PSIKOTERAPI ISLAM
Terapi Puasa
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikoterapi Islam
Dosen Pengampu
PSIKOLOGI ISLAM
IAIN TULUNGAGUNG
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah.Swt yang telah melimpahkan
seluruh rahmat dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dan penulis juga sadar masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki dalam makalah ini.
Dalam kesempatan ini, kami ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah, di antaranya:
Penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca, serta dapat
membantu bagi perkembangan IAIN Tulungagung di masa yang akan datang.
Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah
membantu, semoga Allah.Swt membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Amin.
Tim Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Puasa.................................................................................. 5
B. Konsep Dasar Psikoterapi Puasa ..................................................... 6
C. Puasa Menurut Para Ahli ................................................................ 7
D. Pengaruh Puasa Dalam beberapa Aspek ........................................ 9
E. Terapi Puasa dalam Pandangan Medis ............................................ 13
F. Tahapan Puasa Senin Kamis ........................................................... 14
G. Perubahan Setelah Menjalankan Puasa ........................................... 15
H. Referensi yang Mendukung Jenis Puasa Senin Kamis ................... 16
A. Kesimpulan ..................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................ 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang komprehensif, mengatur setiap kehidupan
manusia sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri. Allah yang maha tahu
keadaan hamba-Nya. Yang menciptakan manusia dengan segala
kesempurnaannya. Dia juga yang memberikan aturan-aturan kepada manusia
yang bisa membuat manusia itu bahagia lahir bathin, sesuai dengan segala
fitrahnya yang tertera dalam Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Seperti dalam rukun
Islam yang ke-4 yaitu puasa, berpuasa ada di hampir semua agama dan tradisi
spiritul dunia. Ia merupkan praktik dasar di dalam Judaisme, Yoga dan
Budhisme.
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah puasa ?
2. Bagaimana konsep dasar psikoterapi puasa ?
3. Bagaimana puasa menurut ahli ?
4. Bagaimana pengaruh puasa dalam beberapa aspek?
5. Bagaimana terapi puasa dalam pandangan medis ?
6. Bagaimana tahapan puasa senin kamis ?
7. Bagaimana perubahan setelah menjalankan terapi puasa ?
8. Apa saja referensi yang mendukung terapi puasa senin kamis ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah puasa.
2. Untuk mengetahui konsep dasar psikoterapi puasa..
3. Untuk mengetahui pengertian puasa menurut para ahli.
4. Untuk mengetahui pengaruh puasa dalam beberapa aspek.
5. Untuk mengetahui terapi puasa dalam pandangan medis.
6. Untuk mengetahui tahapan puasa senin kamis.
7. Untuk mengetahui perubahan setelah menjalankan terapi puasa.
8. Untuk mengetahui referensi yang mendukung terapi puasa senin kamis.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Puasa
Pada asalnya, puasa dalam Bahasa Arab, kata ash shiyam memiliki arti
yang sama dengan kala al imsak, yakni menahan dari melakukan sesuatu atau
meninggalkannya. Sedang dalam sejarah umat manusia, puasa dikenal sejak
zaman kuno, baik untuk tujuan pengobatan maupun ritual keagamaan tertentu.
Dalam dunia pengobatan klasik, puasa dipakai, di antaranya oleh para dokter
dari Alexandria, Mesir, pada masa pemerintahan Batlimus. Seorang dokter
Yunani kuno, Hippocrates, yang hidup pada abad ke-5 SM, telah menyusun
cara-cara puasa untuk terapi pengobatan.
Pada Abad ke-6 SM, seorang tabib dari Tiongkok bernama Shu Jhu Chi
yang hidup di Tibet menulis satu bab khusus dalam kedokterannya tentang
terapi puasa dan terapi makanan. Epicurus, seorang filsuf besar sebelum
memasuki ujian akhir di Universitas Alexandria, berpuasa selama 40 hari untuk
menambah kekuatan pikiran dan daya kreativitasnya.
5
untuk menghormati Izis. Penganut Hindu, Brahma, serta Budha di India dan
dunia Timur, melakukan puasa sesuai aturan yang tertera dalam Kitab Suci
mereka.
1
Agus Mustofa, Untuk Apa Berpuasa, (Jawa Timur: Padma Press, 2004), Hal 10.
6
kesehatan mental sangat erat, karena ibadah mampu menyehatkan mental
manusia.2
2
Miftah Faridl, Puasa: Ibadah Karya Makna, (Jakarta: Gema Isnani, 2007), Hal 27.
7
sempurna sehingga menjadi manusia nyata. Apabila jiwa tidak sehat, akan
menyebabkan tubuh tidak sehat pula dan salah satu yang menjadikan jiwa
sehat adalah dengan melakukan ibadah puasa.
2. Shelton dalam bukunya tentang puasa, “Le Jeunu”, dan riset yang dilakukan
oleh Lutzner H. dalam bukunya yang berjudul “Kembali Hidup Sehat
dengan Puasa” yang diterjemahkan oleh dokter Thahir Ismail. Berikut ini
adalah beberapa manfaat puasa, yaitu:
- Puasa adalah bentuk relaksasi agar dapat melakukan perbaikan terhadap
kerusakan yang terjadi dalam anggota tubuh.
- Puasa dapat menghentikan proses penyerapan sisa-sisa makanan di
dalam usus lalu membuangnya. Karena tanpa adanya proses pembuangan
sisa-sisa sari makanan ini, maka akan mengakibatkan penumpukan dan
merubahnya menjadi racun. Sebagaimana juga puasa merupakan satu-
satunya cara untuk membersihkan racun yang tertumpuk di dalam tubuh
ataupun racun yang baru masuk melalui makanan yang terkontaminasi.
- Dengan puasa, tubuh akan mampu menghancurkan zat-zat yang
berlebihan dalam tubuh dan juga melarutkan endapan-endapan yang
terdapat dalam jaringan tubuh manusia.
- Puasa adalah alat untuk meremajakan dan mengembalikan vitalitas pada
berbagai macam sel dan jaringan dalam tubuh.
3. Seorang peneliti dari Hai’atul I ’jaazil Ilmi fil Qur’an was Sunnah (Lembaga
Pengkajian Mukjizat Ilmiah dalam Al-Qur’an dan As-sunnah ), yaitu Dr.
‘Abdul Jawwad As-Shawi mengatakan ketika berpuasa, maka akan terjadi
dua peristiwa penting dalam tubuh. Pertama, rekonstruski (penyusunan) sel-
sel tubuh, bahwa zat asam amino membentuk infra struktur sel-sel tubuh.
Pada saat berpuasa, asam-asam yang baru terbentuk dari makanan ini
berkumpul dengan asam-asam hasil proses pencernaan. Pada saat puasa,
pembentukan sel-sel dilakukan kembali setelah proses-proses percernaan,
kemudian didistribusikan sesuai dengan kebutuhan sel-sel tubuh. Dengan
demikian, terbentuklah gugus-gugus baru untuk sel-sel, yang merenovasi
strukturnya dan meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sehingga
menghasilkan kesehatan, pertumbuhan, dan kenyamanan bagi tubuh
8
manusia. Puasa Islam merupakan satu-satunya sistem gizi yang paling ideal
untuk mereparasi (memperbaiki) kemampuan fungsional hati, dimana puasa
memberinya banyak zat asam lemak dan asam amino dasar dalam rentang
waktu antara buka puasa dan makan sahur, sehingga terbentuklah gugus-
gugus protein, lemak, kolestrol, dan zat-zat lain untuk pembentukan sel-sel
baru dan membersihkan sel-sel hati dari lemak yang berkumpul di dalamnya
setelah makan selama siang hari berpuasa, dengan demikian mustahil hati
akan mengalami kerusakan, karena pengerasan hati (cirrhosis hepatasis)
atau gangguan pada fungsi-fungsinya disebabkan tidak terbentuknya zat
pengangkut lemak darinya, yaitu lemak yang berkepadatan sangat rendah,
yang pembentukannya bisa dihambat dengan lapar atau banyak
mengkomsumsi makanan yang kaya lemak. 3
a. Aspek Kejiwaan
3
Muslich Maruzi, Pedoman Ibadah Puasa, (Jakarta: Pustaka Amani, 1990), Hal 12-28.
9
diboehkan demi melaksanakan perintah Allah SWT dan mengharap
pahala darinya, sehingga terdidiklah kemauan dan tabiatnya melembaga
menjadi jiwa takwa dengan merasa ringan meninggalkan yang
diharamkan.
b. Aspek Sosial
Dalam aspek ijtimaiyah (sosial) ini,puasa memberikan pengaruh kepada
pelakunya yaitu:
1. Puasa membiaskaan umat (pelakunya) untuk berdisiplin dan bersatu-
padu, cinta keadilab dan persamaan antar sesama. Puasa juga
membentuk sifat kasih (rahmat) dan ihsan pada orang-orang mukmin,
hingga masyarakat terjaga dari krjahatan dan kerusakan karena telah
tercipta solidaritas yang tinggi dan ukhuwah yang berdasarkan pada
iman di antara mereka.
2. Puasa memberikan pengalaman langsung tentang keadaan dan
penderitaan yang dialami oleh kaum fakir miskin atau mereka yang
menderita musibah kelaparan dan sebagainya. Lantaran memiliki
pengalaman ini, akan tumbuh dalam diri (orang-orang yang berpuasa)
rasa cinta dan kasih sayang terhadao sesama, khususnya terhadap
mereka yang melarat.
10
d. Aspek kesehatan Mental
1. Puasa sebagai pencegah gangguan kejiwaan
a. Kebutuhan jasmani
4
Zakia Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989), Hal 26.
5
Ibid, hal 30
6
Utsman Ibn Hasan Ibn Ahmad Al-Syakir, Durroh al-Nashihin, Indonesia : Dar al-al-Kutub
al-‘Arabiyyah,ttp, hal 13.
11
b. Kebutuhan Rohani
7
Ibid hal.12
8
Zakia Darajat, Puasa Meningkatkan Kesehatan Mental, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989), Hal. 12
9
Ibid. Hal.20
12
E. Terapi Puasa dalam Pandangan Medis
13
menyempit dan alirannya akan terhambat. Dengan tekanan darah yang semakin
tinggi akan menyebabkan kemungkinan terjadinya stroke.
10
Hasbi T.M, Pedoman Puasa, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1997), Hal 28
14
3. Menahan Diri dari Hal-hal yang Membatalkan
Menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa antara lain
makan, minum, berhubungan dengan istri dan hal-hal lainnya yang dapat
membatalkan puasa. Waktunya dimulai sejak terbit fajar hingga
terbenamnya matahari. Kita juga dianjurkan untuk menahan diri dari yang
membatalkan pahala puasa, antara lain bohong, ghibah, dan segala bentuk
kemaksiatan.
4. Berbuka
Buka puasa bisa dilakukan ketika matahari terbenam, yaitu saat
masuknya waktu salat Maghrib. Menyegerakan buka puasa merupakan
salah satu sunnah puasa.11
11
H.Z.A Syihab Tuntutan Puasa Praktis, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Hal 50-56.
15
untuk berpuasa. Pada saat itu teman saya belum mempercayai banyaknya
manfaat dari puasa sehingga ia membaca-membaca artikel yang bertemakan
puasa. Dan akhirnya, ia mencoba mempraktekan puasa tersebut. Ia puasa
dengan niat supaya ia sembuh. Qadarullah allah memberikan nikmat kesehatan
setelah ia melakukan puasa.
16
b. Kesehatan psikis/mental
1. Meningkatkan ketaqwaan kepada allah swt
2. Memupuk kepedulian sosial
3. Meredam amarah
4. Meningkatkan kecerdasan12
12
Ahmad Syarifuddin, Puasa Menuju Sehat Fisik dan Psikis, (Jakarta: Gema Insani Press,
2003), Hal 70.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Puasa mempunyai muatan yang berisikan latihan kesabaran,
ketekunan, dan usaha untuk menahan diri dari berbagai kemungkinan;
terjebak dalam dosa dan maksiat. Jika seseorang meyakinkan hatinya atau
merugikan pribadinya, maka kemarahannya dibendung dan keyakinannya
senantiasa bersama Allah SWT. Puasa merupakan pendidikan bagi hati
sanubari manusia. Dengan berpuasa seorang muslim selalu konsisten
dengan tingkah laku yang baik dan benar. Dan dapat pula mengendalikan
hati sanubarinya sendiri tanpa mengehendaki pengawasan dan monitoring
dari siapapun.
B. Saran
Demi kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi
kelancaran dan kesumpurnaan penulisan makalah ini agar kedepannya bisa
lebih baik lagi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Faridl, Miftah. (2007). Puasa: Ibadah Karya Makna. Jakarta: Gema Isnani.
Mustofa, Agus. (2004). Untuk Apa Berpuasa. Jawa Timur: Padma Press.
Syarifuddin, Ahmad. (2003). Menuju Sehat Fisik dan Psikis. Jakarta: Gema Insani
Press.
19