Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PSIKOTERAPI ISLAM

Terapi Puasa
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikoterapi Islam
Dosen Pengampu

Ahmad Fauzan., M.Pd. I

Disusun Oleh: Kelompok 2

1. Anatasya Normayanti (12308173958)


2. Risqi Mar’atush S (12308173059)
3. Alfian Dian Nugroho (12308173075)
4. Rizka anggia Safitri (12308173082)

PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

IAIN TULUNGAGUNG

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah.Swt yang telah melimpahkan
seluruh rahmat dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dan penulis juga sadar masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam makalah ini.

Walaupun demikian kami sudah berusaha dengan maksimal, demi


kesempurnaan penulisan makalah ini baik dari sumber buku maupun internet. Kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan guna kesempurnaan
penulisan makalah selanjutnya.

Dalam kesempatan ini, kami ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah, di antaranya:

1. Ahmad Fauzan., M.Pd. I sebagai dosen pembimbing Psikoterapi Islam.


2. Teman-teman jurusan psikologi islam penjurusan klinis yang terus memberi
dorongan
3. Orang tua yang memberi dorongan berupa material dan moril

Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, serta dapat
membantu bagi perkembangan IAIN Tulungagung di masa yang akan datang.
Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah
membantu, semoga Allah.Swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Amin.

Tulungagung, 21 November 2019

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 1

DAFTAR ISI ............................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 3


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Masalah ............................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Puasa.................................................................................. 5
B. Konsep Dasar Psikoterapi Puasa ..................................................... 6
C. Puasa Menurut Para Ahli ................................................................ 7
D. Pengaruh Puasa Dalam beberapa Aspek ........................................ 9
E. Terapi Puasa dalam Pandangan Medis ............................................ 13
F. Tahapan Puasa Senin Kamis ........................................................... 14
G. Perubahan Setelah Menjalankan Puasa ........................................... 15
H. Referensi yang Mendukung Jenis Puasa Senin Kamis ................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang komprehensif, mengatur setiap kehidupan
manusia sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri. Allah yang maha tahu
keadaan hamba-Nya. Yang menciptakan manusia dengan segala
kesempurnaannya. Dia juga yang memberikan aturan-aturan kepada manusia
yang bisa membuat manusia itu bahagia lahir bathin, sesuai dengan segala
fitrahnya yang tertera dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Seperti dalam rukun
Islam yang ke-4 yaitu puasa, berpuasa ada di hampir semua agama dan tradisi
spiritul dunia. Ia merupkan praktik dasar di dalam Judaisme, Yoga dan
Budhisme.

Rasulullah SAW sangat menganjurkan puasa Senin Kamis, bukan tanpa


alasan. Karena pada saat hari-hari itulah amalan seluruh anak Adam (Manusia)
diangkat (dilaporkan), Rasulullah SAW pun sangat berharap ketika amalannya
diangkat kehadapan Allah SWT saat dirinya berada dalam keadaan berpuasa.
Sekarang ini banyak oran yan menjadikan puasa sebaai terapi. Puasa mampu
menyembuhkan segala penyakit fisik dan psikis manusia. Menurut Prof.
Hembing Wijaya Kusuma dalam bukunya Puasa itu sehat, kegunaan puasa
terhadap kesehatan meliputi berbagai aspek, yaitu aspek perlindungan,
pencegahan, dan pengobatan.

Menurut Prof. Hembing Wijaya Kusuma dalam bukunya Puasa itu


sehat, kegunaan puasa terhadap kesehatan meliputi berbagai aspek, yaitu aspek
perlindungan, pencegahan, dan pengobatan, diantaranya:a.Memberikan
istirahat kepada alat pencernaanb.Membebaskan tubuh dari racun, kotoran dan
ampasc.Puasa mencegah dan menyembuhkan penyakit maagd.Memblokir
makanan untuk bakteri, virus, dan sel kankere.Waktu berpuasa merupakan
kesempatan yang paling baik untuk menjaga dari segala kebiasaan yang
membahayakan.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah puasa ?
2. Bagaimana konsep dasar psikoterapi puasa ?
3. Bagaimana puasa menurut ahli ?
4. Bagaimana pengaruh puasa dalam beberapa aspek?
5. Bagaimana terapi puasa dalam pandangan medis ?
6. Bagaimana tahapan puasa senin kamis ?
7. Bagaimana perubahan setelah menjalankan terapi puasa ?
8. Apa saja referensi yang mendukung terapi puasa senin kamis ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah puasa.
2. Untuk mengetahui konsep dasar psikoterapi puasa..
3. Untuk mengetahui pengertian puasa menurut para ahli.
4. Untuk mengetahui pengaruh puasa dalam beberapa aspek.
5. Untuk mengetahui terapi puasa dalam pandangan medis.
6. Untuk mengetahui tahapan puasa senin kamis.
7. Untuk mengetahui perubahan setelah menjalankan terapi puasa.
8. Untuk mengetahui referensi yang mendukung terapi puasa senin kamis.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Puasa

Pada asalnya, puasa dalam Bahasa Arab, kata ash shiyam memiliki arti
yang sama dengan kala al imsak, yakni menahan dari melakukan sesuatu atau
meninggalkannya. Sedang dalam sejarah umat manusia, puasa dikenal sejak
zaman kuno, baik untuk tujuan pengobatan maupun ritual keagamaan tertentu.
Dalam dunia pengobatan klasik, puasa dipakai, di antaranya oleh para dokter
dari Alexandria, Mesir, pada masa pemerintahan Batlimus. Seorang dokter
Yunani kuno, Hippocrates, yang hidup pada abad ke-5 SM, telah menyusun
cara-cara puasa untuk terapi pengobatan.

Ovivo Corna menggunakan terapi puasa untuk mengobati berbagai jenis


penyakit. Sebelumnya, ia mencoba pada dirinya sendiri dan berhasil sembuh
dari penyakit kronis yang dideritanya. Ia berumur hampir 100 tahun lamanya.
Di penghujung hayat, ia mengarang sebuah buku tentang pentingnya puasa
dalam mengobati beberapai penyakit. Buku itu ia beri judul Siapa yang Sedikit
Makan, Akan Berumur Panjang. Begitu tulis Hasan bin Ahmad Hammam
dalam karyanya At Tadawi bi Al Istighfar bi Ash Shadaqah bi Ad Du’a bi Al
Qur’an bi Ash Shalah bi Ahs Shaum.

Pada Abad ke-6 SM, seorang tabib dari Tiongkok bernama Shu Jhu Chi
yang hidup di Tibet menulis satu bab khusus dalam kedokterannya tentang
terapi puasa dan terapi makanan. Epicurus, seorang filsuf besar sebelum
memasuki ujian akhir di Universitas Alexandria, berpuasa selama 40 hari untuk
menambah kekuatan pikiran dan daya kreativitasnya.

Menurut Louis Ma’luf (2003), dalam dunia keagamaan, puasa


merupakan ritual kuno dan sudah banyak dikenal. Dalam masyarakat yang
memiliki peradaban maju, seperti Mesir dan Bangsa Phoenisia yang hidup di
wilayah Lebanon sekitar abad ke-26 SM, puasa telah dikenal. Mereka berpuasa

5
untuk menghormati Izis. Penganut Hindu, Brahma, serta Budha di India dan
dunia Timur, melakukan puasa sesuai aturan yang tertera dalam Kitab Suci
mereka.

Sebagaimana dalam tradisi kita tentang penyebutan kata puasa yang


dijadikan kata ganti untuk menyebut ash Shiyam, rupanya berasal dari Bahasa
Sansekerta, yang terdiri dari kata upa yang berarti dekat atau mendekat, dan
wasa yang berarti Tuhan. Upawasa atau Puasa mempunyai arti mendekatkan
diri kepada Tuhan. Tradisi Upawasa atau puasa menjadi perkara lazim dalam
sejarah Bangsa Indonesia, bersanding dengan istilah tirakat.1

B. Konsep Dasar Psikoterapi Puasa

Dalam psikoterapi puasa, seorang terapis berperan aktif dalam


menguraikan peranan, fungsi dan manfaat dari puasa. Seorang pasien mental
yang memahami tentang peranan, fungsi dan manfaat puasa tersebut, akan
menjadikan puasa sebagai terapi bagi dirinya yang cemas dan menghadapi
tekanan mental yang kuat. Alhasil, psikoterapi puasa dapat dijadikan sebagai
metode baru dalam kesehatan mental. Psikoterapi puasa juga merupakan suatu
langkah bagi usaha manusia dalam menjembatani antara ilmu pengetahuan
modern dengan dimensi spiritual. Oleh karena itu, inti dari psikoterapi puasa
yang berasal atas teori dan metode psikoterapi Islam dapat membantu
menciptakan kesehatan mental dan kepribadian, serta menjadi realitas bagi
kepentingan spiritual manusia dalam menghadapi rintangan dan tantangan
zaman yang semakin sulit dan rumit.

Puasa juga merupakan hubungan ruhani antara makhluk dengan


penciptanya. Puasa bertujuan agar manusia dekat dengan Allah SWT sehingga
mendorong manusia untuk berusaha dan tidak tergelincir serta terperosok
dalam kegelisahan, tidak tenang, galau, dan rasa bersalah. Adapun kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa seperti cemas, konflik,
gelisah, frustasi. Oleh karena itu, hubungannya dengan ibadah puasa dengan

1
Agus Mustofa, Untuk Apa Berpuasa, (Jawa Timur: Padma Press, 2004), Hal 10.

6
kesehatan mental sangat erat, karena ibadah mampu menyehatkan mental
manusia.2

C. Puasa Menurut Para Ahli

Para ilmuwan juga menganggap bahwa puasa adalah suatu fenomena


kehidupan alami, yang menjadikan kehidupan berjalan dengan lurus, sehat dan
sempurna. Maka disini nampak dengan jelas hikmah kesehatan pada syariat
puasa. Karena puasa membantu seluruh makhluk hidup untuk beradaptasi
dengan makanan yang sangat sedikit dan membuatnya mampu menjalani
kehidupan secara alami dan normal. Sebagiamana ilmu-ilmu pengetahuan
modern menetapkan bahwa puasa juga melindungi makhluk hidup dari
berbagai penyakit dan membantu penyembuhan secara efektif.

1. Ibnu Sina, seorang filosof dan dokter muslim yang termasyur,


mewajibkanpuasa selama tiga minggu untuk beberapa kondisi penyakit
yang ditanginya. Ada unsur lain yang menyebutkan bahwa Ibnu Sina
menganggap puasa sebagai unsur penting dalam penyembuhan penyakit
cacar dan penyakit kelamin. Menurutnya, puasa merupakan salah satu
sarana efektif untuk melepaskan beberapa mikroorganisme di dalam tubuh,
yang di antaranya adalah mikroorganisme yang terdapat di dalam penyakit
kelamin. Ini disebabkan karena puasa mengandung unsur yang dapat
menghancurkan selsel yang telah rusak untuk kemudian dibangunnya
kembali menjadi sel-sel yang baru. Inilah yang disebut dengan puasa dalam
pengobatan penyakit kelamin. Terapi ini sendiri merupakan pengobatan
cara Timur klasik. Di samping itu, masih banyak lagi kondisi-kondisi yang
dapat dimanfaatkan dari pengobatan cara ini. Sehingga pada masa modern
ini, terapi puasa telah banyak dipergunakan oleh para pakar kedokteran.
Dalam hal lain, Ibnu sina dalam menangani pasiennya, beliau terlebih
dahulu melihat tentang sebab-sebab timbulnya penyakit tersebut dengan
cara mengenali kejiwaan pasien tersebut. Menurut Ibnu Sina jiwa
merupakan kesempurnaan awal, karena dengannya suatu spesies menjadi

2
Miftah Faridl, Puasa: Ibadah Karya Makna, (Jakarta: Gema Isnani, 2007), Hal 27.

7
sempurna sehingga menjadi manusia nyata. Apabila jiwa tidak sehat, akan
menyebabkan tubuh tidak sehat pula dan salah satu yang menjadikan jiwa
sehat adalah dengan melakukan ibadah puasa.

2. Shelton dalam bukunya tentang puasa, “Le Jeunu”, dan riset yang dilakukan
oleh Lutzner H. dalam bukunya yang berjudul “Kembali Hidup Sehat
dengan Puasa” yang diterjemahkan oleh dokter Thahir Ismail. Berikut ini
adalah beberapa manfaat puasa, yaitu:
- Puasa adalah bentuk relaksasi agar dapat melakukan perbaikan terhadap
kerusakan yang terjadi dalam anggota tubuh.
- Puasa dapat menghentikan proses penyerapan sisa-sisa makanan di
dalam usus lalu membuangnya. Karena tanpa adanya proses pembuangan
sisa-sisa sari makanan ini, maka akan mengakibatkan penumpukan dan
merubahnya menjadi racun. Sebagaimana juga puasa merupakan satu-
satunya cara untuk membersihkan racun yang tertumpuk di dalam tubuh
ataupun racun yang baru masuk melalui makanan yang terkontaminasi.
- Dengan puasa, tubuh akan mampu menghancurkan zat-zat yang
berlebihan dalam tubuh dan juga melarutkan endapan-endapan yang
terdapat dalam jaringan tubuh manusia.
- Puasa adalah alat untuk meremajakan dan mengembalikan vitalitas pada
berbagai macam sel dan jaringan dalam tubuh.

3. Seorang peneliti dari Hai’atul I ’jaazil Ilmi fil Qur’an was Sunnah (Lembaga
Pengkajian Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-sunnah ), yaitu Dr.
‘Abdul Jawwad As-Shawi mengatakan ketika berpuasa, maka akan terjadi
dua peristiwa penting dalam tubuh. Pertama, rekonstruski (penyusunan) sel-
sel tubuh, bahwa zat asam amino membentuk infra struktur sel-sel tubuh.
Pada saat berpuasa, asam-asam yang baru terbentuk dari makanan ini
berkumpul dengan asam-asam hasil proses pencernaan. Pada saat puasa,
pembentukan sel-sel dilakukan kembali setelah proses-proses percernaan,
kemudian didistribusikan sesuai dengan kebutuhan sel-sel tubuh. Dengan
demikian, terbentuklah gugus-gugus baru untuk sel-sel, yang merenovasi
strukturnya dan meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sehingga
menghasilkan kesehatan, pertumbuhan, dan kenyamanan bagi tubuh

8
manusia. Puasa Islam merupakan satu-satunya sistem gizi yang paling ideal
untuk mereparasi (memperbaiki) kemampuan fungsional hati, dimana puasa
memberinya banyak zat asam lemak dan asam amino dasar dalam rentang
waktu antara buka puasa dan makan sahur, sehingga terbentuklah gugus-
gugus protein, lemak, kolestrol, dan zat-zat lain untuk pembentukan sel-sel
baru dan membersihkan sel-sel hati dari lemak yang berkumpul di dalamnya
setelah makan selama siang hari berpuasa, dengan demikian mustahil hati
akan mengalami kerusakan, karena pengerasan hati (cirrhosis hepatasis)
atau gangguan pada fungsi-fungsinya disebabkan tidak terbentuknya zat
pengangkut lemak darinya, yaitu lemak yang berkepadatan sangat rendah,
yang pembentukannya bisa dihambat dengan lapar atau banyak
mengkomsumsi makanan yang kaya lemak. 3

D. Pengaruh Puasa Dalam beberapa Aspek

a. Aspek Kejiwaan

Dalam aspek ruhaniyah (kejiwaan) ini, puasa memberikan bagi


pelakunya antara lain :

1. Puasa melatih pelakunya untukmemiliki watak dan akhlak yang mulia


serta menanamkan sifat-sifat kepribadian yang luhur, seperti amanah,
jujur, dan dapat dipercya serta membiasakan diri takut kepada Allah
SWT baik di saat sendiri maupun saat beramai-ramai karena tidak ada
yang mengawasi orang yang berpuasa kecuuali Allah SWT.
2. Puasa membiasakan pelakunya untuk bersikap sabar, tahan pendritaan,
serta melatih jiwa dan membantu pengendaliannya hinfga ia memiliki
sikap takwa dan suka menyuburkannya; sebagaimana yang dinyatakan
dalam Surah Al-Baqarah: 183
3. Sikap takwa yang ditumbuhkan oleh puasa ini menunjukkan besarnya
faedah puasa dan hikmahnya yang sangat tinggii yaitu membiasakan jiwa
orang berpuasa meninggalkan kenginginan-keinginan nafsu yang

3
Muslich Maruzi, Pedoman Ibadah Puasa, (Jakarta: Pustaka Amani, 1990), Hal 12-28.

9
diboehkan demi melaksanakan perintah Allah SWT dan mengharap
pahala darinya, sehingga terdidiklah kemauan dan tabiatnya melembaga
menjadi jiwa takwa dengan merasa ringan meninggalkan yang
diharamkan.

b. Aspek Sosial
Dalam aspek ijtimaiyah (sosial) ini,puasa memberikan pengaruh kepada
pelakunya yaitu:
1. Puasa membiaskaan umat (pelakunya) untuk berdisiplin dan bersatu-
padu, cinta keadilab dan persamaan antar sesama. Puasa juga
membentuk sifat kasih (rahmat) dan ihsan pada orang-orang mukmin,
hingga masyarakat terjaga dari krjahatan dan kerusakan karena telah
tercipta solidaritas yang tinggi dan ukhuwah yang berdasarkan pada
iman di antara mereka.
2. Puasa memberikan pengalaman langsung tentang keadaan dan
penderitaan yang dialami oleh kaum fakir miskin atau mereka yang
menderita musibah kelaparan dan sebagainya. Lantaran memiliki
pengalaman ini, akan tumbuh dalam diri (orang-orang yang berpuasa)
rasa cinta dan kasih sayang terhadao sesama, khususnya terhadap
mereka yang melarat.

c. Aspek Kesehatan Fisik


Dalam aspek ini, puasa memberikan pengaruh bagi pelakunya, antara lain
bahwa puasa dapat membersihkan badan dari kotoran-kotoran yang
merusak (lemak). Rosulullah SAW bersabda “ puasalah kalian, supaya
hidup kalian sehat.” (HR. Ibnu Sunniy dan Abu Nuaim). Selain itu, para ahli
kedokteran juga mengakui bahwa banyak penyakit yang berasal dari
masalah perut. Karena itu, mereka menyimpulkan bahwa ibadah puasa
adalah terapi mujarab untuk menyegarkan kembali jasmani manusia.
Eksperimen menunjukkan banyak gejala penyakit yang bisa ditangkal
dengan menjalani terapi puasa.

10
d. Aspek kesehatan Mental
1. Puasa sebagai pencegah gangguan kejiwaan

Pakar ilmu jiwa menyimpulkan bahwa yang mendorong/melatar


belakangu menausia bertindak, berperilaku dan bekerja adalah
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dibagi kepada dua
macam,4 yaitu :

a. Kebutuhan jasmani

Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan manusia, jika


kebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan terguncang atau terasa sakit.
Diantara kebutuhan yang dirasakan oleh manusia adalah makan,
minum,dan seks. Proses jasmani iai berjalan terus menerus mulai
dari si anak lahir samapai tua. Makanan dan minuman adalah
kebutuhan tubuh yang berkepanjangan, terjadinya tidak dipelajari
dan tidak dapat dielakan. Karena itulah manusia selalu berusaha
mencari makanan dan minuman agar ia dapat menyambung
hidupnya. Puasa mengurangkan kesempatan untuk makan, dan
berkurangnya makanan dan minuman yang masuk, maka akan
berkurang otot-otot dalam tubuh manusia. Sehingga dorongan hawa
nafsu akan menurunkan pula.5 Salah satu tujuan dari puasa adalah
mengalahkan musuh-musuh Allah SWT yaitu setan. Setan itu masuk
ke dalam manusia melalui syahwat. Syahwat itu biasa kat dengan
sebab makan dan minum. Cara untuk mencegah setan itu ialah
dengan sedikit makan atau puasa.6 Diantara hikmah puasa yang
terpenting ialah memperkuat mental, sehingga dapat menguasai
dorongan yang datang dari dalam diri berupa dorongan biologis,
maupun kegoncangan emosi yang diakibatkan oleh tidak tersalunya
dorongan biologis.

4
Zakia Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989), Hal 26.
5
Ibid, hal 30
6
Utsman Ibn Hasan Ibn Ahmad Al-Syakir, Durroh al-Nashihin, Indonesia : Dar al-al-Kutub
al-‘Arabiyyah,ttp, hal 13.

11
b. Kebutuhan Rohani

Dari segi kejiwaan, diakui bahwa suatu kebiasaan dalam


memenuhi kebutuhan akan mendorong orang melakukannya pada
waktuu-waktu yang telah menjadi kebiasaannya itu. Sebabnya
adalah karena pemenuhan kebutuhan tersebut mendatangkan
kepuasan dan kelegaan. Apabila manusia mampu mengendalikan
diri dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan yang pokok tersebut,
ia akan sering melakukan pelanggaran terhadap hak orang lain dan
selanjutnya akan membahayakan orang banyak.7 sedangkan puasa
merupakan salah satu cara pengendalian diri manusia dalam
menghadapi kebutuhan pokoknya yang dinamakan puasa orang
awam atau puasa yang paling sederhana. Puasa yang demikian itu
telah memenuhi syarat minimal untuk sahnya puasa dam dapat
menjadi alat pencegah terhadap terjadinya gangguan kejiwaan.8

2. Puasa sebagai pengobatan terhadap kesehatan mental

Pengobatan kejiwaan yang paling baik adalah menghilangkan


penyebab terjadinya gangguan tersebut. Diantara penyebab gangguan
kejiwaan yang banyak terdapat adalah rasa berdosa atau bersalah dan
rasa dendam. Apabila seseorang merasa dirinya bersalah kepada
manusia atau berdosa kepada Allah SWT, ia akan menderita, dn
penderitaan tersebut semakin lama semakin berat, ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan yang agak berat disertai
dengan penyakit jasmani bahkan mungkin akan mengubah jalan
hidupnya.9

7
Ibid hal.12
8
Zakia Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989), Hal. 12
9
Ibid. Hal.20

12
E. Terapi Puasa dalam Pandangan Medis

Puasa dalam ilmu kedokteran dan kesehatan berarti mengistirahatkan


saluran pencernaan (usus) beserta enzim dan harmon yang bekerja terus
menerus. Direktur RS Sari Asih Serang, dr. Yahmin Setiawan mengatakan para
ahli kedokteran dan kesehatan sejak dahulu berusaha mengungkapkan manfaat
dari menjalankan puasa untuk kesehatan manusia, bahkan menjadikan puasa
sebagai bagian dari terapi atau pengobatan penyakit. Agar mendapatkan
manfaat kesehatan dari menjalankan puasa, dianjurkan paling sedikit kita
menjalankan ibadah puasa 30-40 hari dalam setahun. Menurut ilmu kedokteran
dari beberapa penelitian, ternyata ditemukan beberapa manfaat menjalankan
terapi puasa untuk kesehatan, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, ketika seseorang menjalankan ibadah puasa selama 12-14 jam,


sesungguhnya tubuh kita dapat melakukan proses detoksifikasi (pembuangan
zat-zat / racun yang tidak diperlukan tubuh) secara optimal. Proses
detoksifikasi ini berlangsung secara optimal karena organ tubuh tidak dibebani
untuk mengolah makanan yang kita masukan waktu siang hari atau cemilan
lainnya. Zat-zat yang sudah tidak diperlukan lagi dalam tubuh kita (sisa dan
sampah hasil metabolisme tubuh) seperti gula, kholesterol, trigleserida dan
garam dapat dibuang dengan optimal sehingga tidak menimbulkan penyakit
kencing manis dan darah tinggi.

Kedua, selain proses detoksifikasi yang optimal ketika menjalankan


ibadah puasa, sel-sel dalam organ tubuh kita dapat melakukan proses
regenerasi (pembaharuan sel) dengan baik. Artinya sel-sel baru pada organ
tubuh kita dapat terbentuk dengan baik dan pada akhirnya membuat organ
tubuh kita menjadi “baru” dan lebih optimal bekerjanya. Hal ini menyebabkan
kita menjadi awet muda.

Ketiga, orang yang menjalankan ibadah puasa, dituntut dan dibiasakan


untuk lebih sabar atau tidak mudah marah. Dengan lebih sabar, sesungguhnya
kadar zat kathekolamin dalam tubuh kita akan rendah. Apabila kadar zat
kathekolamin dalam tubuh kita tinggi, akan berakibat terjadinya peningkatan
tekanan darah karena denyut jantung akan meningkat, pembuluh darah akan

13
menyempit dan alirannya akan terhambat. Dengan tekanan darah yang semakin
tinggi akan menyebabkan kemungkinan terjadinya stroke.

Keempat, dengan berpuasa dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh


dimana fungsi dari sel-sel getah bening akan membaik 10 kali lipat. Sel-sel
yang bertanggung jawab dalam sistem kekebalan tubuh spesifik kita bertambah
banyak dan sel-sel kekebalan tubuh lainnya juga bertambah banyak. Hal-hal
tersebut akan meningkatkan reaksi ketahanan tubuh terhadap berbagai
penyakit.

Kelima, bagi penderita sakit maag (terutama jenis dyspepsia fungsional),


dengan berpuasa sesungguhnya akan menyembuhkan penyakitnya. Secara
statistik, penderita sakit maag tipe fungsional (sebenarnya terjadi karena faktor
stress, suka cemilan, makan tidak teratur dan merokok) jumlahnya lebih
banyak dibandingkan penderita sakit maag tipe organik (terjadi karena
memang ada luka dalam lambung atau saluran pencernaannya). Sehingga
dengan menjalankan ibadah puasa, penderita sakit maag dapat sembuh dan
terbebas dari keluhan yang dirasakannya.10

F. Tahapan Puasa Senin-Kamis


Dalam puasa sebagai terapi, sebaiknya puasa dilakukan secara bertahap
dalam kurun waktu 40 hari. Berikut tata cara puasa senin kamis :
1. Membaca Niat
Niat puasa Senin Kamis sebaiknya dilakukan di malam hari, sebelum
terbit fajar. Namun karena ini adalah puasa sunnah, maka jika terlupa, boleh
niat di pagi hari asalkan belum makan apa-apa dan tidak melakukan hal
apapun yang membatalkan puasa.
2. Makan Sahur
Makan sahur merupakan salah satu sunnah puasa yang jika dilakukan
akan mendapat pahala dan keberkahan. Namun jika tidak dilakukan,
misalnya karena bangunnya terlambat, puasanya tetap sah.

10
Hasbi T.M, Pedoman Puasa, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997), Hal 28

14
3. Menahan Diri dari Hal-hal yang Membatalkan
Menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa antara lain
makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat
membatalkan puasa. Waktunya dimulai sejak terbit fajar hingga
terbenamnya matahari. Kita juga dianjurkan untuk menahan diri dari yang
membatalkan pahala puasa, antara lain bohong, ghibah, dan segala bentuk
kemaksiatan.
4. Berbuka
Buka puasa bisa dilakukan ketika matahari terbenam, yaitu saat
masuknya waktu salat Maghrib. Menyegerakan buka puasa merupakan
salah satu sunnah puasa.11

G. Perubahan Setelah Menjalankan Puasa

Ada sebuah cerita tentang manfaat puasa untuk penyembuhan penyakit


tifus yaitu ketika teman saya se-pondok pesantren menderita penyakit tifus dan
dalam kurun waktu beberapa hari itu ia opname disalah satu rumah sakit di
daerah Jombang. Kondisinya saat itu sangat lemah dan dokter menyarankan
agar ia meminum obat-obat yang diresepkan oleh dokter. Selama ia dirawat di
rumah sakit tersebut ada perkembangan kondisi. Benar, kondisinya mulai
membaik hemoglobinnya juga sudah naik tidak turun seperti hari-hari
sebelunya. Sebelumnya hemoglobin teman saya ini menurun sampai ia lemas
tak berdaya. Sehingga ketika perkembangan kondisi yang mulai membaik ia
diperbolehkan pulang. Hanya saja ada keluhan-keluhan lain yang membuat
penyakit typus tersebut kambuh lagi selang beberapa hari setelah ia pulang dari
rumah sakit.

Ketika dokter berkata ia boleh pulang beliau menyarankan agar makan


teratur dan rutin meminum obat. Semua itu dilakukan oleh teman saya. Namun,
teman saya sering mengeluh di bagian perut.ia merasa bahwa perunya terasa
perih padahal ia sudah makan dengan teratur juga meminum obat. Sampai pada
suatu hari ada seorang laki-laki yakni temannya teman saya yang menyarankan

11
H.Z.A Syihab Tuntutan Puasa Praktis, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Hal 50-56.

15
untuk berpuasa. Pada saat itu teman saya belum mempercayai banyaknya
manfaat dari puasa sehingga ia membaca-membaca artikel yang bertemakan
puasa. Dan akhirnya, ia mencoba mempraktekan puasa tersebut. Ia puasa
dengan niat supaya ia sembuh. Qadarullah allah memberikan nikmat kesehatan
setelah ia melakukan puasa.

H. Referensi yang Mendukung Terapi Puasa Senin Kamis

1. Puasa senin-kamis di pondok pesantren anwarulhuda karang besuki


malang. Ketika melakukan puasa senin-kamis, 48,88 % kecerdasan
emosional santri yang melaksanakan ibadah ini akan menjadi lebih baik.
Dengan ini ponpes anwarul huda telah memberikan pelatihan yang positif
bagi kecerdasan emosional santrinya. Karena sesungguhnya faktor
kecerdasan emosional tiidak terikat oleh fakor genetik. Meskipun puasa
yang dilakukan tidak sering/istiqomah tetap akan mempengaruhi
kecerdasan emosional individu yang melakukannya.
2. Selain meningkatkan kecerdasan emosional, puasa senin kamis juga dapat
menurunkan kadar gula, kolesterol, dan mengendalikan tekanan darah. Hal
ini terbuktikan di puskesmas berbah sleman yogyakarta. Kadar gulkosa
yang tidak melakukan puasa senin kamis mengalami kenaikan, namun
responden yang melakukan puasa senin kamis sebelum dan sesudah
diberikan intervensi mengalami penurunan.
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh sri astutik zuliyanti dalam
skripsinya yang berjudul “ manfaat puasa bagi kesehatan fisik dan
psikis/mental “, hasilnya mengungkapkan bahwa puasa memiliki manfaat
yang sangat besar bagi kesehatan fisik, antara lain;
a. Kesehatan fisik
1. Mencegah penyakit jantung
2. Penambahn sel darah putih
3. Menghindarkan penyakit kanker
4. Menghindarkan penyakit diabetes
5. Mengurangi pengaruh kecanduan merokok

16
b. Kesehatan psikis/mental
1. Meningkatkan ketaqwaan kepada allah swt
2. Memupuk kepedulian sosial
3. Meredam amarah
4. Meningkatkan kecerdasan12

12
Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), Hal 70.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Puasa mempunyai muatan yang berisikan latihan kesabaran,
ketekunan, dan usaha untuk menahan diri dari berbagai kemungkinan;
terjebak dalam dosa dan maksiat. Jika seseorang meyakinkan hatinya atau
merugikan pribadinya, maka kemarahannya dibendung dan keyakinannya
senantiasa bersama Allah SWT. Puasa merupakan pendidikan bagi hati
sanubari manusia. Dengan berpuasa seorang muslim selalu konsisten
dengan tingkah laku yang baik dan benar. Dan dapat pula mengendalikan
hati sanubarinya sendiri tanpa mengehendaki pengawasan dan monitoring
dari siapapun.

B. Saran
Demi kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi
kelancaran dan kesumpurnaan penulisan makalah ini agar kedepannya bisa
lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Zakia. (1989). Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental. Bandung:


Remaja Rodakarya.

Faridl, Miftah. (2007). Puasa: Ibadah Karya Makna. Jakarta: Gema Isnani.

Maruzi, Muslich. (1990). Pedoman Ibadah Puasa. Jakarta: Pustaka Amani.

Mustofa, Agus. (2004). Untuk Apa Berpuasa. Jawa Timur: Padma Press.

Syarifuddin, Ahmad. (2003). Menuju Sehat Fisik dan Psikis. Jakarta: Gema Insani
Press.

Syihab, H.Z.A. (1995). Tuntutan Puasa Praktis, Jakarta: Bumi Aksara.

T.M, Hasbi. (1997). Pedoman Puasa. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.

Usman, Hasan. dkk. Indonesia : Dar al-al-Kutub al-‘Arabiyyah,ttp.

19

Anda mungkin juga menyukai