Anda di halaman 1dari 22

MEDIA DAKWAH MUSIK DAN FILM

Dosen Pengampu :
Reny Masytoh, M. Kom. I

Disusun oleh :
Ramadhan Iqbal Wardhani (B71219075)
Salsabila Putri Rahardia (B71219077)
Syarifah Maydina Sany (B71219078)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SURABAYA
2020
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Media Dakwah dan Teknologi
dengan tema “Media Dakwah Musik dan Film”.
Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tingginya
kepada Ibu Reny Masytoh, M. Kom. I selaku Dosen Pengampu yang telah
memberikan arahan dan materi dalam penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan penulis atas kritik dan saran baik dari dosen dan para pembaca agar
makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Tertanda,

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................3
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................4
A. Pengertian Media Dakwah .........................................................4
B. Peranan Musik Dalam Media Dakwah .......................................6
C. Peranan Film Dalam Media Dakwah..........................................9
BAB III PENUTUP ..............................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................17
B. Saran ...........................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di zaman modern saat ini banyak sekali remaja di Indonesia yang
menggandrungi trend budaya Barat. Tidak sedikit dari mereka yang
menjadikan budaya Barat sebagai role model dalam kehidupannya, karena
mereka memandang itu adalah sebuah seni. Seperti diantaranya seni dalam
berpenampilan, musik, arsitektur, dan lain sebagainya. Sebagian dari
mereka melakukan itu semua semata-mata hanya untuk memenuhi rasa
senangannya saja. Menurut Maziyaturrodhiyanah, seni tidak lepas dari
kebudayaan, maka dalam percakapan sehari-hari kebudayaan kerap kali
dikaitkan dengan seni dan ilmu. Sedangkan Nanang Rizali menyebutkan
bahwa seni sebagai bahasa universal diharapkan mampu dijadikan sarana
untuk mengajak berbuat baik (ma’rūf), dan mencegah perbuatan tercela
(munkār) serta membangun kehidupan yang berkeadaban dan bermoral. Di
samping itu diharapkan dapat mengembangkan dan menumbuhkan
perasaan halus, keindahan dan kebenaran menuju keseimbangan
‘materialspiritual’. Dengan demikian seni mampu berperan dalam
memenuhi kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani, serta dapat
memberi kepuasan secara fisik dan psikis.
Jika melihat fenomena remaja saat ini, tidak sedikit remaja yang
menghabiskan waktunya dengan kegiatan-kegitan yang tidak bermanfaat
dibandingkan meluangkan waktunya untuk belajar ilmu agama. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya faktor-faktor yang menimbulkan minat
terhadap kegiatan keagamaan seperti: tidak adanya motivasi, merasa tidak
butuh, lingkungan yang tidak mendukung, fasilitas yang tidak memadai,
kondisi keluarga, dan teman sepergaulan. Kasus tersebut tentunya
memberikan citra buruk pada dunia dakwah, setelah kesan membosankan
dan menjenuhkan karena dakwah yang hanya begitu-begitu saja tanpa ada
inovasi atau kesan menarik didalamnya. Seharusnya dakwah akan
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku melalui komunikasi

1
yang dilakukan dengan penuh kesungguhan oleh umat Islam, sehingga
pesan-pesan ajaran Islam sampai kepada sasaran dengan tepat. Dan tujuan
dari dakwah itu sendiri bisa terwujud untuk mencapai terbentuknya
masyarakat Islami, yang pada akhirnya mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
Dengan demikian solusi yang ditawarkan adalah dakwah yang
dilakukan melalui seni Islami, karena sebagaimana yang telah dipaparkan
sebelumnya bahwa seni itu sangat disukai sekali oleh berbagai kalangan
terutama seni musik dan seni film. Sehingga dakwah bisa disajikan
menjadi sesuatu yang memiliki daya tarik bagi para pendengar dan
penontonnya. Hal ini sejalan dengan Adjie Esa yang menyebutkan bahwa
musik dan dakwah merupakan naluri manusia sejak ia dilahirkan, oleh
sebab itu beruntunglah bagi mereka yang bisa melakukan hal itu di saat ia
dewasa.
Sejak manusia dilahirkan, Allah SWT telah membekali manusia
dua belah otak. Otak kiri adalah bagian otak yang berhubungan dengan
fungsi berfikir, sedangkan orak kanan berhubungan dengan fungsi intuisi.
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Islam sebagai agama yang
sempurna tentunya mengandung segala aspek yang dibutuhkan oleh
manusia termasuk didalamnya seni musik Islami dan film yang kontennya
berbau Islami yang diharapkan bisa memberikan sumbangsih positif bagi
penanaman nilai-nilai agama pada setiap individu. Ini bisa menjadi
alternatif bagi umat muslim agar bisa mendapatkan syiar-syiar Islam yang
tentunya tanpa menghilangkan esensi majelis ilmu sebagai tempat untuk
menuntut ilmu.1

1
Luki Agung Lesmana P, dkk. “IMPLEMENTASI DAKWAH ISLAM MELALUI SENI MUSIK
ISLAMI”, Jurnal Tarbawy, Vol. 2, Nomor 1, 2015, 34-35.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan utama yang
timbul adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan media dakwah?
2. Apa peranan musik dalam media dakwah?
3. Apa peranan film dalam media dakwah?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian media dakwah.
2. Untuk mengetahui peranan musik dalam media dakwah.
3. Untuk mengetahui peranan film dalam media dakwah.

D. Kegunaan Penelitian
Setiap makalah diharapkan memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai,
adapun harapan penulis mengenai pembuatan makalah ini yaitu
mempunyai nilai kegunaan teoritis dan juga praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
tentang media dalam berdakwah khususnya dengan menggunakan
media musik dan film ditengah masyarakat modern seperti sekarang
ini.
2. Kegunaan Praktis
Penulis berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan
bagi para da’i maupun calon da’i untuk sarana dalam berdakwah
ditengah masyarakat modern.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Media Dakwah


Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan
bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang berarti alat perantara.
Wilbur Schramn mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang
dapat digunakan dalam pengajaran. Secara lebih spesifik, yang dimaksud
dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau
pengajaran, seperti buku, film, video kaset, slide, dan sebagainya. Secara
bahasa Arab media/wasilah yang bisa berarti alwushlah, at attishad yaitu
segala hal yang dapat mengantarkan terciptannya kepada sesuatu yang
dimaksud. Pada bagian lain juga dikemukakan bahwa media (wasilah)
dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah
(ajaran Islam) kepada mad’u. Dari beberapa pendapat di atas, dapat
diberikan pengertian secara rasional dari media dakwah yaitu segala
sesuatu yang digunakan atau menjadi menunjang dalam berlansungnya
pesan dari komunikan (da’i) kepada khalayak. Atau dengan kata lain
bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi penunjang/alat dalam proses
dakwah yang berfungsi mengefektifkan penyampaian ide (pesan) dari
komunikator (da’i) kepada komunikan (khalayak).
Dengan banyaknya media yang ada, maka da’i harus pandai
memilih media yang efektif untuk mencapai tujuan dakwah. Tentunya
dengan memilih yang tepat atau dengan prinsip-prinsip media. Masalah
teknologi komunikasi menjadi penting untuk diupayakan agar para da’i
menguasainya, karena pada hakikatnya dakwah adalah proses komunikasi
baik media visual, audio, dan yang lebih penting lagi media audio visual,
termasuk televisi. Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan
dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknlogi komunikasi
yang semakin canggih, memerlukan suatu adapasi terhadap kemajuan itu.
Artinya dakwah dituntut untuk dikemas dengan terapan media komunikasi
sesuai dengan aneka mad’u (komunikan) yang dihadapi. Kecanggihan

4
teknologi komunikasi ikut mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
manusia termasuk di dalamnya kegiatan dakwah sebagai salah satu pola
penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengethauan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa proses dakwah bisa terjadi dengan menggunakan
berbgai sarana/media, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat memungkinkan hal itu. Ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat berdampak positif sebab dengan demikian pesan dakwah dapat
menyebar sangat cepat dengan jangkauan dan tempat yang sangat luas
pula.
Dalam suatu proses dakwah, seorang da’i dapat menggunakan
berbagai media. Salah satu unsur keberhasilan dalam berdakwah adalah
kepandaian seorang da’i dalam memilih dan menggunakan sarana atau
media yang ada. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu
memilih media adalah :
1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah
atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik
(kelebihan, kekurangan, keserasian) yang berbeda-beda.
2. Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3. Media yang dipilih sesuai dengan kemampuan sasaran dakwahnya.
4. Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5. Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya
pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i.
6. Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7. Efektifitas dan efesiensi harus diperhatikan.2
Perkembangan dan kemajuan media massa dari tahun ke tahun
semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi.
Sebagai alat komunikasi massa, media massa mempunyai peranan yang
signifikan sebagai agen perubahan sosial (agent of change). Dengan
kemajuan yang dicapai peranan media massa saat ini bukan hanya terbatas
pada alat komunikasi massa, penyampai berita dan hiburan saja, akan
tetapi sebagian media massa telah menjadi sarana dalam menyebar luaskan

2
Aminuddin , “Media Dakwah”, Jurnal Al-Munzir, Vol. 9. No. 2, 2016, 346-348.

5
dakwah Islam. Dengan demikian media massa telah ambil bagian untuk
mengkomunikasikan penyampaian pesan agama pada masyarakat luas.
Apapun bentuknya, aktivitas dakwah mutlak menggunakan media
(channel) dakwah. Pada dasarnya media dakwah yang digunakan mengacu
pada siapa objek dakwah yang dihadapi, kepandaian subjek dakwah
menggunakan media dakwah dapat mempengaruhi berhasil tidaknya
pelaksanaan dakwah Islamiyah. Sebaliknya, keahlian subjek dakwah
meramu materi dakwah dengan kesesuaian media yang digunakan, dapat
menjadi faktor penunjang keberhasilan dakwah. Perlu diingat adalah,
materi dakwah ada kalanya memerlukan media tertentu dalam
pelaksanaanya.3

B. Peranan Musik dalam Media Dakwah


Ada banyak definisi tentang dakwah, yang dalam bahasa Arab
berarti ‘menyeru’ atau ‘mengajar’. Bambang Sugito mengutip beberapa
definisi dakwah sebagai berikut: (1) kata “dakwah” menurut bahasa Arab
berarti: seruan, panggilan, undangan; sedangkan istilah “dakwah” diartikan
“mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah
SWT (Islam).” (2) usaha menyerukan dan menyampaikan kepada
perorangan manusia dan seluruh umat manusia mengenai konsep Islam
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi
amar ma’ruf nahyi mungkar (berbuat kebaikan dan menghindari
kejahatan), dengan berbagai cara dan media yang diperbolehkan akhlak
dan membimbing pengalamannya dalam peri kehidupan bermasyarakat
dan peri kehidupan bernegara. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan
bahwa setiap kegiatan berbentuk apa pun, asal mengandung sifat ajakan,
seruan, panggilan kepada ketakwaan, budi pekerti, ibadah dan sebagainya
menurut ajaran Islam disebut dakwah.
Seni sebagai buah karya manusia sudah sejak lama dimanfaatkan
untuk tujuan-tujuan di luar seni itu sendiri misalnya untuk tujuan dalam
berdakwah, akibatnya seni itu “bertuan”. Seni tidak lagi hanya good in

3
Japarudin, “MEDIA MASSA DAN DAKWAH”, Jurnal Dakwah, Vol. 13, No. 1, 2012, 2-3.

6
itself ‘indah di dalamnya’, tetapi juga sekaligus good for something ‘indah
untuk sesuatu’. Akibatnya lahirlah seni iklan, seni dekorasi, seni kerajinan,
dan lain-lain. Sedangkan seni dakwah yaitu memanfaatkan seni untuk
berdakwah sebagai salah satu manifestasi pemanfaatan seni untuk tujuan
di luar seni. Seni dakwah ialah karya-karya seni yang mengandung seruan
ajaran dan amalan Islam, yang tujuan utamanya di sini bukanlah nilai-nilai
estetis, melainkan dakwah Islamiah.4
Budaya dan kultur masyarakat yang dihadapi Islam dalam dakwah
juga beragam, oleh karena itu dalam mendakwahkan Islam kepada
masyarakat berbagai pendekatan dapat dilakukan, dari pendekatan
kekeluargaan, pendekatan sahabat, maupun di tempat lain bahkan kepada
pendekatan budaya. Untuk melakukan pendekatan tersebut diperlukan
media yang tepat sehingga dapat membuat komunikasi berhasil, dan salah
satu media yang banyak disukai adalah media seni musik. Seni musik yang
disajikan merupakan bagian dari hiburan. Hiburan adalah salah satu dari
fungsi komunikasi, dan manusia memerlukannya karena hiburan memang
keperluan setiap manusia. Dalam hal menghibur, Al-Zuhri berbicara
kepada sahabat-sahabatnya “Ayuh bacakan syair-syair kalian. Ayuh,
sampaikan cerita-cerita jenaka kalian, sesungguhnya telinga itu juga bisa
menjadi bosan dan hati itu juga bisa menjadi muram”. Al-Hafiz al-Iraqi
mengatakan akhirilah kajian ilmu itu dengan nasyid, hikayat dan cerita-
cerita jenaka.
Media hiburan yang biasa digunakan dalam menyalurkan ide dan
fikiran yang ada pada setiap orang adalah suara atau bunyi-bunyian yang
disebut dengan musik. Musik bisa memengaruhi orang yang
mendengarnya, hal itu dapat dilihat jika seorang mendengar musik bisa
bergerak perasaannya. Hal demikian dapat dilihat dengan gerak reflek jari
tangan ke atas dan ke bawah atau gerakan kaki yang menghentakkan
kakinya ke bumi Oleh karena yang demikian maka Imam Al-Ghazali
secara khusus menulis tentang bab musik, lagu dan tarian dalam bab al-
sama’. Al-sama’ adalah jenis musik dan lagu (nyanyian) yang beraliran
4
Markus Wibowo, “MUSIK GENJRING SEBAGAI SARANA DAKWAH ISLAMIAH”, Jurnal
Dewaruci, Vol. 11 No. 2, 2016, 66-67.

7
sufisme. Biasa dimainkan oleh kaum sufi, yang disebut juga qawali.
Namun istilah al-sama’ juga digunakan secara umum untuk semua jenis
nyanyian (musik dan lagu). Jika musik dan lagu tersebut mengandung
ajaran-ajaran maka disebut dengan musik Islam atau musik religi. Seni
Islam muncul bukan untuk memberikan penegasan kepada seni yang
berjalan selama ini. Seni Islam bukan saja suatu hiburan atau kegemaran
biasa. Sebaliknya, seni Islam dapat merupakan ”terjemahan” pesan tauhid
dalam berbagai warna, bentuk dan corak. Berdasarkan kepada tauhid dan
kitab suci al-Qur’an ini telah menjadikan seni Islam sebagai suatu yang
padu dan mantap namun tetap kreatif dan menarik pada setiap masa,
tempat dan media. Lois Lamya `Al-Faruqi berpendapat bahwa seni Islam
bukanlah suatu seni yang dapat mengabaikan Allah SWT dan menjadikan
manusia atau alam yang natural ini sebagai dasarnya. Seni Islam adalah
seni al-Qur’an yang senantiasa menyampaikan pesan kitab suci pada setiap
waktu dan tempat.5
Aktifitas dakwah dewasa ini haruslah memiliki metode dan strategi
dalam penyampaiannya, sehingga tujuan dari dakwah dapat tercapai sesuai
yang diharapkan. Salah satu sarana yang banyak mendapat respon positif dari
masyarakat adalah melalui musik Islami. Rata-rata masyarakat dari berbagai
kalangan biasanya suka mendengarkan musik, terutama musik dangdut.
Untuk menggiring agar kebiasaan mendengarkan musik hanya sebatas
kesukaan tanpa makna tentunya akan lebih baik diringi pesan-pesan dengan
nuansa musiknya yang bercitarasa Islami. Tentunya kegiatan yang semula
hanya untuk bersenang-senang semata, beralih menjadi kegiatan yang
bernuansa religi sekaligus hiburan. Cara-cara ini akan menjadi lebih efektif
memberikan pesan-pesan moral dalam menyampaikan pesan dakwah kepada
masyarakat sementara tanpa disadari aktifitas dakwah tetap berjalan tanpa
membosankan. Kalau dicermati dengan baik, sesungguhnya antara dakwah
dan musik Islami cara yang baru dan efektif untuk berdakwah mengajak
manusia lebih suka pada kebaikan, menghindari kemungkaran dari nada-nada
yang mereka dengarkan.

5
Sholeh Fikri, “Starategi Dakwah Menghadapi Masyarakat Modern Melalui Pendekatan Seni”,
Jurnal Hikmah , Vol. 13, No. 2 2019, 170-172.

8
Kehadiran musik religi/Islami menjadi salah satu media yang
diharapkan mampu menjadi jembatan untuk menyampaikan syi’ar-syi’ar
agama Islam melalui nada. Munculnya grup-grup musik religi menjadi salah
satu jawaban akan hausnya masyarakat mendapatkan nilai-nilai agama
dengan cara yang baru. Begitu juga dengan aktifitas-aktifitas pesta yang
semula lebih banyak menggunakan musik konvensional sebagai pengiring
pesta pelan-palan mulai beralih kepada musik religi untuk menyampaikan
pesan-pesan agama dalam pesta bagi mempelai dalam mengarungi kehidupan
berumah tangga. Jika diperhatikan dengan lebih seksama sesunggunya pesan-
pesan yang terdapat pada lagu Islami rata-rata sebagian besar pada liriknya
berisikan pesan dakwah.6

C. Peranan Film dalam Media Dakwah


Dakwah merupakan kewajiban dan tanggung jawab umat Islam
dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam sebagaimana termuat dalam al-
Quran dan Hadits7 yang bertujuan untuk mewujudkan amar makruf wa
nahi mungkar. Dalam dakwah terdapat ide tentang progresivitas, yakni
sebuah proses terus menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik
dalam mewujudkan tujuan dakwah itu sehingga dalam dakwah ada ide
dinamis, sesuatu yang terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan
tuntutan ruang dan waktu. Salah satu alternatif dakwah yang cukup efektif
adalah melalui media film, karena dengan kemajuan teknologi di zaman
sekarang pemanfaatan media tersebut cukup efektif, seiring dengan
perkembangan perfilman Indonesia saat ini yang cenderung meningkatkan
antusias para movie maker memproduksi karya terbaiknya. Karya yang
dihasilkan menjadi media dakwah cukup efektif dalam menyebarkan
pesan-pesan agama kepada masyarakat dengan mengemas kisah yang
ringan, menghibur, cenderung mengangkat kisah yang dekat dengan
keseharian masyarakat tanpa melupakan nilai motivasi yang terkandung
dalam kaidah-kaidah Islam. 7

6
Muhammad Taufik, “Pesan Dakwah Melalui Musik Islami”, Jurnal Kajian Kegamaan dan
Kemasyarakatan, Vol. 02 No. 01, 2018, 2.
7
Andi Fikra Pratiwi Arifuddin, “Film Sebagai Media Dakwah Islam”, Jurnal Aqlam, Volume 2,
Nomor 2, 2017, 116-117.

9
Dakwah dalam berbagai dimensinya memiliki wilayah kerja yang
sangat luas yang biasa disederhanakan dengan istilah dakwah bi al-Kalam
(ceramah), bi al- Kitābah (tulisan) dan dakwah bi al-Hal ( dakwah dalam
bentuk kegiatan nyata di lapangan). Dakwah pada era saat ini dihadapkan
pada berbagai tantangan dan problematika yang semakin kompleks. Hal
ini tidak terlepas dari adanya perkembangan masyarakat yang semakin
maju dan beradab. Pada masyarakat agraris kehidupan manusia penuh
dengan kesederhanaan, tentunya problematika hidup berbeda dengan
masyarakat kontemporer yang cenderung materialistik dan individualistik.
Begitu pula tantangan dan problematika dakwah akan dihadapkan pada
berbagai persoalan yang sesuai dengan tuntutan pada era sekarang ini.
Menurut Abdul Basith, setidaknya ada tiga problematika besar
yang dihadapi dakwah pada era kontemporer yaitu: Pertama, pemahaman
masyarakat pada umumnya terhadap dakwah hanya diartikan sebagai
aktivitas yang bersifat oral communication (dakwah hanya dilakukan
melalui lisan), sehingga dakwah hanya berorientasi pada kegiatan-kegiatan
ceramah (tabligh). Kedua, problematika yang bersifat epistemologis.
Dakwah pada era sekarang bukan hanya bersifat rutinitas, temporal dan
instant, akan tetapi dakwah membutuhkan paradigma keilmuan. Dengan
adanya keilmuan dakwah tentunya terkait dengan hal-hal yang bersifat
teknis dapat dicari rujukannya melalui teori-teori dakwah. Ketiga,
problematika yang menyangkut sumberdaya manusia. Aktivitas dakwah
masih dilakukan secara sambil lalu (sampingan), implikasinya banyak
bermunculan dai yang kurang professional. Idealnya seorang dai tidak
hanya memiliki kompetensi yang bersifat subtantif saja seperti
kemampuan dari sisi materi-materi dakwah dan ahlak dai, tetapi
membutuhkan kompetensi keilmuan dakwah. Perkembangan media
komunikasi pada dasawarsa terakhir menunjukkan perubahan cukup
mendasar. Banyak media yang dapat dijadikan alternatif untuk
menyampaikan pesan secara massif (dengan target penerima yang besar)
dan dalam waktu yang relatif cepat. Pemanfaatan media massa dalam
aktivitas dakwah Islam juga merupakan salah satu cara efektif dalam

10
mengimbangi dan meminimalisir dampak negatif yang ada dalam
mediatersebut. Jadi, para dai harus tanggap dengan adanya perkembangan
teknologi komunikasi sehingga mampu memanfaatkan media yang ada
terutama media massa modern.
Film merupakan media yang begitu pas dalam memberikan
influence bagi masyarakat umum. Sejarah mencatat, media dakwah
melalui seni dan budaya sangat efektif dan terasa signifikan dalam hal
penerapan ideologi Islam. Penonton film seringkali terpengaruh dan
cenderung mengikuti seperti halnya peran yang ada pada film tersebut. Hal
ini dapat menjadi peluang yang baik bagi pelaku dakwah ketika efek dari
film tersebut bisa diisi dengan konten-konten keislaman. Dakwah dan
perfilman sepertinya saling membutuhkan. Hal ini tentunya dapat
dimaklumi, mengingat populasi umat Islam di Indonesia yang demikian
dominan sehingga kalangan pebisnis melihatnya sebagai salah satu lahan
bisnis yang cukup menarik.8
Dalam pembagian media dakwah, pada dasarnya komunikasi
dakwah dapat menggunakan berbagai media yang dapat merangsang
indra-indra manusia serta dapat menimbulkan perhatian untuk dapat
menerima dakwah. Berdasarkan banyaknya komunikan yang menjadi
sasaran dakwah, diklasifikasikan menjadi dua, yaitu media massa dan
nonmassa.
1. Media Massa
Keuntungan dakwah dengan menggunakan media massa adalah
bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan
dapat diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif banyak. Jadi
untuk menyebarkan informasi media massa sangat efektif dalam
mengubah sikap, perilaku, pendapat komunikan dalam jumlah yang
banyak.

2. Media Nonmassa
8
Alamsyah, “Perspektif Dakwah Melalui Film”, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 13, No. 1,
Desember 2012, 198-199.

11
Media ini biasanya digunakan dalam komunikasi untuk orang
tertentu atau kelompokkelompok tertentu seperti surat, telepon, sms,
telegram, faks, papan pengumuman, CD, e-mail, dan lain-lain. Secara
terperinci Media Dakwah menurut Hamzah Yaqub menjadi lima:
a. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang
menggunakan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah,
dan sebagainya.
b. Tulisan, baik dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah,
internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
dakwah.
c. Lukisan, Kebanyakan lukisan kaligrafi ini bermuatan asmaul-husna
atau nama-nama milik Allah yang indah dan baik. Nuansa
minimalis dan realis sangat kental dalam sebuah lukisan kaligrafi
karya seniman sufi ini.
d. Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indera
pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya bisa berbentuk
televisi.
e. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan
ajaran Islam yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.9

Film-film Indonesia selama dua dekade ini (1980-an dan 1990-an)


terpuruk sangat dalam. Insan film Indonesia seperti tak bisa berkutik
menghadapi arus film impor. Masalah yang dihadapi harus diakui
sangatlah kompleks. Mulai dari persoalan dana, SDM, hingga kebijakan
pemerintah. Persoalan ini dari tahun ke tahun semakin melebarkan jarak
antara film, bioskop dan penonton, tiga komponen yang seharusnya
memiliki pemahaman yang sama terhadap sebuah industri film. Dan itu
menjadi suatu tantangan pagi para sineas film dakwah. Di awal millenium
baru ini tampaknya mulai ada gairah baru dalam industri film Indonesia
terutama film yang mengusung tema dakwah. Seperti halnya film Kiamat
Sudah Dekat, Kun Fa Yakun, Perempuan Berkalung Sorban, Ketika Cinta

9
Andi Fikra Pratiwi Arifuddin, “Film Sebagai Media Dakwah Islam”, Jurnal Aqlam, Volume 2,
Nomor 2, 2017, 118-119.

12
Bertasbih, film Ayat-ayat Cinta yang begitu fenomenal akhir-akhir ini
semakin memberikan peluang bagi para sineas dakwah dan film Negeri 5
menara setelah ditayangkan di bioskop cukup membawa pengaruh
terhadap image masyarakat sehingga banyak yang memasukkan anaknya
ke pesantren Gontor. Kenyataan ini cukup memberi harapan bagi para
sineas-sineas dakwah, karena tidak hanya film yang ber-genre-kan horor,
percintaan remaja atau komedi berbalut seksualitas yang bisa diterima
masyarakat umum, namun film yang bernuansakan Islam pun laku untuk
diedar. Maka hal tersebut bisa menjadi suatu modal besar bagi para sineas
dakwah dalam mengtransformasikan nilai keislaman pada media ini.
Film sebagai salah satu media komunikasi, tentunya memiliki pesan
yang akan disampaikan. Maka isi pesan dalam film merupakan dimensi isi,
sedangkan Film sebagai alat (media) berposisi sebagai dimensi hubungan.
Dalam hal ini, pengaruh suatu pesan akan berbeda bila disajikan dengan
media yang berbeda. Film memiliki sifat audio visual, sedangkan majalah
mempunyai sifat visual saja dan radio mempunyai sifat audio saja.
Berkenaan dengan ini, tidaklah mengejutkan bila Marshall Mcluhan
mengatakan The medium is the message. Dakwah melalui film lebih
komunikatif sebab materi dakwah dapat diproyeksikan dalam suatu
scenario film yang memikat dan menyentuh keberadaan masyarakat dalam
kehidupan sehari-harinya.
Film menjadi penting mengingat: Pertama, agama Islam seringkali
digambarkan secara negatif dalam film-film Barat. Kedua, ada sekian
persen ummat Islam yang hanya bisa disentuh \dengan film karena mereka
alergi dengan pengajian. Ketiga, terkadang sebuah film mampu
memberikan pemahaman yang lebih mendalam daripada dakwah lewat
ceramah. Keempat, ada beberapa film yang dianggap film Islami tetapi
ternyata justru menjelekkan Islam.Dilain pihak,film adalah medium
dakwah yang ampuh sekali. Bukan saja untuk hiburan tetapi juga untuk
penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah, pendidikan banyak
digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan.

13
Bahkan filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium dakwah
secara penuh bukan lagi sebagai alat pembantu.
Selanjutnya film sebagai media komunikasi, film juga dapat berfungsi
sebagai media dakwah yang bertujuan mengajak kepada kebenaran.
Dengan berbagai kelebihan yang terdapat dalam film menjadikan pesan-
pesan yang ingin disampaikan melalui media ini dapat menyentuh
penonton tanpa mereka merasa digurui. Kelebihan yang terdapat dalam
film sebagai media komunikasi massa diantaranya adalah film merupakan
bayangan kenyataan hidup sehari-hari, film dapat lebih tajam memainkan
sisi emosi pemirsa dan menurut Soelarko, efek terbesar film adalah
peniruan yang diakibatkan oleh anggapan bahwa apa yang dilihatnya wajar
dan pantas untuk dilakukan oleh setiap orang. Maka tidak heran bila
penonton tanpa disadari berprilaku mirip dengan peran dalam suatu film-
film yang pernah ditontonya. Dari kelebihan-kelebihan film tersebut
sebagai media edukasi,informasi dan hiburan di samping menjadi tontonan
juga menjadi tuntunan yang efektif sehingga menjadi peluang bagi
pengembang dakwah kedepan. Film sebagai salah satu bentuk media
massa mempunyai peran penting di dalam sosialkultural, artistik, politik,
dan dunia ilmiah. Pemanfaatan film dalam usaha pembelajaran masyarakat
ini sebagian didasari oleh pertimbangan bahwa film mempunyai
kemampuan untuk menarik perhatian orang dan sebagian lagi didasari oleh
alasan bahwa film mempunyai kemampuan mengantar pesan secara unik.
Film akan membawa dampak yang cukup besar dalam perubahan sosial
masyarakat. Perubahan tersebut disebabkan oleh semakin bervariasinya
proses penyampaian pesan tentang realitas obyektif dan representasi yang
ada terhadap realitas tersebut secara simbolik serta sebuah kondisi yang
memungkinkan khalayak untuk memahami dan menginterpretasi pesan
secara berbeda. Film sebagai salah satu jenis media massa menjadi sebuah
saluran bagi bermacam ide, gagasan, konsep serta dapat memunculkan
pluralitas efek dari penayangannya yang akhirnya mengarah pada
perubahan pada masyarakat. Efek pesan yang ditimbulkan pada film dalam
kemasan realitas simbolik ada yang secara langsung dirasakan pada

14
khalayaknya bisa jadi berupa perubahan emosi namun ada pula yang
berdampak jangka panjang seperti perubahan gaya hidup, idealisme atau
malah ideologi.10
Dakwah menggunakan media film memiliki kelebihan sebagai media
dakwah ini antara lain:
1. Secara Psikologis, penyuguhan secara hidup dan nampak yang dapat
berlanjut dengan animation mempunyai kecende rungan umum yang
unik dalam keunggulan daya efektivitasnya terhadap penonton.
Banyak hal-hal yang abstrak dan samar-samar serta sulit di
terangkan, dapat disuguhkan pada khalayak secara lebih baik dan
efisien oleh media film ini.
2. Bahwa media film yang menyuguhkan pesan yang hidup akan
mengurangi keraguan apa yang disuguhkan, lebih mudah diingat dan
mengurangi kelupaan.
3. Khusus bagi khalayak anak-anak dan sementara kalangan orang
dewasa cenderung menerima secara bulat, tanpa lebih banyak
mengajukan pertanyaan terhadap seluruh kenyataan situasi yang
disuguhkan film.
Dari beberapa komponen dakwah tersebut, unsur dakwah yang paling
berpengaruh atas keberadaan media dakwah adalah da’i itu sendiri.
Hampir semua media dakwah bergantung pada kemampuan pendakwah,
baik secara individual maupun kolektif. Kemampuan pendakwah tidak
hanya sebatas operasional media, tetapi juga pada pengetahuan dan seni
dalam penggunaan media tersebut. Film sebagai salah satu media dakwah
memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. To inform, fungsi informasi dalam hal ini film memiliki fungsi
menginformasikan sesuatu kepada pihak lain.
2. To educate, fungsi pendidikan, pada fungsi ini film berfungsi mendidik,
sehingga diharapkan dari film ini penerima film akan memperoleh
pengetahuan, nilai maupun hal-hal terkait yang bertujuan mencerdaskan
penerima film.
10
Alamsyah, “Perspektif Dakwah Melalui Film”, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 13, No. 1,
Desember 2012, 206-208.

15
3. To influence, fungsi mempengaruhi, pada fungsi mempengaruhi ini film
diharapkan dapat mempengaruhi pada aspek kognisi (pemahaman), afeksi
(sikap) maupun psikomotor (tingkah laku).
4. To entertaint, fungsi hiburan, dalam fungsi hiburan ini film disamping
memiliki beberapa fungsi tersebut, dengan pemutaran film diharapkan
dapat memberikan hiburan kepada mad’u, sehingga kegiatan dakwah yang
dilakukan tidak monoton.11

Andi Fikra Pratiwi Arifuddin, “Film Sebagai Media Dakwah Islam”, Jurnal Aqlam, Volume 2,
11

Nomor 2, 2017, 119-120.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media
dakwah yaitu segala sesuatu yang digunakan atau menjadi menunjang
dalam berlansungnya pesan dari komunikan (da’i) kepada khalayak. Atau
dengan kata lain bahwa segala sesuatu yang dapat menjadi penunjang/alat
dalam proses dakwah yang berfungsi mengefektifkan penyampaian ide
(pesan) dari komunikator (da’i) kepada komunikan (khalayak).
Seni dakwah yaitu memanfaatkan seni untuk berdakwah sebagai
salah satu manifestasi pemanfaatan seni untuk tujuan di luar seni. Seni
dakwah ialah karya-karya seni yang mengandung seruan ajaran dan
amalan Islam, yang tujuan utamanya di sini bukanlah nilai-nilai estetis,
melainkan dakwah Islamiah. Kehadiran musik religi/Islami menjadi salah
satu media yang diharapkan mampu menjadi jembatan untuk menyampaikan
syi’ar-syi’ar agama Islam melalui nada. Jika diperhatikan dengan lebih
seksama sesunggunya pesan-pesan yang terdapat pada lagu Islami rata-rata
sebagian besar pada liriknya berisikan pesan dakwah.
Film merupakan media yang begitu pas dalam memberikan
influence bagi masyarakat umum. Film sebagai media komunikasi
memiliki beberapa kelebihan mulai dari berfungsi sebagai media dakwah
yang bertujuan mengajak kepada kebenaran, film merupakan bayangan
kenyataan hidup sehari-hari, dan sebagainya. Dari kelebihan-kelebihan
film tersebut sebagai media edukasi, informasi dan hiburan di samping
menjadi tontonan juga menjadi tuntunan yang efektif sehingga menjadi
peluang bagi pengembang dakwah kedepan. Film sebagai salah satu
bentuk media massa mempunyai peran penting di dalam sosialkultural,
artistik, politik, dan dunia ilmiah.

17
B. Saran
Dari penjelasan diatas, maka penulis dapat memberi saran yang
dapat berguna bagi pembaca ataupun pemakalah. Saran yang penulis
berikan adalah sebagai berikut :
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
masyarakat luas berupa ajakan untuk melakukan kegiatan dakwah
melalui aktivitas yang mereka segani, misalnya musik dan film.
2. Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi
pelaku seni khusunya seni musik dan seni film untuk memanfaatkan
musik dan film tidak hanya sebagai hiburan semata namun juga bisa
dijadikan ladang dakwah.
3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan
inspirasi bagi muslim yang lain untuk mau memberikan sumbangsih
berupa pemikiran, gagasan, harta jiwa dan raga guna mempertahankan
keberlangsungan syiar Islam.
4. Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan referensi keilmuan terutama
dalam bidang dakwah bagi para mahasiswa untuk menambah khasanah
keilmuan mereka.

18
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, “Perspektif Dakwah Melalui Film”, Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 13,
No. 1, Desember 2012.

Aminuddin , “Media Dakwah”, Jurnal Al-Munzir, Vol. 9. No. 2, 2016.

Arifuddin, Andi Fikra Pratiwi. “Film Sebagai Media Dakwah Islam”, Jurnal
Aqlam, Volume 2, Nomor 2, 2017.

Fikri, Sholeh. “Starategi Dakwah Menghadapi Masyarakat Modern Melalui


Pendekatan Seni”, Jurnal Hikmah , Vol. 13, No. 2 2019.

Japarudin, “MEDIA MASSA DAN DAKWAH”, Jurnal Dakwah, Vol. 13, No. 1,
2012.

Lesmana, Luki Agung P, dkk. “IMPLEMENTASI DAKWAH ISLAM


MELALUI SENI MUSIK ISLAMI”, Jurnal Tarbawy, Vol. 2, Nomor 1,
2015.

Taufik, Muhammad. “Pesan Dakwah Melalui Musik Islami”, Jurnal Kajian


Kegamaan dan Kemasyarakatan, Vol. 02 No. 01, 2018.

Wibowo, Markus. “MUSIK GENJRING SEBAGAI SARANA DAKWAH


ISLAMIAH”, Jurnal Dewaruci, Vol. 11 No. 2, 2016.

19

Anda mungkin juga menyukai