JURNAL
EDUHEALTH Volume 5 Nomor 2, September 2015
Perbedaan Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil Terhadap Intensi Ibu Untuk
Memberikan ASI Eksklusif Pada Kelas Ibu Hamil Plus di Puskesmas Muara
Teweh Kabupaten Barito Utara
Gambaran Hemoragic Post Partum Pada Ibu Bersalin Dengan Kejadian Anemia di
Ruang Ponek RSUD Kabupaten Jombang
Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran
Produksi ASI di BPM Yuni Widaryanti, Amd. Keb Sumbermulyo Jogoroto
Jombang
Media Terhadap Peningkatan Niat Bertindak Dan Persepsi Kesehatan Gigi
Diterbitkan oleh :
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
DAFTAR ISI
No Judul Halaman
1. Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum 82 - 93
Blues
Wiwiek Widiatie
3. Pengaruh Buah Pepaya Terhadap Kelancaran Produksi ASI Pada Ibu 102 108
Menyusui di Desa Wonokerto Wilayah Puskesmas Peterongan
Jombang Tahun 2014
Ninik Azizah
7. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif Dengan Perilaku 137 141
Pemberian ASI Eksklusif di BPM Hj. Umi Salamah Peterongan
Jombang
Donny Triwahyudi
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 82
ABSTRACT
Background: During the postpartum period, approximately 80% of women will experience a
variety of disorders feelings, if it does not get proper treatment will continue into the
postpartum blues, postpartum depression to postpartum psychosis. Postpartum blues is a
form of interference due to feelings of adjustment to the birth of the baby, who appeared on
the first day until the fourteenth day after the delivery process.
Objective: To identify risk factors that influence incidence of postpartum blues in health
center working area city of Yogyakarta.
Methods: This study was non-experimental studies using cross-sectional study design with
quantitative and qualitative approaches. Subjects in the study of postpartum maternal health
center working area of Yogyakarta amounted to 80 respondents in January-March 2014
sampling technique with accidental sampling. Data collection using questionnaires
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), social support husband questionnaire and
in-depth interviews. Data were analyzed using chi-square statistical test and logistic
regression.
Results: The proportion of postpartum blues in the health center working area city of
Yogyakarta is 46%. Risk factors for maternal age (p=0.000, RP=3.41), parity factor
(p=0.007, RP=1.94) and social support husband factors (p=0.000, RP=2.44) had a
significant effect on incidence of postpartum blues. Risk factors of education (p =0.152),
maternal employment status factors (p=0.282), the type of labor factor , unplanned
pregnancy factor (p=0.908) and family economic status factors (p=0.342) had no significant
effect on the incidence of postpartum blues. Multivariate results showed maternal age factor
is the most powerful risk factors affect the incidence of postpartum blues.
Conclusions: Risk factors for maternal age, parity and social support husband has a
significant influence on the incidence of postpartum blues. Maternal age is the strongest risk
factor effect on the incidence of postpartum blues.
memperkirakan 585.000 perempuan gejala depresi ringan yang dialami oleh ibu
meninggal setiap harinya akibat komplikasi seperti mudah menangis, perasaan-perasaan
kehamilan, proses kelahiran dan aborsi yang kehilangan dan dipenuhi dengan tanggung
tidak aman akibat kehamilan yang tidak jawab, kelelahan, perubahan suasana hati
diinginkan. Diperkirakan 99% kematian yang tidak stabil, dan lemahnya konsentrasi.
tersebut terjadi di Negara-negara Selain itu ibu menjadi mudah tersinggung,
berkembang (WHO, 2007). Angka dapat mengalami gangguan pola makan dan
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tidur (Perry et al, 2010). Postpartum blues
menunjukkan angka yang tertinggi dapat berkembang menjadi gejala depresi
dibanding dengan AKI di negara-negara mayor. Lebih dari 20% wanita yang
ASEAN lainnya. Target AKI di Indonesia mengalami postpartum blues akan
pada tahun 2015 adalah 102 kematian per berkembang menjadi gejala depresi mayor
100.000 kelahiran hidup. Survei Demografi dalam satu tahun setelah melahirkan (Reck
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 et al., 2009). Apabila postpartum blues tidak
melaporkan, Angka Kematian Ibu (AKI) ditangani dengan serius, maka akan
yang berkaitan dengan kehamilan, berkembang menjadi depresi postpartum
persalinan, dan nifas sebesar 359 per dan kondisi yang paling berat bisa sampai
100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih postpartum psychosis. Postpartum blues
cukup jauh dari target yang harus dicapai sering menyebabkan terputusnya interaksi
pada tahun 2015. AKI di DI Yogyakarta ibu dan anak, dan mengganggu perhatian
paling rendah yaitu 104 per 100.000 dan bimbingan yang dibutuhkan bayinya
kelahiran hidup dibanding propinsi lain di untuk berkembang secara baik (Ishikawa et
Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2008). al., 2011). Panduan obstetric dan
gynecology, (1993) menyakini 10-15% ibu
Periode postpartum merupakan situasi yang melahirkan mengalami gangguan ini
krisis bagi ibu, pasangan, dan keluarga dan hampir 90% mereka tidak mengetahui
akibat berbagai perubahan yang terjadi baik postpartum blues (Bobak et al, 2005).
secara fisik, psikologis, maupun struktur
keluarga yang memerlukan proses adaptasi Penelitian (Daw & Steiner dalam
atau penyesuaian. Adaptasi secara fisik Bobak et al., 2005) menjelaskan meskipun
dimulai sejak bayi dilahirkan sampai postpartum blues dianggap sebagai hal yang
kembalinya kondisi tubuh ibu pada kondisi normal pada ibu dalam menjalani peran
seperti sebelum hamil, yaitu kurun waktu 6 barunya dan biasanya menghilang dalam
sampai 8 minggu (Murray & McKinney, beberapa hari setelah melahirkan, sejumlah
2007). Proses adaptasi psikologi pada wanita memiliki gejala yang lebih buruk
seorang ibu sudah di mulai sejak dia hamil. atau lebih lama yang di sebut depresi
Kehamilan dan persalinan merupakan postpartum dengan jumlah bervariasi dari
peristiwa yang normal terjadi dalam hidup, 5% hingga lebih dari 25% setelah ibu
namun banyak ibu yang mengalami stres melahirkan.
yang signifikan. Ada kalanya ibu mengalami
perasaan sedih yang berkaitan dengan Berdasarkan penelitian Hansen (1994)
bayinya, keadaan ini disebut postpartum yang dilakukan di Amerika Serikat,
blues atau baby blues (Marmi, 2012). menjelaskan bahwa ibu postpartum yang
mengalami postpartum blues berkisar antara
Postpartum blues merupakan salah 75-80% (Perry et al., 2010). Beberapa hasil
satu bentuk gangguan perasaan akibat penelitian menyatakan bahwa, prevalensi
penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang postpartum blues telah dilaporkan hasil
muncul pada hari pertama sampai hari ke tertinggi di Tanzania 83% dan terendah 8%
empat belas setelah proses persalinan, dalam studi di Jepang. Sebagian besar
dengan gejala memuncak pada hari ke lima. penulis melaporkan bahwa prevalensi
Postpartum blues menunjukkan gejala- postpartum blues bervariasi antara 40% dan
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 84
Tabel 2.
Analisis Chi-square Hubungan Usia Ibu, Pendidikan, Paritas, Status Pekerjaan Ibu,
Kehamilan Tidak Direncanakan, Status Ekonomi Keluarga dan Dukungan Sosial Suami
dengan Kejadian Postpartum Blues di Puskesmas Wilayah Kerja Kota Yogyakarta 2014
(n=80).
Postpartum Blues
X2 P RP CI 95%
Variabel Tidak
Ya (%)
(%)
Usia Ibu
20 tahun 23 (88%) 3 (12%) 27.608 0.000* 3.41 2.129-5.469
> 20 tahun 14 (26%) 40 (74%)
Pendidikan
Rendah 16 (57%) 12 (43%) 2.056 0.152 1.41 0.892-2.242
Tinggi 21 (40%) 31 (60%)
Paritas
Primipara 24 (62%) 15 (38%) 7.155 0.007* 1.94 1.162-3.242
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 86
Postpartum Blues
X2 P RP CI 95%
Variabel Tidak
Ya (%)
(%)
Multipara 13 (32%) 28 (68%)
Status Pekerjaan
Ibu
Tidak Bekerja 25 (51%) 24 (49%) 1.158 0.282 1.31 0.783-2.219
Bekerja 12 (39%) 19 (61%)
Kehamilan
Tidak
Direncanakan 33 (46%) 38 (54%) 0.013 0.908 1.04 0.483-2.263
Tidak 4 (44%) 5 (56%)
Ya
Status Ekonomi
Keluarga
Rendah 22 (51%) 21 (49%) 0.903 0.342 1.26 0.775-2.055
Tinggi 15 (41%) 22 (59%)
Dukungan
Sosial Suami
Sedang 20 (77%) 6 (23%) 14.578 0.000* 2.44 1.564-3.818
Tinggi 17 (31%) 37 (69%)
Ket: *=signifikan (p<0,05)
Tabel 3.
Uji Regresi Logistik Faktor Risiko Yang Paling Kuat Berpengaruh Terhadap Kejadian
Postpartum Blues di Puskesmas Wilayah Kerja Kota Yogyakarta 2014.
Variabel p OR CI 95%
Step 1
Pendidikan 0.349 1.974 0.476-8.185
Usia 0.001 0.011 0.001-0.152
Paritas 0.109 5.908 0.674-51.796
Dukungan Sosial Suami 0.261 0.460 0.119-1.781
Step 2
Usia 0.001 0.017 0.001-0.194
Paritas 0.134 5.190 0.602-44.750
Dukungan Sosial Suami 0.203 0.420 0.110-1.598
Step 3
Usia 0.000* 0.011 0.001-0.116
Paritas 0.116 5.571 0.653-47.516
Ket: *=signifikan (p<0,05)
primipara mempunyai peluang 1,94 kali dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta
untuk mengalami postpartum blues dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi
dibandingkan dengan ibu multipara. Hasil perubahan hormon yang melibatkan
analisis variabel dukungan sosial suami endorphin, progesteron, dan estrogen dalam
sedang didapatkan nilai p sebesar 0,000 tubuh ibu, yang dapat mempengaruhi
(p<0,05), dengan RP=2,44 yang berarti kondisi fisik, mental dan emosional ibu
bahwa ibu postpartum dengan dukungan (Marmi, 2012).
sosial suami sedang mempunyai peluang Postpartum blues ini dikategorikan
2,44 kali untuk mengalami postpartum blues sebagai sindroma gangguan mental yang
dibandingkan dengan ibu postpartum ringan oleh sebab itu sering tidak
dengan dukungan sosial suami yang tinggi. dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan
tidak ada tatalaksana sebagaimana
Berdasarkan hasil analisis yang seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah
dilakukan pada variabel pendidikan yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan
didapatkan nilai p sebesar 0,152, variabel dapat membuat perasaan tidak nyaman bagi
status pekerjaan ibu nilai p sebesar 0,282, wanita yang mengalaminya. Bahkan
variabel kehamilan tidak direncanakan nilai kadang-kadang gangguan ini dapat
p sebesar 0,908 dan variabel status ekonomi berkembang menjadi keadaan yang lebih
keluarga didapatkan nilai p sebesar 0,342, berat yaitu depresi dan psikosis pasca
dimana nilai p value >0,05 yang berarti persalinan, yang mempunyai dampak lebih
bahwa 4 variabel tersebut secara statistik buruk, terutama dalam masalah hubungan
tidak signifikan terhadap kejadian perkawinan dengan suami dan
postpartum blues. perkembangan anaknya (Robertson et al.,
2004).
Dari hasil analisis (tabel 2) terdapat 4
Berdasarkan analisis yang telah
variabel yang mempunyai risiko terkuat
dilakukan, didapatkan hasil berupa
(p<0,05 dan p<0,25). Keempat variabel
gambaran karakteristik responden,
tersebut kemudian diujikan lagi dengan uji
signifikansi dan kekuatan hubungan antara
statistik multivariat dengan menggunakan
variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil
uji regresi logistik. Hasil uji regresi logistik
penelitian pada 80 ibu postpartum di
diperoleh hasil pada step/model ke-3 yaitu
wilayah kerja Puskesmas Kota Yogyakarta
ada 2 variabel yang mempunyai
menunjukkan hampir sebagian atau
berkontribusi paling besar terhadap kejadian
sebanyak 37 orang (46%) mengalami
postpartum blues. Variabel yang paling
postpartum blues dan 43 orang (54%) tidak
terkuat pengaruhnya adalah usia ibu dengan
mengalami postpartum blues. Hasil
nilai OR 0,011 (CI95%=0.001-0.116)
penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor
dengan nilai signifikansi 0,000.
risiko berpengaruh secara signifikan
PEMBAHASAN terhadap kejadian postpartum blues.
Analisis bivariat menunjukkan ada 3 faktor
Postpartum blues merupakan salah risiko yang secara signifikan berpengaruh
satu bentuk gangguan perasaan akibat terhadap kejadian postpartum blues yaitu
penyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang usia, paritas dan dukungan sosial suami,
muncul pada hari pertama sampai hari ke sedangkan 5 faktor risiko yaitu pendidikan,
empat belas setelah proses persalinan, status pekerjaan ibu, jenis persalinan,
dengan gejala memuncak pada hari ke lima kehamilan tidak direncanakan dan status
(Perry et al, 2010). Postpartum blues/baby ekonomi keluarga secara statistik tidak ada
blues adalah keadaan di mana seorang ibu pengaruh yang signifikan terhadap kejadian
mengalami perasaan tidak nyaman setelah postpartum blues di wilayah kerja
persalinan, yang berkaitan dengan Puskesmas Kota Yogyakarta. Hasil analisis
hubungannya dengan si bayi, atau pun multivariat menunjukkan bahwa usia ibu
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 88
adalah faktor terkuat yang paling dominan persalinan. Perbedaan hasil kemungkinan
berpengaruh terhadap kejadian postpartum disebabkan karena perbedaan lokasi
blues. penelitian, budaya dan desain penelitian.
Berdasarkan penelitian Henshaw (2003),
Hasil penelitian ini menunjukkan juga menyatakan bahwa postpartum blues
bahwa sebagian besar 88% responden dapat terjadi pada siapa saja dari semua
berusia kurang dari 20 tahun mengalami golongan usia karena penyebab dominan
postpartum blues. Hasil penelitian terjadinya postpartum blues ini terjadi
menunjukkan terdapat pengaruh yang karena perubahan hormonal di masa setelah
signifikan antara faktor risiko usia ibu persalinan.
terhadap kejadian postpartum blues, usia ibu
postpartum kurang dari 20 tahun Hasil penelitian ini menunjukkan
mempunyai peluang 3,41 kali untuk bahwa status pendidikan sebanyak 52 orang
mengalami postpartum blues dibandingkan (65%) responden berpendidikan tinggi dan
dengan ibu postpartum dengan usia lebih 28 orang (35%) responden berpendidikan
dari 20 tahun. Hal ini sesuai dengan rendah. Kejadian postpartum blues paling
penelitian (Paykel et al., 2000) yang banyak dijumpai pada responden yang status
mendapatkan prevalensi postpartum blues pendidikannya tinggi yaitu 21 orang (40%)
secara bermakna lebih banyak didapatkan responden, namun sebagian besar responden
pada wanita yang berumur lebih muda. Deal yang berpendidikan rendah mengalami
& Holt (1998) juga menyatakan bahwa usia postpartum blues yaitu 16 orang (57%)
muda (remaja) cenderung lebih tinggi responden dari jumlah total responden yang
menyebabkan terjadinya postpartum blues berpendidikan rendah yaitu 28 responden.
(Jadri et al., 2006). Pendidikan rendah dapat mengakibatkan
keterbatasan pengetahuan sehingga
Faktor usia perempuan saat kehamilan menyebabkan ibu postpartum mempunyai
dan persalinan seringkali dikaitkan dengan persepsi dan sikap negatif terhadap
kesiapan mental perempuan tersebut untuk penerimaan keadaan yang tidak
menjadi seorang ibu. Pada usia yang lebih menguntungkan. Hunker (2007)
awal (kehamilan remaja) atau lebih lanjut, mengemukakan postpartum blues yang
telah diyakini akan meningkatkan risiko dialami wanita setelah melahirkan juga
biomedik, mengakibatkan pola tingkah laku disebabkan kurangnya pengetahuan wanita
yang tidak optimal, baik pada ibu yang yang baru melahirkan terhadap tugas-tugas
melahirkan maupun bayi atau anak yang baru yang harus dijalani sebagai seorang
dilahirkan dan dibesarkannya (McAnarney ibu.
& Hendee, 1999; Robertson et al., 2003).
Diduga bahwa dengan meningkatnya usia Hasil penelitian ini tidak menunjukkan
ibu akan meningkatkan kematangan pengaruh yang signifikan antara faktor
emosional, sehingga meningkatkan pula risiko pendidikan ibu dengan kejadian
keterlibatan dan kepuasan dalam peran postpartum blues. Hasil dari penelitian,
sebagai orang tua dan membentuk pola secara klinis sesuai dengan penelitian
tingkah laku maternal yang optimal pula. Wratsangka et al., (1996) yang menyatakan
terdapat kecenderungan bahwa makin tinggi
Hasil dari penelitian ini berbeda dari tingkat pendidikan wanita, maka makin
penelitian (Alexandre Faisal-Cury, 2008) besar pula kemungkinan mengalami
yang menyatakan bahwa tidak adanya postpartum blues. Wanita yang
perbedaan munculnya postpartum blues berpendidikan tinggi menghadapi tekanan
berdasarkan usia. Semakin meningkatnya sosial dan konflik peran antara tuntutan
usia wanita yang baru menjalani proses sebagai wanita berpendidikan tinggi yang
persalinan, tidak berpengaruh terhadap memiliki dorongan untuk bekerja dan
munculnya gangguan perasaan setelah melakukan aktivitas di luar rumah dan peran
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 89
sebagai ibu rumah tangga atau orang tua jika Penelitian ini menunjukkan kejadian
ia mempunyai anak (Barnet & Marshall, postpartum blues terjadi pada sebagian besar
1992; Robertson et al., 2004). ibu postpartum yang tidak bekerja atau ibu
rumah tangga 25(51%) responden. Tetapi
Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis menunjukkan tidak ada
kejadian postpartum blues paling banyak pengaruh yang signifikan antara faktor
terjadi pada ibu primipara. Hasil penelitian risiko status pekerjaan ibu terhadap kejadian
menunjukkan bahwa ibu primipara postpartum blues. Berdasarkan penelitian
mempunyai peluang 1,94 kali untuk yang dilakukan Ambarwati (2008),
mengalami postpartum blues dibandingkan menyatakan bahwa ibu-ibu yang hanya
dengan ibu multipara. Hasil penelitian ini bekerja dirumah mengurusi anak-anak
sesuai dengan penelitian Deal & Holt mereka dapat mengalami keadaan krisis
(1998), mengemukakan postpartum blues situasi dan mencapai gangguan
banyak terjadi pada ibu primipara (Jadri et perasaan/blues karena rasa lelah dan letih
al., 2006). Wanita primipara baru memasuki yang mereka rasakan. Pada ibu rumah
perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak tangga yang mengurusi semua urusan rumah
menutup kemungkinan terjadi pada ibu yang tangga sendiri, kemungkinan mempunyai
pernah melahirkan, yaitu jika ibu tekanan terhadap tanggung jawabnya baik
mempunyai riwayat postpartum blues sebagai istri atau sebagai seorang ibu.
sebelumnya.
Berbeda dengan penelitian yang
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan dilakukan Anoraga (2008), mengemukakan
penelitian OHara (1992) yang menyatakan bahwa wanita pekerja lebih banyak akan
bahwa kelahiran anak pertama menunjukkan kembali pada rutinitas bekerja setelah
stres dan berhubungan dengan kejadian melahirkan dan cenderung memiliki peran
postpartum blues yang lebih kuat ganda yang menimbulkan gangguan
dibandingkan dengan kelahiran anak kedua emosional. Wanita yang bekerja dapat
atau ketiga (Jadri et al., 2006). Wanita mengalami postpartum blues disebabkan
primipara belum mempunyai pengalaman adanya konflik peran ganda yang
dalam merawat anak sehingga timbul rasa menimbulkan masalah baru bagi wanita
takut dan khawatir melakukan kesalahan tersebut (Jadri et al., 2006). Wanita yang
dalam merawat bayi. Begitu pula dalam bekerja merasa mempunyai tanggung jawab
melakukan tugas sebagai seorang ibu, yang lebih besar dalam rumah tangga yaitu
wanita primipara merasa bingung, lebih sebagai seorang istri dan seorang ibu yang
terbebani dan merasa kebebasannya juga memiliki tanggung jawab dalam
berkurang dengan hadirnya seorang anak. pekerjaannya.
Mansur (2009) kejadian postpartum Dari 80 responden dalam penelitian
blues sering dialami oleh ibu yang baru ini, 79 responden melahirkan secara normal
pertama kali melahirkan karena hal ini dan satu orang responden melahirkan secara
berhubungan dengan kemampuan atau SC. Satu orang responden yang melahirkan
pengalaman ibu dalam menghadapi secara SC didapatkan mengalami
masalah-masalah yang terjadi dalam postpartum blues. Kejadian postpartum
merawat bayi. Ibu yang belum blues pada ibu postpartum post SC
berpengalaman akan memberikan dampak kemungkinan disebabkan postpartum blues
terhadap perawatan yang diberikan kepada muncul karena adanya ketidaknyamanan
bayinya. Pengetahuan ibu juga mempunyai fisik dan emosional yang dirasakan wanita
pengaruh besar terhadap perawatan yang post SC. Kejadian postpartum blues
dilakukan kepada anaknya. kemungkinan juga karena adanya konflik
perasaan pada ibu yang harus menjalani
persalinan dengan SC yang sebelumnya
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 90
belum pernah melahirkan secara SC. ataupun gangguan dalam kehamilan dan
Pernyataan ini didukung dari hasil persalinannya. Hal ini juga didukung oleh
wawancara mendalam yang dilakukan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
ibu postpartum dengan SC. ada keluarga yang tidak menginginkan
kehamilannya (11%).
Cury et al., (2008), postpartum blues
yang muncul pada wanita post section Pada penelitian ini kejadian
cesarea (SC) terlihat lebih nyata postpartum blues lebih banyak ditemukan
dibandingkan dengan wanita yang pada responden dengan sosial ekonomi
melahirkan secara normal. Perbedaan yang rendah 22 (51%) responden. Hal ini sesuai
sangat nyata terlihat dari waktu munculnya dengan penelitian Robertson et al., (2003)
gejala postpartum blues. Pada wanita yang yang mengatakan bahwa kasus postpartum
melahirkan secara normal, gejala blues lebih banyak dijumpai pada kelompok
postpartum blues terlihat memuncak di hari status ekonomi yang rendah karena
ke tiga dan empat, sedangkan pada wanita responden lebih banyak mengalami tekanan
post SC gejala-gejala postpartum blues sosial/stres yang menjadi beban mental.
muncul segera setelah proses operasi dan Hasil analisis menunjukkan tidak ada
menghilang secara progresif. pengaruh yang signifikan antara faktor
risiko status ekonomi keluarga terhadap
Hasil penelitian ini menunjukkan kejadian postpartum blues. Status ekonomi
bahwa 9 orang (11%) responden tidak berhubungan dengan pengalaman penuh
menginginkan kehamilannya dan mengalami tekanan ketika menjadi orang tua setelah
postpartum blues sebanyak 4 responden, kelahiran anak. Status ekonomi yang rendah
sedangkan 71 orang (89%) responden kemungkinan berhubungan dengan
merencanakan/menginginkan kehamilannya. ketersediaan sumber daya finansial,
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan emosional dan kesehatan yang dapat
tidak ada pengaruh yang signifikan antara memberikan potensi pada pengaruh
faktor risiko kehamilan tidak postpartum blues. Semakin rendah status
diinginkan/direncanakan terhadap kejadian ekonomi keluarga, semakin tinggi faktor
postpartum blues dengan nilai p=0,908. risiko kemungkinan penyebab postpartum
Kehamilan yang tidak diharapkan akan blues.
menyebabkan ibu bersifat aktif-agresif pada
kehamilannya. Ibu akan merasa bahwa janin Hasil penelitian ini didapatkan
yang dikandungnya bukan bagian dari kejadian postpartum blues ditemukan pada
dirinya yang nantinya dapat menyebabkan ibu postpartum yang mempunyai dukungan
terganggunya masa muda, pendidikan, serta sosial suami sedang yaitu sebanyak 20
pandangan dari masyarakat (Mansur, 2009). responden. Hasil analisis didapatkan
pengaruh yang signifikan antara faktor
Marshall (2004) menyatakan risiko dukungan sosial suami terhadap
munculnya postpartum blues dipengaruhi kejadian postpartum blues dengan peluang
oleh banyak hal seperti kehamilan yang 2,44 kali untuk mengalami postpartum blues
tidak diharapkan oleh pasangan. Kehamilan dibandingkan dengan ibu postpartum
yang tidak diharapkan ini dipengaruhi oleh dengan dukungan sosial suami yang tinggi.
beberapa hal seperti ketidaksiapan fisik, Hal ini sesuai dengan penelitian Marshall
psikologis ataupun biaya untuk selanjutnya. (2004) yang menyatakan bahwa salah satu
Wanita yang tidak mengharapkan faktor timbulnya postpartum blues adalah
kehamilannya akan mempengaruhi dalam dukungan dari lingkungan sekitar khususnya
perawatan kehamilannya serta perawatan dari suami kurang. Seorang istri yang tidak
bayinya kelak. Ibu menjadi malas dalam mendapat dukungan dari suami akan
periksa kehamilan sehingga ibu menjadi beresiko lima kali lipat dari istri yang
lebih beresiko terkena postpartum blues mendapat dukungan dari suami.
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 91
Badan Pusat Statistik. (2008). Profil Hidayat, T. (2007). Selalu Murung setelah
Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa Melahirkan. Available
Yogyakarta. Yogyakarta: Dinkes from:http://www.pikiranrakyat.com/
Propinsi D.I.Yogyakarta. hikmah/konsultasi.
Barnett, R.C & Marshall, N.L. (1992). Hunker, D.F. (2007). Effect of Adverse Birth
Worker and Mother Roles, Spillover Event on Maternal Mood, Maternal
Effects and Psychological Distress. Fuctional Status and Infant Care.
Women and Health, 18(2): 9-40. Dissertasion University of
Pittsburgh.
Bobak., Lowdermilk., Jensen. (2005). Buku
Ajar Keperawatan Maternitas. Ishikawa, N., Goto, S., Murase, S., Kanai,
Jakarta: EGC. A., Masuda, T., Aleksic, B., Usui,
H., Ozaki, N. (2011). Prospective
Cox, J.L. & Holden, J.M. (2003). Perinatal Study of Maternal Depressive
Mental Health: A Guide to The Symtomatology Among Japanese
Edinburgh Postnatal Depressive Woman. Journal of Psychosomatic
Scale (EPDS). The Royal College of Research, 71: 264 269.
Psychiatrists.
Iskandar. (2007). Membebaskan Istri dari
Cury, A.F., Menezes, P.R., Tedesco, J.J. Baby Blues. available from:
(2008). Maternity Blues: Prevalence http://www.kompas.com/kesehatan/n
and Risk Factor. The Spanish ews/babyblues/.
Journal of Psychology, 11(2): 593-
599. Jardri, R., Pelta, J., Maron, M., Thomas, P.,
Delion, P., Codaccioni, X.,
Gonidakis, F., Rabavilas, A.D., Varsou, E., Goudemand, M. (2006). Predictive
Kreatsas, G., Christodoulou, G.N. Validation Study of The Edinburg
(2007). Maternity Blues in Athens, Postnatal Depression Scale in The
Greece: A Study During the First 3 First Week after Delivery and Risk
Days after Delivery. Journal of Analysis for Postnatal Depression.
Affective Disorders, 99: 107-115. Journal of Affective Disorders, 93:
69 176.
Gonidakis, F., Rabavilas, A.D., Varsou, E.,
Kreatsas, G., Christodoulou, G.N. Larson, C., Sydsjo, G & Josefsson. (2004).
(2008). A 6-Month Study of Health, Sociodemografi Data and
Postpartum Depression and related Pregnancy Outcome in Women With
factors in Athens Greece. Antepartum Depressive Symptoms.
Comprehensive Psychiatry, 49: 275 Journal Obstetrics & Gynecology.
282. 104: 459-466.
Handerson, C. (2006). Buku Ajar Konsep Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan pada
Kebidanan. Jakarta: EGC. Masa Nifas Puerperium Care.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Heaney, C.A. & Israel, B.A. (2008). Social
Network and Social Support. In: Marshall, F. (2004). Mengatasi Depresi
Glanz, K., Rimer , B.K. & Pasca Melahirkan. Alih bahasa:
Viswanath, K.F. Health behavior Fransiska, Lilian Juwono. Jakarta:
and health education: Theory, Arcan.
research and practice. 4th ed. San
Francisco: Jossey-bass.
JURNAL EDU HEALTH, VOL. 5 No. 2, SEPTEMBER 2015 93