
4. Kewajiban Istri
a. Hormat dan patuh kepada suami dalam batas-batas yang ditentukan oleh norma
agama dan susila.
b. Mengatur dan mengurus rumah tangga, menjaga keselamatan dan mewujudkan
kesejahteraan keluarga.
c. Memelihara dan mendidik anak sebagai amanah Allah.
d. Memelihara dan menjaga kehormatan serta melindungi harta benda keluarga.
e. Menerima dan menghormati pemberian suami serta mencukupkan nafkah yang
diberikannya dengan baik, hemat dan bijaksana.
5. Kewajiban Suami
a. Memelihara, meminpin dan membimbing keluarga lahir batin, serta menjaga dan
bertanggung jawab, atas keselamatan dan kesejahteraan keluarga.
b. Memberi nafkah sesuai dengan kemampuan serta mengusahakan keperluan keluarga
terutama sandang, pangan dan papan.
c. Membantu tugas-tugas istri terutama dalam hal memeliharan dan mendidik anan
dengan penuh rasa tanggung jawab.
d. Memberi kebebasan berpikir dan bertindak kepada istri sesuai dengan ajaran agam,
dan tidak mempersulit apalagi membuat istri menderita lahir batin yang dapat
mendorong istri berbuat salah.
e. Dapat mengatasi keadaan, mencari penyelesaian dengan bijaksana dan tidak berbuat
sewenang-wenang.
6. Kewajiban Bersama Suami-Istri
a. Saling menghormati orang tua dan keluarga kedua belch pihak.
b. Memupuk rasa cinta dan kasih sayang
c. Masing-masing harus dapat menyesuaikan diri, seia sekata, percaya- mempercayai
serta selalu bermusyawarah untuk kepentingan bersama.
d. Hormat-menghormati sopan-santun, penuh pengertian serta bergaul dengan baik.
e. Matang dalam berbuat dan berpikir serta tidak bersikap emosional dalam persoalan
yang dihadapi.

f. Memelihara kepercayaan dan tidak saling membuka rahasia pribadi.


g. Sabar dan rela atas kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan masingmasing.
C.

Kesejahteraan Keluarga
Tujuan dari mengatur rumah tangga dengan manajemen yang baik adalah demi
tercapainya apa yang disebut rumah tangga sejahtera bahagia atau kesejahteraan keluarga.
Kesejahteraan keluarga ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya kebutuhan keluarga
tersebut. Jika setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun secara minimal
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang mereka miliki maka orang itu dapat disebut
sejahtera.
Kebutuhan pokok manusia untuk dapat disebut sebagai sejahtera adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan jasmani umpamanya pakaian, makanan, perumahan, pemeliharaan,
kesehatan dan sebagainya.
2. Kebutuhan rohani seperti filsafat hidup, agama, moral dan lain-lain
3. Kebutuhan sosial kultural umpama pergaulan, kebudayaan dan sebagainya.
Semua kebutuhan ini saling kait-mengkait dan secara minimal harus terpenuhi.
Setiap orang memiliki potensi yang ada dalam dirinya sebagai karunia dari Tuhan
YME kepada setiap orang yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kesejahteraan
hidup yaitu:
1. Sumber yang ada pada manusia, yaitu tenaga, minat dan kesanggupan, ilmu
pengetahuan dan ketrampilan.
2. Sumber non manusia yaitu: waktu, uang, materi dan fasilitas umum yang dalam
sekolah-sekolah kesejahteraan keluarga dikenal dengan sebutan 6 M, yaitu: Man,
Money, Method, Material, Machine, dan Market.
Semua sumber ini harus dikelola dengan baik untuk dapat dimanfaatkan bagi
kesejahteraan hidup dalam rumah tangga.
Bagaimana mengelola potensi dan sumber yang dimiliki untuk mencapai keluarga
sejahtera ?
Mengelola Sumber Daya untuk kesejahteraan (keluarga) harus dilakukan secara
berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

D.

Rangkuman

Pada Kegiatan Pembelajaran I diuraikan tentang manajemen secara umum yang dapat juga
diterapkan didalam mengelola dan membina kehidupan rumah tangga. Sehingga tujuan untuk
mewujudkan rumah tangga yang aman, tentram, rukun dan damai dapat tercapai. Untuk
menciptakan rumah tangga yang sejahtera diperlukan perencanaan, pengaturan, kepemimpinan,
pengendalian dan koordinaasi/ kerjasama maupun komunikasi antara anggota keluarga yang
lazimnya terdiri

dari unsur Ibu (istri), Bapak/ Ayah (suami), dan Anak. Di dalarn rurnah tangga inilah anggota
keluarga mengabdikan diri sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing agar tercipta
keluarga yang sejahtera. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, maka bila keluarga
itu baik akan berdampak baik pula pada masyarakat sendiri atau sebaliknya.
Keluarga sejahtera ditentukan oleh terpenuhi atau tidaknya kebutuhan keluarga tersebut walaupun
secara minimal sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Kebutuhan pokok manusia
agar dapat dikatakan sejahtera meliputi kebutuhan jasmani (sandang, pangan, pagan), kebutuhan
rohani (falsafah hidup, agama,dan lain-la 7), kebutuhan sosial kultural (pergaulan, budaya, dan
sebagainya).
Untuk menciptakan keluarga yang sejahtera diperlukan pengelolaan sumber daya dan potensi
keluarga secara berdaya guna dan berhasil guna.
E. Latihan
Coba diskusikan dengan rekan Anda tentang hak dan kewajiban anggota keluarga dalam
menciptakan suasana rumah tangga yang sejahtera.
F. Evaluasi
1. Apa yang Anda ketahui tentang fungsi-fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kehidupan
rumah tangga?
2. Menurut Anda factor-faktor apa saja yang perlu diperhatikannya mencapai keluarga sejahtera.
3. Dari Kegiatan Pembelajaran I, sasaran dan tujuan apa saja akan dicapai dalam berumah tangga,
coba jelaskan.

BAB III
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA DAN PEMECAHANNYA
A. Gangguan-gangguan Terhadap Kerukunan
Pada umumnya setiap keluarga ingin membina dan mempertahankan suasana rukun dan damai
serta serasi diantara anggotanya. Banyak dari anggota keluarga melakukan usaha kearah
terwujudnya situasi yang diidamkan meski usaha tersebut biasanya dilakukan tanpa rencana,
tanpa ilmu dan tanpa pengalaman.
Walaupun keinginan dan usaha itu serius, namun dalam kenyataannya kerukunan itu kadang
kurang berhasil diciptakan dan apabila sudah tercipta ada saja yang mengalami gangguan.
Demikian pula kerukunan dan keserasian antara suami dan istri itu adakalanya terancam oleh
gangguan-gangguan. Gangguan-gangguan ini ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata
antara suami dan istri, perbedaan-perbedaan mana sekarang muncul atau menampakan diri. Atau
berupa perselisihan-perselisihan paham mengenai pelbagai masalah didalm mana kehidupan
mereka berdua. Dengan demikian terjadilah ketegangan yang akhirnya menjadi persengketaan
atau konflik (Marital Conflict = konflik antara suami dan istri). Sering pula konflik itu berbentuk
pertengkaran (Marital Quarrels).
Dengan demikian didalam membina rumah tangga memiliki problem spesifik, tetapi problem
yang sering berkembang menjadi batu sandungan hampir sama karakteristiknya antara lain:
persepsi terhadap rizki, egoisme dan perkembangan psikologi pasangan.
Persepsi Terhadap Rizki Keluarga
Banyak pasangan ketika barn menikah belum memiliki harta apa-apa, tetapi kemudian mereka
hidup berkecukupan. Sebaliknya ada yang ketika menikah sengaja mencan pasangan atau mertua
orang kaya, ternyata tak terlalu lama sudah jatuh menjadi orang miskin. Ada yang semula suami
lancar sebagai pencari nafkah, tetapi kemudian jatuh sakit berkepanjangan sehingga tak lagi
produktip kemudian sumber rezki berpindah melalui istri.
Masalah saluran rizki bisa menjadi problem orang ketika memandang bahwa rizki itu hanya
rizkinya, bukan rizki keluarga. Suami yang sukses kemudian merasa tinggi hati dan memandang
rendah istrinya yang hanya nyadong (hanya mengandalkan penghasilan suami) dan sebaliknya
istri memandang sebelah mata suami. Inilah yang sering menjadi kerikil tajam meski rizki
melimpah, meskipun sebenarnya rizki tersebut adalah rizki keluarga.
Dalam rumah tangga, sifat egois dan tinggi harga diri sering merubah keadaan normal menjadi
tidak normal. Apa yang semula biasa saja (proporsional) dipersepsikan sebagai tidak menghargai,
menyakiti dan sebagainya. Sehingga yang semestinya seiring sejalan berubah menjadi beban bagi
salah satunya. Ada istri atau suami yang merasa disakiti padahal tidak ada yang menyakitinya dan
merasa tidak dihargai.
B. Sumber Terjadinya Konflik
Di dalam rumah tangga, ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa, perselilisihan
pendapat, perdebatan, pertengkaran, saling mengejek atau bahkan memaki lumrah terjadi. Tetapi
semua itu terjadi tidak berlangsung lama.
Mengapa Konflik Itu Terjadi?

Mengapa antara suami dan istri terjadi perselisihan dan persenyketaan, padahal ingin hidup
bersama secara rukun, damai, dan saling mencintai. Konflik itu terjadi karena suami dan istri
hidup bersama dan bergaul secara dekat dan erat sekali. Sekurang-kurangnya 12 15 jam dalam
sehari saling bertemu, terkecuali apab;,Ia salah seorang tinggal berjauhan.
Ada beberapa macam sebab terjadinya konflik. Pertama sebab-sebab yang pada suatu ketika
menimbulkan konflik dan yang kedua adalah sebab-sebab yang lebih mendalam (sebab pokok
atau sumber konflik). Sebab-sebab yang termasuk dalam kategori pertama yaitu hal-hal yang
pada suatu ketika menggerakkan suami istri untuk bersengketa (faktor-faktor dalam
persengketaan). Umpamanya yang seorang berpendapat atau menuduh partnernya:
1. Berbuat sewenang-wenang
2. Melakukan kekejaman kepada yang lain
3. Menyeleweng dengan orang lain
4. Membohongi, menipu yang lain
5. Memboroskan uang yang seharusnya untuk kepentingan keluarga
6. Suka bergaul dengan teman-teman yang tidak baik
7. Tidak berdisiplin di dalam rumah
8. Pencemburu, cerewet dan sebagainya
9. Sang istri tidak mau mengurus rumah tangga sebagaimana mestinya
10. Peminum
11. Tidak jujur secara umum, termasuk di tempat keda, dalam bisnis dan sebagainya
Pertentangan juga sering ditimbulkan karena:
1. Mertua dan ipar
2. Antara suami dan istri memang banyak perbedaan
3. Mempunyai anak-anak darl perkawinan lain (sebelumnya)
4. Penghasilan tidak cukup dan kebutuhan hidup serba mahal
5. Kebiasaan-kebiasaan (habits) dan seseorang yang menjengkelkan orang lain
6. Tidak mendapat kepuasan dalam berhubungan suami-istri,atau salah seorang menolak ajak
suami atau istri
7. Salah seorang lekas marah atau mulai merasa tersinggung,dan lain sebagainya.
Sumber Konflik
Selain beberapa hal tersebut diatas, sumber konflik dapat disebabkan karena:

10

1. Ketidakmampuan atau kekurangmampuan dari suami atau istri untuk membuat penyesuaian
(to make adjustments), yang mutlak diperlukan agar hubungan suami istri menjadi rukun.
2. Baik pria maupun wanita sebelum menikah kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi
tugas-tugas, peran sebagai suami maupun istri,persoalan dan kesulitan-kesulitan yang kelak akan
dialami dalam membina keluarga.
3. Pada umumnya pria dan wanita,sejak masih anak-anak hingga remaja sering diberi pengertian
yang kurang tepat tentang perkawinan, peranan maupun tugas-tugas dalam suatu pekawinan.
4. Adanya salah persepsi bahwa unsur utama dalam perkawinan harus berdasarkan cinta, pare
remaja kadang-kadang belum memahahi dan meresapi apa sebenarnya arti cinta, sehingga tidak
dapat membedakan antara cinta yang tutus dengan hanya rasa tertarik, ingin memiliki,
menguasai dan menikmati, padahal unsur kecocokan (compatibility) juga merupakan faktor
penting.
5. Adanya ketidakstabiIan ekonomi di dalam keluarga juga merupakan salah satu sumber
teoadinya konflik.
C. Bidang-bidang Yang Rawan
Suami dan istri dapat berbeda kecenderungannya, berlainan pahamnya dan berlawanan
keinginannya mengenai macam-macam soal. Tegasnya bidang-bidang rawan itu bermacammacam dan banyak jumlahnya.
Make konflik itu dapat terjadi dalam hal atau bidang :
. Bidang-bidang Yang Rawan
1. Mengenai penggunaan penghasilan keluarga (uang) atau kebijaksanaan menyusun pelaksanaan
anggaran rumah tangga
2. Mengenai pergaulan dengan teman-teman tertentu, disenangi oleh suami umpanya, sedangkan
istri tidak suka dengan orang tersebut
3. Dibidang agama atau ketekunan beribadat
4. Hubungan dengan mertua dan ipar
5. Mengenai hobbies
6. Soal menyatakan kasih sayang
7. Cara melakukan hubungan seks, atau hubungan seks itu yang hanya dinikmati oleh satu pihak
saja
8. Pendidikan anak
9. Pengertian mengenai kegiatan wanita (istri); soal istri bekerja
10. Barangkali juga soal bisnis, politik dan sebagainya
Disamping itu, kalau suami atau istri atau keduanya sudah membiasakan diri berselisih terusmenerus mengenai segala macam soal, make konflik itu dapat terjadi mengenai apa saja.

11

D. Pemecahan Masalah Rumah Tangga


1. Kecocokan (Kompatibilitas)
Dari berbagai uraian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa ada sebab-sebab dan faktor-faktor
yang sebenarnya dapat dihindarkan atau diatasi bilamana pihak-pihak yang bersangkutan
memiliki kemampuan dan kemauan.
Tetapi ada juga sebab-sebab atau faktor-faktor yang berada diluar jangkauan suami dan istri
untuk mengelak atau menanggulanginya yaitu sumber-sumber dan faktor-faktor dari lingkungan
luar yang berupa sosial dan ekonomi. Begitu pula penyebab-penyebab yang sebenarnya berada
dalam wilayah kekuasaan suami dan istri untuk menghindarkannya. Ada yang harus diketahui
dan sebenarnya dapat dielakkan sebelum menikah yaitu perbedaan-perbedaan yang terlalu besar
yang terdapat diantara berdua. Jadi sebenarnya sewaktu mencari jodoh hendaklah memilih orang
yang sebanyak mungkin cocok dan jangan yang terlalu banyak perbedaannya.
2. lntegritas Dan Iman
Faktor-faktor penting dalam membina rumah tangga adalah integritas dan iman. Suami-istri yang
jujur, berbudi harus yang tawakal dan mentaati peraturan-peraturan Tuhan serta menjauhi
larangan-Nya, akan lebih mampu membina hubungan yang rukun, serasi dan mesra.
Suami dan istri yang kurang imannya dan rendah ahlaknya, mullah saja terjadi kericuhan,
kebohongan, kecurigaan, merugikan, sating menyakiti didalam rumah tangganya. Istri yang
berahlak dan beriman tidak akan nyeleweng, sebaliknya suami yang berbudi dan tact kepada
Tuhan akan memegang tegung amanah. Cinta,
kompabilitas, kesehatan fisik dan mental Emotional Matur,,v, (kedewasaan emosional), ahlak,
budi dan iman adalah prasyarat atau Prerequisites untuk keberhasilan berumah tangga.
Bilamana faktor-faktor tersebut terdapat pada suami dan istri, maka kesulitan-kesulitan lain yang
timbul kemudian, kesulitan ekonomi, faktor-faktor lingkungan luar akan dikendalikan dengan
tidak perlu menimbulkan konflik.
3. Kemauan,, Kemampuan Dan Kesempatan
Di dalam kehidupan berkeluarga, bagaimanapun juga kesulitan-kesulitan mungkin saja muncul
sehingga hubungan yang tac -nya cukup rukun menjadi terancam. Oleh karena itu harus diketahui
bahwa ada syarat lain yang diperlukan untuk menjamin keberhasilan dalam rumah tangga, yaitu
kemampuan dan kemauan untuk mengusahakan kerukunan serta keserasian dengan upaya nyata
yang telah dipikirkan, dirundingkan, dan direncanakan terlebih dahulu. Apa saja yang kita
inginkan didunia ini tidak akan datang dengan sendirinya. Begitu pula keberhasilan berumah
tangga atau kerukunan tidak akan terwujud dengan sendirnya melainkan hanya akan datang
sebagai hasil usaha yang direncanakan dan diarahkan secara rasional.
Suami dan istri harus berkemauan dan berusaha untuk memecahkan dan menyelesaikan kesulitan
yang dihadapi keduanya harus memiliki keyakinan bahwa dengan kemauan dan kemampuan
segala kesulitan dapat ditanggulangi.
4. Terapi Psikollogis
Ada tiga teori untuk menerangkan mengapa Sesuatu berlangsung dengan baik dan ditempat
lain atau pada orang lain Suatu itu justru tidak dapat berlangsung.
a. Teori Transaksional

12

Menurut teori ini, hubungan antar manusia (interpersonal) berlangsung mengikuti kaidah
transaksional yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya
atau malah merugi. Jika merasa memperoleh keuntungan maka hubungan itu pasti mulus, tetapi
jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi
permusuhan. Oleh karena itu seyogyanya suami istri selalu saling memberikan yang terbaik.
b. Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada skenario yang disusun oleh
masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya. Dalam
skenario itu sudah tertulis seorang Presiders harus bagaimana, seorang gubernur harus
bagaimana, seorang guru harus bagaimana, murid harus bagaimana. Demikian juga sudah tertulis
peran apa yang harus dilakukan oleh suami istri ayah, anak, mantu, mertua dan seterusnya.
Menurut teori ini jika seseorang mematuhi skenario, maka hidupnya akan harmonis tetapi jika
menyalahi skenario maka is akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara.
c. Teori Permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga yaitu anak-anak orang dewasa dan
orang tua. Anak-anak biasanya menjadi, tidak mengerti dan kurang bertanggungjawab.
Sedangkan orang dewasa biasanya bersikap lugas, sadar akan akibat yang akan terjadi. Adapun
orang tua biasanya dapat memaafkan dan memaklumi kesalahan orang lain dengan batas-batas
yang jelas dan tegas karena
orang tua mempunyai kecenderungan untuk menyayangi. Suasana rumah tangga juga ditentukan
oleh kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya
ditunjukkan.
E. Rangkuman
Setiap keluarga selalu ingin merasa tentram, sejahtera dan hidup dalam suasana rukun, tenang
dan damai. Namun demikian kadangkala mengalami gangguan sehingga terjadi ketegangan yang
akhirnya menjadi konflik antara suami istri (marital conflict) atau pertengkaran (marital quarrels).
Konflik dalam rumah tangga dapat terjadi karena adanya perselisihan dan persengketaan diantara
anggota keluarganya yang hidup dalam sate atap maupun saling berjauhan. Konflik itu sendiri
disebabkan karena beberapa factor dari yang ringan sampai yang berat (pokok), dari yang bersifat
internal dan eksternal, demikian juga sumber/ penyebab konflik dapat berasal dari suami atau istri
maupun anggota keluarga lain karena adanya perbedaan dan ketidak cocokan (incompatibilitas).
Banyak faktoryang dapat mempengaruhi kehidupan rumah tangga. Permasalahan yang timbul did
alam rumah tangga clapati diminimalkan dengan mengingat beberapa faktor antara lain: adanya
kecocokan dalam memilih suami atau istri, integritas dan iman seseorang juga merupakan falktor
penting dalam membina kehidupan berumah tangga, adanya kemauan, kemampuan dan
kesempatan dalam menghadapi kesulitan sehinga berhasil membentuk keluarga yang rukun,
tenang, damai dan sejahtera. Faktor lain adalah dengan terapi psikologis yang terdiri dari teori
transaksional, teori peran dan teon permainan dapat pula membantu untuk memecahkan
permasalahan yang mungkin terjadi dalam kehidupan rumah tangga.
F. Latihan
Coba Anda identifikasi problematika apa saja yang dapat timbul dalamkehidupan rumah tangga,
mengapa hal tersebut dapat terjadi kemudian diskusikan bagaimana cara menyelesaikannya.
G. Evaluasi
1. Apa yang Anda ketahui tentang konflik yang terjadi dalam rumah

13

2. Kemukakan pendapat Anda mengapa gangguan terdapat dalam rumah tangga dan bagaimana
mencegahnya
3. Bidang-bidang mana saja yang dianggap rawan dalam memicu konflik?

14

BAB IV
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
KEBERHASILAN MANAJEMEN RUMAH TANGGA
A. Kepemimpinan
Sejumlah orang yang bekerja-sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama diperlukan pimpinan
dan pemimpin. Bila dua orang saja bersekutu dan bekerja-sama sudah memerlukan adanya
pemimpin.
Bahkan tiga orang saja berjalan salah seorang dari mereka harus menjadi pemimpinnya.
Keluargapun memerlukan pimpinan dan seorang pemimpin. Pemimpin ini mutlak harus ada
karena pemimpinlah yang bertanggung-jawab untuk mengambil keputusan-keputusan yang
berupa tujuan, sasaran, standar, garis-garis kebijaksanaan, prosedur, metode, prioritas, peraturan,
program kerja maupun anggaran. Pemimpin harus pula mengorganisir, mengkoordinir,
memberikan pengarahan dan melakukan pengendalian. Singkatnya Kepala rumah tangga yang
melaksanakan manajemen keluarga dan sebagai pemimpin dalam hubungan suami istri.
Siapa pemimpin atau kepala keluarga itu? Di Indonesia menganut paham bahwa suami adalah
kepala rumah tangga. Dalam UndangUndang Perkawinan pun ditetapkan bahwa suami adalah
kepala keluarga. Sebagai kepala dan akan diminta pertanggungjawabannya oleh Tuhan YME
tentang pelaksanaan dan hasil kepemimpinannya.
B. Peran Dan Fungsi Manajemen
Dalam suatu rumah tangga/ hidup berkeluarga sudah diberi petunjuk oleh Tuhan YME agar selalu
menggunakan akal sehat dan selalu berusaha untuk mensukseskan kehidupan rumah tangga
dengan usaha yang sesuai menurut prinsip dan proses tertentu yang diajarkan oleh ajaran agama
masing-masing.
Sukses dalam hidup berumah tangga bukanlah satu-satunya yang diinginkan oleh manusia dalam
hidup ini. Begitu pula kesulitan yang dihadapi dalam rumah tangga bukanlah satu-satunya
kesulitan yang terjadi antar manusia dan segera harus dipecahkan dan diselesaikan.
Dengan manajemen, ternyata rumah tangga dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat dijamin
keberhasilannya dan kesulitan yang dihadapi dalam setiap permasalahan dapat diselesaikan
dengan baik.
Prinsip dan proses manajemen modern dapat dipraktekan dalam mengelola kehidupan rumah
tangga pada umumnya. Mengingat bahwa keluarga juga merupakan suatu organisasi sosial
dengan sejumlah orang (suami, istri dan anak-anak) yang bergabung dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan secara bersama. Hubungan antara suami istri juga
merupakan suatu hubungan sosial yang dikuasai oleh hukum-hukum yang sama bagi setiap
hubungan sosial dengan ada keistimewaan-keistimewaannya.
Bilamana anggota keluarga (suami dan istri) benar-benar ingin hubungan antara keduanya
menjadi rukun dan kesulitan-kesulitan akan dapat diselesaikan, maka keduanya harus mau dan
mampu mengatur serta mengurus hubungan antar keluarga secara sadar, rasional dan terarah
untuk menggunakan cara-cara manajemen termasuk didalamnya metode Problem-Solving.

15

Menurut ilmu manajemen, upaya mewujudkan kerukunan, memecahkan dan menyelesaikan


persengketaan dan mensukseskan hubungan antara suami istri harus diselenggarakan dengan cara
sebagai berikut :
1. Menilai rumah tangga itu sendiri, apakah rumah tangga itu sendiri cukup sehat ataukah
memang tidak memenuhi syarat untuk suatu rumah tangga yang sukses. Kemudian diusahakan
mendapat petunjuk atau data yang direncanakan. Bagaiman kira-kira situasi hubungan diantara
mereka itu di bulan dan tahun mendatang sehingga dapat diperkirakan dengan cara mengenal
kepribadian masing-masing, mengenal anak-anak, mengenal lingkungan, pekedaan maupun
penghasilan dari pasangannya.
2. Apakah yang diinginkan di dalam membina rumah tangga tentu harus ada tujuan yang pasti
dan jelas. Tujuan ini tidak boleh hanya berupa slogan-slogan atau garis-garis umum saja,
melainkan harus merupakan sasaran yang konkrit. Jika sasaran/ tujuan ini belum ada, maka
langkah pertama harus ada kata sepakat mengenai apa yang menjadi target bersama.
3. Mengenai beberapa hal pasangan suami istri harus mampu bersamasama menyetujui dan
menetapkan standar tentang kerukunan, suasana damai, tingkah-laku atau perilaku ketertiban dan
kesopanan dalam rumah, kebersihan, kepuasan dalam hubungan seks dan sebagainya.
Konflik sering terjadi karena suami dan istri berbeda paham umpamanya mengenai cara hidup
(mewah, cukup comfortable atau sederhana), pergaulan sosial (sang istri ingin banyak-banyak
bergaul dengan orang lain, sang suami lebih suka menikmati ketenangan dirumah dengan istri
dan anak-anak). Mengenai pendidikan anak-anak, mengenai hubungan seks (frekwensinya, caracaranya menghadapi persoalan-persoalannya) dan sebagainya. Persoalan-persoalan tersebut
sangat sensitive bila paham masing-masing terlalu berbeda sehingga konflik mungkin akan sering
terjadi. Padahal persoalan-persoalan tersebut adalah lumrah sekali dan dapat diduga akan muncul,
bahkan berulangulang, maka sehaiknya pasangan suami istri secepat berunding dan mengambil
keputusan yang jelas dan pasti sampai mendetail mengenai cara hidup yang akan ditempuh,
pergaulan pendidikan anak-anak, hubungan seks, mengatur rumah, membelanjakan uang dan
lainnya. Menurut istilah manajemen, mereka harus menyepakati dan menetapkan (memutuskan)
kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu yang selanjutnya akan menjadi pedoman atau pegangan
bagi mereka berdua.
4. Prosedur-prosedur, metode-metode dan peraturan-peraturan mengenai pelbagai soal yang
selalu terjadi (makan harus bersama sampan barn sesudah mandi, cara menggunakan kamar
mandi bangun jangan terlambat, berpakaian necis berbicara sopan,, soal menggunakan kendaraan
(mobil), menyuruh pembantu dan sebagainya). Dalam kategori ini termasuk soal disiplin yang
sangat besar artinya bagi ketertiban dan perdamaian dalam rumah tangga.
5. Prioritas, ada pepaah yang berbunyi : besar pasak daripada tiang antara suami dan istri sering
terjadi cekcok karena sang istri suka membelanjakan penghasilan (gaji suami) tidak sebagaimana
diinginkan sang suami. Maka sebaiknya cepat-cepat menetapkan suatu Skala Prioritas,
maksudnya hendaklah ditetapkan secara jelas dan berurutan mana yang pertama mesti dibeli atau
dibayar apa yang nomor dua apa yang kemudian boleh menggunakan biaya sebagai prioritas
ketiga dan seterusnya. Skala prioritas mutlak perlu karena yang diinginkan itu memerlukan uang,
selalu banyak, padahal uang masuk terbatas sekali dan biasanya itu ke itu juga dari bulan ke
bulan. Kalau ada rizki istimewa yang halal barulah boleh dipenuhi keinginan-keinginan yang
lain.
6. Sebaiknya juga ada semacam program kerja, yaitu bilamana ada keinginan-keinginan tertentu
yang ingin direalisasikan.
7. Akhirnya setiap keluarga atau rumah tangga harus memiliki anggaran belanja. Maka suami dan
istri secara tekun dan serius dipersilahkan memutuskan pos demi pos. berapa jumlah yang harus

16

dibelanjakan dalam setiap bulan untuk melaksanakan usaha-usaha tertentu guna kesejahteraan
keluarga.
Masing-masing anggota rumah tangga harus melaksanakan fungsinya dan menyelesaikan
pekerjaannya dengan bekerjasama. Umpamanya memelihara ketertiban dan kebersihan mendidik
anakanak menghadapi orangtua dan mertua dan sering juga dalam bidang hubungan dengan
pihak luar yang bersifat sosial. Keriasama yang rapih, lancar dan menyenangkan hanya mungkin
dicapai bila ada ketegasan tentang soal-soal untuk apa harus ada kerjasama, sasaran-sasaran apa
yang hendak dicapai kapan bagaimana dan dimana serta dengan menggunakan alat-alat atau
bahan-bahan apa bekerjasama. Kerjasama hanya akan lancar dan tidak menimbulkan kejengkelan
bila masing-masing selalu siap bersedia, mampu dan ikhlas untuk bekerja datau menyiapkan diri
untuk dapat terjadinya kerjasama tersebut. Untuk ini jauh sebelumnya diantara mereka harus
tercapai pengertian dan persetujuan cara-cara dan syarat-syarat bekerjasama itu. Kekurangankekurangan dalam hal inilah yang sering akan menimbulkan keteganan dan akhimya konflik.
C. Koordinasi
Suami dan istri mempunyai peranan yang berbeda dalam tugas dan pekerjaannya. Maka selalu
ada resiko yang muncul karena setiap anggota keluarga melakukan macam-macam pekerjaan
alam suatu lingkungan rumah tangga.
bahwa setiap dari mereka itu melakukan macam-macam pekerjaan dalam lingkungan
rumahtangga itu, secara yang tidak jelas ada hubungan langsungnya dengan tujuan hidup
bersama.
Sekurang-kurangnya sang istri berpendapat bahwa kegiatankegiatan suami itu tidak benar untuk
kepentingan bersama atau sebaliknya. Untuk menghindarkan ini perlu ada usaha
pengkoordinasian oleh kepala keluarga. Kegiatan-kegiatan tentu saja bermacam-macam, tetapi
harus dijaga bahwa selalu seimbang, tidak terlalu menuju kesatu jurusan saja dijaga
timingnya.dan dijamin selalu bahwa segala aktivitas itu benar-benar dan jelas menuju kepala
perpaduan (integrasi) demi tercapainya tujuan-tujuan bersama. Usaha pengkoordinasian ini juga
perlu untuk menjamin agar perbedaan diantara suami dan istri tidak menjadi lebih melebar.
D. Pengarahan dan Pengedalian
Hidup bersama dari hari kehari memerlukan pengarahan dan pengendalian. Artinya pertama,
kepala keluarga harus selalu mengambil prkarsa agar partnernya dan anak-anak selalu bergiat dan
bersemangat serta siap memberikan petunjuk maupun bantuan. Selanjutnya harus dijamin bahwa
segala sesuatu selalu berjalan sebagaimana diinginkan dan digariskan dalam kebijaksanankebijaksanaan serta ditentukan oleh prosedur-prosedur peraturan-peraturan lain, program kerja
dan anggaran. Inilah usaha untuk menjamin tercapainya tujuan-tujuan bersama dalam kehidupan
keluarga.
Bilamana sistim pengendalian ini benar-benar dilaksanakan, maka kesalahan-kesalahan kesulitankesulitan atau kelainan-kelainan dan penyimpangan-penyimpanan dapat segera diketahui dan
cepatcepat dikoreksi. Sehingga tidak akan terjadi kesulitan-kesulitan besar dan kegagalankegagalan total atau kecelakaan-kecelakaan fatal.
E. Peran Suami Istri
Perempuan dan laki-laki sama keduclukan dan perananya dalam membina rumah tangga dan
dalam mewujudkan keluarga sejahtera. Perempuan dan laki-laki sebagai suami istri diberi bekal
yang sama dalam membentuk rumah tangga yaitu cinta dan kasih sayang. Kedudukan perempuan
cukup penting karena peranannya sebagai istri, sebagai ibu dan mitra suami dalam membina
rumah tangga serta mendidik generasi yang lahir dalam keluarga tersebut bersama suaminya.

17

Perempuan sebagai istri berfungsi sebagai pencipta ketenangan, kemesraan dan kasih sayang.
Diantara peran yang-dilaksanakan perempuan dalam keluarga adalah memelihara kesehatan
keluarga dengan gizi yang cukup dan rumah tangga yang bersih dan terjamin kesehatannya,
sedangkan peran suar-i adalah sebagai mitra sejajar istri dan pelindung keluarga (istri dan anak)
juga sebagai pendidik dan emberi nafkah utama serta teman istri dalam suka dan duka.
Peran perempuan sebagai istri dalm rumah tangga adalah sebagai penanggung jawab dan
pengelola ekonomi rumah tangga. Pendapatan keluarga yang bersumber dari usaha suami istri
diatur pengeluarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Agama mengajarkan tentang
beberapa hal:
1. Saling menerima, terimalah ini sebagaimana adanya, kesenangan dan kekurangan.
2. Saling menghargai, menghargai perkataan, perasaan, bakat dan keinginan, serta menghargai
keluarganya.
3. Saling mempercayai percaya pribadi dan kemampuannya.
4. Saling mencintai dengan cara lemah lembut dalam pergaulan dan pembicaraan, menunjukan
perhatian kepala suami/istri, bijaksana dalam pergaulan, menjauhi sikap egois, tidak mullah
tersinggung dan menunjukan rasa cinta.
Ibu juga mendidik generasi muda dan menurunkan budaya dan agama serta norma. Sebagai ibu
dapat menciptakan surga bagi anakanaknya, menciptakan suasana yang nyaman bagi anakanaknya karena suasana yang nyaman membuat mereka tumbuh dan berkembang dengan sehat
jasmai dan rohaninya. Kasih sayang dan perhatian yang cukup serta pendidikan yang tepat akan
menghasilkan anak-anak yang baik dan berperilaku terpuji. Lebih lanjut hal ini akan menciptakan
Ketahanan Nasional dan kesejahteraan masyarakat luas.
Perempuan menempati kedudukan yang penting di dalam kehidupan keluarga dan sendi dasar
kehidupan masyarakat karena perempuanlah yang melahirkan generasi penerus merawat dan
mendidik anak, memberikan kasih sayang, perhatian penghargaan dan segala sesuatu yang
dibutuhkan anggota keluarga.
Perempuan memiliki hak untuk hidup, menuntut ilmu, bekerja atau beramal shaleh selama tidak
merusak diri, agama dan martabatnya sebagai manusia dan betapa mulia kedudukan perempuan
dalam menciptakan surga bagi anak-anak dan suami yang mendampingi hidupnya dalam
membentuk keluarga sejahtera.
F. Rangkuman
Keberhasilan dalam membina rumah tangga dapat diwujudkan antara lain dengan menerapkan
fungsi-fungsi manajemen, karena did dalam rumah tanggapun diperlukan adanya kepemimpinan,
koordinasi, pengendalian, yang sesuai dengan peran masing-masing dalam rumah tangga. Suami
sebagai kepala rumah tangga sekaligus sebagai pemimpin dan didampingi istri yang berperan
sebagai ibu dengan anak-anak dan mitra suami. Sedangkan anak-anak juga harus bekerjasama
saling bahu membahu dalam suatu rumah tangga.
Rumah tangga dapat dikatakan sukses bila masing-masing anggota keluarga melaksanakan tugas
dan fungsinya sesuai dengan peran masing-masing, adanya saling menghormati, menghargai,
menyayangi, mengasihi, melindungi, bekerjasama dan saling mengingatkan satu dengan lainnya
karena rumah tangga merupakan ajang tumbuh kembangnya nilai-nilai religius, edukatif,
rekreatif, sosial dan budaya.

18

G. Latihan
Coba Anda diskusikan mengapa peran suami dan istri sangat dominan dalam suatu rumah tangga.
H. Evaluasi
1. Menurut Anda, apa saja peran suami dalam mengelola rumah tangga?
2. Bagaimana pula peran istri dalam mengelola rumah tangga?
3. Peran dan fungsi manajemen, apa saja yang dapat diterapkan agar tercapai keberhasilan dalam
kehidupan rumah tangga?

19

BAB V
KEGIATAN PEMBELAJARAN IV
KELUARGA SEJAHTERA DAN BAHAGIA
A. Kriteria
Realisasi dari keluarga sejahtera dan bahagia adalah sesuai dengan Keputusan Dirjan Bimas
Islam dan Urusan Haji No. D/7/1995 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembina Gerakan Keluarga
Sakinah pada Bab III, Pasal 3, dinyatakan bahwa Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibina
atas perwalian yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan
seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan
selaras, serai, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan,
ketawqaan, dan ahlaq mulia.
Selanjutnya secara rind pada pasal 4 disebutkan ada 5 (lima) macam lingkungan keluarga
sakinah:
1. Keluarga Pra Sakinah
2. Keluarga Sakinah I
3. Keluarga Sakinah II
4. Keluarga Sakinah III
5. Keluarga Sakinah III Plus
Untuk hidup bahagia dan sejahtera manusia membutuhkan ketenangan hati dan jiwa yang aman
damai sebagai hasil dari iman dan tawa kepada Tuham YME.
Untuk melestarikan cinta kasih ini, agama memberi saran agar kita secara sadar memelihara dan
mengungkapkan secara nyata kasih sayang yang sudah ada, kemudian rajin berdoa kepada Tuhan
agar rasa kasih sayang senantiasa dilimpahkan kepada keluarga.
B. Formula Kebahagiaan
Pasangan yang awet tentu memiliki berbagai kiat perkawinan berupa apa yang sebaiknya
dilakukan (the does) dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan (the doesnt) oleh para suami dan
para istri.
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan:
1. Menghindari perbuatan yang tidak disenangi oleh pasangan hidupnya sekalipun perbuatan itu
hanya sekedar perbedaan selera semata dan sama sekali bukan tergolong perbuatan salah.
2. Usahakan memiliki hobi yang sama, seku rang- ku rangnya ikut menyenangi apa yang disukai
pasangan hidupnya.
3. Memberi kejutan dengan membawa sesuai yang disenangi pasangan hidupnya atau dengan
selalu menampilkan wajah cerah dan sendagurau sebagai tanda perhatian.
4. Musnahkan surat-surat cinta dan foto kenangan dari (para) mantan pacar.

20

5. Khusus untuk para istri agar memperhatikan makanan kesukaan suami. Apabila suami akan
pergi ke luar kota, benahilah pakaian serta sediakan barang keperluannya lalu catat. Apabila
suami pulang dengan membawa bingkisan/ oleh-oleh tampilkanlah rasa senang, sekalipun
bingkisan itu sebenarnya kurang berkenan di hati.
Hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan :
1. Jangan Coba-coba menghampiri hat-hat yang dilarang oleh agama, sekalipun mula-mula hanya
sekedar iseng saja.
2. Jangan terlalu banyak turut campur terhadap pelaksanaan tugas masing-masing.
3. Jangan mementingkan diri sendiri
4. Jangan cemburuan, tapi kewaspadaan tetap dianjurkan.
5. Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan.
6. Jangan membiasakan pergi meninggalkan rumah kalau sedang tersinggung oleh pasangan
hidup.
7. Jangan suka mendatangi tempat kerja suami.
8. Jangan suka menceritakan keunggulan dan kekayaan keluarga masing-masing atau keluarga
orang lain, apalagi kemudian membandingkanya dengan keluarga sendiri.
9. Jangan menceritakan kecantikan atau ketampanan atau ketrampilan orang lain dihadapan
pasangan hidup masing-masing.
10. Jangan suka menceritakan kelezatan masakan ibu kandung dihadapan istri saat makan.
Kalaupun masakan istri tidak begitu berkenan janganlah sekali-sekali dicela, tetapi tetap dimakan
saja dengan tenang.
C. Mawaddah dan Rahmah
Salah satu unsur fitrah menurut Nurcholish Madjid yang kemudian menyebutkan empat tahap
rasa cinta antara laki dan perempuan yaitu:
1. Mahabbah: bentuk pertama rasa saling tertarik antara laki-laki dan perempuan dengan pesona
ragawi sebagai penyebab utama laki-laki dan perempuan saling jatuh cinta, baikbertepuk
sebelah tangan maupun gayung bersambut
2. Mawaddah: bentuk yang lebih tinggi dari mahabbah, akrena rasa tertarik kepada lawan jenis
tidak semata-mata karena segi jasmani dan penampilan fisik, tetapi karena unsure kepribadian
dan nilai-nilai luhur lainnya
3. Rahmah: bentuk cinta kasih ini ditandai oleh rasa kasih sayang yang murni dan tutus serta
kualitasnya lebih tinggi lai, karena jenis kasih sayang ini besumber dari sifat Tuhan yang Rahman
dan Rahim
4. Sakinah: ikatan perkawinan dan suasana kekeluargaan yang diliputi oleh rasa senang, tentram,
sentosa dan bahagia yang sempurna, serta sadar akan kehadiran Tuhan dan penuh harap akan
Ridha-Nya. Jenis cinta ini adalah anugerah Tuhan YME kepada kaum yang ulet, tabah dan ikhlas.
Keluarga sakinah adalah tujuan dan idaman setiap keluarga

21

BAB VI
PENUTUP
Nikmat berumah tangga adalah salah satu diantara berbagai kenikmatan yang dianugerahkan
Allah SWT kepada manusia. Hanya dalam ikatan pernikahan (yang baik) terjadi saling berbagi
pengalaman dan perasaan, serta saling memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang paling sah,
spontan dan murni. Kekeluargaan pun menjadi lebih luas melalui pergaulan dengan keluarga
pasangan masing-masing. Bahkan orang tua pun menjadi bertambah jumlahnya, karena mertua
setara dengan orang tua. Disamping itu peluang untuk mengembangkan diri dan meraih
kebahagiaan terdapat dalam ikatan pernikahan yang puncaknya yaitu kelahiran anak-anak sebagai
buah cinta kasih.
Namun semuanya tidak akan terwujud apabila tidak diupayakan secara sadar dan terarah. Dengan
demikian ikatan rumah tangga merupakan salah satu ajang perjuangan bagi suami dan istri untuk
mewujudkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan tidakjatuh begitu saja, tetapi
merupakan ganjaran dari kerja keras meraih makna dan tujuan hidup yang didasari keimanan,
kesetiaan, kemanfaatan, dan kekeluargaan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun
1974 serta penjelasannya
3. Problem Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan dan Pembinaan Keluarga,BP4 Pusat,Jakarta
1977
4. Birruwalidaini, Tazhim Kepada Ibu-Bapak, Drs. H. Dahlan AS, Seri Hidup Beragama, Jakarta
1984
5. Membangun Hari Esok yang Lebih Baik, Himpunan Khutbah Pembangunan Satu Tahun,
Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Proyek Bimbingan Khutbah / Dawah Agama Islam Pusat
Tahun 1987/1988
6. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka, Jakarta 1997
7. Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga, Ratna Batara Munti, Lembaga Kajian Agama dan
Jender, The Asia Foundation, Jakarta 1999
8. Petunjuk Teknis Pembinaan Keluarga Sakinah, Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Jakarta
1999 / 2000
9. Modul Pembinaan Keluarga Sakinah ( untuk pelatihan Pembina Kelompok Keluarga
Sakionah ), Departemen Agama, Ditjen Bimas Islam dan Urusan Haji, Proyek Peningkatan
Kehidupan Keluarga Sakinah, Jakarta Tahun 2000

22

10. Modul Pendidikan Agama Dalam Keluarga, Departemen Agama, Ditjen Bimas Islam dan
Urusan Haji, Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, Jakarta Tahun 2000
11. Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Sakinah, Departemen Agama , Ditjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji, Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah, Jakarta Tahun 2001
12. Keluarga Sakinah Rumahku Surgaku, H. Ramlan Marjuned, Media Dawah Jakarta, 1423 H /
2002

23

Anda mungkin juga menyukai